Perubahan Evolusi dan Perubahan Revolusi 1 Perubahan evolusi

1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat. 2. Secara tipologis, perubahan-perubahan sosial dikategorikan sebagai: a. Social process: the circulation of various rewards, facilities, and personel in an existing structure; b. Segmentation: the proliferation of structural units that do not differ qualitatively from existing units; c. Structural change: the emerge of qualitatively new complexes of roles and organization; d. Changes in group structure: the shifts in the composition of groups, the level of consciousness of groups, and the relations among the group in society.

2. Bentuk Perubahan Sosial

Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan atas beberapa bentuk, yaitu perubahan evolusi dan perubahan revolusi, perubahan tak berencana dan perubahan berencana.

a. Perubahan Evolusi dan Perubahan Revolusi 1 Perubahan evolusi

Dalam evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana. Hal ini terjadi sebagai akibat usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru yang muncul mengikuti pertumbuhan masyarakat. Inkeles menggolongkan teori evolusi menjadi tiga bentuk dalam Basrowi, 2005: 162-163 sebagai berikut. a Unilinear theory of evolution. Teori ini berpendapat bahwa manusia dan mayarakat termasuk kebudayaannya mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahapan tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana, kemudian bentuk yang kompleks, sampai pada tahap yang sempurna. b Universal theory of evolution. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap tertentu yang tetap. c Multilined theories of evolution. Teori ini berfokus pada penelitian- penelitian tehadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat, misalnya penelitian tentang pengaruh sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke pertanian, terhadap sistem kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan. 2 Perubahan revolusi Secara sosiologis, perubahan revolusi dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi karena sudah ada perencanaan sebelumnya atau mungkin tidak berguna sekali, perubahan revolusi sering kali diawali oleh ketegangan-ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan; ketegangan-ketegangan itu sulit untuk dihindari, bahkan banyak yang tidak bisa dikendalikan, sehingga kemudian menjelma dengan terjadinya tindakan revolusi. Menurut Soekanto dalam Basrowi, 2005: 164, syarat-syarat terjadinya suatu revolusi adalah sebagai berikut. a Ada keinginan, namun untuk mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut. b Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin mayarakat tersebut. c Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat. d Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah, bahwa tujuan tersebut terutama sifatnya konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. e Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum pemilihan waktu yang tepat yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.

b. Perubahan yang Pengaruhnya Kecil dan Besar