dalam perhitungan probabilitas terjadinya krisis keuangan. Jadi tidak diperlukan lagi konversi dari indeks komposit seperti pada model sinyal.
2.7. Kajian Penelitian Terdahulu
Telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai krisis mata uang, khususnya krisis mata uang di Asia. Adapun penelitian sebelumnya yang
dijadikan bahan rujukan yang relevan dalam penelitian ini yaitu: a. Suparman Zen Kemu dan Almizan Ulfa 2005 mengembangkan metode
Early warning System EWS atau sistem peringatan dini generasi terakhir
dengan mengikuti model Goldstein, Kaminsky, dan Reinhart 2000. Temuan dari penelitian ini menyimpulkan bahwa model early warning
system merupakan tool yang sangat penting bagi pembuatan kebijakan
ekonomi di suatu negara khususnya Indonesia untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis keuangan krisis nilai tukar dan perbankan.
Fokus EWS adalah mendeteksi perubahan berlebihan dari leading indicators
dan dampaknya terhadap posisi neraca pembayaran. Model EWS untu Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan dengan segera karena tidak
begitu sulit untuk dilakukan. b. Shanty Oktavilia 2008 menganalisis tentang pengaruh dari indikator -
indikator makro ekonomi sebagai sistem deteksi dini early warning system dengan menggunakan model ekonometrika logit untuk memprediksikan
kemungkinan terjadinya krisis perbankan di Indonesia. Data yang digunakan adalah data time serries kwartalan dan bulanan periode 1983 – 2003.
Variabel bebas yang digunakan adalah nilai tukar rupiah, suku bunga deposito riil, inflasi, rasio M2 dan cadangan devisa, M2 multiplier, kredit
domestik, rasio cadangan likuid dan aset perbankan, keseimbangan kelebihan uang beredar excess money balance, rasio suku bunga kredit dan
suku bunga deposito, simpanan Dana Pihak Ketiga, rasio kredit sektor swasta dan GDP, dan pertumbuhan ekonomi. Pada series data bulanan
terdapat lima variabel bebas yang signifikan mempengaruhi probabilitas terjadinya krisis perbankan di Indonesia pada α 5, yaitu: cash bank ratio,
pertumbuhan simpanan, pertumbuhan kredit domestik, pertumbuhan kurs dan multiplier M2. Terdapat satu variabel yang signifikan berpengaruh pada
α 10 yaitu variabel rasio M2 dan cadangan devisa. Kemudian untuk mengakomodasi variabel pertumbuhan ekonomi dan rasio kredit domestik
dan PDB digunakan estimasi logit dengan series kuartalan tetapi secara parsial hasilnya tidak ada variabel bebas yang signifikan berpengaruh
terhadap probabilitas terjadinya krisis perbankan di Indonesia. c. Nil R. Gunsel, Turgut Tursoy, Husam Rjoub 2010 meneliti tentang
hubungan diantara variabel fundamental ekonomi dan krisis nilai tukar pada empat kelompok negara berbeda. Penelitian ini memilih Argentina, Barazil,
dan Meksiko sebagai negara dari kelompok Amerika; Malaysia, Filipina, Korea Selatan dan Thailand sebagai negara dari kelompok Asia Timur dan
Tenggara; Rusia dan Turki. Data yang digunakan adalah data panel dari tahun 1990 – 2006 dengan analisis menggunakan model logit. Lima variabel
yang signifikan dalam menganalisis hubungan diantara variabel
fundamental ekonomi dan krisis nilai tukar adalah tingkat suku bunga riil, tingkat inflasi, budget balance, nilai tukar riil, pertumbuhan PDB, dan rasio
M2 terhadap cadangan devisa. d. Rossanto Dwi Handoyo 2012 menganalisis tentang perilaku indikator-
indikator dari empat kelompok sektor indikator fundamental ekonomi eksternal, keuangan, indikator domestik riil dan publik, serta global yang
mungkin mempengaruhi probabilitas terjadinya krisis keuangan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan periode krisis mata
uang currency crisis dengan menghitung indeks tekanan spekulatif pasar valas Index of Exchange Market Pressure, membangun suatu model
probabilitas krisis dari sisi fundamental ekonomi dengan mengekstraksi indikator-indikator ekonomi makro sekaligus sebagai mekanisme untuk
memprediksi krisis finansial, model ini juga memasukkan aspek contagion effect
dampak penularan. Data yang digunakan adalah data time series dari bulan Januari 1995 hingga September 2007 dengan menggunakan
pendekatan sinyal dan model logit. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya
krisis nilai tukar di Indonesia, yaitu : Rasio antara Neraca Transaksi Berjalan dengan GDP, Rasio antara M2 dengan Cadangan Devisa Luar
Negri, Tingkat Suku Bunga Amerika Serikat, Financial Contagion. Terdapat tiga variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
terjadinya krisis perbankan di Indonesia, yaitu variabel financial contagion, variabel real exchange rate dan government consumption expenditure.
Terdapat dua variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya krisis utang luar negeri di Indonesia, yaitu variabel term of trade
dan rasio current account terhadap PDB riil.
2.8. Kerangka Pemikiran