desa yang memiliki laha sawah di Kecamatan Tanah Pasir, desa Me Merbo merupakan daerah dengan luas lahan tertinggi yaitu 146 Ha, desa Me Matang
Panyang dengan luas lahan sedang yaitu 58, dan desa memiliki luas lahan terkecil yaitu Matang Janeng seluas 16 Ha. Ketiga desa tersebut merupakan lokasi
penelitian untuk Kecamatan Tanah Pasir.
3.2. Metode Penarikan Sampel
Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling pengambilan sampel secara acak sederhana dimana semua populasi
memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Dari sembilan desa terpilih
selanjutnya ditentukan ukuran sampel untuk setiap kecamatan dan desa. Ukuran sampel per kecamatan adalah 30 orang yang diambil dari tiga desa terpilih.
Ukuran sampel 30 orang per kecamatan sudah memenuhi ketentuan minimum analisis statistik yang digunakan. Selain itu, ukuran tersebut juga disebabkan
karena berbagai keterbatasan peneliti dalam biaya dan waktu wirartha, 2006. Berdasarkan pertimbangan di atas maka ditetapkan ukuran sampel sebesar 90
orang dari 9 desa penelitian dengan distribusi sampel seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kecamatan dan Desa
No Kecamatan
Desa Sampel
Jiwa Sampel
Total Jiwa
1 Sawang 1.Babah Buloh
10 30
2.Cot Keumuning 10
3.Lhok Meureubo 10
2 Meurah Mulia 1.Ulee Meuria
10 30
2.Meunye Payong 10
3.Pri Keutapang 10
3 Tanah Pasir 1.Me Merbo
10 30
2.Me Matang Panyang 10
3.Matang Janeng 10
Total Sampel 90
Universitas Sumatera Utara
3.3. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data cross section yang diperoleh
secara langsung dari petani padi yang telah ditetapkan sebagai responden atau sampel dengan dibantu alat daftar pertanyaan kuesioner yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Adapun jenis data yang dibutuhkan meliputi hasil produksi padi sebagai output, data input yang merupakan pengeluaran petani dan data umum
lainnya. Data sekunder meliputi data penunjang yang diambil secara runtun waktu time series, yang didapatkan melalui studi kepustakaan dari berbagai sumber,
jurnal-jurnal, buku-buku, hasil penelitian maupun data dari lembagainstansi yang terkait dengan penelitian ini.
3.4. Metode Analisis Data
3.4.1. Analisis Finansial dan Kelayakan Usahatani Padi sawah
Untuk menguji tingkat keuntungan ekonomi usahatani padi sawah dilakukan perhitungan pendapatan bersih dan pendapatan keluarga usahatani.
Nilai yang positif berarti bahwa usahatani menguntungkan dan sebaliknya nilai yang negatif berarti usahatani rugi. Kelayakan usahatani dinilai dengan
menghitung Revenue Cost Ratio = RCR Hernanto, 1959 dengan criteria sebagai berikut:
1. RCR 1 : Usahatani layak diusahakan menguntungkan secara ekonomi
2. RCR =1 : Usahatani Break Even Point = BEP pulang pokok
3. RCR1 : Usahatani tidak layak diusahakan tidak menguntungkan
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi
Untuk menguji hipotesis yang pertama digunakan analisis regresi linier berganda. Model yang digunakan adalah fungsi produksi linier, dimaksudkan
untuk menganalisis pengaruh dari variabel independen luas lahan, benih, pupuk, dan curahan tenaga kerja terhadap variabel dependen produksi padi baik di
daerah yang produktivitas tinggi, sedang maupun rendah. Adapun rumus Regresi Linier Berganda yang digunakan adalah:
e Tk
Pp Bb
Lh Y
4 3
2 1
, Gujarati, 2003…………………2 Dimana :
: Produksi Padi
Lh
: Luas Lahan Ha
Bb
: Benih Kg
Pp
: Pupuk Kg
Tk
: CurahanTenaga Kerja HOK
a. Uji Statistik
Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan uji statistik terhadap hasil estimasi, untuk melihat ketepatan fungsi regresi dalam
menaksir nilai aktualnya, diukur dari godness of fit-nya. Penilaian dilakukan dengan melihat koefisien determinasi, nilai statistik t, dan nilai statistik F
Gujarati, 2003.
1 R
2
Uji terhadap koefisien determinasi R2 pada dasarnya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variansi variabel terikat
Gujarati, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2 Uji t
Uji statistik t pada dasarnya adalah menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual parsial dalam mempengaruhi variabel
terikat. Apakah suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen. Dalam statistik dapat dicari
melalui rumus Gujarati, 2003 :
i i
hit
Sb b
t
…………………………………………………………………...3 Dimana :
i
b
: koefesien regresi independent ke-i
i
Sb
: Kesalahan standar variabel independent ke-i Dengan menggunakan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
i o
H
, dan
1
i
H
Bila t hitung t tabel pada tingkat kepercayaan 5 atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 taraf nyata 5 maka H0 ditolak dengan kata
lain variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
3. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
serempak terhadap variabel terikat. Artinya apakah semua variabel penjelas secara bersamaan merupakan variabel-variabel penjelas yang siginifikan atau
tidak signifikan terhadap variabel dependennya. Secara statistik formulasi uji F adalah Gujarati, 2003:
1 1
1
2 2
K
n R
K R
F ……………………..…………………………4
Dimana : R
: Koefesien determinasi K
: Jumlah variabel independen N
: Jumlah datasampel
Universitas Sumatera Utara
Dengan menggunakan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
i o
H
dan
1
i
H
. Bila F hitung F tabel pada tingkat derajat kepercayaan 5 atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti
variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat.
b. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik.
Untuk mendapatkan model persamaan regresi yang baik dan benar-benar mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias sesuai kaidah BLUE
Best Linier Unbiased Estimator, maka perlu dilakukan uji terhadap penyimpangan asumsi klasik yang meliputi normalitas, multikolinearitas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas.
1. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang
ada. Ada dua cara yang digunakan untuk menguji normalitas :
a. analisis grafik normal P-P plot
Jika data berdistribusi normal maka grafik P – Plot akan memperlihatkan
residual data yang tersebar disekitar garis regresi. b.
Uji one sample Kolmogorov-Smirnov Jika data berdistribusi normal maka nilai signifikansi lebih besar dari
α
0,05
.
2. Uji Multikolinieritas
Universitas Sumatera Utara
Uji multikolinieritas berfungsi untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya suatu hubungan linier yang sempurna mendekati sempurna
antara beberapa atau semua variabel bebasnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dalam regresi dilakukan dengan melihat nilai VIF
Variance Inflation Factor. Jika nilai VIF lebih besar dari 10, dalam data terdapat multikolinieritas yang sangat tinggi Gujarati, 2003.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat diartikan hubungan di antara anggota observasi dalam waktu data time seris atau ruang data cross sectional Gujarati, 2003. Cara
yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah
Uji Durbin Watson. Pengambilan keputusannya:
- Bila d dL → berarti ada autokorelasi positif atau kecenderungannya ρ = 1.
- Bila dL ≤ d ≤ dU → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa.
- Bila dU ≤ d ≤ 4-dU → artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.
- Bila 4-dU ≤ d ≤ 4 – dL → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa
- Bila d 4-dL → berarti ada autokorelasi negatif atau kecenderungan ρ = -1.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan veriance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi
problem heteroskedastisitas.
Model regresi
yang baik
yaitu homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat scatter plot nilai prediksi
Universitas Sumatera Utara
dependen ZPRED dengan residual SRESID yang dikenal dengan metode grafik yaitu memplotkan ui
2
dan Ŷi . Heteroskedastisitas akan terdeteksi bila plot menunjukkan pola yang sistematis Gujarati, 2003.
3.4.3. Analisis Perbedaan Produktivitas.
Perbedaan produktivitas berdasarkan luas lahan dianalisis secara statistik dengan anova. Selain itu juga dilakukan analisis deskriptif dengan
membandingkan kualitas faktor produksi dan karakteristik petani sampel di tiga kecamatan penelitian di Kabupaten Aceh Utara.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
3.5.1. Definisi
Masing-masing variabel dan cara pengukurannya perlu diperjelas untuk memperoleh kesamaan pemahaman persepsi terhadap konsep-konsep dalam
penelitian ini, antara lain : 1.
Luas lahan adalah luas tanah yang digunakan untuk produksi padi dan diukur dalam satuan hektar.
2. Benih adalah banyaknya benih yang digunakan untuk uasahatani padi dalam
satu kali masa tanam diukur dalam satuan kilogram. 3.
Pupuk adalah banyaknya pupuk dari berbagai jenis yang digunakan untuk produksi padi dalam satu kali masa tanam diukur dalam kilogram.
4. Curahan tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses
produksi padi oleh petani dalam satu masa tanam yang diukur dalam HOK Hari Orang Kerja dengan standar 7 jam kerja efektif per hari.
5. Produksi padi adalah banyaknya gabah yang dihasilkan dalam satu kali masa
tanam dan diukur dalam satuan kilogram.
Universitas Sumatera Utara
6. Kualitas faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas
benih benih unggul atau benih tradisional, kualitas pupuk pupuk lengkap atau tidak dan frekuensi pemupukan, dan jam mulai kerja.
7. Karakteristik petani sampel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah
umur, pendidikan, jumlah anak, dan pengalaman. 3.5.2. Batasan Operasional
Penelitian hanya menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk, dan curahan tenaga kerja terhadap produksi padi di tiga kecamatan yang
ada di Kabupaten Aceh Utara. Data primer tentang jumlah input dan output usahatani padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari musim tanam
padi pada tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4. 1.1. Administrasi, Geografi dan Topografi
Wilayah Kabupaten Aceh Utara terletak antara 96.52.000 - 97.31.000 Bujur Timur dan 4.46.000 - 5.00.400 Lintang Utara dan mempunyai hamparan
daratan seluas 3.296,86 Km2 atau 329.686 Ha, yang tebagi dalam 27 kecamatan, 70 kemukiman, dan 852 desa. Batas wilayah sebelah Utara dengan Pemkot
Lhokseumawe dan Selat Malaka, sebelah Selatan Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah. Batas sebelah Timur Kabupaten Aceh Timur dan
sebelah Barat dengan Kabupaten Bireun. Topografi Aceh Utara bervariasi mulai dari pantai, dataran rendah, dan
perbukitan. Namun demikian, sebagian besar wilayah dalam Kabupaten Aceh Utara terdapat pada daerah dataran, sehingga kisaran suhu rata-rata sepanjang
tahun 2010 sebesar 20,0
o
C – 31,0
o
C. Kecepatan angin maksimum berkisar antara 10
– 27 knot walaupun rata-rata kecepatan angin hanya sebesar 4-5 knot. Kabupaten Aceh Utara termasuk dalam iklim muson dan termasuk dalam iklim
tipe C, curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 1000-2500 mm, dimana curah hujan maksimal pada bulan Oktober-November dengan kelembaban udara
berkisar antara 84 – 89 . Dalam 5 tahun terakhir, perubahan cuaca dan musim
yang ekstrem juga terjadi terutama hawa panas akibat efek global warming.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2. Luas Wilayah dan Penggunaannya
Luas wilayah Aceh Utara terdiri atas lahan sawah seluas 44.266 ha dan bukan lahan sawah seluas 190.388 ha. Secara rinci berikut data tentang penggunaan lahan
di wilayah kabupaten Aceh Utara. Tabel 7. Jenis dan
Penggunaan
Lahan di Aceh Utara Tahun 2010
No. Jenis Penggunaan Lahan
Luas ha Persentase
1. Sawah
44.266 14.68
2. Pekarangan Bangunan
38.495 12.77
3. Tagalan Kebun
38.101 12.64
4. Ladang Huma
21.011 6.97
5. Pengembalaan Padang rumput
5.814 1.93
6. Sementara tidak diusahakan
8.351 2.77
7. Hutan rakyat
34.200 11.34
8. Hutan Negara
42.325 14.04
9. Perkebunan
54.260 18.00
10. Lain-lain
9.217 3.06
11. Kolam Empang
645 0.21
12. Rawa-rawa
4.812 1.60
Jumlah 301.497
100,00
Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2011.
Dari t
otal luas lahan sawah di Kabupaten Aceh Utara terdapat pola penggunaan yang bervariasi yaitu lahan sawah yang ditanam satu kali per tahun
seluas 6.504 Ha, dua kali per tahun 32.528 Ha, tiga kali per tahun 3.982, tidak ditanam padi 743 Ha, dan sementara tidak diusahakan seluas 509 Ha. Lahan yang
belum dimanfaatkan baik lahan sawah maupun bukan lahan sawah dikarenakan beberapa faktor diantaranya penyediaan air kurang mencukupi akibat curah hujan
Universitas Sumatera Utara
yang tidak menentu, keterbatasan permodalan petani dan kendala teknis lainnya. Selanjutnya, jenis tanah dominan di Kabupaten Aceh Utara adalah Inceptisols dan
Ultisols Podsolik Merah Kuning, selebihnya terdiri atas jenis tanah Entisol dan Alfisols. Sebagian besar dari jenis tanah tersebut merupakan lahan kering yang
mempunyai banyak kendala untuk pengembangan pertanian, karena tingkat kesuburannya rendah, bereaksi masam, umumnya berlereng dan kondusif
terhadap erosi. Sementara itu, kedalaman efektif tanah di kabupaten ini adalah : i 69,73 persen dari luas wilayahnya memiliki kedalaman efektif diatas 90
centimeter; ii 10,65 persen dengan kedalaman efektif 60-90 centimeter; dan iii 19,62 perrsen dengan kedalaman efektif 30-60 centimeter. Kedalaman efektif
tanah tersebut akan mempengaruhi jenis tanaman yang diusahakan, terutama dilihat dari kedalamanperakaran tanaman yang bersangkutan perakaran dangkal
atau dalam Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara, 2011
4. 1.3. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Utara berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 pada bulan Mei sebanyak 529.751 jiwa yang terdiri dari 262.351
jiwa laki-laki dan 267.400 jiwa perempuan. Penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Lhoksukon sebesar 43.998 jiwa yang merupakan ibukota dari
Kabupaten Aceh Utara.Terbanyak kedua terdapat di kecamatan Dewantara sebesar 43.442 jiwa. Untuk kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya
adalah kecamatan Geurudong Pase sebanyak 4.448 jiwa. Wilayah Kabupaten Aceh Utara yang memiliki luas wilayah 3295,86 km2 memiliki tingkat kepadatan
penduduk sebesar 161 jiwakm yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Aceh Utara. Namun penyebarannya tidaklah merata. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat kepadatan penduduk di kecamatan Dewantara yang
memiliki luas wilayah 39,47 km2 sangat tinggi yakni sekitar 10.325 jiwa. Ini disebabkan karena banyaknya pendatang yang berdomisili di wilayah tersebut.
Berbeda dengan kecamatan Geurudong Pase memiliki penduduk sangat jarang yakni rata-rata per kilometernya sekitar 16 jiwa dengan luas wilayah 271,45 km2.
Berikut data jumlah penduduk, rumah tangga, kepadatan penduduk dan rata-rata penduduk per rumah tangga menurut kecamatan di Kabupaten Aceh Utara.
Tabel 8.
Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Kepadatan Penduduk Dan Rata-Rata Penduduk Per Rumah Tangga Menurut Kecamatan
No .
Kecamatan
Luas Wilayah
Penduduk Rumah
Tangga Kepadatan
Penduduk Rata-rata
Penduduk per RUTA
1.
Sawang
384,65 33.748
7.514 88
4 2.
Nisam
193,47 17.115
3.810 88
4 3.
Nisam Antara
30,00 12.096
2.906 403
4 4.
Banda Baro
18,00 7.377
1.812 410
4 5.
Kuta Makmur
151,32 22.028
4.993 146
4 6.
Simpang Keramat
79,78 8.710
1.922 109
5 7.
Syamtalira Bayu
75,36 18.955
4.521 252
4 8.
Geureudong Pase
271,45 4.448
1.1.69 16
4 9.
Meurah Mulia
202,57 17.612
4.289 87
4 10.
Matang Kuli
78,65 16.424
3.792 209
4 11.
Paya Bakong
418,32 12.690
3.002 30
4 12.
Pirak Timu
45,99 7.413
1.764 161
4 13.
Cot Girek
189,00 18.342
4.827 97
4
Lanjutan tabel 8.
Universitas Sumatera Utara
No .
Kecamatan
Luas Wilayah
Penduduk Rumah
Tangga Kepadatan
Penduduk Rata-rata
Penduduk per RUTA
14.
Tanah Jambo Aye
162,98 39.141
8.753 240
4 15.
Langkahan
150,52 20.938
4.805 139
4 16.
Seunudon
100,63 23.267
5.721 231
4 17.
Baktiya
158,67 32.465
7.175 205
5 18.
Baktiya Barat
83,08 16.943
3.627 204
5 19.
Lhoksukon
243,00 43.998
10.407 181
4 20.
Tanah Luas
30,64 22.037
5.005 719
4 21.
Nibong
44,91 9.047
2.044 201
4 22.
Samudera
43,28 24.389
5.381 564
5 23.
Syamtalira Aron
28,13 16.456
3.575 585
5 24.
Tanah Pasir
20,29 8.376
2.236 413
4 25.
Lapang
19,36 7.909
2.063 409
4 26.
Muara Batu
33,34 24.385
5.387 731
5 27.
Dewantara
39,47 43.442
10.325 1.101
4 3.296,86
529.751 122.82
5 161
4
Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh Utara Tahun 2011.
4.2. Budidaya Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara
Berdasarkan data hasil survey diketahui bahwa umumnya petani di lokasi penelitian menanam tanaman padi di lahan sawah milik sendiri dan hanya 14
orang dari 90 sampel yang mengusahakan lahan orang lain dengan sistem sewa atau bagi hasil. Besarnya sewa bagi hasil yang harus dibayar penggarap
bervariasi di antara daerah penelitian. Sampel di Kecamatan Sawang hanya satu orang sebagai petani penggarap dengan dengan sistem pembagian hasil 50:50,
yaitu 50 dari hasil yang diperoleh diserahkan untuk pemilik lahan sawah. Di Kecamatan Meurah Mulia terdapat 10 orang sampel sebagai petani penggarap
Universitas Sumatera Utara
dengan sistem sewa lahan sebesar 200-250 kg gabah untuk setiap 1600 m
2
. Sedangkan di Kecamatan Tanah Pasir, terdapat 4 orang petani penggarap dengan
sistem sewa sebesar 72-200kg per 1600m
2
dan ada juga yang menyewakan 45 kg per 170 kg gabah. Perbedaan ini terjadi kerena perbedaan kualitas lahan yang
dilihat dari perolehan produksi padi pada setiap musim tanam dan juga ketersediaan irigasi.
Rata-rata total luas lahan yang diusahakan petani sampel adalah 0.29 Ha, dengan luas lahan minimal 0.06 Ha dan luas lahan maksimal 1.3 Ha. Budidaya
tanaman padi sudah dilakukan secara turun temurun oleh petani di daerah penelitian. Untuk sekali musim tanam yang dimulai dari pembenihan sampai
panen membutuhkan waktu 100 hari. Hal yang pertama dilakukan adalah penyiapan lahan yang terdiri dari pembajakan, pembuatan pematang, dan
persiapan tempat persemaian. Benih yang akan digunakan terlebih dahulu dikecambahkan selama 5 hari 2 hari direndam dalam air dan 3 hari dibiarkan
ditempat yang lembab dan disiram kemudian ditabur di tempat persemaian. Setelah berumur 21 hari benih dicabut dan dipindahkan ke lahan sawah yang
sudah dibersihkan. Dinas Pertanian menganjurkan jarak tanam untuk tanaman padi adalah 25x25 cm. Namun kebanyakan petani tidak dapat memastikan berapa
jarak tanam yang mereka gunakan, mereka hanya mereka-reka tanpa menggunakan patokan khusus seperti jajar tandur. Sehingga ada sebagian petani
yang menanam terlalu rapat dan ada juga yang menggunakan jarak tanam yang lebih dari yang dianjurkan. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar lebih dari
Universitas Sumatera Utara
95 petani di daerah penelitian tidak pernah mengikuti pelatihan bimbingan dari lembaga penyuluhan.
Penyiangan dilakukan sekali selama musim tanam yaitu pada saat tanaman berumur 15
hari setelah tanam. Biasanya sekali musim tanam dilakukan dua kali penyiangan tetapi selama padi diserang keong mas yang juga memakan rumput
maka penyiangan cukup dilakukan sekali saja. Namun demikian, ada sebagian dari petani sampel khususnya di Kecamatan Tanah Pasir tidak melakukan
penyiangan pemberantasan gulma sama sekali. Pemupukan yang dilakukan oleh petani sampel terdiri dari urea, SP-36, KCL, dan NPK. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua petani menggunakan pupuk Urea walaupun dengan dosis yang bervariasi sesuai kemampuan ekonomi. Pupuk SP-36, dan KCL
digunakan oleh sebagian besar petani sampel di semua lokasi penelitian, kecuali desa Me Merbo Kecamatan Tanah Pasir yang sama sekali tidak menggunakan
KCL. Sementara pupuk NPK hanya digunakan oleh sebagian kecil sampel yang ada di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah Pasir. Pupuk yang digunakan oleh
petani sampel berbeda dengan yang dianjurkan oleh dinas pertanian Kabupaten Aceh Utara, baik dosis maupun waktunya. Umumnya petani sampel memberikan
pupuk dua kali dengan cara dicampur semua jenis dan ditaburkan setelah padi ditanam. Sedangkan tentang jenis pupuk, dosis dan waktu pemupukan yang
dianjurkan berdasarkan spesifik lokasi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jenis Pupuk, Dosis, serta Waktu Pemupukan Tanaman Padi Sawah
Universitas Sumatera Utara
No Kecamatan
Pupuk Kg Ha Waktu Pemupukan
Urea SP-36
KCl
1 Sawang
250 50
100 Urea: 50 satu hari sebelum
tanam dan 50 21 hari setelah tanam
Sp-36: Satu hari sebelum tanam KCl: Satu hari sebelum tanam
2 Meurah
Mulia 200
100 50
3 Tanah Pasir
200 75
50
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara, 2011
Untuk perawatan tanaman padi petani menggunakan berbagai jenis pestisida yang disemprotkan pada tanaman yang terserang hama. Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara menganjurkan penggunaan pestisida sebanyak 2 liter untuk setiap hektar tanaman padi. Namun, hasil survey
menunjukkan bahwa sebagian besar petani sampel tidak mengetahui takaran dan jenis pestisida yang digunakan karena biasanya pemberantasan hama ditangani
oleh tenaga kerja upahan dengan biaya per tangki Rp. 15.000-Rp.20.000 termasuk ke dalamnya biaya obat-obatan. Hasil survey di lapangan diketahui bahwa pada
musim tanam tahun 2011, tanaman padi di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah Pasir banyak terserang hama wereng, tikus dan penyakit tugro.
Usahatani padi sawah di daerah penelitian menggunakan tenaga kerja dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga terdiri dari orang tua dan
anak-anak yang umumnya ikut membantu kegiatan usahatani. Sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja pria dan wanita yang di bayar dengan upah
sebesar 50.000 HOK. Setelah berumur seratus hari tanaman sudah menguning dan siap untuk
dipanen. Pemanenan dilakukan dengan memotong batang tanaman menggunakan sabit. Satu hari setelah pemotongan tanaman padi dikumpulkan dan bijinya
dirontokkan menggunakan traiser. Gabah yang sudah terkumpul dijemur sampai
Universitas Sumatera Utara
kering dan bisa langsung dijual atau disimpan. Ada juga sebagian petani yang langsung menjual gabahnya tanpa dijemur terlebih dahulu dengan harga yang
relatif lebih murah dibandingkan dengan gabah yang sudah dijemur. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan diketahui bahwa sebagian besar petani sampel
menjual hasil panennya sekitar 30-50 untuk menutupi hutang usahatani dan kebutuhan rumah tangga sedangkan sisanya disimpan untuk kebutuhan sehari-
hari. 4.3. Karakteritik Responden
Diskripsi petani sampel dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, jumlah anak, dan pengalaman berusahatani padi sawah. Berikut data tentang
karakteristik responden. Tabel 10. Karakteritik Responden
Uraian Satuan
Range Rata-rata
Terendah Tertinggi
Umur Tahun
25 83
48,02 Pendidikan
Tahun 3
17 7.78
Jumlah anak Orang
1 12
4,02 Pengalaman
Tahun 2
60 26,73
Sumber : Data primer diolah, 2012.
Umur seseorang berpengaruh terhadap keputusan dan kemampuan aktifitas
fisiknya. Umur berkaitan jelas dengan kinerja dan produktifitasnya. Semakin bertambah usia seseorang maka kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan
cenderung menurun. Rata-rata umur sampel adalah 48,02 tahun, menunjukkan bahwa sampel tergolong usia produktif. Simanjuntak 1985 mengelompokkan
usia produktif adalah mereka yang berada pada kelompok umur 15-55 tahun. Pada kelompok usia produktif, kemampuan untuk melakukan usahatani diperkirakan
masih relatif tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Sumber daya manusia yang diukur dari tingkat pendidikan yang merupakan faktor penting dalam mengakomodasi teknologi maupun ketrampilan
dalam usahatani padi. Kategori pendidikan meliputi pendidikan formal yang secara kuantitatif diukur dengan jumlah tahun mengikuti pendidikan yang
selanjutnya disetarakan dengan tahapan tingkat pendidikan umum. Pembahasan mengenai pendidikan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan sampel
dalam mengelola usahataninya. Hal ini terkait dengan berbagai informasi diantaranya pengetahuan sampel terhadap pemupukan dan pembudidayaan yang
sesuai untuk tanaman padi sawah. Data yang tersaji memperlihatkan bahwa rata- rata pendidikan sampel adalah 7.78 tahun atau setara dengan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama SMP. Maka pengelolaan usahatani padi lebih hanyak hanya menitikberatkan pada kemampuan teknis yang diperoleh secara turun temurun,
disamping mendapatkan pelatihan tehnis dari instansi terkait. Sehingga dengan berbekal pengalaman tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil produksi padi.
Jumlah anak yang menjadi tanggungan sangat mempengaruhi pengeluaran sampel. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin tinggi
pengeluaran untuk barang konsumtif. Bila tidak didukung dengan pendapatan rumah tangga yang memadai maka sampel akan mengurangi jumlah pengeluaran
untuk usahatani, dan hal ini juga akan mempengaruhi pola usahatani padi sawah yang dikelola oleh sampel tersebut. Jumlah tanggungan sampel rata-rata sebanyak
4 orang. Selain itu, jumlah tanggungan juga menunjukkan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga yang siap digunakan dalam usahatani padi. Petani sampel
mempunyai pengalaman yang bervariasi dalam usahatani padi yaitu berkisar antara 2-60 tahun. Secara rata-rata, petani sampel memiliki pengalaman
Universitas Sumatera Utara
berusahatani padi selama 26,73 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel adalah petani tradisional yang secara naluri mampu mengelola faktor-faktor
produksi.
4.4. Sarana dan Prasarana Penunjang
Untuk memperlancar kegiatan ekonomi ataupun non-ekonomi diperlukan sarana pendukung yang berupa fisik maupun non fisik yang memadai. Secara
umum sarana dan prasarana transportasi yang ada di daerah penelitian berada dalam kondisi yang kurang baik sehingga arus lalu lintas sarana produksi dan
hasil-hasil pertanian tidak berjalan lancar dan membutuhkan biaya yang relatif tinggi. Sarana perekonomian yang ada secara umum relatif sudah tersebar di
seluruh wilayah desa, misalnya kios-kios sarana produksi. Di samping itu, tersedianya Balai Penyuluhan Pertanian yang memungkinkan bagi petani untuk
mendapatkan pengetahuan tentang usahataninya. Adanya kondisi ini memungkinkan masyarakat untuk melakukan dan mengembangkan usahataninya
secara tepat dan benar.
4.5. Rata-rata Produksi dan Nilai Produksi Per Hektar Per Kecamatan