Potensi dan Peluang Pengembangan Perikanan Tangkap

Tabel 7. Tingkat Pemanfaatan SDI menurut BRKP-DKP, 2001 No Jenis SDI Potensi TonTh JTB TonTh Produksi Ton Tk. Pemanfa- atan 1. Ikan Pelagis Besar 1.165.360 932.288 736.170 78,97 2. Ikan Pelagis Kecil 3.605.660 2.884.528 1.784.330 61,86 3. Ikan Demersal 1.365.090 1.092.072 1.085.500 99,40 4. Ikan Karang 145.250 116.200 156.890 135,02 5. Udang Penaeid 94.800 75.840 259.940 342,75 6. Lobster 4.800 3.840 4.080 106,25 7. Cumi-Cumi 28.250 22.600 42.510 188,10 Jumlah 6.409.210 5.127.368 4.069.420 79,37 Sumber : DJPT, 2003 Berdasarkan data tingkat pemanfaatan tersebut, terdapat gejala tangkap berlebih overfishing dan peluang pengembangan penangkapan menurut jenis ikan. Sementara itu, perbedaan wilayah perairan menunjukkan juga perbedaan dalam spesies ikan. Kondisi tersebut bila digambarkan menurut wilayah pengelolaan perikanan dan jenis ikannya, dapat disimpulkan bahwa : 1 Tindakan Pengendalian atau Pembatasan input atau output perlu dilakukan di Wilayah Pengelolaan Perikanan : • Laut Natuna dan Cina Selatan untuk SDI udang peneid; • Laut Jawa dan Selat Sunda untuk semua SDI; • Laut Banda untuk SDI pelagis kecil dan demersal; • Laut Maluku, Teluk Tomini dan Laut Seram untuk SDI udang peneid; • Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik untuk SDI udang peneid; • Laut Arafura untuk SDI udang peneid; • Samudera Hindia untuk SDI demersal dan udang peneid. 2 Peluang pengembangan masih dapat dilakukan di Wilayah Pengelolaan Perikanan : • Laut Natuna dan Cina Selatan untuk SDI pelagis besar,pelagis kecil dan demersal; • Laut Flores dan Selat Makasar untuk SDI pelagis besar dan pelagis kecil; • Laut Banda untuk SDI pelagis besar; • Laut Maluku, Teluk Tomini dan Laut Seram untuk SDI pelagis besar, pelagis kecil dan demersal; • WPP Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik untuk SDI pelagis kecil dan demersal; • Laut arafura untuk SDI pelagis kecil; • Samudera Hindia untuk SDI pelagis kecil dan pelagis besar.

2.5 Pengelolaan Perikanan

2.5.1 Batasan Definisi

Pengertian pengelolaan perikanan menurut FAO 2002 adalah proses yang terpadu antara pengumpulan informasi, melakukan analisis, membuat perencanaan, melakukan konsultasi, pengambilan keputusan, menentukan alokasi sumber daya serta perumusan dan pelaksanaan, bila diperlukan menggunakan penegakan hukum dari aturan dan peraturan yang mengendalikan kegiatan perikanan dengan tujuan untuk menjamin keberlanjutan produksi dari sumber daya dan tercapainya tujuan perikanan lainnya. Pengelolaan perikanan menyangkut berbagai tugas yang kompleks yang bertujuan untuk menjamin adanya hasil dari sumber daya alam yang optimal bagi masyarakat setempat, daerah dan negara yang diperoleh dari memanfaatkan sumber daya ikan secara berkelanjutan. Pengelolaan Perikanan menurut UU No. 31 Tahun 2004 adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Pengelolaan perikanan menjadi semakin penting oleh sebab perubahan- perubahan dalam hal ekonomi, teknologi, dan lingkungan, termasuk penggunaan cara-cara tradisional dalam penanganan sumberdaya perikanan. Contoh pengaruh perubahan-perubahan tersebut adalah peningkatan pendapatan nelayan semakin penting sejalan dengan meningkatnya pengeluaran untuk konsumsi dan barang. Semakin efisien alat penangkapan misalnya gill net berarti semakin banyak ikan yang dapat ditangkap per satuan waktu; juga dengan adanya kemampuan sarana penyimpan seperti freezer, maka lebih banyak ikan yang dapat disimpan. Semua itu menunjukkan bahwa pengelolaan perikanan meliputi berbagai aspek dan sifatnya dinamis sesuai perkembangan lingkungan. Kaitannya dengan pengelolaan perikanan, konservasi sumberdaya ikan merupakan kegiatan penting untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati. Menurut UU No. 31 Tahun 2004, konservasi sumberdaya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis adan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memeliharaa dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan.

2.5.2 Tujuan pengelolaan perikanan

Pengelolaan perikanan menurut pasal 3 UU No. 31 Tahun 2004 dilaksanakan dengan tujuan : 1 meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil; 2 meningkatkan penerimaan dan devisa negara; 3 mendorong perluasan dan kesempatan kerja; 4 meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan; 5 mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan; 6 meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya saing; 7 meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan; 8 mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumberdaya ikan secara optimal; dan 9 menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata ruang. Menurut Cochrane 2002, tujuan goal umum dalam pengelolaan perikanan meliputi 4 empat aspek yaitu biologi, ekologi, ekonomi, dan sosial. Tujuan sosial meliputi tujuan-tujuan politis dan budaya. Contoh masing-masing tujuan tersebut yaitu : 1 Untuk menjaga sumberdaya ikan pada kondisi atau diatas tingkat yang diperlukan bagi keberlanjutan produktivitas tujuan biologi; 2 Untuk meminimalkan dampak penangkapan ikan bagi lingkungan fisik serta sumberdaya non-target by-catch, serta sumberdaya lainnya yang terkait tujuan ekologi; 3 Untuk memaksimalkan pendapatan nelayan tujuan ekonomi; 4 Untuk memaksimalkan peluang kerjamata pencaharian nelayan atau masyarakat yang terlibat tujuan sosial. Menurut Murdiyanto 2004 beberapa tujuan umum pengelolaan sumberdaya ikan yaitu : 1 Mempertahankan kelestarian sumber daya ikan dan kelanjutan kegiatan produksi ikan melalui pemanfaatan sumber daya perikanan sebagai mata pencaharian masyarakat bersangkutan. Tanpa sumber daya ikan maka tidak diperlukan adanya pengelolaan, karena tersedianya sumber daya ikan merupakan alasan utama suatu negara untuk membangun perikanannya resource based development. 2 Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial nelayan. 3 Memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri terhadap sumber makanan dari sektor perikanan laut. Dalam praktek pelaksanaan pengelolaan, pihak pengelola harus dapat menentukan pilihan terbaik mengenai : tingkat perkembangan perikanan; tingkat pemanfaatan yang diijinkan, ukuran ikan yang boleh ditangkap; lokasi penangkapan yang dapat dimanfaatkan; dan pengaturan alokasi keuangan untuk menyusun aturan