C. Sintering
Sintering merupakan suatu proses pemanasan terhadap suatu material pada waktu dan suhu tertentu, proses sintering ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan
struktur mikro diantaranya kenaikan nilai densitas, pertumbuhan butir, dan penyusutan massa sampel Dorre dan Hubner, 1984. Proses sintering
memerlukan temperatur tinggi agar partikel-partikel halus dapat beraglomerasi menjadi bahan padat, sintering mengakibatkan terjadinya ikatan-ikatan antar
partikel yang mengakibatkan bahan berpori sebelumnya akan menjadi bahan padat setelah melalui proses sintering Smith, 1990.
Proses sintering terjadi apabila terjadi transfer materi antara butiran dan mengakibatkan terjadinya kontak serta ikatan yang sempurna diantara partikel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sintering diantaranya adalah jenis bahan, ukuran partikel, komposisi bahan, serta pengotor yang terdapat di dalam
bahan Ristic, 1989.
Proses pemanasan sintering dapat terjadi melalui tiga tahapan, yaitu pertama, perataan permukaan partikel, Pembentukan grain boundary batas butir melalui
pertumbuhan leher antar partikel, gerakan diantara partikel dalam pori terbuka, difusi dan penurunan porositas. Kedua, penyusutan pori antara grain boundary,
porositas menurun lebih banyak, perlahan- lahan grain tumbuh. Terakhir, pori- pori menutup, mengecil dan posisinya terselip diantara grain boundary Reed,
1995; Ramlan, 2001. Tahapan sintering dapat diilustrasikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Tahapan proses pemanasan sintering Callister, 1994
D. Alumina Al
2
O
3
Alumunium oksida alumina merupakan senyawa paduan antara alumunium dan oksigen dengan rumus kimia Al
2
O
3
Hudson dkk, 2002. Alumina merupakan insulator listrik yang baik, sehingga digunakan secara luas sebagai bahan isolator
suhu tinggi, karena memiliki kapasitas panas yang besar Xu, et al., 1994.
Alumina juga sering digunakan sebagai absrobden karena luas permukaannya yang besar yaitu 150-300 m
2
g, dan relatif stabil untuk berbagai rentang suhu untuk reaksi katalis. Sifat-sifat lain dari senyawa ini adalah murah, tahan terhadap
suhu tinggi, memiliki ketahan fisik yang tinggi Retno, 2009, serta tahan terhadap korosi Mirjalili dkk, 2011.
Alumina memiliki tiga fasa yaitu α-alumina, -alumina, dan α-alumina. Ketiga
fasa tersebut memiliki sifat yag berbeda, beta alumina -Al
2
O
3
memiliki sifat tahan api yang sangat baik sehingga dapat digunakan dalam berbagai aplikasi
keramik seperti pembuatan tungku furnace Arribart and Vincent, 2001. Gamma alumina -Al
2
O
3
banyak digunakan sebagai material katalis, contohnya dalam penyulingan minyak bumi Knozinger and Ratnasamy, 1978 dan digunakan
dalam bidang otomotif Satterfield, 1980; Gate, 1995. Alfa alumina α-Al
2
O
3
mempunyai struktur kristal heksagonal dengan parameter kisi a = 4,7588 dan