Kondisi Perekonomian Secara Umum
Tabel 12. PDB Berdasaran Harga Konstan Tahun 1993, 1971-2002 Rp milyar
Sektor 1971
1981 1991
1996 1997
1999 2000
2002
1. Pertanian 30.534,2
41.067,0 54.839,3
63.778,6 64.149,1
64.985,2 66.208,9
68.018,3 Tnmn Pangan
14.715,0 22.951,8
30.144,7 33.647,0
33.048,1 34.012,4
34.533,8 34.442,1
Perkebu nan
3.380,8 4.868,7
8.130,7 10.330,6
10.771,7 10.702,0
10.722,0 11.32,9
Peternakan 2.565,6
3.524,4 5.441,7
7.132,4 7.422,0
6.836,9 7.061,3
7.53,0 Kehutanan
7.938,7 6.911,0
6.307,2 6.384,2
6.345,9 6.288,1
6.388,9 6.651,3
Perikanan 1.934,1
2.811,1 4.815,1
6.284,4 6.561,4
7.145,8 7.502,9
8.060,0 2. Industri
5.523,5 20.371,3
56.508,1 96.377,6
103.024,5 90.298,1
93.868,3 100.834,3
3. Pertambangan 11.448,0
22.846,8 29.884,7
37.568,6 38.181,5
36.865,8 38.896,4
39.768,1 4. Bangunan
6.374,6 31.309,4
22.936,4 38.806,0
40.643,7 30.796,0
34.397,5 38.092,7
5. Listrik, air 369,5
1.344,9 2.712,5
4.840,5 5.413,9
6.112,9 6.547,8
7.514,6 6. Perdagangan
11.095,3 36.816,8
47.389,8 69.372,0
73.160,5 60.093,7
63.498,3 69.303,2
7. Angkutan 2.689,4
8.354,3 16.632,1
24.444,6 26.040,2
26.772,1 29.072,1
33.649,5 8. Keuangan
1.852,4 5.453,3
11.565,4 19.903,3
20.597,1 26.244,6
27.449,4 29.936,2
9. Jasa 9.475,6
22.779,9 42.262,2
54.107,4 56.310,7
37.184,0 38.051,5
39.596,6 Total
79.362,6 190.343,5 284.730,5 409.198,6 427.521,2 379.352,4 397.990,2
42.6713,5
Sumber: BPS 1973-2002, data diolah
Tabel 13. PDB Berdasaran Harga Konstan Tahun 1993, 1971 - 2002
Sektor 1971
1981 1991
1996 1997
2000 2002
1. Pertanian 38,47
21,58 19,26
15,59 15,00
16,64 15,94
Tanaman Pangan 18,54
12,06 10,59
8,22 7,73
8,68 8,07
Perkebunan 4,26
2,56 2,86
2,52 2,52
2,69 2,65
Peternakan 3,23
1,85 1,91
1,74 1,74
1,77 1,77
Kehutanan 10,00
3,63 2,22
1,56 1,48
1,61 1,56
Perikanan 2,44
1,48 1,69
1,54 1,53
1,89 1,89
2. Industri 6,96
10,70 19,85
23,55 24,10
23,59 23,63
3. Pertambangan 14,42
12,00 10,50
9,18 8,93
9,77 9,32
4. Bangunan 8,03
16,45 8,06
9,48 9,51
8,64 8,93
5. Listrik, air 0,47
0,71 0,95
1,18 1,27
1,65 1,76
6. Perdagangan 13,98
19,34 16,64
16,95 17,11
15,95 16,24
7. Angkutan 3,39
4,39 5,84
5,97 6,09
7,30 7,89
8. Keuangan 2,33
2,86 4,06
4,86 4,82
6,90 7,02
9. Jasa 11,94
11,97 14,84
13,22 13,17
9,56 9,28
Total 100,00
100,00 100,00
100,00 100,00
100,00 100,00
Sumber: BPS 1973-2002, data diolah
Dalam sektor pertanian, pangsa sub sektor tanaman pangan adalah yang paling menonjol sejak tahun 1971 18,5 hingga tahun 2002 15,9. Pangsa sub
sektor kehutanan menduduki peringkat kedua pada tahun 1971 10,0, tetapi turun tajam pada dasawarsa berikutnya dan periode selanjutnya. Sub sektor peternakan
meiliki pangsa 3,2 atau yang keempat pada tahun 1971, turun menjadi 1,9 pada dasawarsa berikutnya dan berfluktuasi pada periode berikutnya. Pada tahun 1999
pangsa sub sektor perikanan melampaui sub sektor peternakan. Selama dasawarsa pertama 1971-1981 pertumbuhan PDB adalah sebesar
9,14 per tahun. Pertumbuhan tersebut terutama dipengaruhi oleh sektor bangunan, utility
, industri, angkutan dan jasa masing-masing 17,25, 13,79, 13,94, 12,00, dan 19.17. Di pihak lain, pada periode yang sama pertumbuhan sektor pertanian
hanya 3,01. Pangsa pertumbuhan sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan lebih besar dari pertumbuhan sektor pertanian tetapi sub
sektor kehutanan tumbuh negatif Tabel 14. Pertumbuhan PDB pada periode
berikutnya turun menjadi 4,11 per tahun. Sebaliknya, sektor industri tumbuh relatif tinggi, yaitu 10.74 sedangkan sektor pertanian hanya tumbuh 2,93. Sub sektor
peternakan, perkebunan, dan perikanan mengalami pertumbuhan positif masing- masing sebesar 4,44, 5,26, dan 5,53, atau lebih tinggi dari pertumbuhan sektor
pertanian. Selama periode 1991-1997, atau sebelum krisis ekonomi menerpa Asia
Tenggara termasuk Indonesia, PDB tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya, yaitu 7,01 per tahun. Pertumbuhan tersebut terutama dipengaruhi
oleh sektor non pertanian, kecuali pertambangan. Selama periode ini sektor pertanian hanya tumbuh relatif kecil, yaitu 2,65 per tahun, sedangkan sub sektor peternakan
mengalami pertumbuhan jauh lebih besar dari periode sebelumnya, yaitu 4,44 per tahun.
Pertumbuhan PDB selama masa krisis ekonomi yang berlangsung selama 1997-2000 turun menjadi -2,36 per tahun. Hampir semua sektor non pertanian,
yaitu industri, pertambangan, bangunan, perdagangan dan jasa mengalami pertumbuhan negatif. Di pihak lain, sektor pertanian tumbuh positif walaupun pada
laju yang lebih rendah, yaitu 1,06 per tahun. Kecuali sub sektor perkebunan dan peternakan yang mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar -0,15 and
-1,65 per tahun, semua sub sektor dalam sektor pertanian tumbuh positif. Selama periode pasca krisis 2000-2002, PDB tumbuh pada laju 3,55 per tahun. Hal ini
ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan sektor lain, kecuali sektor pertanian yang hanya tumbuh rata-rata 1,06. Kecuali sub sektor tanaman pangan, semua sub
sektor mengalami pertumbuhan positif.
Tabel 14. Pertumbuhan PDB Berdasarkan Harga Konstan 1993 tahun
Sektor 1971-1981 1981-1991 1991-1997
1997-2000 2000-2002
1. Pertanian 3,01
2,93 2,65
1,06 1,36
Tanaman Pangan 4,55
2,76 1,54
1,48 -0,13
Perkebunan 3,71
5,26 4,80
-0,15 2,79
Peternakan 3,23
4,44 5,31
-1,65 3,31
Kehutanan -1,38
-0,91 0,10
0,23 2,03
Perikanan 3,81
5,53 5,29
4,57 3,65
2. Industri 13,94
10,74 10,53
-3,05 3,64
3. Pertambangan 7,15
2,72 4,17
0,62 1,11
4. Bangunan 17,25
-3,06 10,00
-5,41 5,23
5. Listrik, air 13,79
7,27 12,21
6,54 7,13
6. Perdagangan 12,74
2,56 7,51
-4,61 4,47
7. Angkutan 12,00
7,13 7,76
3,74 7,58
8. Keuangan 11,40
7,81 10,10
10,05 4,43
9. Jasa 9,17
6,38 4,90
-12,25 2,01
Total 9,14
4,11 7,01
-2,36 3,55
Sumber: BPS 1973-2002, data diolah
Produk Domestik Regional Bruto PDRB di Propinsi Sulawesi Selatan didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai Rp 3,5 triliun 34,8 pada tahun
2000 Tabel 15. Sektor yang memberikan sumbangan PDRB kedua terbesar adalah perdagangan, yaitu Rp 1,7 triliun 16,8 dan ketiga adalah sektor industri
sebesar Rp 1,3 triliun 12,9. Didalam sektor pertanian, sumbangan sub sektor perikanan menempati urutan kedua sebesar Rp 796 milyar 7,9 setelah sub
sektor tanaman pangan yang mencapai Rp 1,9 triliun 19,5. Pada tahun 2003 sumbangan sektor pertanian meningkat menjadi Rp 3,7 triliun tetapi pangsanya
turun menjadi 31,9. Kecuali sub sektor peternakan yang meningkat, sumbangan sub sektor perikanan juga turun menjadi 7,0 dan sumbangan sub sektor
tanaman pangan turun menjadi 17,7. Sektor bangunan dan perdagangan masing-maisang meningkat menjadi 12,5 dan 18,6. Secara total PDRB
Propinsi Sulawesi Selatan meningkat dari Rp 10,1 triliun pada tahun 2000 menjadi Rp 11,7 trilun pada tahun 2003.
Tabel 15. PDRB Sulawesi Selatan Tahun 2003 Berdasarkan Harga Konstan 1993 Rp juta
Sektor 2000
2003
1. Petanian 3.519.653,06
34,84 3.726.682,30
31,88 Tanaman Pangan
1.971.570,49 19,52
2.066.725,89 17,68
Perkebunan 636.441,33
6,30 687.063,61
5,88 Peternakan
89.943,00 0,89
119.385,85 1,02
Kehutanan 25.855,96
0,26 29.978,10
0,26 Perikanan
795.842,28 7,88
823.528,85 7,04
2. Industri 1.306.792,60
12,94 1.459.982,52
12,49 3. Pertambangan
486.408,29 4,81
532.515,15 4,56
4. Bangunan 441.773,06
4,37 1.459.982,52
12,49 5. Listrik, air
137.332,26 1,36
168.221,14 1,44
6. Perdagangan 1.698.229,34
16,81 2.169.851,82
18,56 7. Angkutan
801.648,15 7,94
1.040.615,17 8,90
8. Keuangan 434.088,58
4,30 680.261,95
5,82 9. Jasa
1.276.022,30 12,63
1.374.667,67 11,76
Total 10.101.947,63 100,00
11.690.525,15 100,00
Sumber: BPS 2003
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Sosial Nelayan Usia rata-rata nelayan berkisar dari 38 tahun rawai tetap hingga 49 tahun
bubu atau bisa diklasifikasikan sebagai usia produktif. Walaupun demikian variasi usia nelayan secara individual sangat besar, yaitu dari yang termuda berumur 18
tahun pukat pantai sampai yang berumur 80 tahun sero. Responden alat tangkap jaring insang hanyut, jaring klitik, bagan tancap, rawai tetap, dan bubu semunya
merupakan pemilik. Responden alat-alat tangkap lainnya sebagian besar pemilik dan sebagian lain ABK. Semua responden nelayan berasal dari daerah setempat.
Responden nelayan pukat cincin, jaring insang hanyut, jaring insang tetap, jaring lingkar, jaring klitik, bagan perahu, bagan tancap, dan bubu sudah berkeluarga
semuanya. Nelayan yang mengoperasikan alat-alat tangkap lainnya sebagian kecil belum berkeluarga. Jumlah anggota keluarga rata-rata 4 orang hingga 8 orang per
rumah tangga. Umumnya responden bekerja secara penuh sebagai nelayan. Semua
responden jaring insang hanyut, jaring lingkar, dan pancing tonda tidak mempunyai sambilan kecuali bekerja sebagi nelayan. Sedangkan responden nelayan alat tangkap
lainnya sebagian bekerja sambilan misalnya nelayan payang ada yang bekerja sambilan sebagai pemancing cumi-cumi. Sebagian responden nelayan pukat pantai
ada yang membudidayakan rumput laut dan mengoperasikan pancing ladung. Responden nelayan pukat cincin ada yang bertani, membuat pakan ikan, dan
membuat tepung ikan. Budidaya rumput laut juga merupakan pilihan bagi sebagaian nelayan jaring insang tetap dan jaring lingkar. Membeli udang, berdagang,
pertukangan, berkebun, dan sopir merupakan pilihan pekerjaan sambilan di luar nelayan. Walaupun demikian sebagian besar pekerjaan sambilan masih dalam
lingkup kegiatan perikanan tangkap. Rata-rata pemilikan alat tangkap oleh reponden berbeda antar jenis alat yang
dioperasikan. Pemilikan alat pukat pantai, pukat cincin, bagan perahu, dan sero rata- rata 1 unit. Selanjutnya rata-rata pemilikan payang, jaring insang hanyut, bagan
tancap, dan pancing tonda adalah 2 unit. Rata-rata pemilikan rawai tetap 3 unit, sedangkan jaring insang tetap, jaring lingkar, dan jaring klitik masing-masing 6 unit.
Rata-rata pemilikan alat tertinggi adalah bubu sebanyak 53 unit. Karakteristik sosial
ekonomi nelayan diuraikan pada Tabel 16.
5.2 Biaya dan Pendapatan Nelayan
Biaya dan pendapatan nelayan berbeda antar jenis alat tangkap yang digunakan. Jenis alat yang digunakan oleh nelayan tergantung pada
kemampuan modal pemilik kapal maupun lokasi penangkapan ikan. Biaya dalam penangkapan ikan terdiri dari : i biaya operasional yang meliputi
bahan bakar, es, dan bahan makanan untuk anak buah kapal ABK; ii biaya depresiasi, yaitu penyusutan nilai kapal atau perahu dan peralatan yang
digunakan; iii biaya tetap terdiri dari pajak dan perijinan; dan iv upah ABK, yaitu bagian pendapatan yang diberikan kepada ABK. Pendapatan adalah nilai
seluruh hasil tangkapan. Keuntungan merupakan penerimaan dikurangi total biaya.
Pendapatan nelayan bervariasi dari yang terendah Rp 11,15 juta per tahun dengan menggunakan sero hingga yang tertinggi sebesar Rp 406,38 juta
dari hasil tangkapan menggunakan pukat cincin Tabel 17. Total biaya
penangkapan yang paling rendah adalah nelayan yang menggunakan sero Rp 2,76 jutatahun dan total biaya tertinggi dijumpai pada nelayan yang
menggunakan pukat cincin Rp 228,17 jutatahun. Demikian pula keuntungan yang terendah dan tertinggi diperoleh nelayan yang menggunakan sero dan
pukat cincin, masing-masing sebesar Rp 8,40 juta dan Rp 178,21 juta.
Secara relatif, persentase biaya operasional adalah yang terbesar dibanding biaya lainnya. Biaya operasional berkisar dari 6,1 pada pukat pantai hingga 59,7
pada bagan perahu. Persentase bagi hasil ABK merupakan bagian terbesar kedua dari total biaya. Dalam hal ini kisarannya sangat beragam dari 0 tanpa ABK sampai
58. Upah ABK 0 berarti ABK adalah pemilik alat tangkap itu sendiri, yaitu pada bagan tancap dan sero. Biaya depresiasi berkisar dari 1,6 pada bagan perahu
hingga yang tertinggi 89,2 pada sero. Biaya tetap relatif rendah, yaitu berkisar dari 0 pada pukat pantai sampai 0,5 pada jaring lingkar. Keuntungan usaha
penangkapan ikan yang paling rendah adalah 29,5 pada pancing tonda dan tertinggi 75,3 pada sero.
Tabel 16. Karakteristik Sosial Responden Nelayan di Sulawesi Selatan bagian Selatan
Alat Tangkap Uraian
Payang Pukat
Pantai Pukat
Cincin J. I.
Hanyut J. I.
Tetap Jaring
Lingkar Jaring
Klitik Bagan
Perahu Bagan
Tancap Rawai
Tetap Pancing
Tonda Sero
Bubu Usia tahun
• Rata-rata 40
43 42
42 41
42 41
44 47
38 39
47 49
• Minimal 23
18 20
32 20
23 27
30 21
21 35
20 35
• Maksimal 70
58 65
60 58
74 70
60 72
60 45
80 60
Jenis Nelayan
• Pemilik 78
78 36
100 83
70 100
60 100
100 60
89 100
• ABK 22
22 64
17 30
40 40
11
Asal Nelayan
• Setempat 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
• Bukan Setempat
Status
• Berkeluarga 78
78 100
100 100
100 100
100 100
93 60
78 100
• Tidak Berkeluarga 22
22 7
40 22
Jml. Anggota Keluarga orang
• Rata-rata 4
8 5
5 4
4 6
5 5
4 5
5 6
• Minimal 2
5 2
2 1
2 2
3 2
3 3
3 3
• Maksimal 8
10 8
7 6
7 11
7 8
11 6
9 8
Kategori Nelayan
• Penuh 89
78 79
100 94
90 90
80 88
79 100
78 50
• Sambilan Utama 11
22 21
6 10
10 20
22 21
22 50
Pemilikan Alat unit
• Rata-rata 2
1 1
2 6
6 6
1 2
3 2
1 53
• Minimal 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 10
• Maksimal 3
1 1
10 30
10 15
1 20
15 2
3 190
keterangan : = yang sudah berkeluarga
Tabel 17. Biaya dan Pendapatan Nelayan Per Alat Tangkap di Sulawesi Selatan Rptahun
Alat Tangkap
Biaya Operasional
Biaya Depresiasi
Biaya Tetap
Upah ABK
Total Biaya
Pendapatan Keuntu-
ngan
Payang 7.076.200 2.626.852
86.667 36.865.233 46.597.174 80.806.667 34.209.492 8,76
3,25 0,11
45,62 57,67
100,00 42,33
Pukat Pantai 7.218.033 2.983.690
0,00 68.765.733 78.967.457 118.058.333 39.090.876 6,11
2,53 0,00
58,25 66,89
100,00 33,11
Pukat Cincin 49.211.400 21.957.778
172.222 156.826.350 228.167.750 406.380.302 178.212.552 12,11
5,40 0,04
38,59 56,15
100,00 43,85
J. Insang Hanyut 3.640.333 1.837.500
71.667 9.314.262 14.815.984 27.854.556 13.038.572 13,07
6,60 0.26
33,44 53,19
100,00 46,81
Jaring Lingkar 52.058.572 7.401.376 1.102.778 46.383.991 106.946.717 220.790.111 113.843.394
23,58 3,35
0,50 21,01
48,44 100,00
51,56 Jaring Klitik
5.439.000 1.547.817 75.000 11.402.342 18.464.160 43.951.667 25.487.507
12,37 3,52
0,17 25,94
42,01 100,00
57,99 J.Insang Tetap
9.553.954 2.316.024 106.667 32.583.348 44.517.326 91.855.867 47.338.541
10,40 2,52
0,12 35,47
48,46 100,00
51,54 Bagan Perahu
127.896.000 3.435.714 117.500 10.727.000 127.896.000 214.200.000 86.304.000
59,71 1,60
0,05 5,01
59,71 100,00
40,29 Bagan Tancap
3.766.222 2.104.907 87.500
0,00 5.929.463 24.651.222 18.721.759 15,28
8,54 0,35
0,00 24,05
100,00 75,95
Rawai Tetap 16.598.333 1.739.649
125.000 6.647.371 22.852.897 40.839.033 17.986.137 40,64
4,26 0,31
16,28 55,96
100,00 44,04
Pancing tonda 95.926.000 7.030.303
150.000 39.003.800 142.110.103 202.300.000 60.189.897 47,42
3,48 0,07
19,28 70,25
100,00 29,75
Sero 1.665.000 1.020.317
70.000 0,00 2.755.317 11.151.917 8.396.599
14,93 9,15
0,63 0,00
24,71 100,00
75,29 Bubu
4.106.667 4.023.889 70.000 12.035.283 20.235.839 46.610.333 26.374.494
8,81 8,63
0,15 25,82
43,41 100,00
56,59