Keenam, pada umumnya industri perikanan berbasis sumberdaya lokal

seperti digambarkan dengan Incremental Labor Output Ratio ILOR sebesar 7-

9. Keenam, pada umumnya industri perikanan berbasis sumberdaya lokal

dengan input rupiah namun dapat menghasilkan output dalam bentuk dolar. Sebagai salah satu ranah atau domain utama dari sektor kelautan dan perikanan, subsektor perikanan tangkap diharapkan lebih berperan dalam pembangunan ke depan. Sesuai amanat konstitusi pada Pasal 3 Undang- Undang No. 9 Tahun 1985, yang disempurnakan melalui UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Pembangunan Perikanan Tangkap ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan, dan sekaligus untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta lingkungannya. Tujuan tersebut dewasa ini diperluas cakupannya, juga untuk meningkatkan konstribusi Sub Sektor Perikanan Tangkap terhadap pembangunan perekonomian nasional, utamanya guna membantu mengatasi krisis ekonomi yang sedang melanda negara kita, baik dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, penerimaan devisa melalui ekspor, maupun Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah berusaha untuk menerapkan Manajemen Perikanan Tangkap secara terpadu dan terarah, agar pemanfaatan sumberdaya ikan dapat dilakukan secara berkelanjutan dari generasi ke generasi. Hal ini karena sumberdaya ikan dapat mengalami degradasi bahkan kemusnahan apabila dieksploitasi secara tidak terkendali, meskipun dikatakan bahwa sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui renewable resources. Disamping itu, penerapan manajemen perikanan yang baik, juga merupakan wujud dari implementasi komitmen Pemerintah Indonesia terhadap issu mengenai pengelolaan perikanan yang bertanggungjawab sebagaimana tertuang dalam FAO-Code of Conduct for Responsible Fisheries FAO, 1995, yang dewasa ini bergaung di dunia internasional. Sementara itu, sasaran pembangunan yang ingin dicapai Pemerintah pada Tahun 2005 adalah produksi perikanan sebesar 5,12 juta ton, perolehan devisa sebesar US 3,54 milyar, penyediaan ikan untuk konsumsi dalam negeri sebesar 4,57 juta ton, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 3,56 juta orang DKP, 2005. Melihat kepada tujuan dan sasaran tersebut jelaslah bahwa harapan pemerintah kepada sektor kelautan dan perikanan, terutama sub sektor perikanan tangkap dapat menjadi andalan. Hal ini memerlukan dukungan dari segi pengelolaan stok sumberdaya perikanan laut. Secara umum dapat dikatakan bahwa potensi sumberdaya ikan di perairan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil pengkajian stok ikan di perairan Indonesia yang dilaksanakan oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI tahun 2001 diperoleh data bahwa masih terdapat peluang pengembangan usaha perikanan di Indonesia. Dari hasil pengkajian tersebut diketahui bahwa potensi lestari maximum sustainable yield atau MSY sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun. Dari jumlah potensi tersebut, apabila diasumsikan 80 dari potensi lestari tersebut merupakan jumlah tangkapan yang diperbolehkan maka jumlah ikan laut yang dapat dieksploitasi adalah maksimal 5,12 juta ton. Jumlah produksi ikan laut pada tahun 2004 adalah sebesar 4,5 juta ton atau tingkat pemanfaatan baru mencapai 70,31 dari potensi lestari atau telah mencapai 87,89 dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTB. Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi penangkapan, ekspor hasil perikanan, jumlah perahukapal ikan yang beroperasi, nelayantenaga kerja yang terserap, dan penerimaan negara bukan pajak PNBP. Berdasarkan data Ditjen Perikanan Tangkap 2005, selama periode 2001 – 2004, produksi perikanan laut meningkat 4,87, volume ekspor naik 25,04, jumlah nelayan laut meningkat 11,03, serta PNBP juga naik 603,61.

1.2 Identifikasi Masalah