Magnesium Oksida MgO TINJAUAN PUSTAKA

Setiap atom oksigen merupakan atom penghubung antara dua atom silikon dan setiap atom silikon dikelilingi oleh empat atom oksigen maka akan diperoleh suatu struktur jaringan Vlack, 1994.

G. Pengaruh penambahan Senyawa Lain terhadap cordierite

1. Penambahan MgO

Penelitian tentang pengaruh penambahan MgO terhadap I ini sebelumnya telah dilakukan oleh Tang pada tahun 2012, penelitian yang dilakukan dengan menggunakan cordierite 20, alumina 80 serta penambahan MgO dari 0, 0,2, 0,4, 0,6, dan 0,8 berat. Menurut penelitian ini menunjukkan bahwa nilai densitas pada penambahan 0 MgO memiliki puncak tertinggi dan kemudian menurun pada penambahan 0,2 dan 0,4 dan kemudian meningkat pada penambahan 0,6 hingga 0.8. Begitu pula dengan nilai porositasnya yang berbanding terbalik dengan nilai densitas yang diperoleh. Nilai konduktivitas thermal yang diperoleh mengalami kenaikan pada awalnya dan mencapai nilai minimum pada penambahan 0,4 berat MgO Tang dkk, 2012. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Banjuraizah, 2010 memperlihatkan bahwa setelah sampel dipanaskan dengan suhu nonishothermal puncak kristalisasi pada grafik DTA meningkat sesuai dengan semakin banyaknya kadar penambahan MgO Banjuraizah dkk, 2010.

2. Penambahna Alumina

Menurut penelitian yang dilakukan Salwa, 2007 menjelaskan bahwa pada penambahan alumina 0 berat nilai densitas 2,55 gcm 3 , sedangkan nilai porositas yang dihasilkan adalah 2,17. Namun pada penambahan 10 berat alumina nilai porositas meningkat sebesar 24,0 dan nilai densitas mengalami penurunan menjadi 2,16 gcm 3 , selanjutnya pada penambahan 20 dan 30 berat alumina tidak terjadi perubahan yang besar bahkan cenderung stabil. Kenaikan nilai porositas yang sangat besar merupakan akibat dari perbedaan ekspansi termal antara alumina dan cordierite. Nilai penyusutan yang diperoleh dari penambahan alumina 0- 30wt semakin menurun, hal ini sesuai dengan nilai porositas yang diperoleh sebelumnya serta perubahan nilai ekspansi termal pada sampel C hanya terjadi sedikit peningkatan nilai α, namun pada sampel C 30 memiliki perubahan nilai α yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena perubahan nilai ekspansi termal dapat dilihat pada Table 7. Tabel 7. Table koefisien ekspansi termal α ×10 −6° C −1 pada pemanasan sampel 1100 ° C3 h Salwa dkk, 2007 Sample 300 ˚C 400˚ C 500˚C 600˚C 700˚C C C 30 5,3 5,4 5,4 5,6 - 5,4 5,5 5,7 5,8 6,0

H. Uji dan Karakterisasi

1. Pengukuran penyusutan Srinkage

Pengukuran penyusutan merupakan persen pengurangan diameter dari bahan keramik sebelum disintering M o dikurangi bahan keramik setelah disintering M. Proses penyusutan terjadi ditandai dengan berkurangnya dimensi panjang, tebal, volume, lebar dan massa bahan yang mendapat perlakuan sintering. Selain itu juga terjadi pemadatan pori setelah disintering, hal ini dipengaruhi temperatur pembakaran dan ukuran butir setelah pembakaran. Persamaan penyusutan dapat ditentukan dengan rumus: S = ? ??? ? ? ? ??? ? 8 Keterangan: S = banyaknya persentase penyusutan M = Masa sebelum sintering gr M = Masa setelah sintering gr

2. Porositas

Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori volume yang dapat ditempati oleh fluida terhadap volume total bahan material Sudarmadi, 2006. Menurut Lee dan Rainforth, 1994 porositas terbagi menjadi tiga bagian yaitu porositas terbuka, porositas tertutup dan porositas total Lee and Rainforth, 1994. Porositas terbuka merupakan volume pori-pori yang terbuka dan kemudian dibagi dengan volume bulknya. Porositas tertutup merupakan volume pori-pori tertutup yang terkandung dalam suau material dan dibagi dengan volume bulknya. Porositas total merupakan fraksi volume pori-pori terbuka dan pori-pori tertutup. Nilai dari porositas total dapat ditentukan dengan persamaan S = ? ??? ? ? ??? ? ? ??? ? 9 Keterangan: S : Nilai porositas Mj : Masa Jenuh gr Mk : Masa kering bahan uji gr Mb : Masa bahan dalam air gr Sutapa, 2011.