Komposisi sekam padi bervariasi antara analisis yang satu dengan yang lain Winarno, 1985. Perbedaan komposisi dari sekam padi tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu varietas, latar belakang agronomi, cara preparasi sampel serta cara analisisnya Shukla, 2011.
Sekam padi memiliki beberapa unsur organik seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selain itu, sekam padi juga mengandung unsur anorganik, berupa abu
dengan kandungan utamanya adalah silika sebesar 94-96. Serta terdapat komponen lain seperti kalium, kalsium, besi, fosfat, dan magnesium Hsu dan
Luh, 1980.
Abu sekam padi berwarna putih keabuan, yang mengandung silika Si
2
O dengan kisaran 86,9-97,3 Widwiastuti dkk, 2013. Merupakan oksida berpori, bersifat
inert, dan area permukaan yang luas Kolasinski, 2008. Luas area permukaan dari silika adalah 50-430 m
2
g. Komposisi unsur kimia dari sekam padi dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2. Komposisi Kimia Sekam Padi Kurama, 2006
Senyawa Oksida Persentase
SiO
2
95,50 Al
2
O
3
0,04 Fe
2
O
3
0,04 CaO
0,09 MgO
0,08 K
2
O 0,17
C. Sintering
Sintering merupakan suatu proses pemanasan terhadap suatu material pada waktu dan suhu tertentu, proses sintering ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan
struktur mikro diantaranya kenaikan nilai densitas, pertumbuhan butir, dan penyusutan massa sampel Dorre dan Hubner, 1984. Proses sintering
memerlukan temperatur tinggi agar partikel-partikel halus dapat beraglomerasi menjadi bahan padat, sintering mengakibatkan terjadinya ikatan-ikatan antar
partikel yang mengakibatkan bahan berpori sebelumnya akan menjadi bahan padat setelah melalui proses sintering Smith, 1990.
Proses sintering terjadi apabila terjadi transfer materi antara butiran dan mengakibatkan terjadinya kontak serta ikatan yang sempurna diantara partikel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sintering diantaranya adalah jenis bahan, ukuran partikel, komposisi bahan, serta pengotor yang terdapat di dalam
bahan Ristic, 1989.
Proses pemanasan sintering dapat terjadi melalui tiga tahapan, yaitu pertama, perataan permukaan partikel, Pembentukan grain boundary batas butir melalui
pertumbuhan leher antar partikel, gerakan diantara partikel dalam pori terbuka, difusi dan penurunan porositas. Kedua, penyusutan pori antara grain boundary,
porositas menurun lebih banyak, perlahan- lahan grain tumbuh. Terakhir, pori- pori menutup, mengecil dan posisinya terselip diantara grain boundary Reed,
1995; Ramlan, 2001. Tahapan sintering dapat diilustrasikan pada Gambar 2.