Terdapat dua variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya krisis utang luar negeri di Indonesia, yaitu variabel term of trade
dan rasio current account terhadap PDB riil.
2.8. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini didasari oleh pemikiran bahwa pada suatu perekonomian global, variabel – variabel ekonomi saling terkait satu sama lain. Sehingga jika
terjadi shock guncangan pada suatu variabel akan berpengaruh pada variabel lainnya. Sebelum terjadinya krisis nilai tukar yang dialami Indonesia, terlebih
dahulu telah terlihat adanya fluktuasi pada variabel - variabel makro ekonomi. Variabel ekonomi yang mengalami fluktuasi yaitu nilai tukar efektif riil
atau Real Effective Exchange Rate REER. REER dapat digunakan untuk mengukur apakah mata uang suatu negara melemah depresiasi atau menguat
apresiasi secara relatif terhadap mata uang negara lain. Depresiasi nilai tukar riil akan menurunkan potensi untuk terjadinya krisis karena menguatnya daya saing
produk ekspor negara tersebut. Sebaliknya apresiasi atau kenaikan nilai tukar riil Indonesia akan menyebabkan harga barang-barang di Indonesia menjadi lebih
tinggi dibandingkan di luar negeri, sehingga ekspor netonya menurun. Kenaikan atau apresiasi nilai tukar riil memberikan potensi untuk terjadinya krisis karena
akan melemahkan daya saing ekspor adanya hubungan negatif terhadap terjadinya krisis nilai tukar.
Cadangan devisa digunakan untuk membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran, melakukan intervensi di pasar dalam rangka memelihara kestabilan
nilai tukar dan tujuan lainnya yang bertujuan untuk menjaga ketahanan perekonomian dan nilai tukar. Oleh karena itu peningkatan pada cadangan devisa
ataupun pertumbuhan cadangan devisa itu sendiri akan cenderung menurunkan peluang terjadinya krisis nilai tukar adanya hubungan negatif terhadap terjadinya
krisis nilai tukar. Peningkatan permintaan komoditas Indonesia di negara lain yang juga
dapat disebut sebagai peingkatan ekspor akan cenderung mengapresiasi nilai mata uang rupiah karena Indonesia akan meneruskan untuk menjual lebih banyak
komoditas lagi karena nilai tukar rupiah yang tinggi. Peningkatan pada nilai ekspor maupun pertumbuhan ekspor ini cenderung akan menurunkan peluang
terjadinya krisis nilai tukar adanya hubungan negatif terhadap terjadinya krisis nilai tukar. Sebaliknya banyaknya peningkatan permintaan terhadap komoditas
luar negeri peningkatan impor akan cenderung mendepresiasi nilai mata uang rupiah. Peningkatan pada impor maupun pertumbuhan impor ini akan cenderung
meningkatkan peluang terjadinya krisis nilai tukar adanya hubungan positif terhadap terjadinya krisis nilai tukar.
Fluktuasi dan ketidakstabilan yang terjadi pada variabel – variabel makro ekonomi tersebut memacu dan menyebabkan terdepresiasinya nilai mata uang
domestik dan tingginya ingkat inflasi yang akhirnya menyebabkan terjadinya krisis nilai tukar di Indonesia. Berdasarkan hal itu maka perlu dibangunnya Early
Warning System EWS, yaitu suatu sistem yang nantinya digunakan untuk
mengantisispasi atau mengurangi resiko dari dampak yang akan ditimbulkan dari
krisis nilai tukar itu. EWS juga dapat berguna sebagai pertimbangan dalam formulasi kebijakan serta pengambilan keputusan nantinya.
Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian
Indonesia negara ekonomi terbuka mengalami krisis
nilai tukar
Dapat ditentukan dengan menggunakan perhitungan indeks tekanan pasar valuta
asing atau EMP Index of Exchange Market Pressure
Melakukan deteksi dini terhadap krisis nilai tukar
dengan menggunakan
indikator ekonomi
Variabel makro ekonomi : - REER
- Pertumbuhan ekspor - Pertumbuhan
- Pertumbuhan impor cadangan devisa
Analisis dengan Ekonometri Regresi: Mengembangkan model logit untuk
mengukur kontribusi dari variabel- variabel makro yang mempengaruhi
krisis nilai tukar di Indonesia Adanya fluktuasi perekonomian
pada perekonomian global yang menyebabkan krisis terjadi
Metode Early Warning
System nilai tukar
2.9. Hipotesis Penelitian