Hutan Torout Keanekaragaman Floristik dan Pemanfaatannya Sebagai Tumbuhan Obat di Kawasan Konservasi II Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Provinsi Sulawesi Utara

34

2. Hutan Torout

Hasil inventarisasi flora di hutan Torout untuk semua tingkatan pertumbuhan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 7. Sedangkan hasil kerapatan, frekwensi, dominansi, dan indeks nilai penting tingkat pohon Jenis- jenis flora yang ditemukan di kompleks hutan Torout, kerapatan relatif, frekwensi relatif, dominasi relatif dan indeks nilai penting terdapat pada Lampiran 6-9. Tingkat semai didominasi oleh Diospyros ebenum INP=22,12, Koorsidendron pinnatum INP=17,57, Livistonya rotundifolia INP=13,75, Calamus sp. INP=13,67. Tingkat sapihan didominasi oleh Planchonia validaINP=39,73,Garcinia sp.INP=16.04, Palaquium obtusifolium INP=14,34, Nephelium lappaceumINP=12,92, Celtis philippensisINP=12,53. Tingkat tiang didominasi oleh Cryptocarya sp.,INP=18,45, Eugenia aquea INP=16,17, Gosampinus heptaphylla INP=14,51, Ficus variegata INP=13,33, Ficus rostata INP=12,47, Psychotroya malayana INP=12,17. Tingkat Pohon Nauclea celebica INP=32,54, Ficus benjamina INP=26,92, Cedrela celebica INP=14,34, Octomeles sumatrana INP=13,78, Celtis philippensis,INP=12,19. Tabel 7. Kekayaan Jenis, Marga dan Suku Hutan Torout Jumlah Tingkatan Flora Jenis Marga Suku Semai dan Tumbuhan Bawah Sapihan Tiang Pohon 54 47 46 45 47 45 42 34 31 32 26 24 Hasil penelitian menunjukkan bahwa di lokasi ini terdapat 45 jenis pohon. Nilai kerapatan relatif tertinggi 10,28 pada jenis Maumar Nauclea celebica sedangkan kerapatan relatif terendah 0,93 pada jenis Lewo Talauma ovalis. Nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah jenis tersebut pada lokasi penelitian karena nilai kerapatan suatu jenis menunjukkan jumlah individu jenis bersangkutan pada satuan luas tertentu. Meskipun demikian nilai kerapatan belum dapat menggambarkan tentang bagaimana distribusi dan pola penyebaran tumbuhan yang bersangkutan pada lokasi penelitian. 35 Besarnya nilai dominansi ditentukan oleh kerapatan jenis dan ukuran rata-rata diameter batang. Nilai dominansi relatif masing-masing jenis bervariasi dari yang terendah sebesar 0,30 untuk jenis Fragrea truncate sampai dengan dominansi relatif tertinggi Ficus benjamina dengan nilai 17,10 . Jenis Ficus benjamina memiliki nilai dominansi tertinggi karena ukuran batangnya cukup besar dibanding maumar. Jenis Nauclea celebicamaumar merupakan jenis yang memiliki indeks nilai penting tertinggi 32,54. Selain jenis maumar, beberapa jenis yang memiliki nilai INP tertinggi lainnya lebih dari 10 adalah jenis Ficus benjaminaberingin dengan INP=26,93, Cedrela celebicadolipoga dengan INP =14.34, Octomeles sumatranabinuang dengan INP=13.79 , Celtis philippensis dengan INP=12.20, Diospyros ebenumbuniok dengan INP=10.97. Jenis maumar dan beringin merupakan dua jenis yang mendominansi lokasi hutan Torout karena memiliki nilai INP tertinggi. Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya. Kemampuan kedua jenis tersebut dalam menempati sebagaian besar hutan Torout menunjukkan bahwa keduanya memiliki kemampuan untuk beradatasi dengan kondisi lingkungan setempat. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa indeks diversitas jenis pada hutan Torout adalah 3,49. Jika menggunakan kriteria Barbour et al. 1987 maka indeks diversiats jenis sebesar 3,49 tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks diversitas tersebut menggambarkan kekayaan jenis pohon yang berada pada daerah hutan Torout. Nilai kemerataan suatu jenis ditentukan oleh distribusi setiap jenis pada masing-masing plot secara merata. Makin merata suatu jenis dalam seluruh lokasi penelitian, maka makin tinggi nilai kemerataannya. Sebaliknya jika beberapa jenis tertentu dominan sementara jenis lainnya tidak dominan atau densitasnya lebih rendah, maka nilai kemerataan komunitas yang bersangkutan akan lebih rendah. Hasil perhitungan kemerataan di hutan Torout menunjukkan bahwa nilai kemerataan adalah 0,91. 36

3. Hutan Tumokang