pendirian BMT dengan badan hukum koperasi. Pada tahun 1998, dari hasil beberapa pertemuan Forkom BMT yang anggotanya sudah berbadan hukum
koperasi, terjadi sebuah kesepakatan untuk pendirian sebuah koperasi skunder, koperasi tersebut Koperasi Syariah Indonesia Kosindo pada tahun 1998, sebuah
koperasi skunder dengan keputusan Menteri KUKM Republik Indonesia Nomor 028BHM.IXI1998, yang diketuai DR. H. Ahmat Hatta, MA yang
beranggotakan BMT berbadan hukum koperasi primer tersebar di Jakarta, Jawa Barat dan Lampung Buchori 2009: 12.
Selain Kosindo berdiri pula koperasi skunder lainya seperti Inkopsyah Induk Koperasi Syariah yang diprakarsi oleh PINBUK Pusat Inkubasi Bisnis
Usaha Kecil. Berangkat dari kebijakan pengelolaan BMT yang memfokuskan anggotanya pada sektor keuangan dalam hal penghimpunan dana dan daya
penggunaanya tersebut maka bentuk idealnya BMT adalah Koperasi Simpan Pinjam Syariah yang selanjutnya pada tahun 2004 oleh kementrian koperasi
disebut KJKS Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Berdasarkan keputusan Menteri Koperasi RI No. 91KepM. KUKMIX2004.
“ Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah”.
2.1.2 Konsep Koperasi Syariah
Menurut Munkner dalam Sitio 2001:1, konsep koperasi dibedakan menjadi dua yaitu konsep koperasi barat dan konsep koperasi sosialis. Pembagian
konsep tersebut didasarkan pada pengaruh ideologi yang dianut oleh masing- masing wilayah. Konsep koperasi barat menyatakan bahwa koperasi merupakan
organisasi swasta, yang dibentuk secara sukarela oleh orang-orang yang
mempunyai persamaan kepentingan, dengan maksud mengurusi kepentingan para anggotanya serta menciptakan keuntungan timbal balik untuk anggota koperasi
maupun perusahaan koperasi Sitio dan Tamba, 2001:1. Konsep koperasi sosialis menyatakan bahwa koperasi direncanakan dan
dikendalikan oleh pemerintah, dan dibentuk dengan tujuan merasionalkan produksi, untuk menunjang perencanaan nasional Sitio dan Tamba, 2001:2. Dari
dua konsep yang ada dapat kita ambil beberapa perbedaan yaitu dari pembentukan koperasi apabila pada konsep barat koperasi dibentuk oleh orang-orang secara
sukarela untuk mencapai tujuan para anggota dan koperasi, pada konsep sosialis koperasi merupakan organisasi bentukan pemerintah yang dimanfaatkan serta
dikendalikan untuk menggalang dan memajukan perekonomian rakyatnya dengan tujuan menunjang perencanaan nasional.
Dari dua konsep yang dikemukakan oleh Munkner tersebut, ternyata tidak tersirat pada badan usaha koperasi yang ada di Indonesia secara keseluruhan.
Konsep yang dianut oleh badan usaha koperasi di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya merupakan penggabungan dari dua konsep yang
dikemukakan Munkner. Dan seiring berkembangnya koperasi di Indonesia munculah konsep koperasi campuran yang memiliki dua karakter konsep sosialis
dan kapitalis ekonomi. Konsep campuran yang diterapkan koperasi di Indonesia dapat kita lihat dari beberapa hal diantaranya prinsip koperasi, tujuan koperasi,
sistem keanggotaan dan pembagian Sisa Hasil Usaha SHU. Konsep koperasi Indonesia dan negara berkembang adalah sebagai berikut, koperasi merupakan
organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan orang dengan tujuan yang sama yaitu
untuk meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi anggotanya, dan dalam pengembangan serta pembinaan badan usaha koperasi pemerintah ikut campur
tangan didalamnya Sitio dan Tamba, 2001:3.
Konsep Koperasi Syari’ah Menurut Muhammad 2008 :7 terdapat
konsep dasar yang dapat ditemukan produk-produk lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan bukan bank syariah koperasi, BMT untuk
dioperasionalkan. Kelima konsep tersebut adalah : 1. Sistem simpanan 2. Bagi hasil 3. Margin keuntungan 4. Sewa dan 5. Fee jasa.
2.1.3 Pengertian Koperasi