semua warganya melalui suatu sanksi “yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik” dalam Sumarno, 1989: 9.
Karena inilah maka kegiatan komunikasi politik merupakan suatu kegiatan prapolitik karena baru mencapai usaha untuk mencapai pengaruh
yang dapat mencapai suatu situasi sehingga lembaga-lembaga politik dalam suatu negara perlu membahasnya dan mengambil suatu sikap dan
keputusan tentang materi yang dibahas. Dengan demikian justru melalui kegiatan komunikasi politik terjadilah realisasi penghubungan atau
pengaitan masyarakat sosial dengan lingkup negara. Komunikasi politik merupakan sarana untuk pendidikan politik dapat terjadi melalui
komunikasi sosial dan komunikasi massa. Dalam setiap proses komunikasi politik memainkan peranan besar dalam proses perubahan politik,
perubahan sosial, dan perubahan ekonomi.
3. Komunikasi Politik dalam Berbagai Sistem Politik
Dalam hal ini hanya akan membicarakan komunikasi politik dalam sistem politik otoritertotaliter, sistem politik anarki, dan sistem politik
demokrasi Alfian, 1991: 5-52.
a. Komunikasi Politik dalam Sistem Politik OtoriterTotaliter
Sistem politik otoritertotaliter biasanya mempunyai ideologi tertutup. Meskipun ada diantaranya yang secara formal terbuka, dalam
praktek ideologi itu sesungguhnya tertutup apabila penafsirannya dimonopoli oleh penguasa. Dengan demikian, ideologi menjadi dogmatis,
kaku, beku, serta pada waktu yang sama menjadi alat yang ampuh untuk
menghancurkan atau menghantam siapa saja yang dicurigainya. Melalui itu terciptanya dan berkembang sistem politik otoritertotaliter yang
menakutkan dan menindas rakyatnya. Bersamaan itu budaya politik otoritertotaliter hadir dan berkembang pula.
Sifat dari komunikasi politik dalam sistem politik otoritertotaliter adalah satu arah, yaitu dari atas ke bawah, dari penguasa ke masyarakat,
dan oleh karena itu indokrinatif. Komunikasi politik yang bersifat indoktrinasi ini tercemin dalam proses sosialisasi politik masyarakat, di
mana kebenaran
ideologi menurut
penafsiran penguasa
yang memonopolinya tak dapat dipertanyakan, apalagi dibantah.
b. Komunikasi Politik dalam Sistem Politik Anarki
Sistem politik yang anarkis, atau yang berkencenderungan kuat kearah itu, biasanya diwarnai oleh lemahnya atau belum begitu
disepakatinya apa yang seyogianya menjadi ideologi bersama. Hal itu mungkin disebabkan oleh belum dihayati atau membudayanya ideologi
bersama itu atau karena ideologi tersebut masih dipersaingkan dan dipertentangkan dengan ideologi-ideologi lain yang hidup dan didukung
oleh kalangan tertentu dalam masyarakat. Hal itu merangsang masing-masing golongan atau kekuatan politik
menjadi obsesi dengan ideologinya sendiri, maka hal itu selanjutnya mereka bersikap dan bertingkah laku a priori terhadap golongan atau
kekuatan politik lain karena mereka merasa telah menemukan kebenaran mutlak dengan ideologi yang menjadi obsesinya itu. Dari situ lahir dan
berkembanglah suasana kehidupan politik yang sangat diwarnai oleh pertentangan ideologi, rasa saling curiga dan bermusuhan yang terus-
menerus meningkat, beserta primordialisme yang makin menguat. Dapat tersimpul budaya politik anarkisme, atau dimana keterbukaan
atau kebebasan yang nyaris tak terbatas dan tak terkendali merangsang orang atau golongan untuk menjadi obsesi dengan ideologinya,
mengutamakan aspirasi golongan-golongan lain. Komunikasi politik secara horizontal dan timbal balik memang tampak terjadi, tetapi karena
masing-masing saling menutup telinga, maka dialog yang sehat tak mungkin terjadi.
c. Komunikasi Politik dalam Sistem Politik Demokrasi