149
c. Fase akrosom; dalam fase ini terdapat 7 tahap perkembangan spermatid yaitu tahap 8 - 14. Di sini terjadi orientasi tudung granula akrosom ke arah
membran basalis. Saat itu sitoplasma spermatid menggeser ke salah satu kutub inti yang semula bulat berubah memanjang. Bagian kaudal ujung inti
yang menghadap membran basalis mulai membengkok, selanjutnya diikuti pula oleh tudung inti yang disebut akrosom. Akhirnya inti makin memanjang
sehingga inti makin membelok menyerupai sperma dewasa. d. Fase maturasipematanggan; dalam fase ini terdapat 5 tahap perkembangan
spermatid tahap 15-19. Pada fase ini hanya terjadi perubahan karena struktur dasar dari spermatozoa telah terbentuk pada akhir fase akrosom.
Sebagaian sitoplasma yang masih melekat pada flagel terlepas dan disebut sebagai badan residu residual bodies. Akhirnya spermatozoa yang telah
matang segera dilepas kan ke dalam lumen tubili.
e. Patologi Testis
Beberapa kejadian patologis yang dapat ditemukan pada organ testis menurut Ressang 1984 adalah sebagai berikut :
• Hipoplasi testis
Hipoplasi ditandai dengan keadaan di mana kedua testis lebih kecil dari pada ukuran normal dan terasa lebih empuk. Secara mikroskopis terlihat adanya
gangguan pertumbuhan tubuli seminiferi yang disertai aspermatogenesis. Tubuli seminiferi dilapisi oleh beberapa lapisan epitel lembaga, spermatozoa tidak
terbentuk dan berubah menjadi sel-sel datia. Libido hewan masih ada atau hilang sama sekali tergantung dari derajat hipoplasi. Keadaan ini bersifat menurun dan
dapat menyebabkan terjadinya kemajiran.
• Orkhitis
Peradangan testis yang ditandai dengan terlipatnya kedua testis walaupun radang hanya terjadi pada satu testis. Testis membengkak dengan konsistensi
sedikit padat karena sel-sel dan cairan radang. Umumnya di sekitar testis terdapat edema, fibrin dan pendarahan karena perorkhitis. Radang pada testis
dikelompokkan menjadi dua yaitu yang bersifat akut dan yang menahun. Secara mikroskopis terlihat terjadinya nekrosa dan hemoragi. Nekrosa terlihat sebagai
150
sarang-sarang soliter dan sarang berkonfluasi dan berwarna suram, kelabu dan merah. Bila orkhitis sudah menahun maka pendarahan akan hilang dan jelas
terlihat adanya nekrosa koagulasi atau perkejuan. Keadaan ini kausanya tidak selamanya jelas dan dapat terjadi pada semua jenis hewan.
• Tumor
Tumor testis hampir seluruhnya ganas dan termasuk yang derajatnya tinggi. Tumor testis berasal dari epitel germinativum dan dibagi atas 5 golongan
yaitu seminoma, embryonal carcinoma, teratoma, teratoma carcinoma, Choriocarcinoma.
Seminoma adalah tumor testis yang berdiferensiasi baik, berasal dari epitel germinativum atau epitel tubuli seminiferi. Secara mkroskopis terdiri atas 2
unsur yaitu sel-sel yang uniform dan stroma jaringan ikat dengan ploriferasi limfosit.
Embryonal carcinoma merupakan tumor yang lebih ganas dari seminoma dan dapat berubah menjadi teratoma dan choriocarcinoma. Teratoma adalah
tumor yang telah berdiferensiasi ke arah alat-alat tubuh tertentu dan menyerupai alat-alat tubuh tersebut, misalnya otot, tulang rawan, epitel gepeng berlapis,
jaringan tyroid dan sebagainya tanpa tanda ganas. Bila ada tanda ganas, tumor ini disebut teratocarcinoma.Tanda ganas ini kadang menyerupai seminoma,
embryonal carcinoma atau menyerupai suatu sarcoma. Pada penampang tampak kista-kista yang kadang-kadang menyerupai sarang lebah dengan
bagian-bagian yang agak keras seperti tulang rawan dan jarang terdapat nekrosis dan pendarahan.
Croriocarcinoma ialah tumor yang derajat keganasannya tertinggi dan cepat menimbulkan anak sebar. Secara mikroskopis selain terdapat
perdarahan, nekrosis dan sel-sel radang juga terdapat syncytiotrophoblast, cytotropoblast ataupun kedua jenis sel tersebut jelas tersusun sebagai papil atau
villus. Syncytiotrophoblast adalah sel dengan inti pleomorfik, banyak yang membentuk sel datia dengan khromatin inti jelas serta sitoplasma bervakuol-
vakuol. Sedangkan cytotropoblast merupakan sel berbentuk kuboid dengan inti bulat di tengah-tengah dan khromatin inti padat.
• Radang
151
Radang yang terjadi pada testis berupa gonorrhoea, parotis epidemica mumps, tuberculosis dan sifilis. Selain itu testis juga dapat terinfeksi lepra,
thypus abdominalis, brucellosis, actinomycosis dan blastomycosis. Pada umumnya radang ini merupakan komplikasi radang pada alat urogenital lain yang
menyebar melalui vas defferens atau melalui saluran getah bening.
• Intoksikasi Testis
Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan apabila terjadi keracunan intoksikasi ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Paracelsus pada tahun
1964 menyatakan bahwa dosis menentukan apakah suatu zat kimia adalah racun dosis sola facit venenum. Hal ini digunakan sebagai dasar penilaian
toksikologis suatu zat kimia. Menurut Ganiswara 1995, gejala keracunan intoksisitas dan tindakan
untuk mengatasinya berbeda-beda tergantung pada jenis obat yang menyebabkan keracunan intoksikasi, target organ yang mengalami keracunan,
dosis obat yang diberikan, cara pemberian obat, waktulamanya pemberian obat. Keracunan pada suatu organ tubuh cenderung dipengaruhi oleh banyak macam
obat dan sebaliknya jarang terdapat obat yang hanya mengenai satu organ. Testis mempunyai sistem dua enzim yang dapat mengakibatkan dan
mendetoksikasi. Sistem enzim ini akan meningkatkan dan menurunkan toksisitas bahan kimia. Selain itu mutasi dapat diinduksi oleh zat-zat elektrofilik dengan
adanya suatu sistem perbaikan DNA yang efesien dalam spermatogenik prameiosis, tetapi tidak ada dalam spermatid maupun spermatozoa Lu, 1995.
Menurut Lu 1995, beberapa zat kimia dapat mengganggu sistem reproduksi hewan jantan melalui mekanisme yang berbeda-beda di antaranya sebagai
berikut : -
Gangguan pada proses spermatogenesis
Beberapa toksikan dapat menyebabkan gangguan pada proses spermatogenesis di antaranya dapat menyebabkan spermatozoa cacat, tidak
aktif atau bahkan mati. Contoh toksikan yang dapat menyebabkan mutasi letal pada sperma adalah metilmetan sulfonat MMS dan Busulfan. Selain itu
MMS juga mempengaruhi spermatid dan spermatozoa sedangkan busulfan mempengaruhi sel prespermiogenik. Toksikan juga dapat menyebabkan
gangguan pada spermatozoa sewaktu spermatozoa disimpan dalam
152
epididymis. Zat antifertilitas jantan seperti α- klorohidrin dapat menghambat
kapasitasi dan fertilisasi spermatozoa. -
Atropi testis
Gangguan hormonal pada testis yang disebabkan oleh toksikan yang masuk melalui kelenjar-kelenjar endokrin di testis. Sebagai contoh
dibromocloropropan dan fumigan yang dapat menyebabkan terjadinya atropi testis sehingga terjadi azoospermia dan oligospermia.
- Kemandulan reversible
Perubahan perilaku seksual dan ganguan ejakulasi pada tikus jantan yang menyebabkan terjadinya kemandulan reversibel disebabkan oleh
adanya intoksikasi dari obat hipotensif losulazin yang bekerja mengosongkan norepineprin. Selain itu guanitidin yang merupakan obat hipotensif dapat
menyebabkan kemandulan dengan mengganggu pemancaran mani.
153
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
1. Lokasi Pengambilan Sampel