PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI, PRAKTIK KERJA INDUSTRI, DAN KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII PAKET KEAHLIAN AKUNTANSI SMK NEGERI 1 BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

HALAMAN JUDUL

Oleh:

RAHAYU SETYANINGSIH 12803241035

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rahayu Setyaningsih

NIM : 12803241035

Program Studi : Pendidikan Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Judul Skripsi : PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI, PRAKTIK KERJA INDUSTRI, DAN KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII PAKET KEAHLIAN AKUNTANSI SMK NEGERI 1 BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri, sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang berlaku.

Yogyakarta, April 2016 Yang menyatakan,

Rahayu Setyaningsih NIM. 12803241035


(5)

v

barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat haruslah dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan pada keduanya maka haruslah

dengan ilmu” (HR. Ibn Asakir)

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karya sederhana ini kupersembahkan teruntuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Mamak Supiyah dan Bapak Sogol yang senantiasa mengiringi langkahku dengan segala daya dan doanya. Tiada hentinya memberikan nasihat, bimbingan, serta curahan kasih sayang serta mendukungku terus berjuang menggapai cita-cita hingga sekarang.

2. Mas Fachid Mutoharoh dan keluarga (Mbak Nurani Astuti dan Nok Fahrani Yahrotul Sita), yang selalu memberikan perhatian, semangat dan dukungannya untuk segera lulus.

3. Mas Dwiyanto terimakasih atas kasih sayang dan perhatiannya selama ini. Selama aku menempuh pendidikan hingga sekarang banyak sekali merepotkanmu Mas.

Tak lupa kubingkiskan karya sederhana ini untuk:

1. Bapak Ibu Guru SMK Negeri 1 Bantul yang telah mengenalkan, mengajarkan, membimbing berbagai macam ilmu terutama akuntansi. Di Kampus Sabavoscho saya mengenal dan mulai menggeluti ilmu akuntansi.

2. Sahabat-sahabatku tercinta dan teman-teman seperjuangan Diksi A 2012 semua. Terimakasih atas torehan kenangan indah kalian. Semangat dan Sukses Gaes!


(6)

vi

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI, PRAKTIK KERJA INDUSTRI, DAN KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII PAKET KEAHLIAN AKUNTANSI SMK NEGERI 1 BANTUL

TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh:

RAHAYU SETYANINGSIH NIM. 12803241035

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis: 1) Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kesiapan Kerja, 2) Pengaruh Praktik Kerja Industri terhadap Kesiapan Kerja, 3) Pengaruh Kepercayaan Diri terhadap Kesiapan Kerja, 4) Pengaruh Motivasi Berprestasi, Praktik Kerja Industri, dan Kepercayaan Diri secara bersama-sama terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul Tahun Ajaran 2015/2016.

Penelitian ini adalah penelitian ex post facto. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 132 siswa. Sampel sebanyak 100 siswa dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling dengan sistem undian. Metode pengumpulan data menggunakan angket atau kuesioner dan dokumentasi. Uji coba instrumen penelitian dilakukan terhadap 32 siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul Tahun Ajaran 2015/2016 yang tidak diambil sebagai sampel penelitian. Uji validitas instrumen menggunakan korelasi Product Moment dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbrach’s. Pengujian prasyarat analisis meliputi uji normalitas, linearitas, dan multikolinearitas. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana, analisis regresi ganda, sumbangan relatif, dan sumbangan efektif.

Hasil penelitian ini adalah: 1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Berprestasi terhadap Kesiapan Kerja, yang ditunjukkan nilai rx1y= 0,644; r2x1y= 0,415; thitung=8,329>ttabel=1,984 dan p= 0,00; 2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan Praktik Kerja Industri terhadap Kesiapan Kerja, yang ditunjukkan nilai rx2y= 0,586; r2x2y= 0,343; thitung=7,160> ttabel=1,984 dan p= 0,00; 3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan Kepercayaan Diri terhadap Kesiapan Kerja, yang ditunjukkan nilai rx3y= 0,577; r2x3y= 0,333; thitung=6,995>ttabel=1,984 dan p= 0,00; dan 4) Terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Berprestasi, Praktik Kerja Industri, dan Kepercayaan Diri secara bersama-sama terhadap Kesiapan Kerja, yang ditunjukkan nilai Rx123y= 0,724; R2x123y= 0,524; Fhitung=35,187 >Ftabel= 2,70 dan p =0,00, dengan total sumbangan efektif sebesar 52,4% yang berarti Motivasi Berprestasi, Praktik Kerja Industri, dan Kepercayaan Diri secara bersama-sama memberikan sumbangan efektif 52,4% terhadap Kesiapan Kerja sedangkan 47,6% dari variabel lain yang tidak diteliti.

Kata kunci: Motivasi Berprestasi, Praktik Kerja Industri, Kepercayaan Diri, Kesiapan Kerja


(7)

vii By:

RAHAYU SETYANINGSIH NIM. 12803241035

ABSTRACT

The research aimed to examine and analyze: 1) the effect of Achievement Motivation to Work Readiness, 2) the effect of Industrial Internship to Work Readiness, 3) the effect of Self Confidence to Work Readiness, 4) the effect of Achievement Motivation, Industrial Internship, and Self Confidence simultaneously to Work Readiness of Student in 12th Grade concentrated in Accounting Skills SMK Negeri 1 Bantul Academic Year 2015/2016.

The research was ex post facto. The population in the research was students in 12th Grade concentrated in Accounting Skills SMK Negeri 1 Bantul Academic Year 2015/2016, with a total 132 students. The sampel taken were 100 students with simple random sampling by a lottery system. The data collected through a questionnaires and documentation. The instrument tryout was conducted by involving 32 student of 12th Grade concentrated in Accounting Skills SMK Negeri 1 Bantul Academic Year 2015/2016 was not taken as a sample. The validity was assessed by the Product Moment correlation and the reliability by the Cronbrach's Alpha tecnique. The analysis assumption test included test of normality, linearity and multicollinearity. The hyphotesis were tested using simple regression analysis, multiple regression analysis, relative contribution, and effective contribution.

The results of the research were: 1) There was a positive and significant effect of Achievement Motivation to Work Readiness, as shown rx1y = 0.644; r2x1y = 0.415; tcount= 8.329>ttable=1,984 and p = 0.00; 2) There was a positive and significant effect Industrial Internship to Work Readiness, as shown rx2y = 0.586; r2x2y = 0.343; t = 7.160>ttable=1,984 and p = 0.00; 3) There was a positive and significant effect Self Confidence to Work Readiness, as shown rx3y = 0.577; r2x3y = 0.333; t = 6.995>ttable=1,984 and p = 0.00; and 4) There was a positive and significant effect Achievement Motivation, Industrial Internship, and Self Confidence simultaneously to Work Readiness, shown Rx123y = 0.724; R2x123y = 0.524; Fcount = 35.>Ftable=2,70 and p= 0.00, with a total effective contribution was 52.4%, which means Achievement Motivation, Industrial Internship, and Self Confidence simultaneously contribute effectively 52.4% to Work Readiness and 47.6% was affected by other variable not under study.

Keywords: Achievement Motivation, Industrial Internship, Self Confidence, Work Readiness


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpah rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Pengaruh Motivasi Berprestasi, Praktik Kerja Industri, dan Kepercayaan Diri terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul Tahun Ajaran 2015/2016” dengan lancar. Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada: 1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta.

2. Sugiharsono, M.Si., Dekan FE UNY yang telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan penyusunan skripsi.

3. Abdullah Taman, M.Si., Ketua jurusan Pendidikan Akuntansi FE UNY yang telah membantu kelancaran pelaksanaan skripsi.

4. Dr. Ratna Candrasari, M.Si., Akt., dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama studi.

5. Drs. Ngadirin Setiawan. S.E., M.S., dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi. 6. Indarto Waluyo, M.Acc., Ak., CA., CPA., dosen narasumber skripsi yang

memberikan pengarahan selama penyusunan skripsi.

7. Kepala Bappeda Kabupaten Bantul yang telah memberikan ijin penelitian untuk mengambil data di SMK Negeri 1 Bantul.


(9)

ix

memberikan bantuan dan dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 10.Siswa-siswi kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul tahun

ajaran 2015/2016 yang telah membantu sebagai responden penelitian ini. 11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan

dorongan serta bantuan selama penyusunan tugas akhir ini,

Semoga semua amal baik mereka dicatat sebagai amalan yang tebaik oleh Allah SWT. Amin. Semoga apa yang terkandung dalam penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, April 2016 Penulis,

Rahayu Setyaningsih NIM. 12803241035


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

A. Deskripsi Teori ... 15

1. Tinjauan Mengenai Kesiapan Kerja ... 15

a. Pengertian Kesiapan Kerja... 15

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja ... 17

c. Ciri-ciri Kesiapan Kerja ... 24

2. Tinjauan Mengenai Motivasi Berprestasi ... 27

a. Pengertian Motivasi Berprestasi ... 27

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi ... 29

c. Fungsi Motivasi Berprestasi ... 31

d. Karakteristik Motivasi Berprestasi Tinggi ... 32

3. Tinjauan Mengenai Praktik Kerja Industri ... 34


(11)

xi

a. Pengertian Kepercayaan Diri ... 46

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri ... 48

c. Karakteristik Individu yang Mempunyai Kepercayaan Diri... 49

d. Cara untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri ... 51

B. Penelitian yang Relevan ... 55

C. Kerangka Berfikir ... 57

D. Paradigma Penelitian ... 60

E. Hipotesis Penelitian ... 61

BAB III METODE PENELITIAN ... 62

A. Desain Penelitian ... 62

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 62

C. Variabel Penelitian ... 62

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 63

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 65

F. Teknik Pengumpulan Data ... 67

G. Instrumen Penelitian ... 68

H. Uji Coba Instrumen ... 72

I. Teknik Analisis Data ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 90

A. Deskripsi Data ... 90

1. Deskripsi Data Umum ... 90

2. Deskripsi Data Khusus ... 92

B. Uji Prasyarat Analisis ... 112

1. Uji Normalitas ... 112

2. Uji Linearitas ... 112

3. Uji Multikolinearitas ... 114

C. Pengujian Hipotesis ... 115

1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 115

2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 118


(12)

xii

4. Pengujian Hipotesis Keempat ... 122

D. Pembahasan ... 127

1. Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul Tahun Ajaran 2015/2016 ... 127

2. Pengaruh Praktik Kerja Industri terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul Tahun Ajaran 2015/2016 ... 131

3. Pengaruh Kepercayaan Diri terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul Tahun Ajaran 2015/2016 ... 136

4. Pengaruh Motivasi Berprestasi, Praktik Kerja Industri, dan Kepercayaan Diri secara bersama-sama terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul Tahun Ajaran 2015/2016 ... 141

E. Keterbatasan ... 147

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 149

A. Kesimpulan ... 149

B. Implikasi ... 151

C. Saran ... 152

DAFTAR PUSTAKA ... 155


(13)

xiii

Tabel 3. Skor Alternatif Jawaban ... 70

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Kesiapan Kerja ... 70

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Berprestasi ... 71

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Praktik Kerja Industri ... 71

Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen Kepercayaan Diri ... 72

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kesiapan Kerja, Motivasi Berprestasi, Praktik Kerja Industri, dan Kepercayaan Diri ... 74

Tabel 9. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 75

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kesiapan Kerja, Motivasi Berprestasi, Praktik Kerja Industri, dan Kepercayaan Diri ... 76

Tabel 11. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 83

Tabel 12. Rincian Bidang Keahlian, Program Keahlian, dan Paket Keahlian SMK Negeri 1 Bantul ... 92

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Kesiapan Kerja ... 94

Tabel 14. Pedoman Pengkategorian Skor Variabel Kesiapan Kerja ... 95

Tabel 15. Kecenderungan Skor Variabel Kesiapan Kerja ... 96

Tabel 16. Rangkuman Pencapaian Skor Terendah Variabel Kesiapan Kerja ... 97

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi ... 99

Tabel 18. Pedoman Pengkategorian Skor Variabel Motivasi Berprestasi ... 100

Tabel 19. Kecenderungan Skor Variabel Motivasi Berprestasi ... 100

Tabel 20. Rangkuman Pencapaian Skor Terendah Variabel Motivasi Berprestasi... 102

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Praktik Kerja Industri ... 104

Tabel 22. Pedoman Pengkategorian Skor Variabel Praktik Kerja Industri ... 105

Tabel 23. Kecenderungan Skor Variabel Praktik Kerja Industri ... 105

Tabel 24. Rangkuman Pencapaian Skor Terendah Variabel Praktik Kerja Industri ... 107

Tabel 25. Distribusi Frekuensi Kepercayaan Diri ... 108

Tabel 26. Pedoman Pengkategorian Skor Variabel Kepercayaan Diri ... 109

Tabel 27. Kecenderungan Skor Variabel Kepercayaan Diri ... 110

Tabel 28. Rangkuman Pencapaian Skor Terendah Variabel Kepercayaan Diri . 111 Tabel 29. Ringkasan Hasil Uji Linearitas ... 113

Tabel 30. Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas ... 114

Tabel 31. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Sederhana (X1 – Y) ... 115

Tabel 32. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Sederhana (X2– Y) ... 118

Tabel 33. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Sederhana (X3 – Y) ... 120

Tabel 34. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Ganda Tiga Prediktor ... 123


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Paradigma Penelitian ... 60

Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Kesiapan Kerja ... 95

Gambar 3. Pie Chart Kecenderungan Kesiapan Kerja ... 96

Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Berprestasi ... 99

Gambar 5. Pie Chart Kecenderungan Motivasi Berprestasi ... 101

Gambar 6. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel ... 104

Gambar 7. Pie Chart Kecenderungan Praktik Kerja Industri ... 106

Gambar 8. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel ... 109


(15)

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 176

4. Instrumen Penelitian 185

5. Rekapitulasi Data Penelitian 193

6. Deskripsi Data Variabel ; 210

7. Uji Prasyarat Analisis 217

8. Uji Hipotesis.: 226

9. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif 231

10. Tabel Statistik 234

11. Surat-Surat 238


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha terarah yang bertujuan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi persaingan dan sekaligus memanfaatkan peluang untuk bekerja sama. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan globalisasi secara bersama-sama telah mengakibatkan persaingan yang semakin ketat dalam penyediaan sumber daya manusia yang unggul. Seperti yang diungkapkan Dwi Siswoyo, dkk (2007: 25) bahwa “pendidikan untuk menyiapkan manusia sebagai tenaga kerja”. Artinya, pembentukan tenaga kerja yang profesional harus dibentuk melalui program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 15 menyebutkan bahwa jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Pendidikan kejuruan yaitu pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dalam hal ini lembaga pendidikan yang terkait adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang menjadikan lapangan kerja sebagai proyeksi tamatannya. Artinya, untuk dapat mengemban tugasnya dengan baik dan mencapai tujuan secara efektif maka pendidikan kejuruan tidak dapat dipisahkan dari lapangan kerja. Pendidikan kejuruan dirancang dan dilaksanakan serta dievaluasi secara terkait (link) dengan tuntutan kebutuhan


(17)

lapangan kerja sehingga hasilnya benar-benar cocok atau sepadan (match) dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja. Agar pengembangan sumber daya manusia yang dilaksanakan melalui pendidikan menengah kejuruan dapat berdaya guna tinggi dan mampu meningkatkan produktifitas maka diperlukan usaha-usaha ke arah peningkatan kualitas pendidikan sehingga siswa dapat mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja.

Setiap industri dalam dunia kerja juga berusaha untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kerjanya. Di antara usaha yang dilakukan yaitu dengan melakukan penyerapan angkatan kerja baru yang siap dalam bekerja. Melalui lembaga pendidikan para calon tenaga kerja mempersiapkan diri dengan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan di dalam dunia kerja. Sehingga antara lembaga pendidikan dalam hal ini adalah SMK harus memiliki hubungan kerja sama dengan dunia usaha/dunia industri berdasarkan konsep link and match sehingga dapat menciptakan tenaga kerja baru yang terdidik.

SMK yang diarahkan untuk menciptakan lulusan yang siap kerja, namun hingga saat ini belum dapat terlaksana dengan baik. Data yang tertera dalam Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran pada bulan Februari 2015 mencapai 7,4 juta orang dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,81 persen. Jumlah tersebut cenderung meningkat dibandingkan TPT bulan Februari 2014 sebesar 5,70 persen. Pada Februari 2015, TPT untuk Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 9,05 persen, disusul oleh TPT Sekolah Menengah Atas (SMA)


(18)

3

sebesar 8,17 persen, sedangkan TPT terendah pada tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 3,61 persen (Badan Pusat Statistik, 2015). Hal ini menggambarkan adanya kesenjangan antara kebutuhan di dunia kerja dengan penyediaan tenaga kerja dari institusi pendidikan kejuruan. Gejala kesenjangan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain pendidikan kejuruan kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan dunia kerja, sehingga kesiapan kerja siswa menjadi kurang.

Motivasi sangat berperan dalam rangka pencapaian kerja. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung akan mempengaruhi sikap yang positif untuk berprestasi. Tujuan dari suatu proses belajar adalah mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Dorongan dari dalam diri siswa untuk mencapai prestasi yang optimal akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat sehingga diharapkan dapat benar-benar menguasai pelajaran yang diajarkan di sekolah. Dengan demikian siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi maka dari segi penguasaan materi pengetahuan siswa akan siap untuk terjun ke dunia kerja sehingga Motivasi Berprestasi dimungkinkan dapat mempengaruhi Kesiapan Kerja siswa.

Selain faktor Motivasi Berprestasi, faktor lain yang juga sangat penting adalah Praktik Kerja Industri (Prakerin) yang merupakan salah satu faktor eksternal. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri adalah bagian dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG) sebagai program bersama SMK dan Industri terkait konsep link and match yang dilaksanakan di dunia usaha maupun di dunia industri untuk menyiapkan siswa yang siap kerja ketika lulus nantinya.


(19)

Prakerin dilaksanakan dengan menerjunkan siswa pada Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) sehingga siswa secara langsung menghadapi pekerjaan nyata sesuai dengan kompetensi keahliannya. Siswa akan dibimbing, diarahkan, dan diajarkan untuk melakukan pekerjaan/aktivitas yang dilakukan oleh karyawan/staff di tempat prakerin masing-masing. Dari program ini siswa dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman, serta melatih keterampilan dan mengaplikasikan teori yang telah diperoleh dari sekolah sehingga SMK akan menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan dan keahlian tertentu serta memiliki kesiapan dalam menghadapi dunia kerja.

Kesiapan Kerja tidak hanya mencakup penguasaan pengetahuan dan keterampilan saja, namun juga harus dilengkapi dengan sikap mental terutama rasa kepercayaan diri. Kepercayaan diri merupakan suatu sikap mental berupa keyakinan akan kemampuan yang dimiliki sehingga berguna untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya. Seperti yang diungkapkan oleh Gregorius C. Alexande (2014) dalam artikelnya bahwa “Dalam dunia yang penuh persaingan ini, rasa percaya diri dapat menjadi modal utama untuk mencapai sebuah kesuksesan” (http://www.marketing.co.id/...). Orang yang percaya akan dirinya dan yakin akan kemampuan dirinya, maka ia akan dapat meyakinkan orang lain untuk percaya kepadanya. Tingkat kepercayaan diri yang baik memudahkan pengambilan keputusan dan melancarkan jalan untuk membangun hubungan, serta membangun dan mempertahankan kesuksesan dalam pekerjaan.


(20)

5

SMK Negeri 1 Bantul merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan di Kabupaten Bantul yang beralamat di Jalan Parangtritis KM 11, Sabdodadi, Bantul. Visi dari SMK Negeri 1 Bantul adalah “Terwujudnya Sekolah Berkualitas, Berkarakter, dan Berwawasan”. Misi dari SMK Negeri 1 Bantul adalah menyiapkan sarana prasarana dan sumber daya manusia yang memenuhi standar SBI, melaksanakan pembelajaran yang berbasis sains dan teknologi, mengimplementasikan iman, taqwa dan nilai-nilai karakter bangsa dalam kehidupan sehari-hari, melaksanakan pembelajaran berbasis lingkungan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan menyiapkan tamatan serta mengembangkan profesionalitas di bidang bisnis. Salah satu Paket Keahlian yang ada di SMK Negeri 1 Bantul adalah Akuntansi yang merupakan bagian dari Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi, Kesiapan Kerja siswa SMK Negeri 1 Bantul masih kurang hal ini dilihat dari keterserapan lulusannya di dunia kerja khususnya siswa Paket Keahlian Akuntansi. Berdasarkan hasil penelusuran tamatan SMK Negeri 1 Bantul khususnya Paket Keahlian Akuntansi pada tahun kelulusan 2012-2013 menunjukkan jumlah yang bekerja 55 orang (41,67%), melanjutkan studi ke perguruan tinggi 43 orang (32,58%), dan 34 orang (25,76%) belum bekerja dari 132 tamatan. Pada tahun kelulusan 2013-2014 menunjukkan jumlah yang bekerja sebanyak 47 orang (35,61%), melanjutkan studi ke perguruan tinggi sebanyak 39 orang (29,55%) dan 46 orang (34,85%) belum bekerja dari total tamatan sebanyak 132 siswa. Sebagian lulusan SMK Negeri 1 Bantul bekerja


(21)

tidak sesuai dengan bidang keahlian akuntansi, misalnya sebagai pramuniaga atau buruh pabrik. Selain itu masih ada beberapa siswa yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Sedangkan tamatan yang belum bekerja ini disebabkan beberapa hal di antaranya karena belum melapor sehingga belum tercatat di sekolah, menikah, menunggu biaya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan menunggu lowongan pekerjaan. Sedangkan untuk tahun kelulusan 2014-2015 SMK Negeri 1 Bantul belum mempunyai data terbaru yang valid tentang keterserapan lulusannya karena siswa tamatan belum melapor ke sekolah. Banyaknya lulusan yang belum dapat terserap di dunia kerja menunjukkan Kesiapan Kerja siswa SMK Negeri 1 Bantul khususnya Paket Keahlian Akuntansi belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Selain itu, peluang kerja yang terbatas mengakibatkan lulusan SMK Negeri 1 Bantul khususnya Paket Keahlian Akuntansi tidak dapat menempati bidang atau jenis pekerjaan sesuai dengan progran keahlian yang telah dipelajari di sekolah.

Dilihat dari motivasi berprestasi, siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul mempunyai motivasi berprestasi yang belum optimal. Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas XII Akuntansi, terlihat bahwa sebanyak 25 siswa (18,4%) dari 132 siswa tidak tekun mengerjakan tugas dan tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga saat guru memberikan pertanyaan siswa tidak mampu untuk menjawab dengan baik. Selain itu siswa juga terlihat kurang mandiri dalam mengerjakan tugas atau terkadang mencontek tugas atau pekerjaan milik siswa lain. Begitupun


(22)

7

dengan daya saing yang ditunjukkan oleh setiap siswa juga masih rendah. Salah satunya dilihat dari pemanfaatan fasilitas sekolah terutama perpustakaan yang juga belum optimal. Ketika ada waktu luang siswa cenderung lebih memilih menggunakan untuk mengobrol dengan temannya, bermain gadgetnya, dan kegiatan lainnya bukan untuk menambah pengetahuannya sehingga berprestasi lebih dari teman-temannya.

Selain motivasi berprestasi, faktor yang dimungkinkan mempengaruhi Kesiapan Kerja adalah Praktik Kerja Industri. Untuk melaksanakan salah satu misi SMK Negeri 1 Bantul yaitu menyiapkan tamatan serta mengembangkan profesionalitas di bidang bisnis maka sekolah melaksanakan program Praktik Kerja Industri (Prakerin). Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 1 Bantul dilaksanakan pada saat siswa kelas XI pada semester genap selama 2,5 bulan. Untuk siswa kelas XII pada tahun ajaran 2015/2016 Praktik Kerja Industri sudah dilaksanakan dari tanggal 2 Februari – 11 April 2015 lalu. Dunia usaha atau dunia industri yang telah menjalin kerja sama dengan SMK Negeri 1 Bantul dalam melaksanakan Prakerin khususnya untuk Program Keahlian Akuntansi sebanyak 49 tempat antara lain: BUKP Kecamatan Bantul, BUKP Kecamatan Pundong, BUKP Kecamatan Bambanglipuro, BUKP Kecamatan Banguntapan, BUKP Kecamatan Piyungan, BUKP Kecamatan Dlingo, BUKP Kecamatan Sewon, BUKP Kecamatan Pajangan, BUKP Kecamatan Kasihan, BUKP Kecamatan Imogiri, BUKP Kecamatan Sanden, BUKP Kecamatan Kretek, BUKP Kecamatan Galur-Brosot, BUKP Kecamatan Lendah, BMT Arta Barokah BMT Sunan Kalijaga Yogyakarta, BMT Bina Sejahtera Kulon


(23)

Progo, BMT Multazam Bantul, KUD Tani Makmur Kasihan, BKM Trirenggo, LKM Binangun, LKM Arta Murti Srandakan, UED-SP Sedaya Makmur Kasihan, Puskop Projo Tamansari, BMT Saka Madani Kasongan, BMT Arta Mandiri, Toko Flora, BMT Bangun Rakyat Sejahtera Yogyakarta, PDAM Sleman Cabang Godean, PDAM Sleman Cabang Gamping, PDAM Sleman Cabang Sidomoyo, Samsat Bantul, Samsat Sewon, PT Novita Persada, KPP Pratama Bantul, KPP Pratama Yogyakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra, UGM Residence, KPRI Kompag Bantul, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Bantul, BMT Azzam Piyungan, KSU Istiqomah Piyungan, BMT PAS Bantul, BMT El Bumi Kretek, PT Madubaru, Badan Pengelolaan Statistik Bantul, KUD Tani Rejo Pundong, dan BMT Al Amin Bantul.

Berdasarkan hasil analisis data dan wawancara dengan Kepala Paket Keahlian Akuntansi, Praktik Kerja Industri jelas sangat efektif karena siswa dapat praktik langsung dan mengenal dunia kerja secara nyata. Namun dalam pelaksanaannya Prakerin belum mampu memberikan hasil yang maksimal bagi siswa. Dalam pelaksanaannya program Praktik Kerja Industri masih ditemukan adanya penyimpangan seperti pemberian kerja kepada siswa yang tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Sebanyak 34 siswa (25,76%) dari 132 siswa yang melaksanakan Prakerin menyatakan bahwa tempat prakerin tidak memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi akuntansi. Hal ini membuat siswa tidak dapat mengaplikasikan semua pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh di bangku sekolah dengan


(24)

9

baik. Pekerjaan yang sering dilakukan siswa adalah pekerjaan yang masih terlalu mudah karena walaupun pihak DUDI menerima baik siswa Prakerin namun pemberian kepercayaan kepada siswa akan suatu pekerjaan masih kurang.

Tingkat Kepercayaan Diri yang dimiliki siswa kelas XII SMK Negeri 1 Bantul juga masih rendah. Berdasarkan observasi di kelas ketika proses pembelajaran terdapat 35 siswa (26,52%) dari 132 siswa cenderung pasif dan tidak berani mengutarakan pendapatnya sehingga kebiasaan ini terbawa ketika mereka melaksanakan Prakerin. Selain itu dari hasil wawancara dengan siswa sebanyak 56 siswa (42,42%) dari 132 siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi juga mengaku tidak percaya diri untuk langsung terjun ke dunia kerja. Mereka tidak percaya dengan kemampuan yang dimilikinya, dan masih bingung apakah akan bekerja atau melanjutkan studi keperguruan tinggi setelah lulus nantinya. Terlebih lagi melihat kakak tingkat yang telah lulus bekerja tidak sesuai dengan bidang kompetensinya sehingga mereka pesimis dengan kemampuan yang dimilikinya. Guru produktif akuntansi juga menambahkan bahwa antara siswa yang siap dan menginginkan untuk bekerja dengan siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dapat dikatakan memiliki perbandingan yang seimbang. Kurangnya rasa Kepercayaan diri sehingga mempengaruhi komunikasi dan keberanian siswa untuk terjun ke dunia kerja meskipun siswa sudah dibekali pengetahuan, keterampilan, dan keahlian sesuai kompetensi keahliannya.


(25)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan Motivasi Berprestasi, Praktik Kerja Industri, dan Kepercayaan Diri Siswa di SMK Negeri 1 Bantul sebagai salah satu sekolah kejuruan yang bertujuan untuk menyiapkan siswanya agar dapat terjun langsung ke dunia kerja. Penelitian tersebut berjudul “Pengaruh Motivasi Berprestasi, Praktik Kerja Industri, dan Kepercayaan Diri Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat didentifikasi beberapa permasalahannya:

1. SMK yang diarahkan untuk menciptakan lulusan yang siap kerja, namun hingga saat ini belum dapat terlaksana dengan baik.

2. Lulusan SMK belum dapat sepenuhnya terserap di dunia kerja.

3. Kesiapan Kerja siswa SMK Negeri 1 Bantul khususnya Paket Keahlian Akuntansi masih kurang hal ini dilihat dari keterserapan lulusannya di dunia kerja.

4. Peluang kerja yang terbatas mengakibatkan lulusan SMK Negeri 1 Bantul khususnya Paket Keahlian Akuntansi tidak dapat menempati bidang atau jenis pekerjaan sesuai dengan progran keahlian yang telah dipelajari di sekolah.


(26)

11

5. Siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul mempunyai motivasi berprestasi yang belum optimal.

6. Pelaksanaannya Prakerin belum mampu memberikan hasil yang maksimal bagi siswa.

7. Sebanyak 35 siswa (26,52%) dari 132 siswa yang melaksanakan Prakerin menyatakan bahwa tempat prakerin tidak memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi akuntansi.

8. Siswa cenderung pasif dan kurang percaya diri pada saat melaksanakan program Prakerin.

9. Sebanyak 56 siswa (42,42%) dari 132 siswa mengaku tidak percaya diri untuk langsung terjun ke dunia kerja. Terlebih lagi melihat kakak tingkat yang juga bekerja tidak sesuai dengan bidang kompetensinya sehingga mereka pesimis dengan kemampuan yang dimilikinya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas maka perlu diadakan pembatasan masalah. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas permasalahan yang akan diteliti agar lebih terfokus dan mendalam mengingat luasnya permasalahan yang ada. Penelitian ini menitikberatkan pada Kesiapan Kerja Siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri I Bantul tahun ajaran 2015/2016. Mengingat begitu banyak faktor yang mempengaruhi Kesiapan Kerja baik dari faktor internal maupun faktor eksternal, pada penelitian ini terfokus untuk mengkaji faktor


(27)

internal berupa Motivasi Berprestasi dan Kepercayaan Diri, sedangkan faktor eksternalnya adalah Praktik Kerja Industri (Prakerin).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kesiapan Kerja siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul tahun ajaran 2015/2016?

2. Bagaimana pengaruh Praktik Kerja Industri terhadap Kesiapan Kerja siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul tahun ajaran 2015/2016?

3. Bagaimana pengaruh Kepercayaan Diri terhadap Kesiapan Kerja siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul tahun ajaran 2015/2016?

4. Bagaimana pengaruh Motivasi Berprestasi, Praktik Kerja Industri, dan Kepercayaan Diri secara bersama-sama terhadap Kesiapan Kerja siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul tahun ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :


(28)

13

1. Mengetahui pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kesiapan Kerja siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul tahun ajaran 2015/2016.

2. Mengetahui pengaruh Praktik Kerja Industri terhadap Kesiapan Kerja siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul tahun ajaran 2015/2016.

3. Mengetahui Pengaruh Kepercayaan Diri terhadap Kesiapan Kerja siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul tahun ajaran 2015/2016.

4. Mengetahui pengaruh Motivasi Berprestasi, Praktik Kerja Industri, dan Kepercayaan Diri secara bersama-sama terhadap Kesiapan Kerja siswa kelas XII Paket Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul tahun ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan.

b. Sebagai bahan acuan dan referensi untuk pertimbangan bagi penelitian yang relevan di masa yang akan datang, terutama yang tertarik untuk


(29)

meneliti “Pengaruh Motivasi Berprestasi, Praktik Kerja Industri, dan Kepercayaan Diri terhadap Kesiapan Kerja”.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

1) Penelitian ini dilaksanakan untuk menyelesaikan jenjang studi S1 pada Program Studi Pendidikan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

2) Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan melatih kreativitas peneliti serta sebagai sarana penerapan ilmu yang sudah diperoleh peneliti di bangku kuliah.

b. Bagi Sekolah dan Guru

Sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan dalam memberikan motivasi dan meningkatkan rasa percaya diri pada siswa serta pelaksanaan praktik kerja industri dalam rangka menyiapkan lulusan yang siap kerja.


(30)

15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Mengenai Kesiapan Kerja a. Pengertian Kesiapan Kerja

Kesiapan atau readiness merupakan modal utama bagi seseorang untuk dapat melakukan suatu pekerjaan sehingga menghasilkan kerja yang maksimal. Sekolah Menengah Kejuruan dituntut untuk dapat mempersiapkan siswa sebagai calon tenaga kerja yang siap kerja, baik siap fisik maupun mental. Seseorang yang telah memiliki Kesiapan Kerja harus berani mengambil keputusan untuk memilih pekerjaan sesuai dengan kompetensi keahliannya.

Menurut Daryanto (2010: 87), “Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi.” Kesiapan ini senantiasa mengalami perubahan setiap hari sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fisiologis individu serta adanya desakan-desakan dari lingkungan seseorang. Kesiapan sangat perlu diperhatikan dalam suatu proses terutama untuk siswa, karena jika siswa sudah memiliki kesiapan, maka hasilnya akan memuaskan. Begitupun ketika siswa lulus dari lembaga pendidikan dan terjun ke dunia kerja, Kesiapan Kerja ini sangat dibutuhkan sehingga nantinya ia akan dapat melaksanakan pekerjaan yang dilimpahkan kepadanya dengan baik.


(31)

Salamah (2006: 2-3 ) mendefinisikan Kesiapan Kerja sebagai berikut:

Kesiapan Kerja adalah suatu kondisi individu untuk dapat menerima dan mempraktikkan tingkah laku tertentu dalam hubungannya dengan pekerjaannya yang dipengaruhi oleh kematangan psikis dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan.

Pendapat lain menjelaskan Kesiapan Kerja dapat dilihat sebagai suatu proses dan tujuan yang melibatkan pengembangan kerja siswa yang berhubungan dengan sikap, nilai, pengetahuan, dan keterampilan (Zamzam Zamawi, 2012: 402). Oleh karena itu proses pengembangannya perlu dilakukan secara sistematis dan terencana yang tertuang dalam suatu rencana Kesiapan Kerja. Perkembangan readiness terjadi dengan mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip kesiapan menurut Dalyono (2005: 166) adalah:

1) Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness, yaitu kemampuan dan kesiapan

2) Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu

3) Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah

4) Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saaat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya.

Kesiapan Kerja diperlukan untuk mencetak calon tenaga kerja yang tangguh dan berkualitas. Seseorang yang belum memiliki kematangan fisik baik secara fisik, mental, maupun pengalaman dalam belajarnya, kemungkinan seorang tersebut juga belum memiliki


(32)

17

kemampuan untuk bekerja. Untuk dapat meningkatkan Kesiapan Kerja seseorang maka orang tersebut harus berusaha meningkatkan kematangan fisik, mental maupun pengalamannya.

Kesiapan Kerja atau disebut juga kompetensi kerja yaitu "kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan" (UU No. 13 Tahun 2003 pasal 1 no 10 tentang Ketenagakerjaan). Senada dengan pendapat Wibowo (2011: 326) yang menyatakan bahwa:

Kompetensi kerja merupakan kemampuan menjalankan tugas atau pekerjaan dengan dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan didukung oleh sikap yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukkan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut.

Berdasarkan teori-teori tersebut dapat dirumuskan bahwa Kesiapan Kerja adalah kondisi yang menunjukkan tingkat kematangan fisik, mental, serta pengalaman yang diperoleh seorang individu sehingga ia mempunyai kemauan dan kemampuan yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan kompetensi keahliannya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja

Kesiapan Kerja tidak serta merta timbul dan dimiliki oleh seseorang sehingga perlu dilatih dan dikembangkan. Kesiapan Kerja seseorang berhubungan dengan banyak faktor, baik dari dalam diri


(33)

individu (internal) maupun dari luar individu (eksternal). Seperti yang diungkapkan oleh Akhmad Kardimin (2004: 2-3) ada 2 faktor yang mempengaruhi Kesiapan Kerja yaitu:

1) Faktor internal

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi kematangan baik fisik maupun mental, tekanan, kreativitas, minat, bakat, intelegensi, kemandirian, penguasaan ilmu pengetahuan dan motivasi.

2) Faktor eksternal

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi peran masyarakat, keluarga, sarana dan prasarana sekolah, informasi dunia kerja, dan pengalaman kerja.

Ketika faktor yang mempengaruhi adalah faktor yang positif, maka kemungkinan besar Kesiapan Kerja seseorang akan semakin tinggi. Faktor-faktor inilah yang terkadang akan dijadikan pertimbangan bagi perusahaan untuk dapat menerima seseorang dalam bekerja. Seperti yang diungkapkan oleh Malayu S.P Hasibuan (2013: 54), bahwa pada umumnya beberapa kualifikasi yang menjadi dasar dalam proses seleksi pengadaan tenaga kerja adalah umur, keahlian, kesehatan, kesehatan fisik, pendidikan, jenis kelamin, tampang, bakat, temperamen, karakter, pengalaman kerja, kerja sama, kejujuran, kedisiplinan, inisiatif, dan kreatifitas. Dengan demikian beberapa kualifikasi tersebut juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya Kesiapan Kerja seseorang.

Kesiapan Kerja yang dimiliki seseorang akan memberikan nilai lebih bagi dirinya, karena seseorang yang telah memiliki Kesiapan Kerja pasti dia telah mempersiapkan segala sesuatu yang


(34)

19

kemungkinan akan dibutuhkan ketika masuk di dunia kerja. Hadari Nawawi (2006: 167) mengungkapkan bahwa:

Semakin tinggi pendidikan (pembelajaran formal di lembaga pendidikan), dan pengalaman kerja seseorang (belajar nonformal) dalam bekerja, maka semakin baik kompetensinya dalam melaksanakan pekerjaan/jabatan tersebut.

Dengan pendidikan yang diperoleh siswa dari pembelajaran formal dan nonformal, maka pengalaman belajar siswa menjadi lebih lengkap. Di sekolah siswa lebih terfokus pada pembelajaran teoritis, sedangkan dengan mengikuti pembelajaran nonformal seperti pengalaman kerja yang salah satunya diperoleh dari program Praktik Kerja Industri (Prakerin) akan menambah pengetahuan dan mengembangkan keterampilan yang dimiliki untuk bekerja nantinya.

Kesiapan Kerja yang berisi seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh dari pembelajar memang bisa didapat dan dipersiapkan di dunia pendidikan namun dalam implementasinya tidak semudah itu. Tidak ada artinya penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang baik ketika sikap mentalnya buruk. Menurut Pool dan Sewell (2007) melalui Niko Dimas dan Miftahun Ni’mah (2014: 5) menyatakan bahwa Kesiapan Kerja terdiri dari beberapa faktor utama dan hal yang berkaitan dengan Kepercayaan Diri ialah mengenai refleksi dan evaluasi. Seseorang yang mempunyai kepercayaan diri mereka tidak hanya yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya saja namun seseorang akan bisa menilai dirinya lebih sekaligus mengevaluasi dan memperbaiki kesalahannya.


(35)

Kepercayaan Diri dapat mempengaruhi Kesiapan Kerja secara tidak langsung dengan membuat seseorang mampu menemukan keunggulan dirinya serta mengambil keputusan dan bertanggungjawab atas pilihan karirnya.

Pendapat lain dari Michael Zwell (melalui Wibowo, 2011: 339) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi/Kesiapan Kerja seseorang, yaitu sebagai berikut:

1) Keyakinan dan Nilai-Nilai

Keyakinan terhadap diri sendiri dan orang lain akan mempengaruhi perilaku. Individu yang berfikir positif, beranggapan bahwa mereka kreatif dan inovatif akan berusaha berkembang.

2) Keterampilan

Keterampilan memainkan banyak peran di berbagai kompetensi. Pengembangan keterampilan secara spesifik pada kompetensi akan berdampak baik pada budaya organisasi dan kompetensi individual

3) Pengalaman

Keahlian dalam kompetensi memerlukan pengalaman, seperti pengalaman mengorganisasi orang, komunikasi, dan menyelesaikan masalah. Pengalaman merupakan faktor kesiapan yang dapat berubah mengikuti waktu dan lingkungan. Dalyono (2012: 167) mengemukakan bahwa “pengalaman dapat


(36)

21

mempengaruhi fisiologi perkembangan individu yang merupakan salah satu prinsip perkembangan kesiapan (readiness) siswa dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja”. Pengalaman yang didapat siswa salah satunya di sini adalah dengan adanya pelaksanaan program Praktik Kerja Industri. Dengan mengikuti program tersebut siswa mendapat banyak pengalaman yang dapat dijadikan bekal untuknya ketika terjun ke dunia kerja.

4) Karakteristik Kepribadian

Kepribadian seseorang dapat berubah sepanjang waktu. Kepribadian ini dapat mempengaruhi tindakan seseorang dalam penyelesaian konflik, menunjukkan kepedulian interpersonal, kemampuan bekerja dalam tim, memberikan pengaruh dan membangun hubungan. Selain itu Hadari Nawawi (2006: 171) juga menambahkan bahwa kompetensi kerja memiliki hubungan erat dengan beberapa sifat/karakteristik kepribadian, seperti percaya diri, loyalitas, kejujuran, kreativitas, inovatif, orientasi pada hasil, pemecahan masalah, keterbukaan, dan lain-lain. Sikap-sikap inilah yang turut mempengaruhi besarnya Kesiapan Kerja seseorang. 5) Motivasi

Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat berubah. Motivasi menyebabkan orientasi bekerja seseorang pada hasil, kemampuan mempengaruhi orang lain, meningkatkan inisiatif, dan sebagainya. Peningkatan motivasi akan meningkatkan


(37)

kompetensi yang dapat meningkatkan kinerja bawahan dan kontribusi pada organisasi pun menjadi meningkat.

Motivasi merupakan suatu siklus yang terdiri dari tiga elemen yaitu adanya kebutuhan (needs), dorongan untuk berbuat dan bertindak (drives), dan tujuan yang diinginkan (goals). Motivasi dalam penelitian ini adalah Motivasi Berprestasi. Seperti yang diungkapkan McClelland pada teori motivasi bahwa “di antara kebutuhan hidup manusia terdapat tiga macam kebutuhan yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk memperoleh makanan”. McClelland (1961) melalui Herminarto Sofyan dan Hamzah Uno (2012: 45) menekankan bahwa “pentingnya kebutuhan prestasi karena orang-orang yang berhasil dalam dunia bisnis dan industri adalah orang-orang yang berhasil menyelesaikan segala sesuatunya”. Dengan demikian adanya Motivasi Berprestasi akan membuat seseorang lebih menyiapkan dirinya semaksimal mungkin untuk dapat bekerja menyelesaikan pekerjaan yang telah menjadi tanggung jawabnya. 6) Isu Emosional

Hambatan emosional dapat membatasi penguasaaan kompetensi. Takut membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak disukai atau menjadi bagian, semuanya cenderung mempengaruhi motivasi dan inisiatif. Perasaan tentang


(38)

23

kewenangan dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi dan menyelesaikan konflik antarpekerja.

7) Kemampuan Intelektual

Kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran konseptual dan pemikiran analitis. Tidak mungkin memperbaiki masalah-masalah melalui setiap intervensi yang diwujudkan suatu organisasi. Sudah tentu faktor seperti pengalaman dapat meningkatkan kemampuan intelektual.

8) Budaya Organisasi

Budaya organisasi dapat meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia dalam kegiatan: a) praktik rekruitmen dan seleksi karyawan, b) sistem penghargaan, c) praktik pengambilan keputusan, dan d) filosofi organisasi, visi, misi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan kompetensi.

Dari beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Kesiapan Kerja secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (dari dalam diri seseorang) dan faktor eksternal (dari luar diri seseorang). Faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi Kesiapan Kerja adalah bakat, minat, motivasi berprestasi, nilai-nilai, sikap, kepercayaan diri, kreativitas, kemampuan intelektual, kondisi fisik, dan karakteristik kepribadian. Sedangkan faktor eksternalnya adalah faktor keluarga, sarana prasarana di sekolah, budaya organisasi, informasi dunia kerja, pengalaman kerja dan peran masyarakat sekitar.


(39)

c. Ciri-ciri Kesiapan Kerja

Kesiapan Kerja merupakan suatu hal yang cukup penting untuk dicapai seseorang dalam hidupnya. Seseorang yang telah memiliki Kesiapan Kerja yang tinggi akan tercermin dari suatu sikap kerja yang baik pula. Oleh karena itu banyak hal yang harus dilakukan dan dipersiapkan. Seperti yang diungkapkan oleh Sugihartono (2000: 15) bahwa ciri-ciri seorang individu yang memiliki Kesiapan Kerja adalah:

1) Adanya tingkat kematangan, yang meliputi

a) Kematangan fisik, meliputi kondisi otot dan syaraf

b) Kematangan psikologis, meliputi minat, cita-cita, siap, tanggung jawab, dan stabilitas emosi.

2) Pengalaman belajar, yang meliputi:

a) Pengetahuan tentang sekolah, kejuruan/jurusan, Undang-undang ketenagakerjaan (perburuhan) dan masalah-masalah yang ada hubungannya dengan kerja (pekerjaan yang dapat dimasuki, syarat-syarat, etika kerja, kemampuan pengembangan, jaminan finansial/sosial dan objek kerja) b) Keterampilan yang meliputi keterampilan menggunakan

alat-alat, merawat alat-alat dan memperbaiki kerusakan-kerusakan ringan.

Untuk dapat meningkatkan Kesiapan Kerja seseorang maka orang tersebut harus berusaha meningkatkan kematangan fisik, mental,


(40)

25

maupun pengalaman belajarnya. Ketika hal tersebut saling melengkapi dan selalu beriringan membentuk pribadi yang siap kerja.

Wibowo (2011: 338) menjelaskan terdapat beberapa kompetensi yang mencermin Kesiapan Kerja yaitu sebagai berikut:

1) Flexibility (Fleksibilitas) merupakan kecenderungan untuk melihat perubahan sebagai peluang yang menarik daripada sebagai tantangan, misalnya kesediaan untuk adopsi teknologi baru.

2) Information-Seeking Motivation and Ability to Learn (Motivasi mencari informasi dan kemampuan belajar) merupakan antusiasme untuk mencari peluang belajar teknologi baru dan keterampilan dalam hubungan antarpribadi. Pembelajaran jangka panjang tentang pengetahuan dan keterampilan baru diperlukan oleh perubahan persyaratan pekerjaan di masa depan.

3) Achivement Motivation (Motivasi Berprestasi) merupakan dorongan untuk inovasi dan “kaizen” perbaikan terus menerus dalam kualitas dan produktivitasnya yang diperlukan untuk menghadapi meningkatnya kompetisi.

4) Work Motivation under Time Pressure (Motivasi kerja dalam tekanan waktu) merupakan beberapa kombinasi dari fleksibilitas, motivasi berprestasi, resistensi terhadap stres dan komitmen organisasi yang memungkinkan individu bekerja dalam permintaan yang meningkat atas produk dan jasa baru dalam waktu yang lebih pendek.

5) Collaborativeness (Kesediaan bekerja sama) merupakan kemampuan untuk bekerja secara kooperatif dalam kelompok yang bersifat multidisiplin dan rekan kerja yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan sikap positif terhadap orang lain, memiliki pemahaman tentang hubungan antarpribadi dan menunjukkan komitmen organisasional.

6) Customer Service Orientation (Orientasi pada pelayanan pelanggan) merupakan keinginan membantu orang lain, pemahaman tentang hubungan antarpribadi, bersedia untuk mendengarkan kebutuhan pelanggan dan tahapan emosi, mempunyai cukup inisiatif untuk mengatasi hambatan dalam organisasi untuk mengatasi masalah pelanggan.


(41)

Seseorang dalam kehidupannya harus mengambil banyak sekali keputusan. Salah satunya adalah mengenai masa depannya, termasuk bekerja. Seorang individu akan dapat bekerja dengan baik jika ia memiliki Kesiapan Kerja yang cukup tinggi. Keputusan yang diambil terutama dalam hal bekerja harus dengan berbagai pertimbangan. Menurut Agus Fitriyanto (2006: 9-11) ciri-ciri siswa yang telah mempunyai Kesiapan Kerja adalah bahwa siswa telah memiliki pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1) Mempunyai pertimbangan yang logis dan matang

Siswa yang telah cukup umur akan mempunyai pertimbangan yang tidak hanya dilihat dari satu sisi saja, tetapi siswa tersebut akan menghubungkan dengan hal lain serta dengan melihat pengalaman orang lain

2) Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerjasama dengan orang lain

Dalam bekerja dibutuhkan hubungan dengan banyak orang utnuk menjalin kerjasama. Dengan dunia kerja, siswa dituntut untuk bisa berinteraksi dengan orang banyak

3) Memiliki sikap kritis

Sikap kritisi dibutuhkan untuk dapat mengkoreksi kesalahan yang selanjutnya akan dapat memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan setelah koreksi tersebut. Mengkritisi disini tidak hanya untuk kesalahan diri sendiri tetapi untuk lingkungan ia hidup sehingga memunculkan ide dan gagasan serta inisiatif 4) Mempunyai keberanian untuk menerima tanggung jawab secara

individual

Dalam bekerja diperlukan tangungjawab dari setiap pekerja. Tanggungjawab akan timbul dari dalam diri siswa ketika ia telah melampaui kematangan fisik dan mental disertai dengan kesadaran yang timbul dari individu

5) Mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan Menyesuaikan diri dengan lingkungan terutama lingkungan kerja merupakan modal untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan tersebut. Hal tersebut dapat dimulai sebelum siswa masuk ke dunia kerja yang dapat dari pengalaman praktik kerja industri

6) Mempunyai ambisi untuk maju berusaha mengikuti perkembangan kompetensi keahliannya


(42)

27

Keinginan untuk maju dapat menjadi dasar munculnya Kesiapan Kerja karena siswa terdorong untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik lagi. Usaha yang dilakukan salah satunya dengan mengikuti perkembangan bidang keahliannya 7) Mampu mengendalikan diri atau emosi

Pengendalian diri atau emosi sangat dibutuhkan agar dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan benar

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki Kesiapan Kerja mempunyai ciri-ciri memiliki tingkat kematangan baik fisik maupun psikologis, mempunyai pengalaman belajar, mempunyai pertimbangan yang logis dan objektif, kesediaan bekerja sama, bersikap kritis, mempunyai keberanian untuk menerima tanggung jawab secara individual, kemampuan beradaptasi serta mempunyai ambisi untuk maju dan mengikuti perkembangan bidang keahliannya. Ciri-ciri dari Kesiapan Kerja tersebut akan digunakan sebagai indikator penelitian ini.

2. Tinjauan Mengenai Motivasi Berprestasi a. Pengertian Motivasi Berprestasi

Motivasi dimaknai sebagai dorongan dasar di dalam diri manusia yang berfungsi menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku. Seperti yang diungkapkan Ngalim Purwanto (2006: 73) bahwa “tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu”. Dengan demikian motivasi diperlukan oleh seorang individu untuk bertingkah laku dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


(43)

Menurut Minto Waluyo (2013: 66), “Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan atau gairah untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan dengan hasil sebelumnya”. Seseorang akan terpacu selalu memperbaiki kualitas dirinya untuk menjadi lebih baik. Selanjutnya ketika ia sudah termotivasi maka hasil yang akan diperoleh juga merupakan hasil yang terbaik yaitu mencapai prestasi yang setinggi mungkin.

Pendapat lain dikemukakan oleh Djaali (2013: 103) bahwa Motivasi berprestasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat di dalam diri siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan tertentu (berprestasi setinggi mungkin).

Kondisi fisiologis dan psikologis seseorang berbeda-beda sehingga tingkat Motivasi Berprestasinya juga akan berbeda antara individu satu dengan yang lainnya. Motivasi Berprestasi dimiliki oleh seseorang yang memang sudah memiliki tujuan yang jelas, sehingga usaha yang dilakukan juga memiliki arah untuk pencapaian tujuan tersebut.

Sugihartono dkk (2012: 78) berpendapat bahwa “motivasi berprestasi berarti bahwa siswa belajar untuk meraih prestasi atau keberhasilan yang telah ditetapkannya”. Di dalam diri seorang siswa muncul daya penggerak untuk mencapai taraf prestasi belajar yang setinggi mungkin demi pengharapan kepada dirinya sendiri sebagai usaha untuk mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan/standar keunggulan. Menurut Heckhausen (1967) melalui Djaali (2013:103) “Standar


(44)

29

keunggulan terbagi atas tiga komponen yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, dan standar keunggulan siswa lain”.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa Motivasi Berprestasi adalah suatu dorongan yang berasal dari dalam diri yang mempengaruhi tingkah laku seseorang sehingga tergerak untuk melakukan suatu kegiatan guna mencapai prestasi setinggi mungkin. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Setiap individu mempunyai Motivasi Berprestasi berbeda-beda karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi. Fernald & Fernald (1999) melalui Lili Garliah dan Fatma Kartika (2005: 34) mengungkapkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi Motivasi Berprestasi seseorang yaitu:

1) Keluarga dan kebudayaan (family and cultural) 2) Konsep diri (self concept)

3) Jenis kelamin (sex roles)

4) Pengakuan dan prestasi (recognition and achievement)

Motivasi Berprestasi seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti orangtua dan teman. Bagaimana cara orangtua mengasuh anak inilah yang mempengaruhi tinggi rendahnya Motivasi Berprestasi seseorang. Begitupula dengan kebudayaan terutama yang mengandung tema-tema prestasi sehingga dapat meningkatkan semangat masyarakatnya untuk lebih berprestasi. Konsep diri yang dimiliki seseorang juga akan membuat mereka percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu sehingga berpengaruh dalam bertingkah laku. Seorang individu akan lebih


(45)

termotivasi untuk bekerja lebih keras apabila diri merasa dipedulikan atau mendapat perhatian orang lain.

Berbeda dengan yang diungkapkan oleh A.A Anwar Prabu Mangkunegoro (2009: 104) bahwa ada dua faktor yang sangat mempengaruhi Motivasi Berprestasi dan pencapaian prestasi, yaitu tingkat kecerdasan (IQ) dan kepribadian. Artinya, orang yang mempunyai motivasi prestasinya tinggi bila memiliki kecerdasan yang memadai dan kepribadian yang dewasa akan mampu mencapai prestasi maksimal. Hal ini karena IQ merupakan kemampuan potensi dan kepribadian merupakan kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan fungsi psiko-fisiknya yang sangat menentukan dirinya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Atkinson (melalui Djaali, 2012: 105) menjelaskan bahwa: Motivasi seseorang ditentukan oleh dua faktor, yaitu harapan terhadap suatu subjek dan nilai dari objek itu. Makin besar harapan seseorang terhadap suatu objek dan makin tinggi nilai objek itu bagi orang tersebut, berarti makin besar motivasinya.

Lebih lanjut Atkinson menjelaskan apabila Motivasi Berprestasi tinggi harapan akan suksesnya mengalahkan rasa takut akan mengalami kegagalan, selalu merasa optimis dalam mengerjakan setiap apa yang dihadapinya, sehingga setiap saat selalu termotivasi untuk mencapai tujuan.

Menurut Slameto (2010: 26) motivasi berprestasi terdiri dari tiga komponen yaitu:


(46)

31

Dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk mengetahui, mengerti dan memecahkan masalah. Dorongan kognitif timbul dalam proses interaksi siswa dengan tugas atau masalah

2) Harga diri

Siswa tekun belajar melaksanakan tugas bukan untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan, melainkan untuk memperoleh status dan harga diri.

3) Kebutuhan berafiliasi

Siswa berusaha untuk menguasai bahan pelajaran atau belajar dengan giat untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan dari teman-temannya. Siswa senang bila orang menunjukkan pembenaran terhadap dirinya, maka siswa akan giat belajar, mengerjakan tugas dengan baik, agar memperoleh pembenaran. c. Fungsi Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi perlu dimiliki pekerja atau calon pekerja untuk mencapai kinerja maksimal. Motif ini harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerja, karena Motivasi Berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri. Menurut Ngalim Purwanto (2006: 70), fungsi motivasi adalah:

1) Mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motif berfungsi sebagai penggerak

2) Menentukan arah perbuatan. Yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita

3) Motif menyeleksi perbuatan, menentukan perbuatan yang harus dilakukan guna mencapai tujuan.


(47)

Setiap motivasi itu berkaitan erat dengan suatu tujuan atau cita-cita seseorang. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan makin kuat pula motivasi yang ada pada dirinya. Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 62) berpendapat bahwa ada dua fungsi motivasi, yaitu 1) mengarahkan atau directional function, 2) meningkatkan dan mengaktifkan atau activating and energizing function.

Siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi akan melakukan usaha semaksimal mungkin untuk mampu menguasai kompetensi yang diajarkan guna mencapai kepuasan, prestasi, atau tujuan yang diinginkan siswa. Penguasaan kompetensi yang diajarkan di sekolah nantinya akan berguna sebagai bekal di dunia kerja. Motivasi Berprestasi juga penting sebagai bekal siswa untuk memiliki etos kerja yang tinggi, serta siap dan mampu bersaing di dunia kerja. d. Karakteristik Motivasi Berprestasi Tinggi

Menurut David C. McClelland (1961) dalam Anwar Prabu (2012: 68) orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1) Memiliki tingkat tangung jawab pribadi yang tinggi 2) Berani mengambil dan memikul resiko

3) Memiliki tujuan yang realistik

4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan

5) Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan

6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan


(48)

33

Johson dan Schwitzgebel & Kalb yang dikutip Djaali (2013: 109) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan

2) Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar risikonya

3) Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya

4) Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain

5) Mampu menangguhkan pemuasan keinginnya demi masa depan yang lebih baik

6) Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya, ia akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambang prestasi, suatu ukuran keberhasilan.

Sardiman (2009: 83) menyatakan bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah terhenti sebelum selesai)

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya)

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya)

4) Lebih senang belajar mandiri

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif) 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu)

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini 8) Senang mencari dan memecahkan masalah


(49)

Ada beberapa teori tentang karakteristik seorang individu yang memiliki Motivasi Berprestasi yang tinggi. Namun penelitian ini lebih menitikberatkan bahwa indikator seseorang yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi ditunjukkan dengan karakteristik sebagai berikut: memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, memiliki tujuan yang realistis, memiliki rencana kerja menyeluruh dan berjuang merealisasikan tujuannya, mempunyai daya saing, tekun menghadapi tugas, senang bekerja mandiri, dan bersedia menerima perubahan dan umpan balik.

3. Tinjauan Mengenai Praktik Kerja Industri a. Pengertian Praktik Kerja Industri (Prakerin)

Praktik Kerja Industri merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pelatihan di SMK. Proses penyiapan siswa yang siap kerja akan menjadi kurang maksimal apabila dilakukan hanya di sekolah saja. Kerjasama dengan pihak lain seperti dunia industri dan dunia usaha (DU/DI) sangat diperlukan untuk mendukung Kesiapan Kerja siswa. Kerja sama ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemasangan tamatan yang terangkum dalam program Praktik Kerja Industri.

Pardjono (melalui Zamzam Zawawi, 2012: 400) mendefinisikan Praktik Kerja Industri sebagai berikut:

Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan bagian dari Pendidikan Sistem Ganda yang merupakan inovasi pendidikan SMK yang mana siswa melakukan magang (apprenticeship) di


(50)

35

industri yang relevan dengan program keahliannya selama kurun waktu tertentu.

Model Pendidikan Sistem Ganda (dual system) merupakan sistem yang cukup efektif untuk mendidik dan menyiapkan seseorang untuk memperdalam dan menguasai keterampilan yang rumit yang tidak mungkin atau tidak pernah dilakukan di sekolah. Wardiman Djojonegoro (1998: 79) menjelaskan bahwa

Pendidikan Sistem Ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.

Sedangkan pengertian magang dijelaskan oleh Rebecca Greene (2006: 156) yaitu suatu cara yang menarik untuk memperoleh keahlian yang tidak didapatkan dalam ruang kelas. Magang juga menyediakan:

1) Pengalaman praktis 2) Pelatihan kerja 3) Pengetahuan teknis

4) Kesempatan kerja langsung dengan orang dewasa yang bisa menjelaskan secara mendalam beragam konsep

5) Bimbingan jangka panjang dari seorang ahli

6) Koneksi dengan pekerja dewasa yang memiliki keahlian 7) Menjiwai sebuah lingkungan kerja

8) Nilai jual yang lebih tinggi saat memasuki dunia kerja 9) Kesempatan melihat kehidupan nyata yang sesungguhnya 10)Jalur untuk menghubungkan sekolah dan pekerjaan.

Praktik Kerja Industri atau di beberapa sekolah disebut dengan On The Job Training (OJT) merupakan model pelatihan yang diselenggarakan di lapangan, bertujuan untuk memberikan kecakapan yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan tuntutan


(51)

kemampuan bagi pekerjaan (Oemar Hamalik, 2005: 21). Hal ini sangat berguna untuk para siswa agar dapat beradaptasi dan siap terjun ke dunia kerja, sehingga di dalam bekerja nantinya dapat sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa Praktik Kerja Industri merupakan suatu bentuk kerjasama yang berdasarkan konsep link and match antara dunia pendidikan dan dunia usaha /dunia industri dalam rangka penyiapan lulusan yang mempunyai kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja. Praktik Kerja Industri adalah suatu program praktik keahlian produktif yang bersifat wajib tempuh dengan menerjunkan siswa SMK di dunia usaha atau dunia industri dalam kurun waktu tertentu serta memiliki konsep tersendiri dalam pelaksanaannya dan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kecakapan bekerja siswa guna menciptakan lulusan SMK yang siap kerja.

b. Tujuan Praktik Kerja Industri (Prakerin)

Program Praktik Industri di SMK bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman langsung bekerja pada industri yang sebenarnya. Praktik Kerja Industri akan memberikan pengalaman kerja yang lebih intensif dan sebagai nilai tambah tingkat kompetensi bagi siswa serta pengalaman yang dimilikinya menjadi jauh lebih baik. Oemar Hamalik (2005: 16) mengemukakan “secara umum pelatihan bertujuan mempersiapkan dan membina tenaga kerja, baik struktural


(52)

37

maupun fungsional, yang memiliki kemampuan berdisiplin yang baik”. Dengan demikian kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan siwa agar memiliki rasa siap memasuki dunia kerja.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Prakerin merupakan bagian integral dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang bertujuan untuk:

1) Menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas

2) Memperkokoh link and match antara SMK dan dunia kerja 3) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran

dan pelatihan tenaga kerja berkualitas

4) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan (Anwar, 2006: 49) Sedangkan tujuan yang tertuang dalam Pedoman Pelaksanaan Prakerin SMK Negeri 1 Bantul adalah:

1) Agar siswa memiliki ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat industri

2) Agar siswa memiliki sikap professional sebagaimana tuntutan masyarakat industri

3) Menjalin kerjasama dengan DU/DI sehingga sekolah memiliki data up to date tentang kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai tuntutan DU/DI

4) Agar siswa memiliki pengetahuan tentang dunia pekerjaan sehingga dapat mengetahui peluang kerja yang dapat dimasukinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Praktik Kerja Industri bertujuan untuk menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja, meningkatkan disiplin kerja, memberi penghargaan


(53)

terhadap pengalaman kerja. Melalui Praktik Kerja Industri ini pengalaman siswa dan wawasan tentang dunia kerja secara nyata akan bertambah sehingga diharapkan siswa akan memiliki Kesiapan Kerja yang tinggi.

c. Manfaat Praktik Kerja Industri

Praktik Kerja Industri diharapkan akan dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa tentang kondisi dunia kerja yang sesungguhnya dan pelaksanaan kegiatan ini merupakan suatu pelatihan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan baik dalam hal pengetahuan maupun keterampilan yang sesuai dengan bidang keahlian akuntansi. Selain itu adanya program ini akan membuat sistem pendidikan kejuruan lebih relevan dengan dunia kerja dan sekaligus mengkaitkan SMK dengan industri di wilayah sekitarnya Dengan demikian bimbingan dari dunia usaha maupun dunia industri (DU/DI) sangatlah dibutuhkan, karena diharapkan akan terjadi transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga siswa akan lebih siap memasuki dunia kerja.

Praktik Kerja Industri memiliki banyak manfaat terutama bagi siswa yang melaksanakan. Melalui prakerin siswa dapat praktik kerja secara langsung, mengenal pekerjaan dan permasalahan yang ada di dunia kerja secara nyata serta ikut terlibat dalam proses penyelesaiannya. Prakerin membawa manfaat terutama untuk


(54)

39

membekali siswa keterampilan dan keahlian serta pengalaman yang nantinya berguna ketika terjun di dunia kerja.

Seperti yang disampaikan oleh Oemar Hamalik (2005: 92), “Praktik kerja sebagai bagian integral dalam program pelatihan, perlu bahkan dilaksanakan karena mengandung beberapa manfaat atau kedayagunaan tertentu.” Oleh karena itu perlu kerja sama yang baik antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan dunia usaha/dunia industri, khususnya dalam pelaksanaan Prakerin yang dikembangkan dengan prinsip saling membantu, saling mengisi, dan saling melengkapi untuk keuntungan bersama. Berikut ini adalah manfaat pelaksanaan prakerin bagi siswa yang diungkapkan oleh Oemar Hamalik (2005: 93) antara lain:

1) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan-keterampilan manajemen dalam situasi lapangan yang aktual: hal ini penting dalam rangka belajar menerapkan teori atau konsep atau prinsip yang telah dipelajari sebelumnya 2) Memberikan pengalaman-pengalaman praktis kepada peserta

sehingga hasil pelatihan bertambah kaya dan luas

3) Peserta berkesempatan memecahkan berbagai masalah manajemen di lapangan dengan mendayagunakan kemampuannya

4) Mendekatkan dan menjembatani penyiapan peserta untuk terjun ke bidang tugasnya setelah menempuh program pelatihan tersebut.

Menurut Anwar (2006: 50-51) pelaksanaan Prakerin yang merupakan implementasi dari program PSG memiliki nilai tambah segi tiga antara DUDI, sekolah, dan siswa.

1) Nilai tambah bagi DUDI

a) Dapat mengetahui secara tepat kualitas siswa yang belajar dan bekerja di perusahaan


(55)

b) Pada batas-batas tertentu selama masa pendidikan peserta ddik adalahtenaga kerja yang dapat memberi keuntungan c) Selama proses pendidikan melalui bekerja di DUDI, siswa

lebih mudah di atur dalam disiplin, seperti kebutuhan terhadap aturan perusahaan

d) DUDI dapat memberi tugas kepada siswa untuk mencari ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang relevan

e) Memberi kepuasan bagi DUDI karena ikut serta menentukan hari depan bangsa melalui pendidikan sistem ganda

2) Nilai tambah bagi sekolah

a) Terjaminnya pencapaian tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi siswa

b) Tanggungan biaya pendidikan menjadi ringan

c) Terdapat kesesuaian antara program pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja

d) Memberi kepuasan bagi penyelenggaraan pendidikan 3) Nilai tambah bagi siswa

a) Hasil belajar akan lebih bermakna, karena setelah tamat mereka memiliki keahlian sebagai bekal untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan

b) Waktu untuk mencapai keahlian profesional menjadi singkat

c) Keahlian profesional yang diperoleh melalui PSG dapat mengangkat harga diri dan kepercayaan diri siswa yang selanjutnya dapat mendorong mereka meningkatkan keahlian profesional pada tingkat yang lebih tinggi

d. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri

Penyelenggaraan Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan wujud nyata dari pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Penyelenggaraan Prakerin akan berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal apabila terjadi kerjasama yang baik dari semua pihak yang terlibat. Selain itu, dalam pelaksanaan Prakerin ini harus memperhatikan unsur-unsur yang terkait seperti yang diungkapkan oleh Oemar Hamalik (2005: 92) yaitu:


(56)

41

Penyelenggaraan praktik kerja bertolak dari penyusunan suatu rencana yang lengkap, rinci, dan menyeluruh. Suatu perencanaan yang baik memberikan arah dan dorongan serta sebagai penuntun kepada peserta dan pembimbing dalam melaksanakan kegiatannya di lapangan. Ada lima hal yang perlu dirumuskan dalam suatu rencana praktik yaitu (a) tujuan praktik yang jelas dan spesifik, (b) pokok bahasan atau topik atau bidang kegiatan yang dipraktikkan, (c) jenis-jenis kegiatan yang disarankan, (d) fasilitas dan peralatan yang diperlukan, dan (e) prosedur penilaian.

2) Bentuk-bentuk kegiatan praktik

Bentuk kegiatan praktik ini tergantung pada bidang keahlian yang sedang dilaksanakan. Bidang keahlian di sini adalah pada kompetensi akuntansi.

3) Kegiatan bimbingan bagi peserta

Kegiatan ini dilakukan untuk membantu peserta praktik yang mengalami kesulitan tertentu sehingga ia dapat mengatasi kesulitan tersebut. Kegiatan bimbingan dapat dilakukan dalam empat bentuk yaitu: (a) bimbingan perorangan (b) bimbingan kelompok, (c) pengajaran remidial, dan (d) supervisi klinis. Bentuk bimbingan mana yang akan dilaksanakan tergantung pada jenis kesulitan atau kelemahan yang dialami oleh peserta tentang waktu dan tempat, serta keadaan para peserta sendiri. Pada akhir kegiatan


(57)

bimbingan diperlukan penilaian terhadap yang telah dicapai oleh peserta praktik selama mengikuti Prakerin.

4) Kegiatan penilaian praktik

Kegiatan penilaian yang tepat diperlukan data yang akurat, dan untuk memperoleh data yang akurat dibutuhkan instrumen pengumpulan data yang handal, sehingga dapat diperoleh informasi yang baik dan benar untuk menetapkan tingkat kemajuan peserta praktik. Ada beberapa kegiatan yang perlu dilaksanakan sehubungan dengan prosedur penilaian praktik kerja ialah:

a) Merumuskan tujuan penilaian praktik, yaitu untuk mengetahui sejauh mana kemajuan para peserta praktik selama menempuh Prakerin dan tingkat ketercapaian tujuan praktik. Di samping itu juga untuk mengetahui proses pelaksanaan program dan ketercapaian tujuan program secara keseluruhan.

b) Menentukan aspek-aspek yang hendak dinilai, yakni berkenaan dengan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

c) Menyusun alat penilaian, berupa tes tindakan dan daftar centang atau skala pengamatan, yang disusun berdasarkan tujuan dan aspek-aspek yang hendak dinilai terutama menyangkut penilaian keterampilan.

d) Pelaksanaan penilaian terhadap peserta yang dilaksanakan sejak awal, selama dalam proses dan pada akhir kegiatan praktik, oleh siapa, kapan dan di mana penilaian akan dilaksanakan.

e) Mengolah data pengukuran berdasarkan metode statistik tertentu sesuai dengan jenis data dan derajar keberhasilan yang diharapkan, yang dilanjutkan dengan kegiatan analisis untuk menarik kesimpulan

f) Penyusunan laporan penilaian secara tertulis (Oemar Hamalik, 2005: 99).

Praktik Kerja Industri diarahkan pada pencapaian kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan jabatan pekerjaan-pekerjaan yang berlaku di lapangan pekerjaan. Program pendidikan ini dapat tercapai


(58)

43

jika ada kerja sama yang saling membutuhkan antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Kemampuan professional tidak akan tercapai tanpa adanya peran dari DU/DI karena DU/DI yang paling mengerti standar tenaga kerja yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Apalagi dengan adanya instruktur pembimbing yang merupakan salah satu pegawai DU/DI yang akan mengarahkan, mengajarkan, dan membimbing peserta Prakerin sehingga memperoleh banyak wawasan, ilmu dan keterampilan di dunia kerja secara langsung.

Kegiatan Prakerin tentunya dilaksanakan dengan terencana dan sistematis yang terdiri atas tahapan-tahapan kegiatan. Menurut Wahyu Nurharjadmo (2008: 222-224) dalam pelaksanaan Prakerin ada beberapa tahapan kegiatan yaitu:

1) Tahap Persiapan, yang meliputi beberapa kegiatan, yaitu:

a) Persiapan Perangkat administrasi prakerin, meliputi: buku jurnal siswa prakerin, buku saku/ petunjuk siswa prakerin, buku jurnal untuk pembimbing, surat permohonan Prakerin ke institusi pasangan, surat pengantar pengiriman siswa ke industri, blangko surat keterangan prakerin, dan blangko monitoring

b) Pemetaan Prakerin

Pemetaan prakerin merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kejelasan tentang berbagai hal, diantaranya adalah kejelasan pihak yang terlibat serta jadwal kegaiatn prakerin.


(59)

Pemetaan ini dilakukan oleh Kelompok Kerja (POKJA) PSG dengan berkoordinasi dengan POKJA yang lain

c) Pembekalan Prakerin

Sebelum siswa diterjunkan untuk melakukan praktik kerja industri maka kepada para siswa perlu diberikan pembekalan d) Pembentukan pembimbing Prakerin

Pembimbing ini bertugas membimbing siswa pakerin mulai saat penerjunan, monitoring, penarikan sampai pengujian hasil prakerin.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Penerjunan siswa prakerin

Pelaksanaan prakerin di mulai dengan penerjunan siswa ke institusi pasangan. Proses penerjunan ini dilakukan secara formal di sekolah, dilepas oleh kepala sekolah untuk selanjutnya oleh masing-masing pembimbing diserahkan pada institusi pasangan.

b) Monitoring dan evaluasi awal siswa prakerin oleh pembimbing Setelah diterjunkan maka para siswa peserta prakerin akan dimonitor oleh pembimbing. Kegiatan ini dilakukan selama prakerin berlangsung.

c) Penarikan siswa prakerin

Proses penarikan siswa prakerin dilakukan sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan.


(60)

45

3) Tahap Evaluasi

a) Uji kompetensi prakerin

Evaluasi pelaksanaan prakerin dimulai dengan melakukan uji prakerin di sekolah oleh pembimbing prakerin bagi siswa. Dalam rangka melaksanakan uji kompetensi ini semua siswa yang mengikuti prakerin diuji satu persatu untuk mendapatkan hasil akhir tentang hasil prakerin yang telah dilakukan.

b) Lokakarya hasil prakerin

Selain evaluasi per siswa proses evaluasi atas kegiatan prakerin juga dilakukan secara komprehensif oleh sekolah dalam bentuk lokakarya. Hasil evaluasi ini akan dirumuskan menjadi dokumen guna perbaikan pada pelaksanaan prakerin pada periode berikutnya.

Terkait dengan evaluasi pelaksanaan praktik, Oemar Hamalik (2005: 120-126) menambahkan bahwa evaluasi atau penilaian hasil pelatihan meliputi beberapa hal yaitu:

1) Evaluasi aspek pengetahuan

Evaluasi terhadap aspek pengetahuan bertujuan untuk mengetahui; a) penguasan siswa tentang pengenalan fakta-fakta; b) tingkat pemahaman siswa mengenai konsep-konsep dan teori; c) kemampuan siswa dalam penerapan prinsip-prinsip dalam materi pelatihan; d) kemampuan siswa mengkaji (analisis) suatu masalah dan upaya pemecahannya; e) kemampuan peserta mengenai kegiatan dan produk yang dihasilkan

2) Evaluasi aspek keterampilan

Evaluasi dilakukan pada akhir pelatihan yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan keterampilan siswa.

3) Evaluasi aspek sikap

Sikap mengandung beberapa unsur yakni penghargaan, minat, nilai, disiplin, kesadaran, dan watak.


(61)

Hasil evaluasi/penilaian tersebut diperlukan sebagai informasi akurat, masukan atau bahan pertimbangan bagi pengelola dan pengembangan program pelatihan untuk membuat keputusan tentang program tersebut. Sehingga nantinya pelaksanaan program pelatihan pada periode selanjutnya akan menjadi lebih baik setelah adanya evaluasi tersebut.

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Praktik Kerja Industri terdiri dari tiga pokok kegiatan yaitu Kegiatan Pra Prakerin (persiapan dan perencanaan), Kegiatan selama Prakerin, dan Kegiatan Pasca Prakerin/evaluasi. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur Praktik Kerja Industri adalah dari pemahaman siswa tentang Prakerin dan pelaksanaan program Prakerin. Pelaksanaan Prakerin meliputi kegiatan Pra Prakerin (pembekalan kegiatan), kegiatan selama Prakerin (kesesuaian pengetahuan/keterampilan dengan dunia kerja, fasilitas praktik, dan monitoring dari guru pembimbing dan pembimbing industri/instruktur) dan kegiatan Pasca Prakerin/evaluasi. 4. Tinjauan Mengenai Kepercayaan Diri

a. Pengertian Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri (Self Confidence) adalah suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri. Sikap ini merupakan salah satu sikap mental yang menjadikan individu lebih berani dalam


(1)

237


(2)

238


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25