Normalitas Uji Multikolinieritas Uji Autokorelasi

Dengan menggunakan hipotesis nol dan hipotesis alternatif   i o H  dan 1   i H  . Bila nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil bahwa nilai probabilitas signifikansi F untuk tiga kecamatan adalah lebih kecil dari alpha 0,0000,05. Hal ini berarti bahwa secara serempak, luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, dan curahan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi padi di Kecamatan Sawang dan Kecamatan Tanah Pasir. Sedangkan untuk Kecamatan Meurah Mulia, produksi padi dipengaruhi oleh luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk SP-36, dan pupuk KCl Lampiran 4, 5, dan 6.

4.8.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Untuk mendapatkan model persamaan regresi yang baik dan benar-benar mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias sesuai kaidah BLUE Best Linier Unbiased Estimator, maka perlu dilakukan uji terhadap penyimpangan asumsi klasik yang meliputi normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

5. Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Cara yang digunakan untuk menguji normalitas adalah analisis grafik normal P-P plot dengan hasil yang menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena grafik P-Plot memperlihatkan residual data yang tersebar disekitar garis regresi Lampiran 4,5, dan 6 Universitas Sumatera Utara

6. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas berfungsi untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya suatu hubungan linier yang sempurna mendekati sempurna antara beberapa atau semua variabel bebasnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dalam regresi dilakukan dengan melihat nilai VIF Variance Inflation Factor. Jika nilai VIF lebih besar dari 10, dalam data terdapat multikolinieritas yang sangat tinggi Gujarati, 2003. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua data tidak mengalami multikolinieritas karena nilai VIF lebih kecil dari 10 Lampiran 4, 5, dan 6.

7. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan hubungan di antara anggota observasi dalam waktu data time seris atau ruang data cross sectional Gujarati, 2003. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah Uji Durbin Watson yang hasilnya sebagai berikut. a. Nilai dw hitung untuk Kecamatan Sawang dan Kecamatan Tanah Pasir diperoleh sebesar 1,667 dan 1,870. Sedangkan nilai d tabel untuk variabel bebas enam dan pengamatan 30 adalah : dl = 0,9982, dan du = 1,9313 sehingga kesimpulannya bahwa kondisi autokorelasi data penelitian di Kecamatan sawang dan Kecamatan Tanah Pasir tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa karena nilai dl ≤ d ≤ du 0,9982≤ 1,667 dan 1,870 ≤ 1,9313 Lampiran 4 dan 6 b. Nilai dw hitung untuk Kecamatan Meurah Mulia diperoleh sebesar 1,856. Sedangkan nilai d tabel untuk variabel bebas lima dan pengamatan 30 adalah: dl = 1,070 dan du = 1,8326 sehingga kesimpulannya sehingga dapat Universitas Sumatera Utara dismpulkan bahwa data penelitian tidak mengalami autokorelasi karena nilai dU ≤ d ≤ 4 – du 1,8326 ≤ 1,856 ≤ 2,1674 Lampiran 5

8. Uji Heteroskedastisitas