sehingga diperoleh campuran yang homogen. Hasil gerusan kemudian diayak dengan ayakan sehingga diperoleh bubuk cordierite.
4. Pencampuran Paduan Cordierite dengan Magnesium Oksida
Penambahan magnesium oksida pada penelitian ini adalah 0, 20, 25 dan 15 wt dari total massa cordierite dan magnesium oksida. Paduan cordierite dengan
magnesium oksida dilakukan dengan menimbang cordierite
murni dan magnesium oksida sesuai persentase yang telah ditentukan kemudian kedua bahan
dicampur. Bahan yang sudah ditimbang lalu dicampur dengan larutan alkohol 70 secukupnya kemudian distirrer dengan magnetic stirrer selama 4 jam agar
paduan cordierite dengan magnesium menjadi homogen. Larutan yang telah di stirer di diamkan beberapa saat lalu disaring menggunakan kertas saring untuk
memisahkan paduan cordierite-magnesium oksida dengan alkohol. Setelah alkohol dan paduan cordierite-magnesium oksida terpisah, sampel kemudian
dioven selama 2 jam dengan suhu 100
o
C. Paduan yang telah kering, digerus menggunakan mortar dan pastel untuk diperoleh serbuk paduan cordierite-
magnesium oksida. Serbuk hasil penggerusan disaring dengan ayakan 200 mesh agar diperoleh paduan cordierite-magnesium oksida dengan ukuran yang
homogen. Komposisi paduan antara cordierite dengan MgO ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8 . Komposisi Massa Cordierite dan MgO
Kode Sampel Variasi penambahan
wt Massa
cordierite gram
Massa alumina gram
C 25
C
20
20 5
20 C
25
C
30
25 30
6,25 7,5
18,75 17,5
5. Pencetakan Pelet
Sebelum disintering, paduan cordierite -magnesium oksida dengan variasi 0, 20, 25, dan 30wt yang telah diperoleh pada proses sebelumnya terlebih dahulu
dibentuk kedalam pelet. Adapun proses pencetakan pellet adalah paduan cordierite-magnesium oksida dituang dalam cetakan pelet yang terbuat dari
stainless steel lalu dicetak menggunakan alat pressing dengan tekanan 50 ton sehingga terbentuklah pelet.
6. Sintering
Proses sintering diawali dengan pellet ditata dalam cawan tahan panas dari bahan silika kemudian dimasukkan kedalam furnace. Sintering paduan cordierite+
magnesium oksida pada penelitian ini dilakukan pada suhu 1250
o
C dengan kenaikan suhu 4
o
Cmenit dengan waktu tahan 3 jam.
7. Penyusutan Shrinkage
Pengukuran penyusutan shrinkage pada sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Menyiapkan sampel paduan cordierite – magnesium oksida. 2. Menimbang massa sampel sebelum dan sesudah proses sintering.
3. Menghitung besarnya persentase penyusutan menggunakan persamaan 8
8. Densitas dan Porositas
Pengujian densitas dan porositas pada penelitian ini dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu dengan menggunakan prinsip Archimedes. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan sampel paduan cordierite – magnesium oksida
2. Menimbang sampel menggunakan neraca digital untuk menentukan berat kering sampel W
k
. 3. Menyiapkan beaker glass yang telah diisi air secukupnya, kemudian
memasukkan sampel ke dalam beaker glass tersebut lalu merebusnya selama 5 jam pada hotplate.
4. Hasil rebusan didiamkan selama 24 jam agar sampel menjadi jenuh. 5. Setelah didiamkan selama 24 jam, sampel dilap dengan tissue kemudian
ditimbanng dengan neraca digital untuk mengetahui berat jenuh W
j
sampel. 6. Setelah diperoleh berat jenuh sampel kemudian diikat dengan benang lalu
ditimbang sambil digantung ditengah-tengah air pada gelas plastik berisi air yang sebelumnya telah dikalibrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan
berat basah W
b
sampel.
7. Menghitung besarnya densitas dan porositas masing-masing sampel
dengan persamaan 9 dan 10
9. Differential Thermal Calorimetry DTA Thermogravimetric Analysis
TGA
Pengukuran dengan DTA dilakukan untuk menganalisis sifat termal dan perubahan fasa yang terbentuk berdasarkan penyerapan maupun pelepasan kalor
pada sampel cordierite dan cordierite-alumina. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses DTA:
a. Sampel cordierite-alumina 0, 20, 25, dan 30 berat diletakkan dalam pan dan ditutup menggunakan stainless stell menggunakan alat crimp.
b. Meletakkan sampel pembanding pada plat kaca.
c. Selanjutnya mengalirkan gas nitrogen dan mengatur kenaikan temperatur sebesar 5
°
Cmenit. Pengukuran dilakukan dari suhu ruang 25
°
C hingga 1000
o
C.
D. Diagram Alir
Proses ekstraksi silika dari sekam padi yang dilakukan pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram alir proses ekstraksi silika sekam padi.
Sekam Padi - Ditimbang sebanyak 50 gr
- Dipanaskan dalam larutan NaOH 1,5 selama 30 menit
- Diaging 24 jam - Disaring
Sol Silika - Disaring menggunakan kertas saring
- Distirrer dengan kecepatan 2000 rpm dan di tetesi larutan HNO
3
10. Silika Gel
- Diaging 24 jam - Dibersihkan dan di saring dengan pemutih dan air
hangat - Dioven selama 7 jam dengan suhu 110
o
C Serbuk silika
- Digerus sampai halus - Disaring dengan ukuran 63µm.
Serbuk Silika SiO
2
Proses pembuatan serbuk cordierite ditujukkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Diagram alir proses pembuatan cordierite.
Proses pembuatan serbuk paduan cordierite – magnesium oksida ditunjukkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Diagram alir proses paduan serbuk cordierite-MgO.
- Ditimbang dengan perbandingan 2 : 2 : 5. - Dicampur.
- Digerus selama 3 jam. - Disaring dengan mess ukuran 63
µm. MgO+Al
2
O
3
+SiO
2
Campuran bahan cordierite
Serbuk Cordierite
- Dioven selama 2 jam pada suhu 100
o
C. - Digerus sampai halus.
- Disaring dengan ukuran 63 µm. Cordierite-MgO
- Ditimbang dengan variasi MgO 0, 20, 25 dan 30 wt
- Dicampur dengan larutan alcohol 70 - Distirer selama 4 jam.
Paduan Cordierite-MgO
Serbuk Paduan Cordierite-MgO
Pembentukan pelet paduan cordierite – magnesium oksida, proses sintering, dan uji fisik serta karakterisasi ditunjukkan pada Gambar 11.
Gambar 11. Diagram alir proses pembentukan pelet, sintering dan karakterisasi.
Serbuk Paduan Cordierite-MgO - Ditimbang masing-masing 0,5 gram
- Dicetak dengan alat pressing dengan tekanan 50 ton.
Pelet Cordierite-MgO - Disintering dengan suhu 1250
o
C selama 3 jam - Dihitung penyusutan, densitas, porositas dan
konduktivitas termal. - Di karakterisasi dengan DTATGA.
Data Uji dan Karakterisasi - Dianalisis
Kesimpulan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1.
Penambahan MgO 0, 20, 25 dan 30 berat menyebabkan penurunan densitas dan penyusutan serta peningkatan porositas pada cordierite.
2. Hasil analisis TGA pada sampel C
, C
20
, C
25
dan C
30
menunjukkan pengurangan massa terjadi pada rentang suhu 50-400ºC yaitu sebesar 0,08 –
0,25 mg karena terjadi proses penguapan air dan senyawa-senyawa volatil dan pada rentang suhu 400-750ºC terjadi kenaikan massa sebesar 0,02-0,08
mg yang menandakan terjadinya pembentukan lapisan oksida MgO dan Al
2
O
3
. 3.
Penambahan MgO 0, 20, 25 dan 30wt menyebabkan peningkatan nilai konduktivitas termal sebesar 2,9089 – 3,2661 WmK.
B. Saran
Pada penelitian selanjutnya saran yang diberikan adalah dengan melakukan penambahan senyawa lain selain ketiga unsur utama. Kemudian, pada
karakterisasi DTA sebaiknya dilakukan sebelum perlakuan untuk melihat perubahan nilai TGA dengan nilai yang lebih baik dan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Arribart, H. and Bernadette, B.V. 2001.The Dibner Institute History of Science and Technology. Pages 136-137
Banjuraizah, J., Mohamad, H. and Ahmad, Z.A. 2010.Effect of Excess MgO Mole Ratio in a Stoichiometric Cordierite 2MgO·2Al
2
O
3
·5SiO
2
Composition on the Phase Transformation and Crystallization Behavior of Magnesium
Aluminum Silicate Phases.UniversitasSains Malaysia. Malaysia. 6:4-5
Beitollahi, A., Hosseini, H. and Sapoorlaki, H. 2010. Synthesis and
Characterization of Al
2
O
3
-ZrO
2
Nanocomposite Powder by Sucrose Process.Journal of Material Science: Material in Electronics. 21:5-6
Boch, P.H., Riou, S., Durusoy, H.Z., and Raj, R. 1991. Spinel Phase MgAl
2
O
4
on the System MgAl
2
O
4
-Al
2
O
3
.Appl.Phys. 60:3150-3155 Buchanan, R.C. 1986. Ceramic Materials for Electronics, Processing, Properties,
and Aplications. Marcel Bekker Inc. New York. Pages 60-62 Buckman, Harry O. Brady, Nyle C. 1960. The Nature and Property of Soils - A
College Text of Edaphology 6th ed.. New York: MacMillan Publishers. New York. Pages 50
Broudic J.C., J.Guille, S. Vilminot. 1989. Properties of Sol Gel Ceramics and VitroceramicsWith
The Cordierite
Composition. Euro
Ceramics, Netherland. Pages 35-36
CallisterJr, William. D.1994. Material Science And Engineering3rd edition. John Wiley Sons.Inc. Hoboken.New Jersey. Pages 37-40
Callister, W. 2003.B :Materials Science and Engineering - An Introduction. John Wiley Sons. Pages 23-56
Carey, J.W; and Novrotsky, A. 1985.The Molar Entalphy of Dehydration of Cordierite.American Mineralogist. 52: 380-388
Charles A.H., 2001. Handbook of Ceramic Glases and Diamond. Mc Grow Hills Company Inc. USA.
Chesters, J.H., 1983.Refractories Production and Properties.The Metals Society. London. Pages 150-154
Deer, W.A. 1986.Cordierite in Rock Forming Minerals.Vol.IB:Dissicates Edition. Pages 58
Diller, T.E. 1993.Advances in Heat Transfer.Academic Press. 23:5-6 DorredanHunber. 1984. Alumina Library of congress cataloging in publication
Data. Cambrige. USA Douy, A. 1992. Organic Gels in the Preparation of Silicate Powders: Example of
Mullite and Cordierite, In: Chemical Processing of Advanced Materials. ed. L. L Hench and J.K. West.Wiley. New York.
Effendy, Hadi.
2008. StudiAntioksidasiPadaRefraktoriMgO-C
MonolitikDenganBahanPengikat Tar-Resin.InstitutTeknologi
Bandung. Bandung.
Fujiwara, S., Tamura, Y., Maki, H., Azuma, N., and Takeuchi, Y. 2007.Development of New High-Purity Alumina.Sumitomo Kagaku. 1: 1-9.
Gana, R.
2010. Raw
Material Refractory
II.https:regest.wordpress.com20100430raw-material-refraktori-ii. Diaksespadatanggal 20 april 2016. 13.40 WIB
Gernot, K. 1988. High-Tech Ceramics.Academic Press. Zurich. Pp 100-118. Halliday. D, R. Resnick, J. Walker. 1997. Fundamentals of Physics 5th ed..
John Wiley and Sons, New York. Hans,K.S.,.1992. Syntesis and Characterization of Low Thermal Expansion
Cordierite.ASEAN-Japan Seminar on Ceramics.Fine Ceramics. Kuala Lumpur. Malaysia.
Hudson, L. Keith., Misra, Chanakya.,Perotta, Anthony. J., Wefers, Karl. and Williams, F.S. 2002. Alumina Oxide.Ulmann’s Encyclopedia of Industrial
Chemistry. Wiley-VCH.Weinheim.
Hsu H.W. Luh B.S. 1980.Rice Hull. Rice ProduckAnd Utilization. New York: Avi Publishing Company Inc.
Johar B., Mohamad, H. and Ahmad, Z.A. 2010.Effect of Excess MgO Mole Ratio in a Stoichiometric Cordierite 2MgO·2Al
2
O
3
·5SiO
2
Composition on the Phase Transformation and Crystallization Behavior of Magnesium
Aluminum Silicate Phases.UniversitasSains Malaysia. Malaysia. 6:4-5
Khopkar, S, M., 1990. KonsepDasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta. Pages 67-68
Knozinger, H., Ratnasamy, and Catal, P. 1978.Pulse Electric Current Sintering and Strength of Sintered Alumina Using γ-Alumina Powders Prepared by
the Sol-Gel Method.Journal of Science Engenering.17: 31.
Kolasinski K.W. 2008. Surface Science: Foundation of Catalysis and
Nanoscience. Edisikedua. London: John Wiley Sons Ltd. Pages 22-23, 27.
Kopeliovich, Dr. Dmitri. 2010. Alumina Ceramics. Substances and Technologies 2
nd
International Conference on “High –Tech Auminas and Unfolding their Business Prospects”Aluminas, 2010. November 25-27, 2010. Kolkata.
India. http;www.substech.comdokuwikidoku.alumina-ceramics. Diakses 15 April 2016.
Kurama, H. and Kurama, S. 2006. The Reaction Kinetics of Rice Husk Based Cordierite Ceramics.Ceramic International. Pages 1
Lee, W.E. and Rainforth, W.M.1994.Structure Oxides I:Al
2
O
3
and Mullite in Ceramic Micro Structure: Property Control by Processing. Chapman and
Hall. London. Pages 236-237
Liu,F; Guo,X.F; Yang, E.C., 2001, Crystalization of gels in the SiO2-ZrO2-B2O2 system. Journal of Material Science 36. Pages 579-585
Mirjalili, F., Hasmaliza, M., Luqman, C. 2011.Preparation of Nano Scale α-Al
2
O
3
Powder by the Sol Gel Method.Ceramics Silikat.55: 4. Naskar, M. K., andChatterjee,M. 2004. A Novel Process for the Synthesis of
Cordierite Powders from Rice Husk Ash and other Sources os Silica and their
Comparative Study.Kolkata India.Jurnalof the European Ceramics Society.24:3499-398.
Pratapa, Suminar.,
2013. StabilitasSifatFisikdanFasaKompositPasirSilika-
MgOAkibatSiklusTermal. InstitutTeknologisepuluh November. Surabaya