3.3. Definisi Operasional Data
1. Produk Domestik Regional Bruto PDRB PDRB merupakan salah satu indikator untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh tentang kondisi perekonomian di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Pada dasarnya PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan
seluruh unit usaha di suatu wilayah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Dalam perhitungan
PDRB digunakan dua macam harga, yakni PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. Namun dalam penelitian ini menggunakan PDRB
atas dasar harga konstan BPS, 2002. PDRB atas dasar harga konstan dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar dan digunakan
untuk melihat pertumbuhan ekonomi riil dari tahun ke tahun. 2. Produk Domestik Bruto PDB
PDB Nasional pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu unit ekonomi BPS, 2002.
3. Tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis Tahun dasar analisis merupakan tahun yang dijadikan sebagai patokan dan
dasar untuk menganalisis atau dapat dikatakan sebagai tahun awal dalam menganalisis data. Sedangkan tahun akhir analisis merupakan tahun yang
dijadikan sebagai akhir dalam menganalisis data Budiharsono, 2001.
4. Sektor ekonomi Sektor ekonomi merupakan kesatuan dari unit-unit produksi yang
dihasilkan oleh suatu wilayah tertentu. Sektor ekonomi di Provinsi Jawa Barat terdiri atas sembilan sektor, yang meliputi : 1 sektor pertanian, 2 sektor
pertambangan dan penggalian, 3 sektor industri pengolahan, 4 sektor listrik, gas dan air, 5 sektor bangunan, 6 sektor perdagangan, hotel dan restoran, 7
sektor pengangkutan dan komunikasi, 8 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan 9 sektor jasa-jasa BPS, 2002.
1. Sektor Pertanian Mencakup usaha tanaman bahan makanan dan tanaman hias, usaha
pemeliharaan ternak serta usaha pemeliharaan ikan, penangkapan ikan dan pengambilan hasil-hasil laut. Tanaman bahan pangan mencakup produksi
padi, jagung, ketela pohon, ketela rambut, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Sedangkan untuk tanaman lainnya mencakup anggrek dan
produksi bunga lainnya. Untuk sektor peternakan dan hasil-hasilnya meliputi produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasilnya seperti
sapi, kerbau, babi, kambing, domba, telur, susu segar serta hasil pemotongan hewan. Dan untuk sektor perikanan mencakup hasil dari kegiatan laut,
perairan umum, tambak, kolam, sawah serta pengolahan sederhana pengeringan dan penggaraman ikan.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Pertambangan dan penggalian mencakup seluruh usaha kegiatan
penambangan, penggalian dan penggaraman oleh rakyat. Pada dasarnya
usaha kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam barang tambang, mineral dan barang galian berbentuk padat, cair dan gas,
baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan pengusahaan benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari
barang tambang dan galian sehinggga memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut.
3. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan
meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi maupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat
sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan dan perusahaan
lainnya. 4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkitan dan distribusi tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh PLN maupun non PLN. Cakupannya
termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industri dan sektor lain
kecuali dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Sektor gas meliputi kegiatan produkis dan penyediaan gas kota untuk dijual baik
kepada sektor lain maupun ke rumah tangga. Sektor air minum mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk
menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya melalui pipa baik ke rumah tangga ataupun ke sektor lain sebagai pemakai
5. Sektor Bangunan Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh
kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekejaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha dan
individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumah tangga dan unit-unit
perusahaan bukan perusahaan bangunan. 6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor ini terdiri atas tiga subsektor yakni subsektor perdagangan besar dan eceran, subsektor hotel dan subsektor restoran. Kegiatan perdagangan
meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan, impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengubah bentuk barang
tersebut. Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung. Kegiatan perhotelan meliputi
usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan untuk jangka waktu relatif singkat.
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang,
baik melalui darat, laut, sungai danau, udara dan termasuk jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Kegiatan pengangkutan umumnya mengangkut
barang dan penumpang dari satu tempat ketempat lain atas dasar suatu
pembayaran. komunikasi meliputi suatu usaha jasa pos dan giro seperti kegiatan pengiriman surat, paket, wesel dan lain-lain.
8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Meliputi kegiatan bank, lembaga keuangan tanpa bank, sewa bangunan
serta jasa perusahaan. 9. Sektor Jasa-jasa
Mencakup jasa pemerintahan umum dan pertahanan serta jasa swasta yang meliputi jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi serta jasa
perorangan dan rumah tangga. 5. Krisis
Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik turning point yang dapat membuat sesuatu tambah parah atau tambah buruk. Suatu krisis menurut pendapat
Steven Fink 1986 dapat dikategorikan kedalam empat level perkembangan, yakni : 1 Masa pre-krisis predromal crisis stage, 2 Masa krisis akut acute
crisis stage, 3 Masa krisis kronis chronic crisis stage, 4 Masa resolusi krisis crisis resolution stage.
1. Masa pre-krisis Suatu krisis yang besar biasanya telah didahului oleh suatu pertanda bahwa
akan ada krisis yang terjadi. Masa terjadinya atau munculnya pertanda ini disebut masa pre-krisis.
2. Masa Krisis Akut Acute stage. Bila pre-krisis tidak dideteksi dan tidak diambil tindakan yang sesuai maka
masa yang paling ditakuti akan terjadi. Masa krisis akut ini jika
dibandingkan dengan masa krisis kronis jauh lebih singkat. Tetapi masa akut adalah masa yang paling menegangkan dan paling melelahkan anggota tim
yang menangani krisis. 3. Masa kronis krisis.
Masa ini adalah masa pembersihan akibat dari krisis akut. Masa ini adalah masa ‘recovery’, Masa mengintrospeksi kenapa krisis sampai terjadi. Masa
kronis berlangsung panjang, tergantung pada jenis krisis. Masa kronis adalah masa pengembalian kepercayaan publik.
4. Masa kesembuhan dari krisis. Masa ini adalah masa dimana segala sesuatu sudah kembali seperti
sediakala.
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT 4.1. Gambaran Umum Wilayah Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat secara geografis, terletak diantara 5 50
’
-7 50
’
Lintang Selatan dan 104
48
’
-108 48
’
Bujur Timur. Batas- batas wilayahnya adalah : • Sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa
• Sebelah Timur berbatasan dengan provinsi JawaTengah • Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia
• Sebelah Barat, berbatasan dengan DKI Jakarta dan Provinsi Banten Jawa Barat memiliki iklim tropis dengan suhu 9
C di Puncak Gunung Pangrangu dan 34
C di pantai utara Jakarta. Curah hujan rata-rata 161,00 mm per tahun, dengan rata-rata hujan untuk tahun 2004 adalah 16 hari. Kondisi geografis
Jawa Barat yang strategis merupakan keuntungan bagi daerah Jawa Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kawasan utara merupakan
daerah berdataran rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta kawasan tengah dataran tinggi bergunung-gunung. Selain itu
Jawa Barat juga memiliki lahan yang subur yang berasal dari endapan vulkanis serta banyaknya aliran sungai, sehingga menyebabkan sebagian besar dari luas
tanahnya digunakan untuk pertanian. Hal ini menyebabkan Provinsi Jawa Barat ditetapkan sebagai lumbung pangan nasional BPS Jawa Barat, 2003.
4.2. Kependudukan
Luas wilayah Jawa Barat adalah 35.746,27 km
2
dengan jumlah penduduk mencapai 39,96 juta orang hingga tahun 2005. Pada tahun tersebut jumlah