Penyebab Lain Terjadinya Krisis

2.2.2. Penyebab Lain Terjadinya Krisis

Menurut Berg dan kawan-kawan 1999 penyebab krisis keuangandapat dibedakan menjadi 2 bagian besar yaitu, pertama adanya gangguan terhadap fundamental ekonomi inflasi pertumbuhan ekonomi, dan neraca pembayaran dan kedua adanya serangan spekulasi yang mempercepat terjadinya krisis self- fulfuling crisis. Studi yang dilakukan IMF pada tahun 1998 menyatakan bahwa faktor-faktor pendorong terjadinya krisis adalah defisit neraca berjalan, hutang luar negeri yang besar, perkembangan kebebasan sektor keuangan tanpa regulasi yang mencerminkan kerentanan sektor keuangan tersebut, kebijakan moneter yang menjalankan sistem nilai tukar tetap, dan tingkat suku bunga yang tinggi. Menurut Eichengreen dan Hausman 1999 terdapat tiga hipotesis untuk menjelaskan penyebab terjadinya krisis nilai tukar yang disebabkan oleh rapuhnya sistem finansial yaitu hipotesis moral hazard, hipotesis original sin, dan hipotesis commitment problem . Moral hazard lebih ditimbulkan karena bantuan sistem keuangan dari pemerintah bail out dan jaminan – jaminan keuangan lainnya. Sistem nilai tukar tetap juga berkontribusi terhadap kebiasaan moral hazard dimana para agen ekonomi merasa aman tanpa harus melakukan hedging. Original sin lebih ditunjukkan dengan ketidakmampuan mata uang domestik sebagai akar krisis finansial. Misalnya di negara – negara berkembang mata uang domestik tidak dapat digunakan sebagai pinjaman dan bank tidak akan me-hedging mata uang asing dan suku bunga dimana kedua variabel tersebut dipengaruhi oleh negara lain. Commitment problem disebabkan oleh lemahnya hukum untuk menindaklanjuti orang – orang yang tidak jujur dalam kontrak finansial yang menjadi sumber krisis finansial. Zhuang 2005 dalam Kemu dan Ulfa 2005, mengelompokkan krisis nilai tukar ke dalam tiga kelompok generasi. Pengelompokkan ini didasarkan pada fokus sumber terjadinya krisis. Fokus dari masing – masing generasi adalah sebagai berikut: 1. Generasi pertama, fokus pada terjadinya inkonsistensi antara kebijakan makro dan sistem peg atau pematokan nilai tukar yang menyebabkan terjadinya krisis yang membuat sistem peg tersebut tidak berkesinambungan. 2. Generasi kedua, fokus kepada trade off pilihan antara bermacam sasaran kebijakan makro suatu negara dimana krisis dapat terjadi ketika suatu negara mengalami perubahan kebijakan dari satu rezim ke rezim yang lain. 3. Generasi ketiga adalah fokus kepada terjadinya penarikan simpanan di bank secara besar – besaran rush akibat kepanikan keuangan yang disebabkan oleh perubahan mendadak terhadap persepsi pasar. Namun akar permasalahan yang lebih serius adalah banyaknya kegiatan investasi beresiko tinggi yang dilakukan secara berlebihan oleh bank, lembaga non bank, dan perusahaan yang berakibat kepada terjadinya kegagalan usaha tingkat tinggi.

2.2.3. Krisis Asia 1997