Analisis kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi sebelum dan sesudah krisis ekonomi

(1)

OLEH MILA KARMILA

H14102082

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(2)

RINGKASAN

MILA KARMILA. Analisis Kesempatan Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi (dibimbing oleh FIFI DIANA THAMRIN).

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, menimbulkan dampak yang sangat luas bagi perekonomian Indonesia. Menurunnya nilai tukar rupiah, melemahnya investasi dan terjadinya inflasi yang tidak terkendali menimbulkan kelesuan usaha pada setiap sektor perekonomian yang juga menyebabkan menurunnya kesempatan kerja di setiap sektor perekonomian tersebut. Bahkan dibeberapa sektor perekonomian terjadi pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran sehingga pengangguran semakin meningkat. Dampak krisis ekonomi ini merata dirasakan oleh seluruh wilayah di Indonesia, temasuk Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bekasi.

Tujuan yang ingin dicapai adalah pertama, Menganalisis laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat era sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi. Kedua, Menganalisis ketiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu Pertumbuhan Regional (PR), Pertumbuhan Proporsional (PP), dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan sesudah krisis ekonomi.

Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja Propinsi Jawa Barat yang dicerminkan dari data jumlah tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan usaha, tahun 1992-1997 untuk data sebelum krisis dan tahun 1999-2004 untuk data setelah krisis. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi, Badan Pusat Statistik Nasional, Dinas Ketenagakerjaan Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi dan data-data pendukung yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti perpustakaan-perpustakaan di IPB maupun di luar lingkungan IPB. Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan sektor ekonomi pada suatu wilayah tertentu adalah analisis Shift Share dengan menggunakan software Microsoft Excel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa era sebelum krisis ekonomi laju pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi mengalami penurunan sebesar 43,79 persen. Sebaliknya terjadi peningkatan laju pertumbuhan kesempatan kerja era sesudah krisis ekonomi sebesar 69,21 persen. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat era pra krisis ekonomi memiliki laju pertumbuhan yang meningkat sebesar 9,39 persen, dan era sesudah krisis ekonomi terjadi penurunan laju pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 11,08 persen. Era sebelum krisis ekonomi memiliki nilai PRij yang positif, berarti bahwa pertumbuhan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat telah mempengaruhi peningkatan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 65.360 jiwa atau 3,39 persen. Sedangkan setelah krisis


(3)

krisis ekonomi. Secara umum lapangan kerja di Kabupaten Bekasi era sebelum krisis ekonomi tidak mampu bersaing baik dalam menyerap tenaga kerja, bila dibandingkan dengan rata-rata wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. Hal ini diperlihatkan dari nilai PPWij yang negatif, yaitu sebesar -40.971 jiwa atau -56,82 persen. Sedangkan era sesudah krisis ekonomi sebaliknya, hal ini diperlihatkan dengan nilai PPWij yang positif yaitu sebesar 325.697 jiwa atau 79,09 persen.

Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah pertama, Pemerintah daerah Kabupaten Bekasi diharapkan dapat terus mendorong perkembangan sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor pengangkutan, dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, yang mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi. Kedua, pemerintah diharapkan menetapkan Peraturan Daerah (Perda) yang dapat meningkatkan pertumbuhan lapangan pekerjaan seperti, sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor informal agar mampu berkembang dengan baik, sehingga mempengaruhi sektor pertanian, dan sektor listrik, gas, dan air bersih yang kurang berkembang di Kabupaten Bekasi agar penyerapan tenaga kerja dapat merata di seluruh lapangan pekerjaan yang ada di Kabupaten Bekasi.


(4)

ANALISIS KESEMPATAN KERJA PADA

SEKTOR - SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN BEKASI

SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS EKONOMI

Oleh : MILA KARMILA

H14102082

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(5)

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Mila Karmila

Nomor Registrasi Pokok : H14102082 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Kesempatan Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI PENELITIAN ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2006

Mila Karmila


(7)

Ciamis, sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat. Penulis adalah anak keempat dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Idi dan Ibu Nanang. Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SDN 2 Tanjung Mulya Ciamis, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Panumbangan Ciamis dan lulus pada Tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 2 Cikarang Utara dan lulus pada Tahun 2002.

Tahun 2002, penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu di Institut Pertanian Bogor, melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi, seperti Forum Mahasiswa Islam Fakultas Ekonomi dan Manajemen (Formasi) dan Persatuan Mahasiswa Galuh Ciamis (PMGC).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi adalah “Analisis Kesempatan Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi”. Pada masa krisis ekonomi negara kita mengalami keterpurukan di berbagai bidang kehidupan khususnya di bidang ekonomi, sehingga berpengaruh terhadap kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar laju pertumbuhan kesempatan kerja sebelum dan setelah terjadinya krisis, khususnya di daerah Kabupaten Bekasi. Diharapkan dengan adanya penelitian ini pemerintah Kabupaten Bekasi bisa memperluas kesempatan kerja, khususnya di daerah Kabupaten Bekasi. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan hormat, penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Fifi Diana Thamrin, SP. M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan dorongan baik teknis, maupun teoritis dalam prosos pembuatan skripsi ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan

masukan kepada penulis.

3. Widyastutik, SE. M. Si sebagai Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan kepada penulis.

4. Pihak Dinas Ketenagakerjaan Pemda Kabupaten Bekasi, BPS Kabupaten Bekasi, BPS Nasional, serta instansi-instansi terkait yang telah memberikan informasi kepada penulis.


(9)

6. Saudara-saudaraku dan keponakan-keponakanku tersayang yang telah memberikan semangat dan kasih sayangnya kepada penulis.

7. Teguh Suyanto, S.Pi. yang selalu setia memberikan semangat, dukungan, kesabaran dan kasih sayangnya kepada penulis.

8. Sayyidah Majaningtyas, selaku pembahas dan sahabat penulis yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis.

9.

teman-teman seperjuangan : Nani, SE, Esti, SE, Erni, SE, dan Nitta W, dan seluruh IE 39 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas kebersamaannya ketika kuliah di IPB.

10. Sahabat dan teman-temanku, serta AZ-Zahra Crew, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah mengisi hari-hari penulis semakin berkesan selama kuliah di IPB.

11. Peserta seminar dan IE 40, yang telah bersedia hadir dalam seminar penulis dan memberikan masukan yang membantu dalam peyelesaian skripsi ini.

Bogor, September 2006

Mila Karmila


(10)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

2.1. Tinjauan Teori... 12

2.1.1. Kesempatan Kerja ... 12

2.1.2. Krisis Ekonomi ... 14

2.1.3. Teori Tenaga Karja ... 15

2.1.4. Fungsi Permintaan Akan Tenaga Kerja ... 16

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu... 21

2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22

2.3.1 Teknik Analisis Shift Share ... 22

2.3.2. Kelebihan Analisis Shift Share... 25

2.3.3. Kelemahan Analisis Shift Share... 26

2.3.4. Analisis Kesempatan Kerja ... 28

2.3.5. Rasio Kesempatan Kerja di Kabupaten dan Kesempatan Kerja di Propinsi Pada Sektor-Sektor Perekonomian (Nilai ri, Ra dan Ri) ... 28

2.3.7. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 29

2.3.8. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian ... 30

2.3.9. Kerangka Pemikiran Konseptual... 32

III. METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Tempat Penelitian ... 36


(11)

ii

3.3. Metode Analisis ... 37

3.3.1. Analisis Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja Propinsi Jawa Barat ... 37

3.3.2. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten dan Kesempatan Kerja Propinsi (Nilai ri, Ri dan Ra) ... 39

3.3.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 40

3.3.4. Analisis Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Perekonomian ... 44

IV. GAMBARAN UMUM ... 47

4.1. Perkembangan Penduduk dan Tenaga Kerja... 47

4.2. Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Bekasi... 49

4.3.1. Sektor Pertanian ... 49

4.3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 50

4.3.3. Industri Pengolahan... 50

4.3.4. Listrik, Gas, dan Air Minum ... 51

4.3.5. Bangunan / Konstruksi... 52

4.3.6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran ... 52

4.3.7. Pengangkutan dan Komunikasi... 52

4.3.8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya ... 53

4.3.9. Jasa-Jasa ... 53

4.3. Penerimaan dan Pengeluaran Daerah Kabupaten Bekasi... 53

4.3.1. Penerimaan Daerah Kabupaten Bekasi ... 53

4.3.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi ... 54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 56

5.1. Analisis Kesempatan Kerja Pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi dan Propinsi Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi ... 56

5.2. Rasio Kesempatan Kerja di Kabupaten Bekasi dan Kesem- patan Kerja di Propinsi Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi ... 68

5.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi ... 72


(12)

iii

5.4. Pergeseran Bersih Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja

Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi ... 80

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 88

6.1. Kesimpulan ... 88

6.2. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(13)

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Selama

Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 1996-2004 (Jiwa)... 2 2. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di

Provinsi Jawa Barat Tahun 1999-2004 (Jiwa) ... 4 3. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

1993 di Provinsi Jawa Barat Tahun 1993-2003 (Juta Rupiah) ... 5 4. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di

Kabupaten Bekasi Tahun 1992-1997 (Jiwa) ... 6 5. PDRB Kabupaten Bekasi atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun

1993-1998 (Juta Rupiah)... 7 6. PDRB Kabupaten Bekasi atas Dasar Harga Konstan 1993

Menurut Lapangan Usaha Tahun 1999-2004 (Juta Rupiah) ... 9 7. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2004

(Jiwa)... 46 8. Jumlah PendudukMenurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

Tahun 2004 (Jiwa) ... 47 9. Banyaknya Pencari Kerja yang Terdaftar Tahun 2000-2004

(Jiwa)... 48 10. Jumlah Tenaga kerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten

Bekasi Tahun 2004 (Jiwa)... 48 11. Perusahaan Besar dan Sedang Menurut Kelompok Industri

Tahun 2004 ... 51 12. Penerimaan Daerah dan Pajak Serta Persentasenya Terhadap

PDRB Tahun 2004 (Rupiah)... 54 13. Pengeluaran Daerah serta Persentasenya terhadap PDRB

Kabupaten Bekasi Tahun 2004 (Rupiah) ... 54 14. Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992- 1997 (Jiwa) ... 56 15. Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi


(14)

v

16. Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 (Jiwa) ... 63 17. Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi

Tahun 1999 – 2004 (Jiwa)... 66 18. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ... 69 19. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 ... 70 20. Komponen Pertumbuhan Regional di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ... 72 21. Komponen Pertumbuhan Nasional Kabupaten Bekasi Sesudah

Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 ... 74 22. Komponen Pertumbuhan Proporsional di Kabupaten Bekasi

Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ... 75 23. Komponen Pertumbuhan Proporsional di Kabupaten Bekasi

Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004... 77 24. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Kabupaten Bekasi

Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ... 78 25. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Kabupaten Bekasi

Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004... 79 26. Pergeseran Bersih Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi

Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ... 80 27. Pergeseran Bersih Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi


(15)

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Kurva Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek dan Jangka Panjang 19 2. Terbentunya Permintaan dan Penawaran Pasar Tenaga Kerja dengan

Penentuan Tingkat Upah Pasar ... 20

3. Model Analisis Shift Share... 24

4. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian ... 30

5. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 35

6. Profil Pertumbuhan Lapangan usaha di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ... 82

7. Profil Pertumbuhan Lapangan Usaha di Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999 2004 ... 86


(16)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan

Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 1992-1997... 95 2. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan

Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 1999-2004... 96 3. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 1992-1997 ... 97

4. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

di Provinsi Jawa Barat Tahun 1999-2004 ... 98 5. Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi

Tahun 1999-2004 ... 99 6. Kesempatan Kerja Propinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi

Tahun 1999-2004 ... 100 7. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi

Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-1997 ... 101 8. Analisis Shift Share Berdasarkan Komponen Pertumbuhan

Wilayah di Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun


(17)

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada Tahun 1998, menimbulkan dampak yang sangat luas bagi perekonomian Indonesia. Menurunnya nilai tukar rupiah, melemahnya investasi dan terjadinya inflasi yang tidak terkendali menimbulkan kelesuan usaha pada setiap sektor perekonomian yang juga dapat menyebabkan menurunnya kesempatan kerja di setiap sektor perekonomian tersebut.

Krisis ekonomi ini mengakibatkan aktivitas dari setiap sektor perekonomian menjadi terhambat, sehingga tidak bisa menjalankan aktivitasnya dengan normal. Hal ini berdampak buruk terhadap perkembangan sektor-sektor perekonomian tersebut. Oleh karena itu, banyak sektor-sektor perekonomian yang mengurangi pemakaian jumlah tenaga kerja, bahkan dibeberapa sektor perekonomian terjadi pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran sehingga pengangguran semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 memperlihatkan bahwa pada Tahun 1998, yaitu pada saat krisis ekonomi melanda negara kita, walaupun dilihat secara keseluruhan penyerapan tenaga kerja nasional mengalami peningkatan, namun bila dilihat dari penyerapan tenaga kerja pada setiap sektor ekonomi mengalami penurunan, kecuali untuk sektor pertanian dan sektor pengangkutan. Penurunan ini disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi sangat mempengaruhi aktivitas sektor-sektor perekonomian, terutama sektor-sektor yang dalam proses produksinya menggunakan bahan impor dan sangat rentan terhadap perubahan nilai tukar dan


(18)

2

suku bunga, sehingga juga berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian dan sektor pengangkutan tidak terlalu terpengaruh oleh terjadinya krisis ekonomi, karena sektor ini tidak terlalu rentan terhadap perubahan nilai tukar dan suku bunga, sehingga masih mampu memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja.

Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 1996-2004 (Jiwa)

Tahun Sektor

Usaha 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

1 43,51 41,47 46,98 45,75 48,33 47,38 48,44 51,31 48,41

2 0,90 1,04 0,80 0,87 0,54 * 0,75 0,87 1,23

3 12,60 13,12 11,84 13,73 13,90 14,41 14,44 13,70 13,20

4 0,20 0,28 0,18 0,22 0,09 * 0,21 0,18 0,28

5 4,50 4,99 4,20 4,07 4,22 4,57 5,09 4,83 5,41

6 18,88 20,21 20,04 20,90 22,05 20,82 21,21 20,56 22,79

7 4,69 4,92 4,95 5,01 5,43 5,30 5,57 5,89 6,53

8 0,82 0,78 0,74 0,76 1,06 1,34 1,18 1,56 1,34

9 13,90 14,99 14,77 14,57 11,44 13,12 12,35 11,73 12,53 Total 100,00 101,80 104,51 105,87 107,05 108,25 109,25 110,63 111,72 Sumber : BPS (Perluasan Sakernas), 1996-2004

* Pendataan pada tahun 2001 kedua lapangan usaha ini digabungkan sebagai lapangan usaha lain-lain yang nilainya sebesar 1.091.120 jiwa.

Keterangan : 1. Pertanian 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

2. Pertambangan dan Penggalian 7. Pengangkutan

3. Industri Pengolahan 8. Bank dan Lembaga Keuangan lain

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa

5. Bangunan/Konstruksi

Tahun 1999 sampai Tahun 2004, seluruh sektor perekonomian mengalami pertumbuhan kesempatan kerja yang semakin meningkat. Menurut Prasentiantono (2000), beberapa indikator yang menampakkan gejala membaik (Mei 1999), setidaknya ada lima indikator utama yang tampil impresif :

1. Kurs rupiah cenderung stabil, dan bahkan menguat sampai level Rp 8000-an per dollar AS.


(19)

2. Laju inflasi dapat ditekan rendah. Pada bulan Maret sampai April 1999 bahkan terjadi deflasi (inflasi negatif), yaitu minus 0,18 persen dan minus 0,68 persen.

3. Pasar modal juga membaik, yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) hingga mencapai 560. Angka ini termasuk tinggi untuk ukuran masa krisis. Sebagai perbandingan, rekor indeks terendah adalah 265 (1998) dan rekor tertinggi adalah 720 (sebelum krisis, 1997) 4. Suku bunga dapat diturunkan secara bertahap. Pada pekan pertama Mei 1999

BI sudah berani menetapkan suku bunga simpanan maksimal 34 persen dapat dijamin oleh pemerintah.

5. Harga minyak di pasar dunia terus meningkat. Pada bulan Mei 1999, harga minyak naik hingga menembus US $ 18 per barrel.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tahun 1999 di Indonesia sudah mengalami masa pemulihan dari keterpurukan ekonomi yang diakibatkan krisis ekonomi, sehingga sudah bisa dikatakan Indonesia sudah keluar dari krisis ekonomi. Tanda-tanda pemulihan ekonomi mulai tampak, setelah Pemilu 7 Juni 1999 dilaksanakan secara relatif sukses, kurs rupiah cenderung menguat dan stabil pada level Rp 6.700,- per dollar. Indeks harga saham naik sampai level 712. Selain itu harga-harga juga mengalami deflasi selama 6 bulan berturut-turut.

Dampak krisis ekonomi ini merata dirasakan oleh seluruh wilayah di Indonesia. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang merasakan dampak dari krisis ekonomi yang melanda nasional. Sebagai akibat dari krisis ekonomi tersebut, penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat juga mengalami


(20)

4

pasang surut, tetapi lebih banyak mengalami surutnya. Surutnya penyerapan tenaga kerja pada setiap sektor perekonomian menimbulkan permasalahan yang rumit dan kompleks, terutama permasalahan sosial dan ekonomi. Menurut Tobing (1993) rendahnya kesempatan kerja menimbulkan berbagai masalah sosial ekonomi baru, diantaranya:

1. Rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan;

2. Rendahnya kemampuan daya beli (purchasing power); 3. Meningkatnya jumlah pengangguran;

4. Meningkatnya arus migrasi (desa-kota); dan

5. Ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar wilayah.

Pasang surut penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat dapat diketahui melalui jumlah tenaga kerja yang bekerja, seperti yang terlihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di

Provinsi Jawa Barat Tahun 1999-2004 (Jiwa) Tahun Lapangan

Usaha 1999 2000 2001 2002 2003 2004

1 5.203.953 4.865.547 5.128.660 4.599.956 5.158.605 4.353.604

2 108.448 95.996 59.580 69.055 113.718 64.068

3 2.711.995 2.835.160 2.486.944 3.259.447 2.361.807 2.569.523

4 50.045 51.432 31.033 37.163 51.056 39.839

5 752.861 788.171 791.532 797.391 723.327 849.855

6 3.923.742 4.091.388 3.347.170 3.326.923 3.339.491 3.331.241 7 1.100.474 1.282.488 1.002.234 1.104.835 1.067.487 1.284.381

8 204.596 107.413 226.934 229.929 197.584 271.575

9 2.344.531 2.272.831 1.575.280 1.798.358 769.571 1.831527

10 17.182 - 1.180 10.743 12.601 2.698

Total 16.417.827 16.390.426 14.650.547 15.233.800 13.795.247 14.598.311 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 1999-2004

Keterangan : 1. Pertanian 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

2. Pertambangan dan Penggalian 7. Pengangkutan

3. Industri Pengolahan 8. Bank dan Lembaga Keuangan lain

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa


(21)

Tabel 2 memperlihatkan bahwa sektor pertanian mengalami pasang surut dalam memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja, tetapi selalu memberikan kontribusi terbesar setiap tahunnya dalam menciptakan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat. Sektor lainnya merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling kecil setiap tahunnya terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat, bahkan untuk tahun 2000 sektor lainnya ini tidak memberikan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat tersebut.

Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 1993 di Provinsi Jawa Barat Tahun 1993-2003 (Juta Rupiah)

Tahun PDRB 1993 53.939.673,00 1994 57.823.106,00 1995 62.491.165,00 1996 68.243.530,00 1997 71.568.924,02 1998 58.847.840,13 1999 60.200.704,78 2000 55.660.204,92 2001 58.311.797,88 2002 60.594.235,36 2003 63.249.926,50 Sumber : BPS Jawa Barat, 1993-2003

Dampak ekonomi rendahnya penyerapan tenaga kerja akhirnya dapat semakin mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang ada. Rendahnya daya beli akan berdampak pada turunnya permintaan barang dan jasa serta akan mengurangi aktivitas sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat. Turunnya aktivitas sektor-sektor perekonomian tersebut salah satunya akan berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja, yang berarti juga dapat mengurangi kesempatan kerja yang tersedia di Provinsi Jawa Barat, dan pengangguran akan semakin


(22)

6

bertambah. Contoh konkret saat terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, terjadi penurunan pendapatan per kapita (PDRB/Kapita) di Propinsi Jawa Barat menjadi Rp. 58.847.840,13 juta, dari PDRB sebelumnya tahun 1997 yaitu sebesar Rp. 71.568.924,02 juta.

Kabupaten Bekasi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang terkena dampak dari krisis ekonomi, yang menyebabkan perekonomian di Kabupaten tersebut mengalami keterpurukan. Padahal apabila dilihat pada era sebelum terjadinya krisis ekonomi, perekonomian di Kabupaten ini merupakan salah satu wilayah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang baik, dan mampu berkontribusi besar terhadap perekonomian Provinsi Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi, yang terdapat dalam Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 1992-1997 (Jiwa)

Tahun Lapangan

Usaha 1992 1993 1994 1995 1996 1997

1 107.749 148.490 88.260 142.975 126.020 50.009

2 12.596 17.372 3.818 8.428 19.721 3.019

3 153.710 149.402 193.311 227.353 378 .861 100.655

4 7.816 6.392 2.353 12.989 21.805 4.889

5 33.905 38.046 53.963 38.768 76.798 20.156

6 169.454 204.638 213.027 255.809 399.384 96.798

7 64.555 75.726 84.285 88.938 156.803 49.324

8 20.522 9.542 12.603 17.946 29.821 7.300

9 149.636 178.018 195.766 197.310 386.717 72.446

10 1.574 3.976 811 992 7.376 960

Total 721.517 831.602 848.197 991.508 1.603.306 405.556

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Susenas, 1992-1997

Keterangan : 1. Pertanian 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

2. Pertambangan dan Penggalian 7. Pengangkutan

3. Industri Pengolahan 8. Bank dan Lembaga Keuangan lain

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa


(23)

Tabel 4 memperlihatkan jumlah tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Bekasi era sebelum krisis ekonomi terjadi. Sektor – sektor perekonomian memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi terciptanya kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi. Tahun 1996 sektor-sektor ekonomi tersebut mampu memberikan kontribusi paling besar dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni sebesar 1.603.306 jiwa. Sektor yang terbesar dalam memberikan kontribusinya adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yakni sebesar 399.384 jiwa, dan sektor yang terkecil dalam memberikan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi adalah sektor lainnya, yakni sebesar 7.376 jiwa. Namun dipertengahan tahun 1997 kontribusi sektor-sektor perekonomian tersebut mulai mengalami penurunan karena pada saat itu sudah mulai mendekati terjadinya krisis ekonomi. Kontribusi yang diberikan hanya sebesar 405.556 jiwa dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bekasi.

Tabel 5. PDRB Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 1993- 1998 (Juta Rupiah)

No 1993 1994 1995 1996 1997 1998

1 405.885,00 378.071,00 383.587,00 262.560,50 217.351,18 198.999,95

2 8.512,00 9.533,00 11.154,00 13.028,00 13.869,78 4.608,15

3 2.327.905,00 2.768.121,00 3.258.078,00 3.097.111,39 3.398.427,80 3.261.451,77

4 67.461,00 82.327,00 103.447,00 94.537,98 120.618,30 111.179,43

5 229.319,00 263.716,00 320.415,00 195.707,94 201.719,27 133.312,19

6 352.527,00 606.192,00 684.429,00 1.779.732,05 1.843.570,02 852.716,79

7 147.374,00 196.496,00 220.807,00 124.713,07 129.590,30 121.159,13

8 194.518,00 205.640,00 216.224,00 210.232,15 250.314,25 132.638,61

9 391.388,00 467.131,00 504.973,00 214.610,40 220.210,55 222.692,79

10 - - - -

Total 4.304.889,00 4.977.227,00 5.703.114,00 5.992.233,48 6.395.671,45 5.038.758,81

Sumber : BPS Kabupaten Bekasi, Susenas, 1993-1998

Keterangan : 1. Pertanian 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

2. Pertambangan dan Penggalian 7. Pengangkutan

3. Industri Pengolahan 8. Bank dan Lembaga Keuangan lain

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa


(24)

8

Kontribusi Sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Bekasi pada era sebelum krisis ekonomi, bila dilihat secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, walaupun peningkatannya tidak terlalu besar. Terlihat pada Tabel 5 bahwa pada tahun 1993 kontribusi sektor-sektor ekonomi sebesar Rp. 4.304.889,00 juta, semakin meningkat menjadi Rp. 6.395.671,45 juta pada tahun 1996. Tetapi ketika terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Bekasi mengalami penurunan menjadi Rp. 5.038.758,81 juta, hal ini disebabkan karena terhambatnya aktivitas ekonomi dari sektor-sektor tersebut, ada juga yang menghentikan aktivitasnya.

Sesudah krisis ekonomi, stabilitas perekonomian Indonesia berangsur-angsur membaik, yang didukung oleh menguatnya perekonomian di seluruh wilayah bahkan menyebar ke daerah-daerah di Indonesia, termasuk Kabupaten Bekasi mengalami pemulihan dalam stabilitas ekonomi. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya PDRB Kabupaten Bekasi mulai tahun 1999. Peningkatan PDRB secara kontinyu ini menggambarkan kondisi perekonomian yang mulai stabil, seperti terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6 menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling besar setiap tahun terhadap PDRB Kabupaten Bekasi, jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain di Kabupaten Bekasi. Hal ini dapat terlihat pada tahun 1999 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi berdasarkan harga konstan 1993 yaitu sebesar Rp 3.335.334,67 juta, yang semakin meningkat menjadi Rp. 8.289.908,00 juta pada tahun 2004. Hal ini dikarenakan


(25)

Kabupaten Bekasi merupakan kawasan industri yang banyak memiliki pabrik-pabrik, yang mampu memberikan kontribusi terhadap PDRB yang besar pula. Tabel 6. PDRB Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut

Lapangan Usaha Tahun 1999-2004 (Juta Rupiah)

No 1999 2000 2001 2002 2003*) 2004**)

1 196.924,83 203.995,09 198.359,00 198.846,63 199.468,07 208.037,94 2 4.496,63 4.208,62 6.246,32 6.291,61 6.378,18 6.493,43 3 3.335.334,67 6.759.527,78 7.066.045,83 7.432.067,00 7.843.606,77 8.289.908,00 4 122.911,85 137.827,47 142.223,10 148.092,98 155.729,55 172.395,00 5 129.792,75 132.700,51 135.782,20 138.959,50 144.287,05 153.449,28 6 884.250,57 912.397,77 941.988,26 977.200,15 1.054.886,03 1.139.524,92 7 122.662,26 133.788,18 142.652,18 152.168,95 162.440,66 176.121,16 8 132.812,46 138.138,55 146.014,36 153.233,93 162.076,91 170.748,73 9 227.654,49 235.239,66 252.847,43 272.135,41 293.742,96 317.820,99

10 - - - - - -

Total 5.156.840,51 8.657.823,63 9.032.158,68 9.478.996,16 10.022.616,18 10.634.499,44

Sumber : BPS Kabupaten Bekasi, 1999-2004 *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Keterangan : 1. Pertanian 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

2. Pertambangan dan Penggalian 7. Pengangkutan

3. Industri Pengolahan 8. Bank dan Lembaga Keuangan lain

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa

5. Bangunan/Konstruksi 10. Lainnya (sektor informal) Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2004 memiliki urutan kedua setelah industri pengolahan kemudian diikuti sektor jasa-jasa, sektor pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bank dan lembaga keuangan, sektor bangunan / kontruksi, serta yang terakhir sektor pertambangan dan penggalian. Sektor pertambangan dan penggalian selalu memberikan kontribusi paling rendah terhadap PDRB Kabupaten Bekasi, karena di Kabupaten Bekasi hanya memiliki sedikit lahan tambang, sehingga sektor ini hanya mampu memberikan kontribusi yang sedikit pula yaitu hanya sebesar Rp. 4.496,63 juta Tahun 1999 dan meningkat menjadi Rp. 6.493,43 juta pada Tahun 2004 (Tabel 6).


(26)

10

Terjadinya krisis ekonomi memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi, sehingga juga menimbulkan dampak terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi, untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai “Analisis Kesempatan Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi”, untuk mengetahui sejauh mana laju pertumbuhan kesempatan kerja yang terjadi di Kabupaten Bekasi dengan perbandingan Provinsi Jawa Barat.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan-permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat era sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi? 2. Bagaimana ketiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu Pertumbuhan

Regional (PR), Pertumbuhan Proporsional (PP), dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan sesudah krisis ekonomi?


(27)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat era sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi.

2. Menganalisis ketiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu Pertumbuhan regional (PR), Pertumbuhan Proporsional (PP), dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan sesudah krisis ekonomi.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja menurut Departemen Tenaga Kerja (1994) adalah jumlah lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti yang lebih luas, kesempatan kerja ini tidak saja menyangkut jumlahnya, tetapi juga kualitasnya. Sedangkan menurut

Lipsey, et al. (1995) kesempatan kerja mengandung arti tenaga kerja dewasa

yang bekerja penuh waktu. Kesempatan kerja tinggi terjadi ketika kondisi ekonomi berada pada GDP potensial.

Menurut Rusli (1995), yang di dasarkan pada data sensus penduduk, jumlah penduduk yang bekerja mencerminkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Ini berarti bahwa kesempatan kerja bukanlah lapangan pekerjaan yang masih terbuka, walaupun komponen yang terakhir ini akan menambah kesempatan kerja yang ada di waktu yang akan datang.

Penggolongan lapangan pekerjaan yang biasa dipakai menurut Badan Pusat Statistik(BPS) dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) terdiri dari :

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Bersih


(29)

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

7. Pengangkutan

8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

9. Jasa-jasa

Secara umum penciptaan kesempatan kerja dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu proses produksi dan pasar. Untuk adanya proses produksi diperlukan investasi. Dan dalam produksi, masukan yang berupa bahan, energi alam, dan energi manusia, dengan menggunakan teknologi dikombinasikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Kemudian diperlukan pasar untuk mendistribusikan hasil produksi kepada yang menggunakannya serta agar produsennya memperoleh pendapatan. Selain itu, pasar diperlukan untuk menyediakan masukan bagi proses produksi (Fudjaja, 2002).

Fudjaja (2002) juga menyatakan bahwa faktor produksi tenaga kerja berkualitas yang memiliki produktivitas tinggi sangat menentukan tingkat pendapatan. Pendapatan akan memberikan efek pengganda terhadap pembangunan dalam bentuk investasi dan pengeluaran, dan keduanya diperkirakan akan berdampak positif terhadap kesempatan kerja.

Menurut Tobing (1993), ada beberapa masalah mendasar struktural yang secara langsung mempengaruhi peningkatan kesempatan kerja yaitu :

1. Menyangkut kebijaksanaan kependudukan.

2. Berkaitan dengan penyebaran penduduk antara Pulau Jawa dan di luar pulau

Jawa.


(30)

14

4. Berkaitan dengan adanya kesenjangan antara program pendidikan dengan arah

pembangunan.

5. Kurang berkembangnya informasi pasar tenaga.

6. Menyangkut perkembangan di sektor formal dan informal.

7. Menyangkut perkembangan di sektor pertanian dan industri.

Menurut Simanjuntak (1998) dasar perkiraan kesempatan kerja adalah rencana investasi dan atau target hasil yang direncanakan, atau secara umum merupakan rencana pembangunan. Tiap kegiatan mempunyai daya serap yang berbeda akan tenaga kerja, baik dalam kualitas maupun dalam kuantitas. Daya serap tersebut berbeda secara sektoral dan penggunaan teknologi. Sektor kegiatan yang dibangun dengan cara padat karya pada dasarnya dapat menciptakan kesempatan kerja yang relatif besar dan terlalu terikat kepada persyaratan keterampilan yang tinggi, sebaliknya sektor atau sub sektor yang dibangun dengan cara padat modal menimbulkan kesempatan kerja yang relatif sedikit akan tetapi dengan tenaga keterampilan yang cukup tinggi.

2.1.2. Krisis Ekonomi

Menurut Andadari, et al. (1999), krisis ekonomi didefinisikan sebagai

sesuatu yang abstrak yang dapat ditangkap oleh tanda-tanda/indikator moneter namun tidak semua pelaku ekonomi memahami hal tersebut. Sedangkan menurut Djiwandono (1998), krisis ekonomi terjadi karena timbulnya gejolak ekstern yang melalui dampak proses penularan yang sistemik melanda ekonomi nasional. Dengan struktur keuangan yang masih lemah, maka perkembangan tersebut


(31)

menimbulkan krisis yang meluas, dari ekonomi moneter ke seluruh aspek kehidupan masyarakat. Penularan ini terjadi karena lemahnya struktur ekonomi, tatanan sosial, hukum dan politik yang mempertajam masalah ini menjadi sistemik.

Krisis ekonomi menurut Kriswantriono (2003), ditandai dengan adanya gejolak nilai tukar yang menyebabkan terjadinya keterpurukan ekonomi, ini disebabkan oleh dunia usaha yang cenderung melakukan investasi yang

berlebihan (over investment) pada sektor-sektor ekonomi yang rentan terhadap

perubahan nilai tukar dan suku bunga.

Menurut Tarmidi (1998) krisis ekonomi bercirikan: (1). Nilai kurs rupiah yang semakin tertekan.

(2). Investasi di dalam negeri yang merosot karena peningkatan suku bunga. (3). Terjadinya inflasi yang tidak terkendali.

Menurut Andadari, et al. (1999), dampak krisis ekonomi didefinisikan

sebagai perubahan beruntun dan meluas dalam tempo cepat sehingga membingungkan pelaku ekonomi dengan indikator determinan / kebijakan, perilaku (pengaturan bahan dan tenaga kerja, penerimaan penjualan).

2.1.3. Teori Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah bagian dari penduduk yang mampu bekerja untuk memproduksi barang dan jasa. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Secara praktis pengertian


(32)

16

tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Di Indonesia semula dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih. Pemilihan 10 tahun sebagai batas umur minimum adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk berumur muda yang sudah bekerja atau mencari pekerjaan.

Dengan bertambahnya kegiatan pendidikan maka jumlah penduduk dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang. Bila wajib sekolah 9 tahun diterapkan, maka anak-anak sampai dengan umur 14 tahun akan berada di sekolah. Dengan kata lain jumlah penduduk yang bekerja dalam batas umur tersebut akan menjadi sangat kecil, sehingga batas umur minimum lebih tepat dinaikkan menjadi 15 tahun. Atas pertimbangan tersebut, Undang-undang N0. 25 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun. Dengan kata lain, sesuai dengan mulai berlakunya Undang-undang ini, mulai tanggal 1 Oktober 1998, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 15 tahun keatas atau lebih (Simanjuntak, 1998).

2.1.4. Fungsi Permintaan Akan Tenaga Kerja

Permintaan adalah suatu hubungan antar harga dan kuantitas. Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan adalah hubungan antara tingkat upah yang dilihat dari perspektif seorang majikan adalah harga tenaga kerja, dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki oleh majikan untuk dipekerjakan. Secara khusus permintaan akan tenaga kerja adalah jumlah maksimum tenaga kerja yang mana


(33)

pengusaha bersedia untuk mempekerjakannya pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu (Bellante dan Jackson, 1990).

Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Konsumen membeli barang karena barang itu akan memberikan kegunaan baginya. Akan tetapi bagi pengusaha, mempekerjakan seseorang karena seseorang itu membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada konsumen. Pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya., artinya semakin tinggi permintaan masyarakat akan barang-barang yang dihasilkan oleh sektor ekonomi maka jumlah tenaga kerja yang diminta akan semakin meningkat dengan asumsi tingkat

upah tetap. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand

(permintaan turunan).

Gambar 1 merupakan kurva permintaan tenaga kerja jangka pendek dan

jangka panjang, sebagai reaksi terhadap naiknya tingkat upah dari W1 ke W2.

Perusahaan dalam jangka pendek akan mengurangi penggunaan tenaga kerja dari

N1 ke N1’. Dalam jangka panjang sementara perusahaan menggantikan modal

untuk tenaga kerja perusahaan selanjutnya mengurangi tenaga kerja sampai N0.

Perusahaan diasumsikan pada mulanya berada dalam keseimbangan jangka

pendek dengan tingkat upah pasar W1, dan tingkat penggunaan tenaga kerja N1,

yang ditunjukkan oleh kurva permintaan perusahaan dalam jangka pendek,

VMPP1. Asumsi lain bahwa perusahaan berada dalam keseimbangan jangka


(34)

18

dan modal paling rendah biayanya. Sekarang misalkan tingkat upah meningkat

sampai W2, maka dalam jangka pendek perusahaan akan menemukan bahwa biaya

produksinya telah mengalami kenaikkan sehingga mengurangi penggunaan tenaga

kerja sampai N1’, sepanjang skedul VMPP-nya. Dalam jangka panjang,

perusahaan lebih lanjut akan melakukan penyesuaian yaitu modal akan menggantikan tenaga kerja, sehingga jumlah tenaga kerja selanjutnya dalam

jangka panjang akan berkurang sampai titik N0.

Upah

W2

W1

D1r

VMPP1

0 N0 N1’ N1 Kesempatan Kerja

Sumber : Bellante dan Jackson, 1990.

Gambar 1. Kurva Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Keterangan : VMPP = Value Marginal Physical Product, nilai pertambahan hasil marginal dari karyawan.

Dn = Permintaan akan tenaga kerja W = Upah tenaga kerja


(35)

Ada dua hal yang patut diperhatikan : pertama, oleh karena fleksibilitas

yang ditambahkan yang dimiliki perusahaan itu dalam jangka panjang (D1r), maka

permintaan tenaga kerja perusahaan itu dalam jangka panjang akan bersifat lebih responsif terhadap perubahan suatu tingkat upah, (dalam hal ini memperlihatkan perubahan yang lebih besar dalam jumlah permintaan tenaga kerja) dibandingkan permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek (VMPP) seperti tertera dalam skedul.

Kedua, suatu perusahaan yang berada pada keseimbangan jangka panjang haruslah juga berada pada keseimbangan jangka pendek. Oleh karena kurva permintaan jangka panjang menunjukkan jumlah tenaga kerja yang digunakan sehingga menempatkan perusahaan itu pada keseimbangan jangka panjang, maka merupakan suatu kebenaran yang tidak dapat disangkal bahwa setiap titik pada kurva permintaan jangka panjang harus mempunyai kurva permintaan jangka pendek (skedul VMPP) yang melewatinya. Hanya kurva permintaan jangka

pendek, VMPP1 yang diperlihatkan pada Gambar 1. Kurva itu adalah skedul

VMPP yang dihubungkan dengan jumlah modal yang dimiliki oleh perusahaan dalam keseimbangan berjangka panjang semula. Begitu perusahaan melakukan perubahan terhadap jumlah modal yang digunakannya, maka skedul VMPP mengalami pergeseran pula (Bellante dan Jackson, 1990).

Kurva permintaan tenaga kerja bagi pasar tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 2. Permintaan pasar akan tenaga kerja didapatkan dengan cara menambahkan pada setiap kemungkinan tingkat upah, jumlah tenaga kerja yang diminta oleh setiap industri di pasar.


(36)

20

Upah Upah Upah Upah

S

W S W S W S W

D 1 D2 D3 D1+2+3

N N N N* Kesempatan Kerja Kesempatan Kerja Kesempatan Kerja Kesempatan Kerja

Industri 1 Industri 2 Industri 3 Pasar

Sumber : Bellante dan Jackson, 1990.

Gambar 2. Terbentuknya Permintaan dan Penawaran Pasar Tenaga Kerja dengan Penentuan Tingkat Upah Pasar

Gambar 2 menjelaskan bahwa kurva permintaan industri adalah D1, D2, dan D3. Tingkat upah pasar (W) ditentukan oleh interaksi permintaan pasar D1+D2+D3 dan penawaran pasar tenaga kerja (S). Dengan menggabungkan permintaan tanaga kerja pasar dan penawaran tenaga kerja pasar, hal itu memungkinkan terbentuknya keseimbangan tingkat upah.

Keseimbangan tingkat upah adalah tingkat upah dimana jumlah tanaga kerja yang diminta sama dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Bagi setiap industri jumlah tenaga kerja yang diminta pada tingkat upah (W) dapat ditentukan dari kurva permintaan industri secara individual. Oleh karena itu, semua perusahaan dalam ekonomi menghadapi suatu penawaran tenaga kerja yang elastis sempurna pada tingkat upah (W). Setiap perusahaan selalu memberikan reaksi terhadap tingkat upah yang ditentukan pasar dengan cara menggunakan jumlah tenaga kerja yang memaksimalkan keuntungan (Bellante dan Jackson, 1990).


(37)

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Sumiawati (1997) melakukan penelitian dengan judul “Perubahan Kesempatan Kerja Pertanian dan Perkembangan Subsektor Tanaman Pangan

(Studi Kasus Kabupaten Dati II Bekasi, Jawa Barat)” menggunakan metode

Input-Output (I-O) sebagai alat analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama dasawarsa 1990-1995 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi mengalami perkembangan yang pesat serta diikuti oleh terjadinya perubahan struktur ekonomi, hal ini diketahui dari nilai rasio antara PDRB sektor pertanian dengan PDRB sektor industri pengolahan yang semakin kecil dari tahun ke tahun. Sumbangan sektor industri terhadap PDRB lebih besar, hal ini menandakan bahwa struktur perekonomian di Kabupaten Bekasi mulai lebih mengandalkan sektor industri. Perubahan struktur ekonomi juga ditandai oleh terjadinya perubahan kesempatan kerja pertanian maupun industri. Penurunan kesempatan kerja sektor pertanian menyebabkan terjadinya penurunan perkembangan sub sektor tanaman pangan di Kabupaten Bekasi dan dampak lainnya adalah terjadinya pertambahan tingkat upah pertanian.

Sedangkan Restuningsih (2004) penelitiannya dengan judul “Analisis Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian di Propinsi DKI Jakarta Pada Masa

Krisis Ekonomi Tahun 1997-2002”, menggunakan metode analisis Shift Share

sebagai alat analisisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masa krisis ekonomi pengaruh pertumbuhan proporsional menyebabkan penurunan PDRB DKI Jakarta, namun demikian pengaruh daya saing antar sektor perekonomian di Propinsi DKI Jakarta telah meningkatkan PDRB DKI Jakarta. Krisis ekonomi


(38)

22

yang melanda DKI Jakarta tersebut menyebabkan sebagian besar sektor perekonomian di Propinsi DKI Jakarta tidak dapat bersaing dengan baik dengan sektor ekonomi pada wilayah lainnya. Berdasarkan kelompok sektor di DKI Jakarta, sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan kelompok sektor yang memiliki pertumbuhan yang lamban. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa merupakan kelompok sektor dengan pertumbuhan yang cepat.

Penelitian yang dilakukan dengan judul “Analisis Kesempatan Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis

Ekonomi”, dengan menggunakan Shift Share sebagai alat analisis. Penelitian ini

menganalisis laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi dengan perbandingan Provinsi Jawa Barat era sebelum dan sesudah krisis ekonomi, selain itu juga menganalisis ketiga komponen pertumbuhan wilayah (Pertumbuhan Regional, Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah) kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan pasca krisis ekonomi.

2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis 2.3.1. Teknik Analisis Shift Share

Analisis Shift Share pertama kali diperkenalkan oleh Perloff, et al pada


(39)

pertumbuhan sektor-sektor atau wilayah yang lamban di Indonesia. Manfaat lain

dari analisis Shift Share dapat menduga dampak kebijakan wilayah

ketenagakerjaan.

Teknik analisis Shift Share merupakan suatu analisis mengenai perubahan

berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada

dua titik di suatu wilayah. Analisis Shift Share memiliki tiga kegunaan:

1. Sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja di suatu wilayah terhadap

perkembangan penyerapan tenaga kerja wilayah yang lebih luas.

2. Sektor-sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja jika dibandingkan

secara relatif dengan sektor-sektor lainnya.

3. Suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga dapat

membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah dalam menyerap tenaga kerja. Dengan demikian,

dapat ditunjukkan adanya Shift (pergeseran) hasil pembangunan dalam

menciptakan kesempatan kerja di daerah.

Selain itu, analisis Shift Share juga dapat digunakan untuk

membandingkan laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja nasional serta sektor-sektornya dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari perbandingan tersebut. Bila penyimpangannya bernilai positif, maka dapat dikatakan bahwa sektor ekonomi dalam wilayah tersebut memiliki keunggulan kompetitif dalam menciptakan kesempatan kerja.


(40)

24

Pada analisis Shift Share diasumsikan bahwa perubahan kesempatan kerja

di suatu wilayah antara tahun dasar analisis dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan, yaitu komponen Pertumbuhan Regional (PR), komponen Pertumbuhan Proporsional (PP), dan komponen Pertumbuhan

Pangsa Wilayah (PPW). Analisis Shift Share juga menunjukkan bahwa perubahan

sektor i pada wilayah j dipengaruhi oleh tiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut. Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor ekonomi dalam

menciptakan kesempatan kerja di suatu wilayah. Apabila PP + PPW ≥ 0, maka

dapat dikatakan bahwa pertumbuhan kesempatan kerja sektor ke i di wilayah ke j

termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Sementara itu PP + PPW < 0

menunjukkan bahwa pertumbuhan kesempatan kerja sektor ke i pada wilayah ke j tergolong pertumbuhannya lambat. Hal ini dapat terlihat pada gambar 1.

Sumber : Budiharsono, 2001

Gambar 3. Model Analisis Shift Share

Komponen Pertumbuhan Regional

Wilayah ke j sektor ke i

Komponen Pertumbuhan

Proporsional

Komponen Pertumbuhan Pangsa

Wilayah

Wilayah ke j sektor ke i

Lamban PP + PPW < 0 Maju


(41)

Dalam rangka melihat perubahan kesempatan kerja, teknik analisis Shift Share dibagi ke dalam tiga analisis. Ketiga analisis tersebut antara lain analisis kesempatan kerja, analisis komponen pertumbuhan wilayah serta analisis profil pertumbuhan wilayah dan pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian.

Analisis kesempatan kerja digunakan untuk melihat perubahan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian, sedangkan analisis komponen pertumbuhan wilayah dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan sektor-sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bekasi. Profil pertumbuhan dan pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian digunakan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi.

2.3.2. Kelebihan Analisis Shift Share

Teknik perhitungan Shift Share memiliki kelebihan-kelebihan. Menurut

Soepono (1993) kelebihan-kelebihan dari analisis Shift Share adalah:

1. Analisis Shift Share dapat melihat perkembangan kesempatan kerja di suatu

wilayah hanya pada dua titik waktu tertentu, yang mana satu titik waktu dijadikan sebagai dasar analisis, sedangkan satu titik waktu lainnya dijadikan sebagai akhir analisis.

2. Perubahan kesempatan kerja di suatu wilayah antara tahun dasar analisis

dengan tahun akhir analisis dapat dilihat melalui tiga komponen pertumbuhan wilayah, yakni komponen pertumbuhan regional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).


(42)

26

3. Berdasarkan komponen PR dapat diketahui laju pertumbuhan kesempatan

kerja suatu wilayah dibandingkan laju pertumbuhan kesempatan kerja regional.

4. Komponen PP dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kesempatan

kerja sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah. Hal ini berarti bahwa suatu wilayah dapat mengadakan spesialisasi tenaga kerja di sektor-sektor yang berkembang secara nasional dan bahwa sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat dalam menciptakan kesempatan kerja daripada rata-rata nasional untuk sektor itu.

5. Komponen PPW dapat digunakan untuk melihat daya saing sektor-sektor

ekonomi dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi pada wilayah lainnya.

6. Jika persentase PP dan PPW dijumlahkan, maka dapat ditunjukkan adanya

Shift (pergeseran) hasil pembangunan dalam menciptakan kesempatan kerja di suatu wilayah.

2.3.3. Kelemahan Analisis Shift Share

Kemampuan teknik analisis Shift Share untuk memberikan dua indikator

positif yang berarti bahwa suatu wilayah mengadakan spesialisasi tenaga kerja di sektor-sektor yang berkembang secara nasional dan bahwa sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat dalam menciptakan kesempatan kerja daripada rata-rata nasional untuk sektor-sektor itu, tidaklah


(43)

lepas dari kelemahan. Menurut Soepono (1993),

kelemahan-kelemahan dari metode Shift Share adalah:

1. Analisis Shift Share tidak lebih daripada suatu pengukuran atau prosedur baku

untuk mengurangi pertumbuhan kesempatan kerja suatu wilayah menjadi

komponen-komponen. Persamaan hanyalah identity equation dan tidak

mempunyai implikasi-implikasi keperilakuan. Metode Shift Share tidak untuk

menjelaskan mengapa, misalnya pengaruh keunggulan kompetitif adalah

positif di beberapa wilayah, tetapi negatif di daerah-daerah lain. Metode Shift

Share merupakan teknik pengukuran yang mencerminkan suatu sistem perhitungan semata dan tidak analitik.

2. Komponen pertumbuhan regional secara implisit mengemukakan bahwa laju

pertumbuhan kesempatan kerja suatu wilayah hendaknya tumbuh pada laju pertumbuhan kerja regional tanpa memperhatikan sebab-sebab laju pertumbuhan kesempatan kerja suatu wilayah.

3. Kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) berkaitan dengan

hal-hal yang sama seperti perubahan permintaan dan penawaran tenaga kerja, perubahan teknologi dan perubahan lokasi sehingga kesempatan kerja tidak dapat meluas.

4. Teknik analisis Shift Share secara implisit mengambil asumsi bahwa semua

tenaga kerja ditawarkan secara regional, padahal tidak semua demikian. Bila pasar tenaga kerja suatu wilayah bersifat lokal, maka tenaga kerja itu tidak dapat bersaing dengan wilayah-wilayah lain yang menghasilkan tenaga dengan skill yang sama, sehingga tidak mempengaruhi permintaan agregat.


(44)

28

2.3.4. Analisis Kesempatan Kerja

Konsep analisis kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan perubahan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian pada suatu wilayah tertentu. Adapun konsep analisis kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi terbagi atas perubahan kesempatan kerja dan persentase perubahan kesempatan kerja. Perubahan kesempatan kerja didasarkan pada selisih antara kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian pada tahun dasar analisis.

Konsep analisis kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat digunakan untuk mengetahui Kesempatan kerja di sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan. Adapun konsep analisis kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Propinsi Jawa Barat menggunakan perhitungan dengan cara menjumlahkan keseluruhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat.

2.3.5. Rasio Kesempatan Kerja di Kabupaten dan Kesempatan Kerja di Provinsi pada Sektor-Sektor Perekonomian (Nilai ri, Ra dan Ri)

Rasio kesempatan kerja kabupaten digunakan untuk melihat perbandingan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Bekasi. Sedangkan rasio kesempatan kerja provinsi digunakan untuk mengetahui kesempatan kerja secara keseluruhan pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat. Rasio kesempatan kerja terbagi atas nilai ri, Ra dan Ri.


(45)

Nilai ri menunjukkan selisih antara kesempatan kerja dari sektor-sektor perekonomian pada wilayah Kabupaten Bekasi pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja dari sektor-sektor perekonomian pada wilayah Kabupaten Bekasi pada tahun dasar analisis dibagi dengan kesempatan kerja pada wilayah Kabupaten Bekasi pada tahun dasar analisis. Nilai Ra menunjukkan selisih antara kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dibagi kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis. Sedangkan Ri menunjukkan selisih antara kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis dari sektor-sektor perekonomian dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dari sektor-sektor perekonomian dibagi kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dari sektor-sektor perekonomian.

2.3.6. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah

Analisis komponen pertumbuhan wilayah digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana perkembangan kesempatan kerja suatu sektor perekonomian pada wilayah yang bersangkutan dan mengidentifikasi bagaimana perkembangan kesempatan kerja suatu wilayah / sektor yang bersangkutan jika dibandingkan dengan wilayah / sektor lainnya. Konsep ini dirumuskan berdasarkan tiga komponen pertumbuhan wilayah, yaitu: komponen pertumbuhan regional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).


(46)

30

2.3.7. Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor-Sektor Perekonomian

Profil pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan pada kurun waktu yang telah ditentukan, dengan cara mengekspresikan persen perubahan komponen pertumbuhan proporsional (PPij) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPWij). Pada sumbu horizontal terdapat PP sebanyak absis, sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat.

Kuadran IV Kuadran I

PP

Kuadran III Kuadran II PPW

Sumber : Budiharsono, 2001.

Gambar 4. Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor-Sektor Perekonomian

(i) Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah yang

bersangkutan memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang cepat, demikian juga daya saing wilayah dalam menyerap tenaga kerja untuk sektor-sektor tersebut baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah


(47)

(ii) Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhan kesempatan kerja cepat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya tidak baik.

(iii) Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah

yang bersangkutan memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat dengan daya saing dalam menyerap tenaga kerja kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah lamban dalam menciptakan kesempatan kerja.

(iv) Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian pada wilayah

yang bersangkutan memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat, tetapi daya saing wilayah dalam menyerap tenaga kerja untuk sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.

(v) Pada kuadran II dan IV terdapat garis miring yang membentuk sudut 45º dan

memotong kedua kuadran tersebut. Bagian atas garis tersebut menunjukkan

bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah yang progresif

(maju) dam menciptakan kesempatan kerja, sedangkan dibawah garis berarti wilayah yang bersangkutan menunjukkan wilayah yang lamban dalam menciptakan kesempatan kerja.


(48)

32

2.3.8. Kerangka Pemikiran Konseptual

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sangat berdampak negatif terhadap pertumbuhan kesempatan kerja nasional yang semakin menurun, sehingga mengakibatkan perumbuhan kesempatan kerja di suatu wilayah, baik provinsi, maupun kabupaten juga ikut mengalami penurunan. Krisis ekonomi tersebut memiliki implikasi yang sangat luas terhadap bangsa Indonesia, seperti pengangguran yang semakin meningkat, kesejahteraan masyarakat semakin menurun, laju inflasi yang tidak terkendali serta penurunan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di semua sektor perekonomian. Dampak krisis ekonomi merata dirasakan oleh seluruh wilayah di Indonesia, termasuk Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bekasi.

Sesudah krisis ekonomi, stabilitas perekonomian Indonesia berangsur-angsur membaik, yang didukung oleh menguatnya perekonomian di daerah-daerah. Di Kabupaten Bekasi, kondisi perekonomian mulai meningkat sesudah krisis ekonomi. Iklim usaha yang kondusif mampu kembali menarik investor untuk menanamkan modal di berbagai sektor ekonomi di Kabupaten Bekasi. Iklim usaha yang kondusif, perekonomian yang stabil, dan investasi yang meningkat memungkinkan meningkatnya permintaan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi, yang berakibat meningkatnya kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk melihat seberapa besar laju pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi era sebelum dan sesudah krisis ekonomi dengan perbandingan Provinsi Jawa Barat.


(49)

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis Shift Share, yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis mengenai

perubahan kesempatan kerja pada dua titik waktu di wilayah Kabupaten Bekasi dengan menggunakan data sebelum dan sesudah krisis ekonomi. Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah data kesempatan kerja Kabupaten Bekasi maupun kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat, untuk tahun sebelum krisis yaitu tahun 1992-1997 dengan tahun dasar analisis tahun 1992 dan tahun akhir analisis tahun 1997. Sedangkan untuk tahun setelah krisis data yang digunakan adalah data tahun 1999-2004 dengan tahun dasar analisis tahun 1999 dan tahun akhir analisis tahun 2004.

Analisis Shift Share terbagi atas analisis kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan analisis kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat, analisis komponen pertumbuhan wilayah dan profil pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian. Berdasarkan analisis kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat pada sektor-sektor perekonomian maka dapat diketahui pengaruh krisis ekonomi terhadap perubahan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi, dengan perbandingan keadaan kesempatan kerja sebelum terjadinya krisis ekonomi.

Analisis komponen pertumbuhan wilayah digunakan untuk menganalisis ketiga komponen pertumbuhan wilayah (PR, PP, dan PPW) kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi (apakah dapat tumbuh cepat atau lamban) dan melihat daya saing antar sektor-sektor perekonomian dalam penciptaan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi, juga untuk melihat daya


(50)

34

saing penciptaan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian di rata-rata daerah Propinsi Jawa Barat. Sedangkan profil pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian dapat diketahui sektor-sektor-sektor-sektor ekonomi termasuk ke dalam

kelompok pertumbuhan kesempatan kerja progresif (maju) dan kelompok sektor


(51)

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Konseptual Kondisi Kesempatan Kerja di

Kabupaten Bekasi

Setelah Terjadi Krisis Ekonomi Sebelum Terjadi

Krisis Ekonomi

Sektor-Sektor Perekonomian

Analisis Shift Share

Analisis Kesempatan Kerja di Kabupaten Bekasi dan di Provinsi

Jawa Barat

Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja,

Kontribusi Penyerapan Tenaga

Kerja

Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja

Sektor-Sektor Perekonomian

Kelompok sektor Kesempatan Kerja

Progresif (Maju/ Lamban) Komponen

Pertumbuhan Wilayah

Pertumbuhan Kesempatan Kerja,

Daya Saing Penyerapan Tenaga

Kerja

Implikasi Proses Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor-Sektor Perekonomian (Rekomendasi untuk Memperluas


(52)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat, dengan pertimbangan-pertimbangan diantaranya Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang berkembang sangat pesat, baik dilihat dari pembangunan sarana dan prasarananya maupun pembangunan ekonominya, dan merupakan daerah strategis yang masih berpotensi untuk dikembangkan. Pertimbangan lainnya karena Kabupaten Bekasi merupakan kawasan industri yang dapat memperluas kesempatan kerja.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut berupa data kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat yang dicerminkan dari data jumlah tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan usaha, tahun 1992-1997 untuk data sebelum krisis dan tahun 1999-2004 untuk data sesudah krisis (Lampiran 1,2,3 dan 4). Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi, Badan Pusat Statistik Nasional, Dinas Ketenagakerjaan Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi dan data-data pendukung yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti perpustakaan-perpustakaan di IPB maupun di luar lingkungan IPB.


(53)

3.3. Metode Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor ekonomi pada suatu wilayah tertentu adalah

analisis Shift Share. Berdasarkan analisis Shift Share, dapat diketahui

perkembangan kesempatan kerja suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan kesempatan kerja sektor-sektor lainnya dan menunjukkan perkembangan kesempatan kerja suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya yang lebih luas.

3.3.1. Analisis Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat

Analisis Kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja di Provinsi Jawa Barat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kesempatan kerja kabupaten, kesempatan kerja propinsi dan perubahan kesempatan kerja kabupaten

sektor i pada wilayah j. Pada analisis Shift Share, apabila dalam suatu provinsi

terdapat n wilayah / kabupaten (j = 1, 2, 3, ………..m ) dan n sektor ( i = 1, 2, 3, ……..n ), maka kesempatan kerja di provinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis, dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis

Yi. =

=

m

i j

Yij

( 3.1)

dimana : Yi. = kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis

Yij = kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi dari sektor i


(54)

38

b. Kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis

Y’i. =

=

m

i j

ij

Y' (3.2)

dimana : Y’i. = kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis

Y’ij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i

pada wilayah j pada tahun akhir analisis

Sedangkan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis dirumuskan sebagai berikut:

a. kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis

Y.. =

1 1

n m

i j

Yij

= =

∑∑

(3.3)

dimana : Y.. = kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun

dasar analisis

Yij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi sektor i pada

wilayah j pada tahun dasar analisis

b. kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis

Y’.. =

1 1 ' n m i j Y ij = =

∑∑

(3.4)

dimana : Y’.. = kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun

akhir analisis

Y’ij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i

pada wilayah j pada tahun akhir analisis

Perubahan kesempatan kerja Kabupaten sektor i pada wilayah j dapat dirumuskan sebagai berikut:

Δ Yij = Y’ij – Yij (3.5)

dimana : Δ Yij = perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bakasi sektor i


(55)

Yij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis

Y’ij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada

wilayah j pada tahun akhir analisis

Sedangkan rumus persentase perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut:

% Δ Yij =

Yij Yij ij Y' )

( −

x 100% (3.6)

3.3.2. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat (nilai ri, Ri dan Ra)

Rasio kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat digunakan untuk melihat perbandingan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat sektor ekonomi di suatu wilayah tertentu. Rasio ini terbagi atas ri, Ri dan Ra.

a. ri

ri menunjukkan selisih antar kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis dengan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis dibagi kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis. Nilai ri dapat dirumuskan sebagai berikut:

ri =

Yij Yij ij Y' −

(3.7)

dimana : Y’ij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah

j pada tahun akhir analisis

Yij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada


(56)

40

b. Ri

Ri menunjukkan selisih antara kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis dibagi kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis. Adapun nilai rumus Ri adalah sebagai berikut:

Ri =

. . . ' Yi Yi i Y − (3.8)

dimana : Y’i. = kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun

akhir analisis

Yi. = kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun

dasar analisis c. Ra

Ra menunjukkan selisih antara kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dibagi dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis. Nilai Ra dirumuskan sebagai berikut:

Ra = .. .. '.. Y Y Y − (3.9)

dimana : Y’.. = kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir

analisis

Y.. = kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar

analisis

3.3.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah

Analisis komponen pertumbuhan wilayah digunakan untuk mengidentifikasikan perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi antara tahun


(57)

dasar analisis dengan tahun akhir analisis, yang terbagi atas tiga komponen pertumbuhan, yaitu : komponen pertumbuhan regional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut, apabila dijumlahkan akan didapatkan perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi sektor i pada wilayah j.

a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

PR merupakan perubahan kesempatan kerja kabupaten suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan kesempatan kerja kabupaten secara menyeluruh, perubahan kebijakan ekonomi regional / perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Adapun komponen kesempatan kerja dirumuskan sebagai berikut:

PRij = (Ra) Yij (3.10)

dimana : PRij = komponen kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat sektor i untuk wilayah j

Yij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada

wilayah j pada tahun dasar analisis

Ra = rasio kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)

PP tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan tenaga kerja, perbedaan dalam ketersediaan tenaga kerja, perbedaan dalam kebijakan ketenagakerjaan (misalnya : kebijakan Upah Minimum Kabupaten (UMK) dan kebijakan buruh ) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar kerja. Adapun PP dapat dirumuskan sebagai berikut:


(58)

42

PPij = (Ri-Ra)Yij (3.11)

dimana : PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah j

Yij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada

wilayah j pada tahun dasar analisis

Ri = rasio sektor i pada wilayah ke-j

Ra = rasio kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat

Apabila:

PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya lambat. PPij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya cepat. c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

PPW timbul karena peningkatan / penurunan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dalam suatu sektor / wilayah lainnya. Menurut Budiharsono (2001) cepat lambatnya pertumbuhan kiesempatan kerja suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komperatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional menyangkut ketenagakerjaan pada wilayah tersebut. Rumus PPW adalah sebagai berikut :

PPWij = (ri – Ri) Yij (3.12)

dimana : PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah j

Yij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada

wilayah j pada tahun dasar analisis ri = rasio sektor i pada wilayah j


(1)

Lampiran 4. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 1999-2004

Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 No Lapangan Usaha

Tenaga

Kerja %

Tenaga

Kerja %

Tenaga

Kerja %

Tenaga

Kerja %

Tenaga

Kerja %

Tenaga

Kerja % 1 Pertanian 5.203.953 31,70 4.865.547 29,69 5.128.660 35,01 4.599.956 30,20 5.158.605 37,39 4.353.604 29,82 2

Pertambangan dan

penggalian 108.448 0,66 95.996 0,59 59.580 0,41 69.055 0,45 113.718 0,82 64.068 0,44 3 Industri Pengolahan 2.711.995 16,52 2.835.160 17,30 2.486.944 16,98 3.259.447 21,40 2.361.807 17,12 2.569.523 17,60 4

Listrik, Gas dan Air

Bersih 50.045 0,30 51.432 0,31 31.033 0,21 37.163 0,24 51.056 0,37 39.839 0,27 5 Bangunan / Konstruksi 752.861 4,59 788.171 4,81 791.532 5,40 797.391 5,23 723.327 5,24 849.855 5,82 6

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 3.923.742 23,90 4.091.388 24,96 3.347.170 22,85 3.326.923 21,84 3.339.491 24,21 3.331.241 22,82 7 Pengangkutan 1.100.474 6,70 1.282.488 7,82 1.002.234 6,84 1.104.835 7,25 1.067.487 7,74 1.284.381 8,80 8

Bank dan Lembaga

Keuangan Lainnya 204.596 1,25 107.413 0,66 226.934 1,55 229.929 1,51 197.584 1,43 271.575 1,86 9 Jasa-jasa 2.344.531 14,28 2.272.831 13,87 1.575.280 10,75 1.798.358 11,81 769.571 5,58 1.831.527 12,55

10 Lainnya 17.182 0,10 1.180 0,01 10.743 0,07 12.601 0,09 2.698 0,02

Total 16.417.827 100,00 16.390.426 100,00 14.650.547 100,00 15.233.800 100,00 13.795.247 100,00 14.598.311 100,00 Sumber : Survei Sosual Ekonomi Nasional (Susenas), 1999-2004


(2)

PERHITUNGAN DAN IDENTIFIKASI HASIL

Lampiran 5. Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999 – 2004

Kesempatan Kerja (Jiwa) No Lapangan Usaha

1999 2004 Perubahan

(Jiwa) Persen 1 Pertanian*) 116.451a) 80.532 -35.919(1) -30,84(2) 2 Pertambangan dan penggalian 700 21.92 1.492 213,14 3 Industri Pengolahan 81.038 c) 210.940 129.902 160,30 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2.224 548 -1.676 -75,36 5 Bangunan / Konstruksi 5.024 12.000 6.976 138,85 6

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 106.404 180.192 73.788 69,35

7 Pengangkutan 52.214 b) 116.896 64.682 123,88 8

Bank dan Lembaga

Keuangan Lainnya 823 13.904 13.081 1589,43

9 Jasa-jasa 46.902 79.560 32.658 69,63

10 Lainnya - - - -

11 Total 411.780 696.764 284.984(3) 69,21(4)**) Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)

1. Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi (Lampiran 5) Rumus : Δ Yij = Y’ij – Yij

Sedangkan rumus persentase perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut:

% Δ Yij =

Yij Yij ij

Y' )

( −

x 100%

PERHITUNGAN (Lampiran 5) :

(1)

Perubahan untuk sektor pertanian = 80.532 - 116.451 = -35.919

2)

Persentase untuk sektor pertanian = (-35.919/116.451)*100 % = -30,84

3)

Total Perubahan = 696.764 - 411.780 = 284.984

4)


(3)

2. Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat (Lampiran 6) Rumus : Δ Yij = Y’ij – Yij

Sedangkan rumus persentase perubahan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:

% Δ Yij =

Yij Yij ij

Y' )

( −

x 100%

PERHITUNGAN (Lampiran 6):

1)

Perubahan untuk sektor pertanian = 4.353.604 – 5.203.953 = -850.349

2)

Persen untuk sektor pertanian = (-850.349/5.203.953)*100 % = -16,34 persen

3)

Total Perubahan = 14.598.311– 16.417.827= -1.819.516

4)

Persentase Total = (-1.819.516/16.417.827)*100 % = -11,08 persen

Lampiran 6. Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999 – 2004

Kesempatan Kerja (Jiwa)

No Lapangan Usaha 1999 2004

Perubahan

(Jiwa) Persen 1 Pertanian 5.203.953 4.353.604 -850.349(1) -16,34(2) 2 Pertambangan dan penggalian 108.448 64.068 -44.380 -40,92

3 Industri Pengolahan *) 2.711.995 2.569.523 -142.472 -5,25 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 50.045 39.839 -10.206 -20,39

5 Bangunan / Konstruksi 752.861 849.855 96.994 12,88 6

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 3.923.742 3.331.241 -592.501 -15,10

7 Pengangkutan **) 1.100.474 1.284.381 183.907 16,71

8 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 204.596 271.575 66.979 32,74

9 Jasa-jasa 2.344.531 1.831.527 -513.004 -21,88

10 Lainnya 17.182 2.698 -14.484 -84,30

11 Total 16.417.827 14.598.311 -1.819.5163) -11,084)*** Sumber : Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)


(4)

3. Komponen Pertumbuhan Wilayah (PR, PP, PPW) (Lampiran 8)

Sebelum mencari nilai ketiga komponen pertumbuhan wilayah, harus dicari dulu nilai rasio kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat, dengan contoh era pasca krisis ekonomi tahun 1999-2004. Rasio kesempatan kerja tersebut diekspresikan dalam bentuk nilai Ra, Ri, dan ri.

Rumus : Ra = ..

.. '..

Y Y

Y

, Ri = .

. . '

Yi Yi i

Y

, dan ri =

Yij Yij ij

Y' −

Lampiran 7. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004

No Lapangan Usaha Ra *) Ri ri

1 Pertanian -0,11 -0,16 2) -0,31 3)

2 Pertambangan dan Penggalian -0,11 -0,41 2,13 3 Industri Pengolahan -0,11 -0,05 1,60 4 Listrik, Gas dan Air Bersih -0,11 -0,20 -0,75

5 Bangunan/konstruksi -0,11 0,13 **) 1,39

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -0,11 -0,15 0,69

7 Pengangkutan -0,11 0,17 1,24

8 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya -0,11 0,33 15,89***)

9 Jasa-jasa -0,11 -0,22 0,70

10 lainnya -0,11 -0,84 -

TOTAL -0,11 -0,11 4)**) 0,69 5)

Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah) PERHITUNGAN (Lampiran 7) :

1) Nilai Ra untuk semua sektor usaha = (14.598.311–16.417.827)/ 16.417.827 = -0,11.

2) Nilai Ri untuk sektor pertanian = (4.353.604 - 5.203.953) / 5.203.953 = -0,16.

3) Nilai Total Ri = (14.598.311–16.417.827)/ 16.417.827 = -0,11. 4) Nilai ri untuk sektor pertanian = (80.532 - 116.451)/ 116.451= -0,31. 5) Nilai total ri = (696.764 - 411.780)/ 411.780 = 0,69.


(5)

Setelah mendapat nilai-nilai dari rasio kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi, yaitu Ra, Ri, dan ri, maka nilai komponen pertumbuhan wilayah (PR, PP, dan PPW) dapat dicari dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :

Rumus : PRij = (Ra) Yij ; PPij = (Ri-Ra)Yij, dan PPWij = (ri – Ri) Yij

PERHITUNGAN (Lampiran 8) :

1) Nilai PR1j diperoleh dari Lampiran 7 (Ra) dan Lampiran 5, kolom kesempatan

kerja tahun 1999 a) ,yaitu PR1j = (-0,11)*(116.451) = -12.9061.

2) Nilai persentase PR1j diperoleh dari Lampiran 8 dan Lampiran 5, kolom

kesempatan kerja tahun 1999 a) dikalikan dengan 100 %, yaitu % PR1j =

(-12.9061/116.451)*100 % = -11,08 persen.

3) Nilai total PRij = penjumlahan PR dari semua sektor ekonomi = -45.636. 4) Nilai PP7j diperoleh dari Lampiran 7 (Ri-Ra) dan Lampiran 5 kolom

kesempatan kerja tahun 1999 b). PP7j = (0,17 – (-11))* (52.214) = 14.512.

5) Nilai persentase PP7j diperoleh dari Lampiran 8 dan Lampiran 5 kolom

kesempatan kerja tahun 1999b) dikalikan dengan 100 %, yaitu % PP7j =

(14.512/52.214)*100% = 27,79 persen.

6) Nilai total PPij = penjumlahan PP dari semua sektor ekonomi = 4.922.

7) Nilai PPW3j diperoleh dari Lampiran 7 (ri-Ri) dan Lampiran 5, kolom

kesempatan kerja tahun 1999 c) , yaitu PPW3j = (1,60 – (-0,05))*(81.038) =


(6)

8) Nilai Persentase PPW3j diperoleh dari Lampiran 8 dan Lampiran 5 kolom

kesempatan kerja tahun 1999 c) dikalikan dengan 100 % , yaitu % PPW3j =

(134.159/81.038)*100 % = 165,55 persen.

9) Nilai total PPW3j = penjumlahan PPW dari semua sektor ekonomi.

Lampiran 8. Analisis Shift Share berdasarkan Komponen Pertumbuhan Wilayah Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Tahun 1999 dan 2004

PRij PPij PPWij Lapanagn

usaha (Jiwa) (Persen)*) (Jiwa) (Persen) (Jiwa) Persen 1 -12.9061)**) -11,082) -6.123 -5,26 -16.890 -14,50 2 -78 -11,08 -209 -29,84 ***) 1.778 254,07 3 -8.981 -11,08 4.724 5,83 134.1597) 165,55 8)

4 -246 -11,08 -207 -9,31 -1.222 -54,97

5 -557 -11,08 1.204 23,97 6.329 125,97

6 -11.792 -11,08 -4.275 -4,02 89.855 84,45 7 -5.787 -11,08 14.5124) 27,795) 55.956 107,17 8 -91 -11,08 361 43,82***) 12.812 1556,69****) 9 -5.198 -11,08 -5.065 -10,80 42.921 91,51

10 - - - -

Total -45.6363)*) -11,08 4.922 6) 1,20 325.697 9) 79,09 Sumber : BPS, 1999-2004 (Data Diolah)

Keterangan : 1. Pertanian 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

2. Pertambangan dan Penggalian 7. Pengangkutan

3. Industri Pengolahan 8. Bank dan Lembaga Keuangan lain

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa