Analisis Produksi Padi di Kabupaten Aceh Utara

(1)

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI

DI KABUPATEN ACEH UTARA

TESIS

Oleh

ZURIANI

107039001

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Judul :

Analisis Produksi Padi di Kabupaten Aceh Utara

Nama : Zuriani

NIM : 107039001

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Ir. Hasudungan Butarbutar, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

ANALISIS PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH UTARA

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber- sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,

Zuriani


(4)

ABSTRAK

ZURIANI. Analisis Produksi Padi di Kabupaten Aceh Utara ( Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S sebagai ketua dan Ir. Hasudungan Butar-butar, M.Si sebagai anggota).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan produktivitas yang sangat tinggi di antara kecamatan-kecamatan penghasil padi di Kabupaten Aceh Utara. Penelitian dilakukan pada awal tahun 2012. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis pendapatan dan kelayakan usahatani padi sawah, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan yang menyebabkan perbedaan produktivitas padi sawah di Kabupaten Aceh Utara. Data yang digunakan adalah data cross section yang diambil pada bulan Februari 2012 berdasarkan musim tanam tahun 2011. Metode analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis usahatani, analisis regresi berganda dan anova dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0.

Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani padi sawah menguntungkan dan layak dikembangkan di Kabupaten Aceh Utara. Produksi padi di Kecamatan Sawang dipengaruhi oleh curahan tenaga kerja. Di Kecamatan Meurah Mulia, produksi padi dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk urea, pupuk SP-36, dan KCl. Sedangkan produksi padi di Kecamatan Tanah Pasir dipengaruhi oleh benih dan curahan tenaga kerja. Perbedaan produktivitas disebabkan oleh perbedaan penggunaan benih, tingkat serangan hama penyakit, keaktifan petani dalam mengikuti penyuluhan, dan kondisi geografis yang mempengaruhi kualitas tanah dan air.

Kata kunci: produksi padi, luas lahan, benih, pupuk, produktivitas padi, karakteristik petani, dan kelayakan usahatani.


(5)

ABSTRACT

ZURIANI. Analysis of Rice Production in North Aceh District (Under the guidance of Dr. Ir. Tavi Supriana, MS as chairman and Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si as a member).

The research was motivated by the very high productivity gap between the rice-producing districts in North Aceh district. The research was conducted in early 2012. The purpose of this study was to analyze the income and the feasibility of rice farming, factors affecting the production and productivity of rice led to differences in the North Aceh district. The data used is the cross section taken in February 2012 based on growing season of 2011. The analytical method used was to approach farm analysis, multiple regression analysis and ANOVA using SPSS 16.0 software.

The analysis showed that rice farming profitable and feasible to be developed in North Aceh district. Sawang rice production in the District affected by the outpouring of labor. In District Meurah Noble, rice production is affected by land area, fertilizer urea, SP-36, and KCl. While rice production in Sand Land District affected by the outpouring of seed and labor. Differences in productivity caused by differences in the use of seeds, pest and disease attack rate, active farmers in the following counseling, and geographical conditions that affect the quality of soil and water.

Key words: rice production, land, seed, fertilizer, rice productivity, characteristics of farmers and farm viability.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Zuriani, lahir di Nisam, Aceh Utara pada tanggal 29 Mei 1984 dari Bapak Sulaiman dan Ibu Baniah. Penulis merupakan anak ke satu dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1990 masuk Sekolah Dasar Negeri 1 Binjee, tamat tahun 1996.

2. Tahun 1996 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Nisam, tamat tahun 1999.

3. Tahun 1999 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 1 Nisam, tamat tahun 2002.

4. Tahun 2003 diterima di Program Studi Agribisnis Universitas Malikusasaleh, tamat tahun 2008.

5. Tahun 2010 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir.Hasudungan Butar-butar, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyusun tesis ini.

Secara khusus, penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, mertua, suami, dan seluruh keluarga yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Penghargaan dan ucapan terimakasih kepada para nara sumber yang telah membantu memberikan segala informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2012


(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR ISI ... viii

Bab I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Penelitian Terdahulu ... 5

2.2. Landasan Teori ... 5

2.2.1. Tanaman padi ... 5

2.2.2. Pengertian Usahatani ... 5

2.2.3. Teori Produksi ... 6

2.2.4. Faktor Produksi... 7

2.2.5. Fungsi Produksi ... 10

2.2.6. Fungsi Produksi Linier ... 12

2.3. Kerangka Pemikiran ... 16

2.4. Hipotesis ... 17

Bab III. METODE PENELITIAN ... 18

3.1. Metode Pemilihan Lokasi ... 18

3.2. Metode Penarikan Sampel... 24

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4. Metode Analisis Data ... 26

3.4.1. Analisis Finansial dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah ... 26

3.4.2. Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi ... 26


(9)

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 31

3.5.1. Definisi ... 31

3.5.2. Batasan Operasional ... 32

Bab IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.1.1. Administrasi, Geografi, dan Topografi ... 33

4.1.2. Luas Wilayah Dan Penggunaannya ... 34

4.1.3. Keadaan Penduduk ... 35

4.2. Budidaya Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara ... 37

4.3. Karakteristik Responden ... 41

4.4. Sarana Dan Prasarana Penunjang ... 43

4.5. Rata-rata Produksi dan Nilai Produksi Per Hektar Per Kecamatan ... 43

4.6. Analisis Finansial dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara ... 45

4.7. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi .... 47

4.7.1. Kecamatan Sawang ... 47

4.7.2. Kecamatan Meurah Mulia ... 49

4.7.3. Kecamatan Tanah Pasir ... 52

4.8. Uji Statistik dan Uji Asumsi Klasik ... 55

4.8.1. Uji Statistik ... 55

4.8.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 57

4.9. Analisis Produktivitas ... 60

4.9.1. Analisis Produktivitas Berdasarkan Luas Lahan ... 60

4.9.2. Analisis Uji Beda Produktivitas Berdasarkan Luas Lahan ... 60

4.9.3. Analisis Faktor-faktor yang menyebabkan Perbedaan Produktivitas ... 62

Bab V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal 1. Luas Tanam, Luas Panen, dan Luas Puso Tanaman Padi

berdasarkan Kabupaten di Provinsi Aceh………... 18 2. Pengelompokan Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan Tingkat Produktivitas Padi……… 19 3. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani

Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Sawang………. 20 4. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani

Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Meurah Mulia... 22 5. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani

Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Tanah Pasir…... 24 6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kecamatan dan Desa … 25 7. Jenis dan Penggunaan Lahan di Aceh Utara Tahun 2010……….. 34 8. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Kepadatan Penduduk Dan

Rata-Rata Penduduk Per Rumah Tangga Menurut

Kecamatan………... 36

9. Jenis Pupuk, Dosis, serta Waktu Pemupukan Tanaman Padi

Sawah... 40 10. Karakteritik Responden………... 41 11. Rata-Rata Produksi, Harga Produksi dan Nilai Produksi Per

Hektar Per Kecamatan……….. 44

12. Analisis Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah per Hektar

Musim Tanam Periode Oktober 2011-Januari 2012…………. 45 13. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah per

Hektar Musim Tanam Periode Oktober 2011-Januari

2012…………. 46

14. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Padi di Kecamatan Sawang………... 48 15. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi


(11)

16. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Padi di Kecamatan Tanah Pasir ………. 53 17. Produktivitas Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan Luas Lahan Kecil, Sedang, dan Besar…………... 60 18. Hasil Anova produktivitas padi sawah Berdasarkan Luas

Lahan Kecil, Sedang, dan Besar………. 61 19. Hasil Multiple Comparisons produktivitas padi sawah


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Karakteristik Responden 69

2. Luas Lahan, Penggunaan Saprodi, Produksi, dan Produktivitas

Usahatani Padi di Kabupaten Aceh Utara 71

3. Penggunaan Saprodi, Biaya, Produksi, dan Nilai Hasil Produksi

Ushatani Padi di Kabupaten Aceh Utara 73

4. Hasil Analisis Regresi antara Produksi dengan Luas Lahan, Benih, Urea, SP-36, KCl, dan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi

di Kecamatan Sawang 75

5. Hasil Analisis Regresi antara Produksi dengan Luas Lahan, Benih, Urea, SP-36, dan KCl pada Usahatani Padi di Kecamatan

Meurah Mulia 78

6. Hasil Analisis Regresi antara Produksi dengan Luas Lahan, Benih, Urea, SP-36, KCl, dan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi

di Kecamatan Tanah Pasir 81

7. Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara Berdasarkan Kategori Luas Lahan

84


(13)

ABSTRAK

ZURIANI. Analisis Produksi Padi di Kabupaten Aceh Utara ( Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S sebagai ketua dan Ir. Hasudungan Butar-butar, M.Si sebagai anggota).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan produktivitas yang sangat tinggi di antara kecamatan-kecamatan penghasil padi di Kabupaten Aceh Utara. Penelitian dilakukan pada awal tahun 2012. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis pendapatan dan kelayakan usahatani padi sawah, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan yang menyebabkan perbedaan produktivitas padi sawah di Kabupaten Aceh Utara. Data yang digunakan adalah data cross section yang diambil pada bulan Februari 2012 berdasarkan musim tanam tahun 2011. Metode analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis usahatani, analisis regresi berganda dan anova dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0.

Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani padi sawah menguntungkan dan layak dikembangkan di Kabupaten Aceh Utara. Produksi padi di Kecamatan Sawang dipengaruhi oleh curahan tenaga kerja. Di Kecamatan Meurah Mulia, produksi padi dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk urea, pupuk SP-36, dan KCl. Sedangkan produksi padi di Kecamatan Tanah Pasir dipengaruhi oleh benih dan curahan tenaga kerja. Perbedaan produktivitas disebabkan oleh perbedaan penggunaan benih, tingkat serangan hama penyakit, keaktifan petani dalam mengikuti penyuluhan, dan kondisi geografis yang mempengaruhi kualitas tanah dan air.

Kata kunci: produksi padi, luas lahan, benih, pupuk, produktivitas padi, karakteristik petani, dan kelayakan usahatani.


(14)

ABSTRACT

ZURIANI. Analysis of Rice Production in North Aceh District (Under the guidance of Dr. Ir. Tavi Supriana, MS as chairman and Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si as a member).

The research was motivated by the very high productivity gap between the rice-producing districts in North Aceh district. The research was conducted in early 2012. The purpose of this study was to analyze the income and the feasibility of rice farming, factors affecting the production and productivity of rice led to differences in the North Aceh district. The data used is the cross section taken in February 2012 based on growing season of 2011. The analytical method used was to approach farm analysis, multiple regression analysis and ANOVA using SPSS 16.0 software.

The analysis showed that rice farming profitable and feasible to be developed in North Aceh district. Sawang rice production in the District affected by the outpouring of labor. In District Meurah Noble, rice production is affected by land area, fertilizer urea, SP-36, and KCl. While rice production in Sand Land District affected by the outpouring of seed and labor. Differences in productivity caused by differences in the use of seeds, pest and disease attack rate, active farmers in the following counseling, and geographical conditions that affect the quality of soil and water.

Key words: rice production, land, seed, fertilizer, rice productivity, characteristics of farmers and farm viability.


(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mempercepat proses pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara menyeluruh, pemerintah lebih menitikberatkan pembangunan pada sektor pertanian karena pembangunan sektor pertanian diharapkan dapat mendorong sektor lainnya. Pembangunan pertanian yang harus ditempuh oleh masyarakat diarahkan pada pengembangan pertanian yang maju, efesien dan tangguh. Ini bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, serta memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, dan menunjang kegiatan industri juga meningkatkan devisa negara (Suharno et al., 2000). Untuk mencapai tujuan tersebut maka upaya-upaya yang perlu dilakukan antara lain adalah dengan penggunaan teknologi tepat guna, merubah perilaku petani dari subsisten menjadi petani modern, serta mem-perhitungkan efisiensi usahatani dan selalu berorientasi pasar.

Salah satu komoditi pertanian sebagai bahan pangan nasional yang diupayakan ketersediaannya tercukupi sepanjang tahun adalah padi yang menjadi makanan pokok bagi sebagian besar penduduk indonesia (Suwalan et al., 2004). Padi merupakan salah satu komoditi terpenting dalam kehidupan manusia. Kenaikan produksi padi dalam negeri beberapa tahun belakangan ini, tidak berarti masalah pangan sudah teratasi. Masalah yang dihadapi bangsa indonesia yaitu pertambahan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan produksi bahan makanan. Yang menjadi penghambat laju peningkatan produksi padi adalah perlambatan peningkatan produktivitas (Partadiredjo, 1980). Apabila produktivitas usahatani khususnya bahan pangan bisa ditingkatkan sesuai dengan


(16)

laju peningkatan jumlah penduduk maka masalah pangan bisa teratasi. Untuk meningkatkan produktivitas usahatani diperlukan teknologi yang terus berkembang. Selain itu, produktivitas yang tinggi juga dapat diperoleh melalui penggunaan sarana produksi secara efisien.

Manajer adalah salah satu peran petani di dalam usahatani. Peran petani sebagai manajer bertugas untuk mengambil keputusan tentang apa yang akan dihasilkannya dan bagaimana cara menghasilkannya, sehingga petani dituntut untuk mempunyai pengetahuan-pengetahuan (Anonymous, 1983). Akan tetapi menurut prasetya (1993) petani masih perlu bimbingan sebab pada umumnya petani memiliki berbagai kekurangan yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan sehingga memberikan dampak yang kurang baik terhadap usahatani yang dilakukan. Salah satu dampak yang sering terjadi adalah petani belum mampu mencapai tingkat penggunaan sumberdaya secara optimal. Dalam usahataninya, petani tidak hanya berkepentingan dalam peningkatan produksi saja, tetapi juga peningkatan pendapatannya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka penggunaan faktor produksi hendaklah diberikan secara efisien, karena efisiensi tersebut sekaligus dapat memperkecil biaya yang dikeluarkan dan meningkatkan produktivitas.

Aceh merupakan salah satu provinsi sentra produksi padi di Indonesia yang ditargetkan akan mampu melakukan swasembada beras dan menjadi lumbung pangan nasional. Provinsi Aceh yang terdiri dari 23 kabupaten semuanya menghasilkan padi kecuali Kabupaten Sabang. Dari 22 kabupaten penghasil padi di Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Utara merupakan daerah penghasil terbesar dengan luas tanam mencapai 56.627 hektar dan produksi total sebanyak 285.019,80 ton (BPS Provinsi Aceh, 2010). Data tersebut menunjukkan bahwa


(17)

Kabupaten Aceh Utara memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan Provinsi Aceh dalam meraih gelar lumbung pangan nasional. Namun demikian, luas tanam yang besar dan produksi tinggi pada saat tertentu tidak cukup sebagai jaminan jika tidak diikuti oleh peningkatan produktivitas secara merata.

Menyangkut dengan produktivitas, diantara kecamatan–kecamatan penghasil padi di Kabupaten Aceh Utara terdapat kesenjangan yang sangat besar. Hal ini terlihat dari nilai produktivitas tertinggi di Kecamatan Sawang sebesar 94.90 kwintal/ hektar dan produktivitas terendah di Kecamatan Tanah Pasir yang hanya sebesar 32,61 kwintal / hektar. Angka tersebut berada jauh di bawah nilai produktivitas usahatani padi sawah di Kabupaten Aceh Utara yaitu sebesar 53,05 kwintal/ hektar (BPS Aceh Utara, 2010). Angka ini menunjukkan bahwa produksi padi yang tinggi di Kabupaten Aceh Utara tidak berasal dari tingginya produksi dan produktivitas seluruh kecamatan penghasil padi di daerah tersebut. Hal ini terjadi karena masih terdapat kecamatan-kecamatan dengan produktivitasnya yang berada di bawah rata-rata. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian komparasi untuk melihat pengaruh penggunaan input terhadap produksi pada usahatani padi di beberapa kecamatan yang memiliki perbedaan tingkat produktivitas.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu:

1. Seberapa besar pendapatan bersih dan pendapatan keluarga pada Usahatani padi sawah di daerah penelitian serta bagaimana kelayakan ekonominya.


(18)

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi padi sawah di tiga kecamatan di Kabupaten Aceh Utara.

3. Faktor apa saja yang menyebabkan perbedaan produktivitas padi sawah di tiga kecamatan di Kabupaten Aceh Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pendapatan bersih dan pendapatan keluarga pada Usahatani padi sawah di daerah penelitian serta kelayakan ekonominya.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah di Kabupaten Aceh Utara.

3. Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan produktivitas padi sawah di Kabupaten Aceh Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain :

1. Bagi petani padi, dapat memberikan tambahan wawasan dalam menyikapi kemungkinan timbulnya permasalahan dan pengambilan keputusan usaha tani padi.

2. Bagi instansi terkait, dapat menjadi tambahan masukan dalam melengkapi bahan pertimbangan untuk merumuskan kebijakan pembangunan sektor pertanian tanaman pangan.

3. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai langkah awal dalam penerapan ilmu pengetahuan dan sebagai pengalaman yang dapat dijadikan referensi


(19)

. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang analisis produksi sehingga akan sangat membantu dalam mencermati masalah yang akan diteliti dengan berbagai pendekatan spesifik sebagai rujukan utama, khususnya penelitian yang menggunakan model fungsi produksi. Selain itu juga memberikan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh para peneliti :

1. Nur Riza (2006), melakukan penelitian berjudul analisis penggunaan input dalam upaya meningkatkan produksi padi di Dusun Krajan Desa Sumber Mujur Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. Analisis data menggunakan persamaan fungsi Cobb Douglass. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Y). Secara individual variabel-variabel yang mempengaruhi variabel terikat adalah luas lahan (X1), jumlah tenaga kerja (X2), pupuk dan bibit (X3). Sedangkan dari ketiga variabel bebas yang paling dominan pengaruhnya adalah luas lahan (X1), karena luas lahan mempunyai nilai koefisien yang paling besar dan signifikan.

2. Dewi Sahara dan Idris, (2005). Penelitian tentang efisiensi produksi sistem usahatani padi sawah di lahan sawah irigasi teknis di Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dengan menggunakan regresi linear berganda,


(20)

dilanjutkan dengan uji efisiensi alokatif. Hasil analisis fungsi produksi menunjukkan bahwa luas panen, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh positip terhadap produksi padi sawah dimana peningkatan produksi masih bisa dicapai dengan penambahan ketiga faktor produksi tersebut.

3. Joko Triyanto (2006) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh input produksi luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk serta pompa air, terhadap produksi padi di Jawa Tengah. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel luas lahan, tenaga kerja, benih dan pompa air, memberikan pengaruh positif yang signifikan hingga taraf kepercayaan 5% terhadap produksi padi. Nilai elastisitas produksinya adalah 1,089 (elastis). Ini berarti bahwa secara umum usaha tani padi di Jawa Tengah dalam skala mendekati constant return to scale. Variabel pupuk mempunyai hubungan yang positif tetapi tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi padi di Jawa Tengah, sehingga disarankan untuk melakukan diversifikasi pertanian di luar padi karena nilai elastisitas produksi sudah mendekati kearah constant return to scale.

4. Desky Syahroel (2008), melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh luas lahan, jam kerja, jumlah pekerja, pupuk, pestisida, dan bibit/benih terhadap produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara. Selain itu juga untuk mengetahui hubungan tingkat harga jual gabah optimum terhadap harga input pupuk yang berlaku di Kabupaten Aceh Tenggara. Metode yang digunakan untuk menganalisis data penelitian adalah model regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel luas lahan, dan


(21)

jumlah pekerja yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi. Untuk variabel waktu kerja dan pupuk walaupun positif namun tidak signifikan mempengaruhi produksi padi. Sementara variabel pestisida walaupun signifikan namun korelasinya negatif terhadap produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara. Laba maksimum bagi petani padi di Kabupaten Aceh Tenggara akan tercapai pada tingkat penggunaan input pupuk sebanyak 131,89 kg, dan pada tingkat harga jual gabah petani sebesar Rp.3.951,13. Adapun tingkat laba yang bisa dicapai petani pada tingkat produksi rata-rata 1.820,42 kg adalah sebesar Rp.6.731.101,07.

2.2. Landasan Teori 2.2.1.Tanaman Padi

Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam golongan rumput-rumputan. Padi mempunyai umur yang pendek yaitu kurang dari satu tahun, hanya satu kali produksi, setelah berproduksi maka akan mati atau dimatikan. Tanaman padi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan keadaan berasnya, cara dan tempat bertanam, dan menurut umurnya (AAK, 1990). Tahapan proses produksi tanaman padi, antara lain :

1. Pembibitan. 2. Pengolahan Tanah 3. Penanaman

4. Pemeliharaan Tanaman 5. Pemanenan


(22)

2.2.2. Pengertian Usahatani

Menurut Suratiyah (2006) usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara petani mengelola input atau faktor - faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga penerimaan usahataninya meningkat.

Tohir (1991) mengatakan usahatani terdiri dari usahatani swasembada sejati dan usahatani niaga. Usahatani sejati merupakan usahatani yang secara murni sungguh diusahakan untuk memperoleh produksi yang diperlukan untuk menutupi keperluan primer dari keluarga petani. Sedangkan usahatani niaga merupakan usahatani yang telah melakukan pengelolaan atas dasar teknologi dan ekonomi perusahaan dan ditujukan untuk memenuhi keperluan pasar. Usahatani dapat dikatakan berhasil bila sudah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Usahatani harus menghasilkan cukup produksi untuk membayar biaya semua

alat-alat yang diperlukan.

b. Usahatani harus dapat menghasilkan produksi yang dapat dipergunakan dalam usahatani tersebut.

c. Usahatani harus dapat meningkatkan upah tenaga kerja petani dan keluarganya yang dipergunakan dalam usahatani secara layak.

d. Usahatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan seperti semula, jadi harus dapat memelihara diri sendiri.

e. Usahatani harus dapat pula membayar tenaga kerja petani sebagai manajer yang harus mengambil keputusan mengenai apa yang harus dijalankan, bilamana, dimana, dan bagaimana.


(23)

Mengelola usahatani untuk meningkatkan produksi, petani harus mampu mengkombinasikan beberapa faktor produksi seoptimal mungkin, sehingga dengan demikian dapat meningkatkan produksi dan penerimaan serta sekaligus dapat meningkatkan taraf hidup petani untuk sendiri dan keluarga.

2.2.3. Teori Produksi

Produksi adalah proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input dapat terdiri dari barang atau jasa yang digunakan dalam proses poduksi dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu proses produksi (Sri Adiningsih, 1995). Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai guna atau manfaat baru. Guna atau manfaat mengandung pengertian kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produksi meliputi semua aktifitas menciptakan barang dan jasa.

Sesuai dengan pengertian produksi diatas, maka produksi pertanian dapat dikatakan sebagai suatu usaha pemeliharaan dan penumbuhan komoditi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada proses produksi pertanian terkandung pengertian bahwa guna dan manfaat suatu barang dapat diperbesar melalui suatu penciptaan guna bentuk yaitu dengan menumbuhkan bibit sampai besar dan pemeliharaan.

2.2.4. Faktor Produksi

Faktor produksi sering disebut dengan korbanan produksi untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi diistilahkan dengan input. Faktor-faktor


(24)

yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi 2 kelompok (Soekartawi, 2003), antara lain:

a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.

b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya.

Input merupakan hal yang mutlak, karena proses produksi untuk menghasilkan produk tertentu dibutuhkan sejumlah faktor produksi tertentu. Proses produksi menuntut seorang pengusaha mampu menganalisa teknologi tertentu dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin. Berikut adalah penjelasan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian. a) Lahan

Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransformasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah juga diperhatikan (Soekartawi, 1995).

b) Benih

Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan,


(25)

pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (AAk, 2006).

Sumber benih yang digunakan hendaknya dari kelas yang lebih tinggi. Untuk mengetahui keadaan benih yang baik dapat dilihat dari keadaan fisik benih dan kemurnian benih. Benih yang bersertifikat atau berlabel dapat diperoleh pada kios-kios atau toko pertanian maupun penyalur benih. Benih tersebut merupakan benih sebar (extension seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh para penangkar benih atau kebun-kebun benih. Varietas yang ditanam hendaknya selain disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, memperhatikan pula aspek kecocokan lahan, umur tanaman dan ketahanan terhadap lama serta penyakit (AAk, 2006).

c) Pupuk

Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal, tanaman memerlukan bahan makanan berupa unsur hara, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Jika tanah untuk media tumbuh tidak tersedia cukup unsur hara yang diperlukan, maka harus diberikan tambahan unsur-unsur tersebut ke dalam tanah. Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi tanaman, hal ini dapat berpengaruh bila dosis yang diberikan tepat (Anonymous, 2006).

Penambahan unsur hara dapat dilakukan melalui pemupukan sehingga diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah antara lain menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian atau erosi dan yang terangkut saat panen. Pemberian pupuk merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi tanaman. Konsepsi pemupukan berimbang menyarankan agar dalam budidaya


(26)

tanaman padi tidak hanya dipupuk N dan P saja, tetapi perlu dipupuk K, S dan unsur mikro (Anonymous, 2006).

d. Curahan Tenaga Kerja

Menurut Payaman Simanjuntak (1995) yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah “Penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih, yang sudah atau

sedang mencari pekerjaan dan sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.” Adapun menurut Butar-butar (2010) bahwa penggolongan tenaga kerja berdasarkan umur pada usahatani terdiri dari dua golongan yaitu tenaga kerja anak-anak (umur 10 - <15 tahun) dan tenaga

kerja dewasa ( umur ≥ 15 tahun) dengan standar konversi 7 jam kerja efektif/ hari.

Faktor tenaga kerja disini dapat dilihat dari jumlah curahan kerja. Dalam usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua macam yaitu menurut sumber dan jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenisnya didasarkan atas spesialisasi pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam bekerja yang dikenal tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha, semakin besar skala usaha maka penggunaan tenaga kerja cenderung semakin meningkat. Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi satuan tenaga kerja

yang biasanya disebut dengan “Hari Orang Kerja” atau HOK. Namun, tidak

selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi, karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi (Soekartawi, 2002).


(27)

2.2.5. Fungsi Produksi

Fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara faktor-faktor produksi (input) dan hasilnya (output) (Sudarsono,1998). Fungsi produksi menggambarkan tingkat teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan, suatu industri atau suatu perekonomian secara keseluruhan. Apabila teknologi berubah, maka berubah pula fungsi produksinya. Secara singkat fungsi produksi sering didefinisikan sebagai suatu tabel persamaan matematika yang menggambarkan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu faktor produksi tertentu dan pada tingkat teknologi tertentu pula (Ari Sudarman, 1999).

Berdasarkan landasan teori, terdapat berbagai macam fungsi produksi, antara lain : fungsi produksi Cobb-Douglass, fungsi produksi linear, fungsi produksi kuadratik, fungsi produksi eksponensial, fungsi produksi constant elasticity of substitution (CES), fungsi produksi transidental dan fungsi produksi translog (Soekartawi, 1994). Penyajian fungsi produksi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dalam bentuk grafik, tabel atau dalam persamaan sistematis. Secara sistematis, fungsi produksi dapat ditunjukkan dengan persamaan :

) , ,... 3 , 2 , 1

(X X x xn

f

Y ……… (1)

Dimana Y : hasil produksi fisik (output) X1……...Xn : faktor-faktor produksi (input)

Fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah hasil produksi sangat tergantung pada faktor-faktor produksi merupakan fungsi dari faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dalam melakukan usaha pertanian, seorang petani akan selalu berusaha untuk mengalokasikan input yang


(28)

dimilikinya seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan output yang maksimal (profit maximization). Tetapi jika petani dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam melakukan usahanya, maka petani akan mencoba memperoleh keuntungan dengan kendala biaya yang dihadapinya. Tindakan dilakukan petani adalah dengan mengusahakan untuk memperoleh keuntungan yang besar dengan penekanan biaya yang sekecil-kecilnya (cost minimization). Kedua pendekatan ini mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh keuntungan maksimal dengan pengalokasian input seefisien mungkin.

2.2.6. Fungsi Produksi Linier

Fungsi produksi linier menunjukkan bahwa penambahan input akan menyebabkan perubahan terhadap output. Perubahan ini bisa bertambah, bisa berkurang. Fungsi produksi linier terbagi ke dalam dua bentuk formula yaitu linier sederhana dan linier berganda. Formulasi model linier sederhana adalah variabel input yang dipakai dalam model hanya satu : Y = a + bX [dimana a = intersep (perpotongan) atau nilai konstanta; b = koefisien regresi atau slope (kemiringan), seperti diilustrasikan pada gambar 1. Apabila nilai dari konstanta nol, maka Y = bX. Karena itulah maka koefisien regresi (slope) itu menunjukan produksi marginal (PM) artinya perubahan produksi sebagai akibat adanya perubahan

tambahan faktor produksi, dan dapat ditulis: b = (∂Y/∂X). ini sebagai ciri khas

dari rumus produksi marginal (marginal product). Implementasi dari model linier sederhana (simple regression) ini sering kali dipakai untuk menjelaskan fenomena yang berkaitan untuk menjelaskan hubungan dua variabel. Kelebihan dari model sederhana ini sering digunakan karena analisisnya mudah dilakukan dan hasilnya lebih mudah dimengerti dan cepat. Sedangkan kelemahannya terletak pada jumlah


(29)

variabel input (X) yang digunakan hanya satu dalam model, sehingga akan kehilangan informasi tentang variabel yang tidak dimasukan dalam model tersebut.

Informasi akan dapat diperoleh secara banyak (lengkap) apabila menggunakan variabel X yang lebih dari satu atau yang dikenal dengan fungsi produksi linier berganda. Dalam bahasa ekonometrika disebut dengan garis regresi berganda (multiple regression), secara matematis dapat ditulis dalam bentuk model umum, yakni Y = f(X1,X2,X3, …, Xn) dan untuk memudahkan dalam pengartian (interpretation) dapat ditulis dalam bentuk model spesifik, yakni

Y = bo + b1 X1 + … + bn Xn. untuk memperoleh nilai dari koefisien regresi (bi) harus dilakukan dengan proses estimasi yang dipelajari pada ilmu ekonometrik.

Kelebihan dari bentuk linier ini adalah dapat diinterpretasikannya secara langsung.

Y

fungsi Linier Y = a + b X

nilai konstanta (a)

0 X

Sumber : Soekartawi, Teori Ekonomi Produksi.

Gambar 1: Bentuk Kurva Linier 2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini beranjak dari satu tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi padi baik di kecamatan yang memiliki produksi tinggi, sedang maupun rendah. Untuk melihat perbedaan tersebut maka digunakan faktor-faktor produksi sebagai berikut antara


(30)

lain luas lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja yang diduga mempunyai pengaruh terhadap naik turunnya produksi padi di ketiga daerah tersebut. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksinya maka dapat dianalisis penyebab perbedaan produktivitas dan produksi di daerah penelitian.

Fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara faktor-faktor produksi (input) dan hasil produksinya (out put). Produksi padi sawah ditentukan oleh penggunaan faktor produksi seperti lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja. Penggunaan faktor produksi di berbagai lokasi tidak selalu sama tergantung kepada kemampuan ekonomi petani dan pengetahuan dalam berusahatani. Perbedaan jumlah dan kualitas faktor produksi yang digunakan akan mempengaruhi hasil yang didapatkan.

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian 2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara tentang permasalahan yang mau dianalisis. Pada dasarnya hipotesis juga menggambarkan kesimpulan sementara tentang perilaku variabel-variabel yang digunakan dalam model, yang akan dibuktikan kebenarannya melalui suatu uji statistik. Berkenaan dengan hal itu maka hipotesis yang dirumuskan untuk penelitian ini adalah :

Fungsi Produksi Linier

PRODUKSI

Faktor – faktor Produksi Padi Di Kecamatan Tanah pasir (Lahan, Benih, Pupuk, Tenaga kerja)

Faktor – faktor Produksi Padi Di Kecamatan Meurah Mulia (Lahan, Benih, Pupuk, Tenaga kerja)

Faktor – faktor Produksi Padi Di Kecamatan Sawang (Lahan, Benih, Pupuk, Tenaga

kerja) Produksi

Produktivitas Produksi Produktivitas Produksi Produktivitas Pendapatan Kesejahteraan Pendapatan Kesejahteraan Pendapatan Kesejahteraan


(31)

1. Usahatani padi sawah di daerah penelitian menguntungkan dan layak dikembangkan secara ekonomi.

2. Faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi padi di tiga kecamatan.

3. Perbedaan produktivitas padi di tiga kecamatan disebabkan oleh perbedaan kualitas faktor produksi dan karakteristik petani.


(32)

III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Utara sebagai sentra produksi padi di Provinsi Aceh. Lokasi penelitian ditentukan dengan cara multi stage cluster sampling. Dari dua puluh dua kabupaten penghasil padi di Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh utara merupakan daerah yang memiliki luas tanam dan luas panen terbesar. Untuk mengetahui luas tanam, luas panen, dan luas padi puso berdasarkan kabupaten di Provinsi Aceh dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, dan Luas Puso Tanaman Padi berdasarkan Kabupaten di Provinsi Aceh.

Kabupaten/Kota

Luas Tanam

(ha)

% Luas

Panen (ha)

% Luas

Puso (ha)

%

1. Simeulue 4.725 1,43 3.694 1,02 14 0,16 2. Aceh Singkil 1.214 0,37 1257 0.35 7 0,08 3. Aceh Selatan 13.413 4,07 13.872 3,84 889 10,35

4.

Aceh

Tenggara 18.985 5,76 20.528 5,69 18 0,21 5. Aceh Timur

42.438

12,89

39.625

10,9

8 331 3,86 6. Aceh Tengah 8.294 2,52 6.853 1,90 19 0,22 7. Aceh Barat 12.377 3,76 11.302 3,13 38 0,44 8. Aceh Besar 32.812 9,96 35.628 9,87 1.849 21,54 9. Pi d i e

40.052

12,16

38.628

10,7

1 334 3,89 10

. Bireuen 38.790

11,78

36.388

10,0

8 337 3,92

11

. Aceh Utara 56.627

17,19

53.724

14.8

9 571 6,65

12 .

Aceh Barat

Daya 11.547 3,51 9.583 2.66 135 1,57 13

. Gayo Lues 9.184

2,79

10.379

2.88

242 2,82 14

.

Aceh

Tamiang 23.442

7,12

23.321

6.46

1.483 17,27 15

. Nagan Raya 25.982

7,89

26.774

7.42

- -

16

. Aceh Jaya 7.376

2,24

8.703

2.41


(33)

17

. Bener Meriah 2.540

0,77

3.085

0.85

5 0,06 18

. Pidie Jaya 13.684

4,15

12.814

3.55

196 2,28 19

. Banda Aceh 161

0,05

106

0.03

- -

20

. Sabang 0

-

0

-

0 - 21

. Langsa 2.138

0,65

1.164

0.32

317 3,69 22

.

Lhokseumaw

e 3.423

1,04

2.013

0.56

1.102 12,83 23

.

Subulussala

m 1.465

0,44

1.397

0.39

699 8,14 Jumlah/Total 329.339 100,0

0 360.838 8.586

100,0 0 Sumber : Biro Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2010.

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada Tahun 2010, Kabupaten Aceh Utara memiliki luas tanam padi sebesar 56,627 Ha (17,19%), luas panen sebesar 53,724 Ha (14,89%), dan luas puso sebesar 571 Ha (6,65%). Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok kecamatan dengan produktivitas tinggi (>55,00 kw/ha), sedang (40,00-55,00 kw/ha), dan rendah (<40,00 kw/ha). Pengelompokkan kecamatan berdasarkan tingkat produktivitas padi sawah di Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 2: Tabel 2. Pengelompokan Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Berdasarkan

Tingkat Produktivitas Padi Kelompo

k Kecamatan

Luas tanam (ha) Luas panen (ha) Produktivita s (kw/ha) Produksi (ton) I

1. Sawang 3.621 3.221 94,90 30.567,29

2. Nisam 2.943 2.941 76,91 22.619,23

3. Muara batu 4.565 3.043 65,32 19.876,88 4. Kuta makmur 2.771 2.751 60,90 16.753,59 5. Simpang

kramat 1.404 1.404 59,78 8.393,11

6. Lhoksukon 2.260 2.055 58,65 12.052,58

7. Dewantara 745 745 55,37 4.125,07

II

1.Meurah mulia 2.673 2.673 52,86 14.129,48

2.Tanah jambo


(34)

3.Langkahan 2.154 2.154 50,43 10.862,62

4.Baktiya 7.511 7.575 48,62 36.829,65

5.Nibong 975 975 47,84 4.664,4

6.Banda baro 1.038 1.068 47,33 50.54,84

7.Cot girek 613 613 45,78 2.897,87

8.Seunuddon 3.423 3.423 45,07 16.815,62

9.Geureudong

pase 433 433 44,62 1.932,05

10.Tanah luas 1.473 1.359 43,95 5.972,81 11.Syamtalira

bayu 1.315 1.315 43,95 5.779,43

12.Samudera 1.583 1.583 43,69 6.916,13

13.Baktiya barat 2.001 2.006 42,91 8.607,75

III

1.Paya bakong 1.818 1.413 39,02 5.513,53 2.Syamtalira aron 1.260 1.100 36,25 3.987,5

3.Pirak timu 506 506 35,81 1.811,99

4.Lapang 912 621 35,77 2.221,32

5.Matang kuli 2.660 2.660 34,86 9.272,76

6.Tanah pasir 1.270 1.059 32,61 3.453,4

7.Nisam antara - - - -

Total 56.627 53.724 53,05 285.019,8

0

Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2010.

Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa 7 kecamatan di Kabupaten Aceh Utara termasuk ke dalam kelompok I (produktivitas tinggi yitu 55,37 kw/ha -94,90 Kw/ha), 13 kecamatan termasuk ke dalam kelompok II (produktivitas sedang yaitu 42,91 kw/ha-52,86 kw/ha)), dan sisanya 7 kecamatan termasuk kelompok III (produktivitas rendah yaitu 32,61 kw/ha-39,02 kw/ha). Dari hasil pengelompokkan tersebut maka dipilih tiga kecamatan sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Sawang dengan produktivitas tertinggi, Kecamatan Meurah Mulia untuk produktivitas sedang, dan Kecamatan Tanah Pasir dengan produktivitas paling rendah. Lokasi desa penelitian ditentukan dengan mengelompokan kedalam tiga kelompok berdasarkan tingkat luas areal tanaman padi. Perincian desa, luas lahan sawah, dan jumlah petani tanaman pangan di tiga kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3, 4, dan 5.


(35)

Tabel 3. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Sawang

No Desa Luas Lahan sawah

(ha)

Rumah Tangga Petani (Unit)

1. Paya Gaboh 16 95

2. Ulee Geudong 64 97

3. Cot Keumuning 51 33

4. Tanjong Keumala 41 47

5. Abeuk Reuling 26 29

6. Lhok Krek 33 63

7. Cot Lambideng 72 93

8. Lagang 61 81

9. Lhok Meureubo 11 35

10. Kuta Meuligoe 51 86

11. Glee Dagang 51 140

12. Gampong Teungoh 111 155

13. Pante Jaloh 41 50

14. Lhok Kuyun 46 39

15. Blang Reuling 75 140

16. Babah Buloh 301 179

17. Meunasah Pulo 101 91

18. Punteut 76 107

19. Teupin Reusep 40 313

Lanjutan Tabel 3.

No Desa Luas Lahan sawah

(ha)

Rumah Tangga Petani (Unit)

20. Paya Rabo Timur 15 44

21. Paya Rabo Lhok 45 112

22. Lhok Gajah 31 47

23. Krueng Baro 50 62

24. Lhok Bayu 15 41

25. Lancok 33 85

26. Blang Manyak 33 46

27. Rambong Payong 16 40

28. Jurong 35 106

29. Babah Krueng 50 134

30. Lhok Jok 34 46

31. Sawang 93 288

32. Blang Teurakan 40 93

33. Lhok Cut 60 55

34. Kubu 42 70

35. Blang Cut 50 68

36. Gunci 87 324

37. Riseh Baroh 50 97

38. Riseh Teungoh 32 52


(36)

Total 2111

Rata-rata 54,13

Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2010.

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa total luas lahan sawah di Kecamatan Sawang adalah 2111 Ha dan rata–ratanya adalah 54,13 Ha. Dari 39 desa yang ada di Kecamatan Sawang, desa Babah Buloh merupakan daerah dengan luas lahan tertinggi yaitu 301 Ha. Desa Cot Keumuning dengan luas lahan sedang yaitu 51 Ha. Sedangkan desa yang memiliki luas lahan terkecil yaitu Lhok Meureubo seluas 11 Ha. Kecamatan Meurah Mulia merupakan kecamatan kedua yang terpilih sebagai lokasi penelitian. Kecamatan ini memiliki 50 desa dengan 48 desa memiliki lahan sawah. Berikut adalah perincian tentang nama desa, luas lahan sawah, dan jumlah petani tanaman pangan di Kecamatan Meurah Mulia.

Tabel 4. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Meurah Mulia

No Desa Luas Lahan sawah

(ha) Rumah Tangga Petani (Unit)

1. Meunasah Baree Blang 40 7

2. Paya Sutra 40 12

3. Tualang 40 8

4. Pulo blang 20 49

5. Leubok Tuwe 34 9

6. Saramaba 23 17

7. Blang Reuma 55 95

8. Ranto 59 75

9. Meunye Peut 43 129

10. Meunye Payong 37 76

11. Beuringin 49 138

12. Ujong Kuta Batee 49 111

13. Teungoh Kuta Batee 44 82

14. Baroh Kuta Batee 39 134

15. Ceubrek 62 111

16. Gampong Teungoh 58 90

17. Keude Jungka Gajah - 9

18. Nibong 58 115


(37)

20. Paya Kambuek 50 156

21. Paya Bili 39 78

22. Drien Puntong 27 119

23. Pulo Kitou 28 43

24. Teungoh Reuba 35 67

25. Meunasah Nga 23 43

26. Ujong Reuba 23 76

27. Meunasah Mesjid 33 75

28. Meunasah Me 33 64

29. Barat Paya Itik 33 47

30. Pri Keutapang 12 13

31. Kumbang 40 75

32. Meunasah Keh 35 63

33. Blang Cut 25 102

34. Reyeuk Paya Itik 31 68

35. Ubit Paya Itik 32 72

36. Meunasah Rangkileh 38 93

37. Tumpok Tungku 35 40

Lanjutan Tabel 4.

No Desa Luas Lahan sawah

(ha) Rumah Tangga Petani (Unit)

38. Manyan 42 93

39. Ulee Meuria 67 70

40. Geulumpang 22 55

41. Meunasah Tanjong 15 87

42. Rayeuk Matang 32 98

43. Keude Karieng - 10

44. Reudeup 38 67

45. Pulo Bluek 34 90

46. Dayah Bluek 24 45

47. Meuria Bluek 23 32

48. Ulee Ceubrek 25 41

49. Mesjid Bluek 28 33

50. Rheng Bluek 49 126

Total 1756

Rata – rata 36,58

Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2010.

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa total luas lahan sawah di Kecamatan Meurah Mulia adalah 1756 Ha dan rata–ratanya adalah 36,58 Ha. Dari 48 desa yang memiliki lahan sawah di Kecamatan Meurah Mulia, desa Ulee


(38)

Meuria merupakan daerah dengan luas lahan tertinggi yaitu 67 Ha, desa meunye Payong dengan luas lahan sedang yaitu 37 Ha, dan desa yang memiliki luas lahan terkecil yaitu Pri Keutapang seluas 12 Ha. Ketiga desa tersebut merupakan lokasi penelitian untuk Kecamatan Meurah Mulia.

Kecamatan ketiga yang terpilih sebagai lokasi penelitian adalah Kecamatan Tanah Pasir. Kecamatan ini terdiri dari 18 desa, 15 desa yang memiliki lahan sawah dan tiga desa tidak memiliki lahan sawah. Berikut adalah perincian tentang nama desa, luas lahan sawah, dan jumlah petani tanaman pangan di Kecamatan Tanah Pasir.

Tabel 5. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Tanah Pasir

No Desa Luas Lahan sawah

(ha)

Rumah Tangga Petani (Unit)

1. Meunasah Alue 18 -

2. Keude Matang Panyang - 22

3. Blang 51 54

4. Gampong Pande 71 59

5. Paloh 51 54

6. Meunasah Prey 98 89

7. Me Merbo 146 125

8. Ulee Tanoh 110 108

9. Matang Ranup Laseh 26 49

10. Keutapang 31 43

11. Kumbang 31 43

12. Me Matang Panyang 58 62

13. Meunasah Cangguek 31 43

14. Keude Jrat Manyang - -

15. Teupin Gapeueh 41 43

16. Meunasah Cibrek 76 79

17. Matang Janeng 16 16

18. Kuala Keureutou Barat - 22

Total 855

Rata – rata 57

Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2010.

Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa total luas lahan sawah di Kecamatan Tanah Pasir adalah 855 Ha dan rata–ratanya adalah 57 Ha. Dari 15


(39)

desa yang memiliki laha sawah di Kecamatan Tanah Pasir, desa Me Merbo merupakan daerah dengan luas lahan tertinggi yaitu 146 Ha, desa Me Matang Panyang dengan luas lahan sedang yaitu 58, dan desa memiliki luas lahan terkecil yaitu Matang Janeng seluas 16 Ha. Ketiga desa tersebut merupakan lokasi penelitian untuk Kecamatan Tanah Pasir.

3.2. Metode Penarikan Sampel

Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana) dimana semua populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Dari sembilan desa terpilih selanjutnya ditentukan ukuran sampel untuk setiap kecamatan dan desa. Ukuran sampel per kecamatan adalah 30 orang yang diambil dari tiga desa terpilih. Ukuran sampel 30 orang per kecamatan sudah memenuhi ketentuan minimum analisis statistik yang digunakan. Selain itu, ukuran tersebut juga disebabkan karena berbagai keterbatasan peneliti dalam biaya dan waktu (wirartha, 2006). Berdasarkan pertimbangan di atas maka ditetapkan ukuran sampel sebesar 90 orang dari 9 desa penelitian dengan distribusi sampel seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kecamatan dan Desa

No Kecamatan Desa Sampel

(Jiwa)

Sampel Total (Jiwa) 1 Sawang

1.Babah Buloh 10

30

2.Cot Keumuning 10

3.Lhok Meureubo 10

2 Meurah Mulia

1.Ulee Meuria 10

30

2.Meunye Payong 10

3.Pri Keutapang 10

3 Tanah Pasir

1.Me Merbo 10

30 2.Me Matang Panyang 10

3.Matang Janeng 10


(40)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data cross section yang diperoleh secara langsung dari petani padi yang telah ditetapkan sebagai responden atau sampel dengan dibantu alat daftar pertanyaan (kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya). Adapun jenis data yang dibutuhkan meliputi hasil produksi padi sebagai output, data input yang merupakan pengeluaran petani dan data umum lainnya. Data sekunder meliputi data penunjang yang diambil secara runtun waktu

(time series), yang didapatkan melalui studi kepustakaan dari berbagai sumber, jurnal-jurnal, buku-buku, hasil penelitian maupun data dari lembaga/instansi yang terkait dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

3.4.1. Analisis Finansial dan Kelayakan Usahatani Padi sawah

Untuk menguji tingkat keuntungan ekonomi usahatani padi sawah dilakukan perhitungan pendapatan bersih dan pendapatan keluarga usahatani. Nilai yang positif berarti bahwa usahatani menguntungkan dan sebaliknya nilai yang negatif berarti usahatani rugi. Kelayakan usahatani dinilai dengan menghitung Revenue Cost Ratio = RCR (Hernanto, 1959) dengan criteria sebagai berikut:

1. RCR >1 : Usahatani layak diusahakan (menguntungkan secara ekonomi) 2. RCR =1 : Usahatani Break Even Point = BEP (pulang pokok)


(41)

3.4.2. Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Untuk menguji hipotesis yang pertama digunakan analisis regresi linier berganda. Model yang digunakan adalah fungsi produksi linier, dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh dari variabel independen (luas lahan, benih, pupuk, dan curahan tenaga kerja) terhadap variabel dependen (produksi padi) baik di daerah yang produktivitas tinggi, sedang maupun rendah. Adapun rumus Regresi Linier Berganda yang digunakan adalah:

e Tk Pp

Bb Lh

Y1 2 3 4  , (Gujarati, 2003)………(2)

Dimana :

: Produksi Padi Lh : Luas Lahan (Ha)

Bb

: Benih (Kg)

Pp

: Pupuk (Kg)

Tk

: CurahanTenaga Kerja (HOK)

a. Uji Statistik

Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan uji statistik terhadap hasil estimasi, untuk melihat ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktualnya, diukur dari godness of fit-nya. Penilaian dilakukan dengan melihat koefisien determinasi, nilai statistik t, dan nilai statistik F (Gujarati, 2003).

1) R2

Uji terhadap koefisien determinasi (R2) pada dasarnya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variansi variabel terikat (Gujarati, 2003).


(42)

2) Uji t

Uji statistik t pada dasarnya adalah menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual (parsial) dalam mempengaruhi variabel terikat. Apakah suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen. Dalam statistik dapat dicari melalui rumus (Gujarati, 2003) :

i i hit

Sb b

t  ………...(3)

Dimana :

i

b

: koefesien regresi independent ke-i

i

Sb : Kesalahan standar variabel independent ke-i Dengan menggunakan hipotesis nol dan hipotesis alternatif

0 

i

o

H  , dan H1

i  0

Bila t hitung > t tabel pada tingkat kepercayaan 5% atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 (taraf nyata 5%) maka H0 ditolak dengan kata lain variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.

3). Uji F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (serempak) terhadap variabel terikat. Artinya apakah semua variabel penjelas secara bersamaan merupakan variabel-variabel penjelas yang siginifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependennya. Secara statistik formulasi uji F adalah (Gujarati, 2003):

) 1 /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2      K n R K R F ………..………(4) Dimana :

R : Koefesien determinasi K : Jumlah variabel independen N : Jumlah data/sampel


(43)

Dengan menggunakan hipotesis nol dan hipotesis alternatif Ho  i 0 dan 0

1  i

H

. Bila F hitung > F tabel pada tingkat derajat kepercayaan 5% atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat.

b. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik.

Untuk mendapatkan model persamaan regresi yang baik dan benar-benar mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias sesuai kaidah BLUE

(Best Linier Unbiased Estimator), maka perlu dilakukan uji terhadap penyimpangan asumsi klasik yang meliputi normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

1. Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang ada. Ada dua cara yang digunakan untuk menguji normalitas :

a. analisis grafik (normal P-P plot)

Jika data berdistribusi normal maka grafik P – Plot akan memperlihatkan residual data yang tersebar disekitar garis regresi.

b. Uji one sample Kolmogorov-Smirnov

Jika data berdistribusi normal maka nilai signifikansi lebih besar dari α0,05.


(44)

Uji multikolinieritas berfungsi untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya suatu hubungan linier yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebasnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dalam regresi dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF lebih besar dari 10, dalam data terdapat multikolinieritas yang sangat tinggi (Gujarati, 2003).

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan hubungan di antara anggota observasi dalam waktu (data time seris) atau ruang (data cross sectional) (Gujarati, 2003). Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah Uji Durbin Watson. Pengambilan keputusannya:

- Bila d < dL → berarti ada autokorelasi positif atau kecenderungannya ρ = 1. - Bila dL ≤ d ≤ dU → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa.

- Bila dU ≤ d ≤ 4-dU → artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negatif. - Bila 4-dU ≤ d ≤ 4 –dL → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa - Bila d > 4-dL → berarti ada autokorelasi negatif atau kecenderungan ρ = -1.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan veriance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat scatter plot (nilai prediksi


(45)

dependen ZPRED dengan residual SRESID) yang dikenal dengan metode grafik yaitu memplotkan ui2 dan Ŷi . Heteroskedastisitas akan terdeteksi bila plot menunjukkan pola yang sistematis (Gujarati, 2003).

3.4.3. Analisis Perbedaan Produktivitas.

Perbedaan produktivitas berdasarkan luas lahan dianalisis secara statistik dengan anova. Selain itu juga dilakukan analisis deskriptif dengan membandingkan kualitas faktor produksi dan karakteristik petani sampel di tiga kecamatan penelitian di Kabupaten Aceh Utara.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi

Masing-masing variabel dan cara pengukurannya perlu diperjelas untuk memperoleh kesamaan pemahaman persepsi terhadap konsep-konsep dalam penelitian ini, antara lain :

1. Luas lahan adalah luas tanah yang digunakan untuk produksi padi dan diukur dalam satuan hektar.

2. Benih adalah banyaknya benih yang digunakan untuk uasahatani padi dalam satu kali masa tanam diukur dalam satuan kilogram.

3. Pupuk adalah banyaknya pupuk dari berbagai jenis yang digunakan untuk produksi padi dalam satu kali masa tanam diukur dalam kilogram.

4. Curahan tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi padi oleh petani dalam satu masa tanam yang diukur dalam HOK (Hari Orang Kerja) dengan standar 7 jam kerja efektif per hari.

5. Produksi padi adalah banyaknya gabah yang dihasilkan dalam satu kali masa tanam dan diukur dalam satuan kilogram.


(46)

6. Kualitas faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas benih (benih unggul atau benih tradisional), kualitas pupuk (pupuk lengkap atau tidak dan frekuensi pemupukan), dan jam mulai kerja.

7. Karakteristik petani sampel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, jumlah anak, dan pengalaman.

3.5.2. Batasan Operasional

Penelitian hanya menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk, dan curahan tenaga kerja terhadap produksi padi di tiga kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Utara. Data primer tentang jumlah input dan output usahatani padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari musim tanam padi pada tahun 2011.


(47)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4. 1.1. Administrasi, Geografi dan Topografi

Wilayah Kabupaten Aceh Utara terletak antara 96.52.000 - 97.31.000 Bujur Timur dan 4.46.000 - 5.00.400 Lintang Utara dan mempunyai hamparan daratan seluas 3.296,86 Km2 atau 329.686 Ha, yang tebagi dalam 27 kecamatan, 70 kemukiman, dan 852 desa. Batas wilayah sebelah Utara dengan Pemkot Lhokseumawe dan Selat Malaka, sebelah Selatan Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah. Batas sebelah Timur Kabupaten Aceh Timur dan sebelah Barat dengan Kabupaten Bireun.

Topografi Aceh Utara bervariasi mulai dari pantai, dataran rendah, dan perbukitan. Namun demikian, sebagian besar wilayah dalam Kabupaten Aceh Utara terdapat pada daerah dataran, sehingga kisaran suhu rata-rata sepanjang tahun 2010 sebesar 20,0oC – 31,0oC. Kecepatan angin maksimum berkisar antara 10 – 27 knot walaupun rata-rata kecepatan angin hanya sebesar 4-5 knot. Kabupaten Aceh Utara termasuk dalam iklim muson dan termasuk dalam iklim tipe C, curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 1000-2500 mm, dimana curah hujan maksimal pada bulan Oktober-November dengan kelembaban udara berkisar antara 84 – 89 %. Dalam 5 tahun terakhir, perubahan cuaca dan musim yang ekstrem juga terjadi terutama hawa panas akibat efek global warming.


(48)

4.1.2. Luas Wilayah dan Penggunaannya

Luas wilayah Aceh Utara terdiri atas lahan sawah seluas 44.266 ha dan bukan lahan sawah seluas 190.388 ha. Secara rinci berikut data tentang penggunaan lahan di wilayah kabupaten Aceh Utara.

Tabel 7. Jenis dan Penggunaan Lahan di Aceh Utara Tahun 2010 No.

Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1. Sawah 44.266

14.68

2. Pekarangan/ Bangunan 38.495 12.77

3. Tagalan/ Kebun 38.101 12.64

4. Ladang/ Huma 21.011 6.97

5. Pengembalaan/ Padang rumput 5.814 1.93

6. Sementara tidak diusahakan 8.351 2.77

7. Hutan rakyat 34.200 11.34

8. Hutan Negara 42.325 14.04

9. Perkebunan 54.260 18.00

10. Lain-lain 9.217 3.06

11. Kolam/ Empang 645 0.21

12. Rawa-rawa 4.812 1.60

Jumlah 301.497 100,00

Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2011.

Dari total luas lahan sawah di Kabupaten Aceh Utara terdapat pola penggunaan yang bervariasi yaitu lahan sawah yang ditanam satu kali per tahun seluas 6.504 Ha, dua kali per tahun 32.528 Ha, tiga kali per tahun 3.982, tidak ditanam padi 743 Ha, dan sementara tidak diusahakan seluas 509 Ha. Lahan yang belum dimanfaatkan baik lahan sawah maupun bukan lahan sawah dikarenakan beberapa faktor diantaranya penyediaan air kurang mencukupi akibat curah hujan


(49)

yang tidak menentu, keterbatasan permodalan petani dan kendala teknis lainnya. Selanjutnya, jenis tanah dominan di Kabupaten Aceh Utara adalah Inceptisols dan Ultisols (Podsolik Merah Kuning), selebihnya terdiri atas jenis tanah Entisol dan Alfisols. Sebagian besar dari jenis tanah tersebut merupakan lahan kering yang mempunyai banyak kendala untuk pengembangan pertanian, karena tingkat kesuburannya rendah, bereaksi masam, umumnya berlereng dan kondusif terhadap erosi. Sementara itu, kedalaman efektif tanah di kabupaten ini adalah : (i) 69,73 persen dari luas wilayahnya memiliki kedalaman efektif diatas 90 centimeter; (ii) 10,65 persen dengan kedalaman efektif 60-90 centimeter; dan (iii) 19,62 perrsen dengan kedalaman efektif 30-60 centimeter. Kedalaman efektif tanah tersebut akan mempengaruhi jenis tanaman yang diusahakan, terutama dilihat dari kedalamanperakaran tanaman yang bersangkutan (perakaran dangkal atau dalam) (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara, 2011)

4. 1.3. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Utara berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 pada bulan Mei sebanyak 529.751 jiwa yang terdiri dari 262.351 jiwa laki-laki dan 267.400 jiwa perempuan. Penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Lhoksukon sebesar 43.998 jiwa yang merupakan ibukota dari Kabupaten Aceh Utara.Terbanyak kedua terdapat di kecamatan Dewantara sebesar 43.442 jiwa. Untuk kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah kecamatan Geurudong Pase sebanyak 4.448 jiwa. Wilayah Kabupaten Aceh Utara yang memiliki luas wilayah 3295,86 km2 memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar 161 jiwa/km yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di


(50)

Kabupaten Aceh Utara. Namun penyebarannya tidaklah merata. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat kepadatan penduduk di kecamatan Dewantara yang memiliki luas wilayah 39,47 km2 sangat tinggi yakni sekitar 10.325 jiwa. Ini disebabkan karena banyaknya pendatang yang berdomisili di wilayah tersebut. Berbeda dengan kecamatan Geurudong Pase memiliki penduduk sangat jarang yakni rata-rata per kilometernya sekitar 16 jiwa dengan luas wilayah 271,45 km2. Berikut data jumlah penduduk, rumah tangga, kepadatan penduduk dan rata-rata penduduk per rumah tangga menurut kecamatan di Kabupaten Aceh Utara.

Tabel 8. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Kepadatan Penduduk Dan Rata-Rata Penduduk Per Rumah Tangga Menurut Kecamatan

No

. Kecamatan

Luas

Wilayah Penduduk

Rumah Tangga

Kepadatan Penduduk

Rata-rata Penduduk per RUTA

1. Sawang 384,65 33.748 7.514 88 4

2. Nisam 193,47 17.115 3.810 88 4

3. Nisam Antara 30,00 12.096 2.906 403 4 4. Banda Baro 18,00 7.377 1.812 410 4 5. Kuta Makmur 151,32 22.028 4.993 146 4 6.

Simpang

Keramat 79,78 8.710 1.922 109 5

7. Syamtalira Bayu 75,36 18.955 4.521 252 4 8. Geureudong Pase 271,45 4.448 1.1.69 16 4 9. Meurah Mulia 202,57 17.612 4.289 87 4 10. Matang Kuli 78,65 16.424 3.792 209 4 11. Paya Bakong 418,32 12.690 3.002 30 4 12. Pirak Timu 45,99 7.413 1.764 161 4 13. Cot Girek 189,00 18.342 4.827 97 4


(51)

No

. Kecamatan

Luas

Wilayah Penduduk

Rumah Tangga

Kepadatan Penduduk

Rata-rata Penduduk per RUTA 14.

Tanah Jambo

Aye 162,98 39.141 8.753 240 4

15. Langkahan 150,52 20.938 4.805 139 4 16. Seunudon 100,63 23.267 5.721 231 4 17. Baktiya 158,67 32.465 7.175 205 5 18. Baktiya Barat 83,08 16.943 3.627 204 5 19. Lhoksukon 243,00 43.998 10.407 181 4 20. Tanah Luas 30,64 22.037 5.005 719 4

21. Nibong 44,91 9.047 2.044 201 4

22. Samudera 43,28 24.389 5.381 564 5 23. Syamtalira Aron 28,13 16.456 3.575 585 5 24. Tanah Pasir 20,29 8.376 2.236 413 4

25. Lapang 19,36 7.909 2.063 409 4

26. Muara Batu 33,34 24.385 5.387 731 5 27. Dewantara 39,47 43.442 10.325 1.101 4

3.296,86 529.751 122.82

5 161 4

Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh Utara Tahun 2011.

4.2. Budidaya Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan data hasil survey diketahui bahwa umumnya petani di lokasi penelitian menanam tanaman padi di lahan sawah milik sendiri dan hanya 14 orang dari 90 sampel yang mengusahakan lahan orang lain dengan sistem sewa atau bagi hasil. Besarnya sewa/ bagi hasil yang harus dibayar penggarap bervariasi di antara daerah penelitian. Sampel di Kecamatan Sawang hanya satu orang sebagai petani penggarap dengan dengan sistem pembagian hasil 50:50, yaitu 50% dari hasil yang diperoleh diserahkan untuk pemilik lahan sawah. Di Kecamatan Meurah Mulia terdapat 10 orang sampel sebagai petani penggarap


(52)

dengan sistem sewa lahan sebesar 200-250 kg gabah untuk setiap 1600 m2. Sedangkan di Kecamatan Tanah Pasir, terdapat 4 orang petani penggarap dengan sistem sewa sebesar 72-200kg per 1600m2 dan ada juga yang menyewakan 45 kg per 170 kg gabah. Perbedaan ini terjadi kerena perbedaan kualitas lahan yang dilihat dari perolehan produksi padi pada setiap musim tanam dan juga ketersediaan irigasi.

Rata-rata total luas lahan yang diusahakan petani sampel adalah 0.29 Ha, dengan luas lahan minimal 0.06 Ha dan luas lahan maksimal 1.3 Ha. Budidaya tanaman padi sudah dilakukan secara turun temurun oleh petani di daerah penelitian. Untuk sekali musim tanam yang dimulai dari pembenihan sampai panen membutuhkan waktu 100 hari. Hal yang pertama dilakukan adalah penyiapan lahan yang terdiri dari pembajakan, pembuatan pematang, dan persiapan tempat persemaian. Benih yang akan digunakan terlebih dahulu dikecambahkan selama 5 hari (2 hari direndam dalam air dan 3 hari dibiarkan ditempat yang lembab dan disiram) kemudian ditabur di tempat persemaian. Setelah berumur 21 hari benih dicabut dan dipindahkan ke lahan sawah yang sudah dibersihkan. Dinas Pertanian menganjurkan jarak tanam untuk tanaman padi adalah 25x25 cm. Namun kebanyakan petani tidak dapat memastikan berapa jarak tanam yang mereka gunakan, mereka hanya mereka-reka tanpa menggunakan patokan khusus seperti jajar tandur. Sehingga ada sebagian petani yang menanam terlalu rapat dan ada juga yang menggunakan jarak tanam yang lebih dari yang dianjurkan. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar (lebih dari


(53)

95%) petani di daerah penelitian tidak pernah mengikuti pelatihan/ bimbingan dari lembaga penyuluhan.

Penyiangan dilakukan sekali selama musim tanam yaitu pada saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Biasanya sekali musim tanam dilakukan dua kali penyiangan tetapi selama padi diserang keong mas yang juga memakan rumput maka penyiangan cukup dilakukan sekali saja. Namun demikian, ada sebagian dari petani sampel khususnya di Kecamatan Tanah Pasir tidak melakukan penyiangan/ pemberantasan gulma sama sekali. Pemupukan yang dilakukan oleh petani sampel terdiri dari urea, SP-36, KCL, dan NPK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua petani menggunakan pupuk Urea walaupun dengan dosis yang bervariasi sesuai kemampuan ekonomi. Pupuk SP-36, dan KCL digunakan oleh sebagian besar petani sampel di semua lokasi penelitian, kecuali desa Me Merbo Kecamatan Tanah Pasir yang sama sekali tidak menggunakan KCL. Sementara pupuk NPK hanya digunakan oleh sebagian kecil sampel yang ada di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah Pasir. Pupuk yang digunakan oleh petani sampel berbeda dengan yang dianjurkan oleh dinas pertanian Kabupaten Aceh Utara, baik dosis maupun waktunya. Umumnya petani sampel memberikan pupuk dua kali dengan cara dicampur semua jenis dan ditaburkan setelah padi ditanam. Sedangkan tentang jenis pupuk, dosis dan waktu pemupukan yang dianjurkan berdasarkan spesifik lokasi dapat dilihat pada Tabel 9.


(54)

No Kecamatan Pupuk (Kg /Ha) Waktu Pemupukan Urea SP-36 KCl

1 Sawang 250 50 100 Urea: 50% satu hari sebelum tanam dan 50% 21 hari setelah tanam

Sp-36: Satu hari sebelum tanam KCl: Satu hari sebelum tanam 2 Meurah

Mulia

200 100 50 3 Tanah Pasir 200 <75 50

Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara, 2011

Untuk perawatan tanaman padi petani menggunakan berbagai jenis pestisida yang disemprotkan pada tanaman yang terserang hama. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara menganjurkan penggunaan pestisida sebanyak 2 liter untuk setiap hektar tanaman padi. Namun, hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar petani sampel tidak mengetahui takaran dan jenis pestisida yang digunakan karena biasanya pemberantasan hama ditangani oleh tenaga kerja upahan dengan biaya per tangki Rp. 15.000-Rp.20.000 termasuk ke dalamnya biaya obat-obatan. Hasil survey di lapangan diketahui bahwa pada musim tanam tahun 2011, tanaman padi di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah Pasir banyak terserang hama wereng, tikus dan penyakit tugro.

Usahatani padi sawah di daerah penelitian menggunakan tenaga kerja dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga terdiri dari orang tua dan anak-anak yang umumnya ikut membantu kegiatan usahatani. Sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja pria dan wanita yang di bayar dengan upah sebesar 50.000/ HOK.

Setelah berumur seratus hari tanaman sudah menguning dan siap untuk dipanen. Pemanenan dilakukan dengan memotong batang tanaman menggunakan sabit. Satu hari setelah pemotongan tanaman padi dikumpulkan dan bijinya dirontokkan menggunakan traiser. Gabah yang sudah terkumpul dijemur sampai


(55)

kering dan bisa langsung dijual atau disimpan. Ada juga sebagian petani yang langsung menjual gabahnya tanpa dijemur terlebih dahulu dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan gabah yang sudah dijemur. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan diketahui bahwa sebagian besar petani sampel menjual hasil panennya sekitar 30-50 % untuk menutupi hutang usahatani dan kebutuhan rumah tangga sedangkan sisanya disimpan untuk kebutuhan sehari-hari.

4.3. Karakteritik Responden

Diskripsi petani sampel dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, jumlah anak, dan pengalaman berusahatani padi sawah. Berikut data tentang karakteristik responden.

Tabel 10. Karakteritik Responden

Uraian Satuan Range Rata-rata

Terendah Tertinggi

Umur Tahun 25 83 48,02

Pendidikan Tahun 3 17 7.78

Jumlah anak Orang 1 12 4,02

Pengalaman Tahun 2 60 26,73

Sumber : Data primer (diolah), 2012.

Umur seseorang berpengaruh terhadap keputusan dan kemampuan aktifitas fisiknya. Umur berkaitan jelas dengan kinerja dan produktifitasnya. Semakin bertambah usia seseorang maka kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan cenderung menurun. Rata-rata umur sampel adalah 48,02 tahun, menunjukkan bahwa sampel tergolong usia produktif. Simanjuntak (1985) mengelompokkan usia produktif adalah mereka yang berada pada kelompok umur 15-55 tahun. Pada kelompok usia produktif, kemampuan untuk melakukan usahatani diperkirakan masih relatif tinggi.


(1)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Zero

-order Partial Part

Tolera nce VIF 1 (Constan

t)

-1074.326 303.578 -3.539 .002 luas

lahan 3577.217 625.372 .601 5.720 .000 .931 .760 .299 .248 4.034 benih 3.575 7.477 .055 .478 .637 .826 .097 .025 .207 4.832 Urea 9.426 2.935 .386 3.212 .004 .892 .548 .168 .190 5.277 SP-36 576.459 215.578 .157 2.674 .013 -.259 .479 .140 .795 1.259 KCl 388.850 169.900 .124 2.289 .031 .210 .423 .120 .924 1.082 a. Dependent Variable:

Produksi

Nilai VIF tidak ada yang lebih besar dari sepuluh, sehingga dapat disimpulkan bahwa data terbebas dari multikolinieritas.


(2)

Lanjutan Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Antara Produksi Dengan Luas Lahan, Benih, Urea, SP-36, dan KCL pada

Usahatani Padi di Kecamatan Meurah Mulia.

Grafik Normal P-P Plot di atas menunjukkan residual berada di sekitar garis regresi. Hal ini berarti bahwa data berdistribusi normal dan asumsi normalitas terpenuhi.

Grafik Scatterplot di atas menunjukkan residual data tersebar secara acak (tidak membentuk pola tertentu). Hal ini berarti bahwa data terbebas dari masalah heteroskedastisitas.


(3)

Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Antara Produksi Dengan Luas Lahan, Benih, Urea, SP-36, KCL, dan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi di Kecamatan Tanah Pasir.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Produksi 1.1333E3 804.31844 30

luas lahan .3387 .22459 30

benih 37.4667 47.51169 30

Urea 50.8333 48.19292 30

SP-36 .7000 .46609 30

KCl .4667 .50742 30

TK 36.8367 17.27311 30

Tabel di atas menunjukkan rata-rata produksi dan penggunaan sarana produksi dengan jumlah responden sebanyak 30 orang petani.

Correlations Produksi

luas

lahan benih Urea SP-36 KCl TK Pearson

Correlatio n

Produksi 1.000 .859 .791 .871 .219 .491 .948 luas

lahan .859 1.000 .868 .861 .088 .308 .821 Benih .791 .868 1.000 .845 .167 .191 .697

Urea .871 .861 .845 1.000 .157 .428 .845

SP-36 .219 .088 .167 .157 1.000 .029 .181

KCl .491 .308 .191 .428 .029 1.000 .529

TK .948 .821 .697 .845 .181 .529 1.000

Sig. (1-tailed)

Produksi . .000 .000 .000 .123 .003 .000

luas

lahan .000 . .000 .000 .321 .049 .000

Benih .000 .000 . .000 .189 .156 .000

Urea .000 .000 .000 . .203 .009 .000

SP-36 .123 .321 .189 .203 . .439 .169

KCl .003 .049 .156 .009 .439 . .001

TK .000 .000 .000 .000 .169 .001 .

N Produksi 30 30 30 30 30 30 30

luas

lahan 30 30 30 30 30 30 30

Benih 30 30 30 30 30 30 30


(4)

SP-36 30 30 30 30 30 30 30

KCl 30 30 30 30 30 30 30

TK 30 30 30 30 30 30 30

Tabel di atas menunjukkan bahwa korelasi tertinggi terjadi antara produksi dengan tenaga kerja dan yang terendah adalah dengan SP-36

Lanjutan Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Antara Produksi Dengan Luas Lahan, Benih, Urea, SP-36, KCL, dan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi di Kecamatan Tanah Pasir.

Model Summaryb

Model R R Squar e Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 .967a .936 .919 228.66736 .936 55.966 6 23 .000 1.870 a. Predictors: (Constant), TK, SP-36, KCl, benih, Urea, luas lahan

b. Dependent Variable: Produksi

Nilai Durbin Watson sebesar 1,729, sedangkan nilai d tabel untuk variabel bebas enam dan pengamatan 30 adalah : dl = 0,9982, dan du = 1,9313 sehingga disimpulkan kondisi autokorelasi data penelitian tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa karena nilai dl ≤ d ≤ du ( 0,9982≤1,870≤1,9313).

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta

Zero-order Partial Part

Tolera nce VIF 1 (Constant)

-382.735 130.635 -2.930 .008

luas lahan 248.394 497.881 .069 .499 .623 .859 .103 .026 .144 6.934 benih 3.886 2.131 .230 1.823 .081 .791 .355 .096 .176 5.685 Urea .012 2.292 .001 .005 .996 .871 .001 .000 .148 6.766 SP-36 81.739 95.391 .047 .857 .400 .219 .176 .045 .912 1.096 KCl 92.230 106.540 .058 .866 .396 .491 .178 .046 .617 1.621 TK 32.183 5.602 .691 5.745 .000 .948 .768 .303 .193 5.193


(5)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta

Zero-order Partial Part

Tolera nce VIF 1 (Constant)

-382.735 130.635 -2.930 .008

luas lahan 248.394 497.881 .069 .499 .623 .859 .103 .026 .144 6.934 benih 3.886 2.131 .230 1.823 .081 .791 .355 .096 .176 5.685 Urea .012 2.292 .001 .005 .996 .871 .001 .000 .148 6.766 SP-36 81.739 95.391 .047 .857 .400 .219 .176 .045 .912 1.096 KCl 92.230 106.540 .058 .866 .396 .491 .178 .046 .617 1.621 TK 32.183 5.602 .691 5.745 .000 .948 .768 .303 .193 5.193 a. Dependent Variable:

Produksi

Nilai VIF tidak ada yang lebih besar dari sepuluh, sehingga dapat disimpulkan bahwa data terbebas dari multikolinieritas.


(6)

Lanjutan Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Antara Produksi Dengan Luas Lahan, Benih, Urea, SP-36, KCL, dan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi di Kecamatan Tanah Pasir.

Grafik Normal P-P Plot di atas menunjukkan residual berada di sekitar garis regresi. Hal ini berarti bahwa data berdistribusi normal dan asumsi normalitas terpenuhi.

Grafik Scatterplot di atas menunjukkan residual data tersebar secara acak (tidak membentuk pola tertentu). Hal ini berarti bahwa data terbebas dari masalah heteroskedastisitas.