Hasil Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah

iii Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah lamban. iv Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. v Pada kuadran II dan kuadran IV terdapat garis miring yang membentuk sudut 45 dan memotong kedua kuadran tersebut. Bagian atas garis tersebut menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah yang progresif maju, sedangkan dibawah garis berarti wilayah yang bersangkutan menunjukkan wilayah yang lamban.

2.5. Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian dari Restuningsih 2004 mengenai pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta pada masa krisis ekonomi dengan menggunakan analisis shift share, menunjukkan pada masa krisis ekonomi pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta, menurun sebesar Rp-5.284.370 juta -7,60 persen sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional menurun sebesar Rp-6.505.500 juta -1,50 persen. Akan tetapi, masa krisis ekonomi mengakibatkan peningkatan PDRB DKI Jakarta terhadap pengaruh pertumbuhan pangsa wilayah sebesar Rp111.921 juta 0,16 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan yang cepat terdapat pada sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor pertanian serta sektor jasa-jasa. Berdasarkan penelitian Rini 2006 mengenai pertumbuhan sektor-sektor perekonomian 30 provinsi di Indonesia tahun 1998 dan 2003 dengan menggunakan analisis shift share, menunjukkan terjadi pergeseran pertumbuhan pada tahun 1998 dan 2003 pada beberapa provinsi terkait dengan pemekaran provinsi yang terjadi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi pada masa ini menunjukkan pertumbuhan yang positif. Kontribusi pertumbuhan ekonomi nasional pada masa itu meningkat sebesar 21 persen. Provinsi dengan kontribusi pertumbuhan ekonomi terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat sedangkan terkecil adalah Provinsi Maluku. Secara sektoral, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang mempunyai nilai pertumbuhan nasional terbesar. Berdasarkan nilai pergeseran bersih terdapat 16 provinsi yang termasuk dalam kelompok provinsi yang pertumbuhannya progresif sedangkan 14 provinsi lain termasuk dalam pertumbuhan lambat. Putra 2004 dalam penelitiannya mengenai pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kota Jambi sebelum dan pada masa Otonomi Daerah menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1994-1996, Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki laju pertumbuhan paling cepat, sedangkan sektor yang laju pertumbuhannya paling lambat adalah sektor jasa. Dilihat dari daya saing, sektor pertambangan merupakan sektor yang memiliki daya saing paling baik bila dibandingkan dengan kabupaten lain adalah sektor industri pengolahan. Pada masa Otonomi Daerah pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kota Jambi termasuk dalam kelompok pertumbuhan lambat. Pertumbuhan yang lambat ini bukan berarti kebijakan Otonomi Daerah tidak efektif, tetapi karena pada penelitiannya kurun waktu yang digunakan hanya 2 tahun yaitu tahun 2000-2002 sehingga belum terlihat dengan jelas perubahan struktur perekonomian. Setiawan 2004 dalam penelitiannya mengenai pertumbuhan ekonomi antar kab kota di Provinsi Sumatera Utara 1993-2002, memperlihatkan adanya peningkatan perekonomian Provinsi Sumatera Utara pada kurun waktu 1993-1997. Hal ini dapat dilihat dari PDRB Provinsi Sumatera utara yang tumbuh sebesar 38 persen. Daerah yang memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB adalah Kota Medan. Pada kurun waktu 1997-2002 juga memperlihatkan pertumbuhhan yang positif yakni dengan pertumbuhan sebesar 18 persen. Pertumbuhan nasional tebesar adalah Kota Medan. Hal ini berarti Kota Medan merupakan daerah yang memberikan kontribusi paling besar. Sedangkan wilayah yang paling lambat pertumbuhannya adalah Kabupaten Langkat. Mahardini 2006 penelitiannya tentang Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat Periode Sebelum dan Sesudah Pemekaran Wilayah 1995-2004, menunjukkan bahwa selama periode tersebut pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan PDRB Total pada periode sebelum pemekaran sebesar 0,15 mengalami peningkatan menjadi 0,20 pada periode setelah pemekaran wilayah. Pertumbuhan PDRB tidak lepas dari kontribusi sektoral di Provinsi Jawa Barat sebelum dan sesudah pemekaran wilayah kontribusi terbesar sebelum pemekaran wilayah dimiliki sektor industri, setelah pemekaran wilayah dimiliki oleh sektor utilitas. Pertumbuhan sektor primer merupakan yang paling kecil selama dua periode penelitian. Kabupaten dan kota secara konsisten tumbuh progresif pada dua periode ini adalah Kabupaten Bekasi dan Kota Bogor. Kabupaten Sumedang, Cianjur, Ciamis dan Purwakarta tidak tumbuh progresif selama dua periode. Kota hasil pemekaran yang sudah dapat tumbuh progresif periode 2000-2004 adalah Kota Depok dan Kota Bekasi. Kota Banjar, Tasikmalaya dan Cimahi periode 2000-2004 daerah ini belum mampu tumbuh progresif dibandingkan daerah lain di Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Sumedang, Cianjur, Ciamis dan Purwakarta memiliki pertumbuhan yang paling lambat. Penelitian sebelumnya lebih fokus pada pertumbuhan PDRB Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat antara periode sebelum dan sesudah pemekaran. Pada penelitian ini, analisis Shift Share akan dipergunakan untuk menganalisis pertumbuhan sektor- sektor perekonomian Provinsi Jawa Barat dibandingkan dengan Perekonomian Nasional dengan tiga titik waktu yaitu sebelum krisis, pada masa krisis, dan setelah krisis ekonomi 1993-2005. Penelitian ini lebih di tekankan untuk melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian serta kontribusinya terhadap perekonomian Provinsi Jawa Barat dan Nasional. 2.6. Kerangka Pemikiran Penelitian Kondisi perekonomian suatu wilayah selain dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut juga sangat di pengaruhi oleh kondisi perekonomian nasionalnya. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian nasional. Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia sangat berpengaruh terhadap perekonomian Jawa Barat. Sebelum terjadi krisis ekonomi Jawa Barat merupakan wilayah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDB Nasional. Namun pada masa krisis dan setelah krisis peranan Jawa Barat terhadap PDB Nasional berada pada peringkat ketiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur lihat Tabel 1.2. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat terus berfluktuasi. Keadaan tersebut mempengaruhi sektor-sektor ekonomi yang ada didalamnya, sehingga terjadi perubahan-perubahan kontribusi. Apabila sektor-sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang cepat maka wilayah tersebut akan tumbuh dengan pesat dan sebaliknya. Laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi Jawa Barat ini akan dianalisis dengan menggunakan analasis shift share, kegunaan dari alat analsis ini adalah untuk melihat pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan sektor ekonomi, daya saing sektor ekonomi dan profil pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Informasi mengenai pertumbuhan sektor-sektor ekonomi sebelum, pada masa dan setelah krisis ekonomi, diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam menentukan arah perencanaan pembangunan dalam membuat kebijakan serta implikasi dari kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Untuk lebih jelasnya alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual Kondisi Perekonomian Jawa Barat Sebelum krisis ekonomi 1993-1996 Setelah krisis ekonomi 2002-2005 Pertumbuhan sektor-sektor Perekonomian Laju pertumbuhan masing-masing sektor Pertumbuhan dan daya saing masing-masing sektor Profil pertumbuhan masing-masing sektor Implikasi Kebijakan terhadap Perekonomian Jawa Barat Pada masa krisis ekonomi 1997-2001

III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut berupa data PDRB Provinsi Jawa Barat dan PDB Nasional tahun 1993-2005 yang disajikan berdasarkan harga konstan 1993 menurut sektor- sektor perekonomian. Adapun kurun waktu yang digunakan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi 3 periode. Periode pertama adalah sebelum krisis ekonomi yaitu tahun 1993-1996, periode kedua adalah pada masa krisis ekonomi tahun 1997-2001, dan periode ketiga adalah setelah krisis ekonomi tahun 2002-2005. Tahun 1993 dijadikan sebagai tahun dasar analisis dan tahun 1996 sebagai tahun akhir analisis pada periode pertama. Pada periode kedua, tahun 1997 dijadikan sebagai tahun dasar analisis dan tahun 2001 sebagai tahun akhir analisis. Sedangkan pada periode ketiga, tahun 2002 sebagai tahun dasar analisis dan tahun 2005 sebagai tahun akhir analisis. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS Jakarta, sedangkan data penunjang lainnya diperoleh dari instansi terkait, seperti : Lembaga Sumberdaya Informasi LSI IPB, perpustakaan di lingkungan IPB dan berbagai literatur dari internet.

3.2. Metode Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan sektor ekonomi pada suatu wilayah tertentu adalah analisis shift share. Dengan analisis shift share, dapat diketahui perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya dan menunjukkan