4. Kondisi penghambat kreativitas
Adakalanya kemampuan anak dalam mengungkapkan imajinasi dalam bentuk karya yang kreatif menjadi terhambat karena berbagai hal yang
menjadikan anak menjadi tidak bahagia.
Imam Musbikin 2006:7 menyatakan ada delapan penghambat kreativitas anak diantaranya sebagai berikut:
a. Tidak ada dorongan bereksplorasi Yaitu tidak adanya rangsangan dan kurangnya pertanyaan yang
membangkitan rasa ingin tahu anak dapat menghambat kreativitas anak serta jawaban dari pertanyaan anak sering diabaikan oleh orang-orang
disekelilingnya. Contohnya: orangtua atau guru kadang-kadang malas menjawab
pertanyaan dari anak yang selalu tanya dan tanya lagi, tidak memberi kesempatan kepada anak untuk menceritakan pengalaman atau masalah
yang sedang dia hadapi dan sering mengesampingkan pendapat anak. b. Jadwal yang terlalu ketat
Penjadwalan kegiatan yang terlalu padat membuat anak kehilangan salah satu unsur dalam pengembangan kreativitas karena anak tidak dapat
mengeksplorasi kemampuannya. Contohnya: orangtua sering kali tidak memberi kesempatan kepada anak
untuk bermain, seandainya ada sisa waktu anak diarahkan untuk mengikuti berbagai les untuk mendukung pelajaran akademiknya, sehingga anak
tidak punya waktu untuk bermain untuk mengenal lingkungannya dan mengembangkan kreativitasnya.
c. Terlalu menekankan kebersamaan keluarga Adakalanya anak membutuhkan waktu untuk menyendiri. Dengan
kesendiriannya anak belajar mengembangkan imajinasinya sebagai bekal untuk menumbuhkan kreativitasnya.
Misalnya: kadang-kadang orangtua agak memaksa anak untuk mengikuti acara keluarga. Padahal anak tidak tertarik untuk mengikutinya dan ingin
di rumah saja atau ingin bermain dengan teman-temannya. Jika itu yang terjadi kadang orangtua juga harus dapat memberikan kepercayaan kepada
anak yang penting ada yang menjaga saat di tinggalkan. d. Tidak boleh berkhayal
Memberikan kesempatan kepada anak untuk berkhayal dapat mengembangkan kreativitasnya melalui imajinasinya.Orang tua hanya
perlu mengarahkan dan memfasilitasi anak untuk mengembangkan imajinasinya.
Contohnya: orangtua bisa menanyakan apa yang menjadi cita-cita anaknya jika besar nanti, hal ini akan bisa memotivasi anak untuk aktif dan kreatif
untuk mewujudkan apa yang jadi keinginannya, sebagai orangtua kita perlu mengarahkan dan menfasilitasinya sebaik mungkin.
e. Orang tua konservatif Orang tua yang konsevatif biasanya tidak berani menyimpang dari
pola sosial lama. Orangtua model ini biasanya cepat khawatir dengan proses kreativitas anak yang berada diluar garis kebiasaanya.
Misalnya: ada anak yang lebih tertarik dengan kegiatan melukis atau menggambar dari pada belajar membaca atau matematika, hal ini kadang-
kadang membuat orangtua menjadi gelisah dan takut kalau-kalau anaknya tidak siap saat masuk sekolah dasar atau tidak masuk SD favorid pilihan
orangtua, jadi orangtua selalu memaksa anaknya untuk belajar membaca dan matematika dan menyimpan alat-alat gambar dan lukisnya.
f. Over protektif Perlindungan yang berlebihan pada anak akan menghilangkan
kesempatan mereka bereksplorasi dalam cara baru atau cara berbeda. Karena kreativitas anak akan terhalang oleh aturan-aturan dan ketakutan-
ketakutan orang tua yang sebenarnya belum tentu benar dan malah mematikan kreasi anak untuk bereskplorasi.
Misalnya: orangtua sering kali melarang anak untuk bermain gunting karena takut kalau-kalau tangan atau bagian tubuh yang lain terkena
gunting. Hal ini sebenarnya bisa dihindari apabila orangtua memberi kesempatan kepada anak untuk mengasah kreativitasnya, namun tetap
dalam pengawasan dan bimbingan orangtua.
g. Disiplin otoriter Disiplin otoriter mengarah pada tidak bolehnya anak menyimpang
dari prilaku yang ditujui orangtua. Akibatnya, anak tidak kreatif dan kreativitas anak menjadi terhalang oleh aturan-aturan yang belum tentu
benar. Misalnya: di rumah ada aturan kalau siang harus tidur siang, sehingga
setiap siang anak harus tidur hal ini boleh-boleh saja supaya anak bisa istirahat, namun kadang kala anak tidak mau tidur siang tapi ingin
menggambar atau bermain dengan bonekanya dulu. Orangtua hendaknya tidak memaksakan diri tapi buatlah anak mempunyai komitmen dengan
keputusan yang dibuatnya. Tanyakan berapa lama dia akan bermain, dan kapan dia akan tidur siang untuk istirahat.
h. Penyediaan alat permainan yang terstuktur Alat permainan yang terlalu terstuktur menghilangkan kesempatan
anak melakukan bermain secara kreatif. Karena dengan penyediaan permainaan yang terstruktur membuat anak
kurang mengembangkan imajinasinya.
Misalnya: di samping permianan yang dibuat dengan bentuk-bentuk yang tersetruktur seperti: alat-alat memasak, timbangan, pussel dan lain-lain
yang sudah berbentukjadi, juga sebaiknya disediakan alat-alat permainan yang bisa bebas dimainkan dan dibentuk apa saja oleh anak, antara lain:
balok-balok, rubby, kardus-kadus bekas, plastisin dan lain-lain.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keadaan yang menghambat kreativitas anak, akan dapat mempengaruhi kehidupan anak
dimasa yang akan datang. Lingkungan yang kondusif, menyenangkan dan mendukung berkembangnya imajinasi dan kreativitas anak perlu
diciptakan oleh orangtua dan guru, supaya kreativitas life skill anak dapat muncul melalui kegiatan kreatif yang diciptakan sendiri oleh anak.
Di sekolah keadaan yang dapat menghambat kreativitas anak antara lain karena guru yang kurang profesional dalam memberikan
pembelajaran, sehingga anak kurang stimulasi karena guru kurangtidak mengembangkan ketrampilan yang bersifat seni, namun lebih sering
memberikan pembelajaran yang bersifat hafalan dan logika.
5. Karakteristik kondisi yang dapat mematikan kreativitas anak