Budaya Politik Parokial Budaya Politik KaulaSubjek

semua kebudayaan politik itu bersifat heterogin Almond dan Sidney Verba, 1984: 32. Budaya politik suatu masyarakat tertentu berbeda dengan budaya politik masyarakat lainnya. Kenyataan tersebut cenderung berbeda pada tipe-tipe budaya politik karena terlahir dari keragaman latar belakang mayarakat yang dipengaruhi oleh sosial, ekonomi, budaya, politik atau bahkan kondisi geografisnya. Berdasarkan hal tersebut, tipe-tipe budaya politik dapat digolongkan dalam beberapa tipe antara lain:

1. Budaya Politik Parokial

Dalam budaya politik parokial, orang-orang sama sekali tidak menyadari atau mengabaikan adanya pemerintahan dan politik Mas’Oed dan Colin Mac Andrews, 1989: 42. Budaya politik parokial, terbatas pada wilayah atau lingkup yang kecil, sempit misalnya yang bersifat provinsial Kantaprawira, 2006: 32. Dalam masyarakat tradisional dan sederhana, dimana spesialisasi sangat kecil, para pelaku politik sering melakukan peranannya serempak dengan peranannya dalam bidang ekonomi, keagamaan, dan lain-lain. Pada kebudayaan seperti ini, anggota masyarakat cenderung tidak menaruh minat terhadap obyek-obyek politik yang luas, kecuali dalam batas tertentu, yaitu terhadap tempat dimana ia terikat secara sempit. Kenyataan yang menonjol dalam budaya politik parokial adalah adanya kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan atau kekuasaan politik dalam masyarakatnya. Orientasi parokial juga menyatakan adanya harapan-harapan akan perubahan yang komparatif diinisialkan oleh sistem politik. Kaum parokial tidak mengharapkan apapun dari sistem politik Almond dan Sidney Verba, 1984: 20.

2. Budaya Politik KaulaSubjek

Menurut budaya politik ini, dimana anggota masyarakat mempunyai minat, perhatian, dan mungkin pula kesadaran terhadap sistem sebagai keseluruhan, terutama terhadap segi output. Sedangkan perhatiannya atas aspek input serta kesadarannya sebagai aktor politik, boleh dikatakan nol Kantaprawira, 2006: 33. Orientasi mereka yang nyata terhadap obyek politik dapat terlihat dari pernyataannya, baik berupa kebanggaan, ungkapan siap mendukung maupun sikap permusuhan terhadap sistem, terutama terhadap aspek output. Posisinya sebagai kaula, pada pokoknya dapat dikatakan posisi yang pasif. Mereka menganggap dirinya tidak berdaya mempengaruhi atau mengubah sistem, dan oleh karena itu menyerah saja kepada segala kebijaksanaan dan keputusan para pemegang jabatan dalam masyarakatnya. Segala keputusan yang diambil oleh pemeran politik dianggapnya sebagai sesuatu yang tak dapat diubah, dikoreksi apa lagi ditantang. Tiada jalan lain baginya kecuali menerima saja sistem sebagai apa adanya, patuh, setia dan mengikuti segala instruksi dan anjuran para pemimpin politiknya.

3. Budaya Politik Partisipan