“Kelebihanya ya untung dibagi rugi ditanggung bersama. Kelemahanya dari pamahaman SDM yang kurang tentang bagi
hasil.”IP
Dari keterangan IP terdapat juga kelemahan yang ada pada sistem bagi hasil yaitu Pemahaman anggota tentang bagi hasil di KSM Bondho Tumoto yang
kurang.
b. Pola Pembiayaan Bagi Hasil Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha perniagaan antara pihak pemilik dana shahibul maal sebagai pihak yang menyediakan modal dana
sebesar 100 dengan pihak pengelola modal mudharib, untuk diusahakan dengan porsi nisbah keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan dimuka dari kedua belah pihak, sedangkan kerugian jika ada akan ditanggung pemilik modal, kecuali jika diketemukan adanya kelalaian atau
kesalahan oleh pihak pengelola dana mudharib, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalah gunaan dana. Juklak KJKS 2004: 21. Hal ini sesuai
dengan pernyataan yan dikemukakan oleh IP, IKa1 dan IKa2 yang memberikan pernyatan sebagai berikut :
“Bagi hasil kan pola pembiyaan syariah yang menekankan pada kesepakatan, dari keduanya nggak beda jauh Cuma dari segi
permodalan yang berbeda kalau mudharabah hanya dari pihak sahibul maal sedangkan musyarakah berasal dari beberapa pihak
yang ikut serta dalam pendirian usaha tersebut.” Pernyatan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh
IKa1 dan IKa2 yang memberikan pernyataan sebagai berikut : “Kalau mudharabah modal dari koperasi dan anggota hanya
menjalankan usahanya porsi keuntungan sudah disepakati sejak anggota meminjam modal untuk usaha…..”IKa1
“Kalau mudharabah itu modalnya dari koperasi dan anggota sebagai mudharib hanya menjalankan usahanya dan sebelumnya
sudah terjadi
kesepakatan aqad
untuk nisbah
bagi hasilnya…….”IKa2
Proses pembiayaan mudharabah sangat singkat akan tetapi menekankan pada pemahaman dalam kesepakatan agar tidak terjadi miss komunikasi dan
kejelasan anggota sebagai pengelola untuk mendirikan usaha yang akan digeluti. Bagan arus kerja pelayanan mudharabah sebagai berikut :
Sumber : Juklak KJKS 2004 :23
Contoh perhitungan sederhana pola pembiayaan bagi hasil mudharabah yang diterapkan di KSM Bondho Tumoto yang diambil dari proses pengamatan.
Bapak teguh adalah anggota di KSM Bondho Tumoto yang sedang membutuhkan modal untuk usahanya. Pihak koperasi meminjamkan Rp 10.000.000 dengan
kesepakatan nisbah 40 untuk koperasi dan 60 untuk anggota dengan angsuran 5 untuk pinjaman modalnya setiap bulan. Jika keuntungan yang didapat dalam
satu bulan Rp. 500.000 maka bapak Teguh dalam membayar angsuran kepada koperasi adalah:
Gambar 4.2. Arus Kerja Pelayanan Mudharabah
Rp 10.000.000 x 2 = Rp 200.000 Rp 500.000 x 40 = Rp 200.000
Simpanan wajib = Rp 10.000
Jumlah = Rp 410.000
Jadi bapak teguh membayar angsuran 410.00 rupiah dengan keuntungan yang didapat dalam porsi 60 dengan perhitungan Rp 500.000 x 60 sebesar 300.00
rupiah.
c. Pola Pembiayaan Bagi Hasil Musyarakah