Keanekaragaman Floristik dan Pemanfaatannya Sebagai Tumbuhan Obat di Kawasan Konservasi II Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Provinsi Sulawesi Utara

(1)

KEANEKARAGAMAN FLORISTIK DAN

PEMANFAATANNYA SEBAGAI TUMBUHAN OBAT

DI KAWASAN KONSERVASI II TAMAN NASIONAL

BOGANI NANI WARTABONE ( KABUPATEN

BOLAANG MONGONDOW SULAWESI UTARA )

HERNY EMMA INONTA SIMBALA

DISERTASI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Departemen Biologi FMIPA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007


(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Keanekaragaman Floristik dan Pemanfaatan Sebagai Tumbuhan Obat di Kawasan Konservasi II Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi utara) adalah karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing, dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, 9 Mei 2007

Herni Emma Inonta Simbala NIM : G.361020091


(3)

ABSTRACT

HERNY EMMA INONTA SIMBALA. Floristic and The Use of Medicinal Plant by Community in Bogani Nani Wartabone National Park Under the direction of DEDE SETIADI, LATIFAH K-DARUSMAN, IBNUL QAYIM, MIN RAHMINIWATI.

Bogani Nani Wartabone National Park (TNBNW) is among conservation area which very important as its unique and specific ecological characteristic representing Wallaceae region. Therefore a lot of unique and specific flora and fauna and their ecosystem is found.

The research’s objectives are to explore information concerning how the local community of Bogani Nani Wartabone National Park uses forest plant species diversity to cure any diseases.

The research was expected useful to describe community knowledge concerning plant use as traditional medicine in terms to conserve traditional culture value heritage, increasing community ability to contribute in health development and as recommendation for further research.

The result reported 307 plant species belonged to 288 genera and 165 families. Among 307 species TNBNW, 121 species belonged to 54 families was use by communities as medicinal plant. The most plant species used were belonged to Moraceae, Euphorbiaceae, Annonaceae, Verbenaceae, Araceae, and Zingiberaceae.

Based on importance values indices (INP), index of cultural significance (ICS), and exponential comparation method, plant species which categorized in medicinal plant priority were Diospyros celebica, Knema celebica, Areca vestiaria, Calamus zolingeri, Arenga pinnata, Mangostana indica, Ficus minahassae, Aglaia minahassae, Pandanus sp., and Remusativa vivipara. According to exponential comparation method, Areca vestiaria, had the highes score among the priority species (340,86).

The result of phyto-chemical analysis showed that Areca vestiaria has tannin, flavonoid, hydroquinone, triterpenoid and saponin. Toxicity test on Artemia salina larva shows 334,99 ppm value source of. The LC50 value under 1000 ppm, shows that Pinang yaki seed is potential for bio active compound. From the result, it was concluded that application of pinang yaki seed extract on male mouse is able to decrease motility, normal shape of spermatozoa, and the spermatozoa number, but not significant to body and testis weight.

Key words : medicinal plant diversity, usage, community, Bogani Nani Wartabone National Park


(4)

3 Key words : medicinal plant diversity, usage, community, Bogani Nani Wartabone National Park

ABSTRAK

HERNY EMMA INONTA SIMBALA. Keanekaragaman Floristik Dalam Hubungannya Dengan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Di Taman Nasional Bogani Nani Dibimbing oleh DEDE SETIADI. LATIFAH K-DARUSMAN, IBNUL QAYIM, MIN RAHMINIWATI.

Taman Nasional Bogani-Nani Wartabone (TNBNW) merupakan salah satu kawasan konservasi yang sangat penting karena karakteristik ekologi yang unik dan khas sebagai perwakilan region Wallaceae. Dengan demikian banyak dijumpai karakteristik dan keunikan jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya..

Seiring dengan berkembangnya trend kembali ke alam atau “back to nature” penggunaan obat tradisional terutama yang berasal dari tumbuh-tumbuhan juga terus meningkat. Pada dasarnya pemanfaatan obat tradisional mempunyai tujuan untuk menjaga kondisi tubuh (promotif), mencegah penyakit (preventif), maupun untuk menyembuhkan suatu penyakit (usaha kuratif) dan untuk memulihkan kondisi tubuh (usaha rehabilitasi).

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama menggali informasi bagaimana masyarakat sekitar Taman Nasional Bogani Nani Wartabone memanfaatkan keanekaragaman spesies tumbuhan hutan untuk pengobatan penyakit. Tujuan lain yang ingin dicapai adalah (1) mengetahui struktur vegetasi, komposisi dan keanekaragaman flora di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, (2) mmeennggeettaahhuuii kakanndduunnggaann kikimmiia atutummbbuuhhaann oobbaatt (Areca vestiaria) m

meellalaluuii uujjii ffititookkiimmiiaa..dan toksisitas, (3) mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji pinang yaki terhadap kualitas spermatozoa vas deferens tikus putih jantan strain Sprague-Dowley.

Manfaat Penelitian yaitu (1) sebagai bahan masukan bagi pemerintah,khususnya Departemen Kehutanan dan Pemerintah Daerah (PEMDA) setempat dalam penyusunan pengelolaan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone,dan dalam kegiatan konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia,(2) mengungkapkan pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional dalam rangka melestarikan warisan nilai-nilai budaya leluhur, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam pembangunan kesehatan., menjadi rekomendasi bagi penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini, (3) dalam penelitian ini diharapkan diperoleh temuan baru untuk menunjang program Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) guna menemukan metode baru KB Pria yang aman, efektif, reversibel dan tanpa efek samping yang berarti bagi kesehatan pemakainya, terutama potensi seks dan libido.

Berdasarkan hasil penelitian, tercatat sebanyak 307 jenis flora yang tergolong kedalam 288 marga dan 165 suku. Dari 307 jenis tumbuhan yang diperoleh di TNBNW, terdapat 121 jenis tumbuhan dan 57 suku yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat oleh masyarakat. Jenis tumbuhan yang paling banyak digunakan tergolong pada suku Eupohorbiaceae, Labiatae,Verbenaceae, Araceae, dan Asteraceae.

Hasil perhitungan indeks nilai penting (INP) dan Index of Cultural Significance (ICS) serta metode perbandingan eksponensial (MPE) maka jenis


(5)

4 tumbuhan yang termasuk kategori tumbuhan obat prioritas pada 10 peringkat tertinggi adalah 1. Diospyros celebica /eboni/k.hitam, Knema celebica/pala hutan, Areca vestiaria/pinang yaki, Calamus sp. /rotan, Arenga pinnata /seho, Mangostana indica/manggis hutan, Ficus minahassae/dumpagon, Aglaia minahassae/pisek, Pandanus sp. /pondang, Remusativa vivipara/Talas. Hasil perhitungan jumlah nilai MPE, pinang yaki memperoleh nilai tertinggi (340,86) dari sepuluh tumbuhan prioritas tersebut

Hasil analisis Fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak buah pinang yaki mengandung Tanin, flavonoid,hidro kuinon,triterpenoid dan saponin. Sedangkan dari hasil analisis proksimat, buah pinang yaki mengandung kadar air 6.10 %, kadar abu 0,70 %,rendemen air 5,78 % dan rendemen pelarut organik 16,46 %.

Sedangkan Uji toksisitas terhadap larva udang A.salina Leach diperoleh nilai 334.988 ppm. Nilai LC50 dibawah 1000 ppm, ini menunjukkan bahwa biji pinang yaki memiliki potensi bioaktif. Pemberian ekstrak biji pinang yaki pada tikus jantan dapat menurunkan motilitas, serta bentuk normal spermatozoa tetapi tidak berpengaruh terhadap berat badan, berat testis maupun jumlah spermatozoa.

Kata kunci : Keanekaragaman Tumbuhan Obat,Pemanfaatan, Masyarakat,Taman Nasional Bogani Nani Wartabone


(6)

5 Taman nasional Bogani Nani Wartabone yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 731/Kpts-II/1991 tanggal 15 oktober 1991 dengan luas 287.115 hektar mempunyai tiga fungsi utama, yaitu fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, fungsi pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan alam dan satwa liar, serta fungsi pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

The 287.115 hectares TNBNW which established according to Ministry of Forestry decree No. 731/Kpts-II/1991 dated October 15,1991 has three main functions, i.e life buffer system conservation, wild flora and fauna diversity conservation, and natural resources and its ecosystem sustainable usage.

ABSTRACT

HERNY EMMA INONTA SIMBALA. Flora Diversity and The Use Medicine Plant by Community in Bogani Nani Wartabone National Park Under the

direction of DEDE SETIADI, LATIFAH K-DARUSMAN, IBNUL QAYIM, MIN

RAHMINIWATI.

Following trend to back to the nature, the use of tradistional medicine particularly from plant sources has increasing.Basically, the objectives in using traditional medicine is to maintain the body condition (supportive), to prevent disease(preventive), and to cure a disease (curative) and also to recover body condition (rehabilitation efforts).

The research objectives are (1)to study vegetation structure, composition and flora diversity in BNWNP;(2)to inventory and describe the medicine plant species and to study plant usage as traditional medicine ingredients for many disease;(3)to determine chemical contend by phyto-chemical analysis, and the toxicity level of Pinang yaki fruits extract;(4)to study effect of Pinang yaki seed extract application on spermatozoa quality of white male mouse vas deferens.


(7)

6 The result showed that there were 307 species of flora that classified into 288 families and 165 sub families. Flora composition in BNWNP shows high degree of similarities, with sufficient high of diversity. Kabila mountain shows the highest diversity index (3,98) for seedling level plant, and weaning level (3,82) while for pillar level and tree-flora level, Tumokang forest has the highest diversity index namely 3,73 and 3,81.

The research shows that there were 121 species of herbs used as tradisional medicine plant by community around BNWNP,including 57 sub family.The most abundance plant was family of Euphorbiaceae, Labiatae,Verbenaceae, Araceae, and Asteraceae. Pinang yaki is an endemic palm in Sulawesi with unique characteristics and one of important component in tropical rain forest ecosystem. The fruits is also become food sourches for black monkey (Macac nigra) that also as endemic animal in Sulawesi.Chemical analysis result showed that the contend of Pinang yaki are tannin,flavonoid,hydroquinone,triterpenoid and saponin. Proximate Analysis showed that 6.10% water contend , ash contend 0,70%, water residual 5,75% and organic solvent residual 16,46%.Toxicity test on Artemia salina leach larva shows 334.98 ppm value.The LC50 value under 1000 ppm,shows that pinang yaki seed is potential for bio active. From the result, it was concluded that application of pinang yaki seed extract on male mouse is able to decrease the number, motility, body weight, testis weight, and normal shape of spermatozoa.

Key words : Medicine plant diversity, utilization, community, Bogani Nani Wartabone National Park.


(8)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya.


(9)

Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa ! Sebab Kasih-NYA hebat atas kita,

dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya Haleluya ! ( Mazmur 117 )

Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu ( Amsal 4 : 13)

Berbahagialah orang yang mendapat hikmat Orang yang memperoleh kepandaian

Karena keuntungannya melebihi perak Dan hasilnya melebihi emas

Ia lebih berharga dari pada permata;

Apapun yang kau inginkan tidak dapat menyamainya Umur panjang ada di tangan kanannya

Di tangan kiriya kekayaan dan kehormatan (Amsal 3 : 13 – 16)

Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA Yang memberi kekuatan kepadaku ( Filipi 4 : 13)


(10)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Disertasi : Keanekaragaman Floristik dan Pemanfaatannya Sebagai Tumbuhan Obat di Kawasan Konservasi II Taman Nasional Bogani Nani Wartabone ( Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi utara ) Provinsi Sulawesi Utara

Nama Mahasiswa : Herni Emma Inonta Simbala Nomor Pokok : G.361020091

Program Studi : Biologi

Disetujui : Komisi Pembimbing

Dr.Ir.H.Dede Setiadi, MS. Prof.Dr.Ir.Latifah K.Darusman,MS

Ketua Anggota

Dr.Ir.Ibnul Qayim Dr.drh. Min Rahminiwati,MS Anggota Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi Biologi Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Dr.Ir.Dedi Duryadi,S. DEA. Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro,MS.


(11)

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow pada tangal 01 September 1959 sebagai anak sulung dari pasangan Hermanus C.S. Simbala dan Veronica Mokoginta. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado, lulus pada tahun 1985. Pada tahun 1997, penulis diterima di Program Studi Ilmu Tanaman pada Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado dan menamatkannya pada tahun 2000.

Penulis bekerja sebagai Staf Pengajar di Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Cenderawasih Jayapura Irian Jaya (Papua) sejak tahun 1989 sampai dengan tahun 1999. Sejak tahun 2000 penulis menjadi Staf Pengajar di Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi Manado sampai sekarang.

Selama mengikuti program S3, penulis menjadi anggota Perhimpunan Biologi Indonesia. Sebuah artikel berjudul The Diversity of Medicinal Herbs of Bogani Ethnic in Bolaang Mongondow, North Sulawesi telah diterbitkan pada Jurnal of Tropical Ethnobiology Vol.II.No.1 Januari 2005. Artikel lain berjudul Kajian Etnobotani, Proksimat, dan Fitokima Pinang Yaki ( Areca vestiaria) telah ditebitkan pada jurnal Eugenia Vol.12 . No.3 Juli 2006. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3 penulis.


(13)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan anugrah-NYA sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2005 sampai dengan Agustus 2006 ini ialah Keanekaragaman Floristik dan Pemanfaatan Sebagai Tumbuhan Obat di Kawasan Konservasi II Taman Nasional Bogani Nani Wartabone ( Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi utara ).

Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Ir.H.Dede Setiadi,MS. Ibu Prof.Dr.Ir.Latifah K.Darusman,MS. Bapak Dr.Ir.Ibnul Qayim, dan Ibu Dr.drh. Min Rahminiwati,MS. sebagai pembimbing.

Rasa terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Yohanis Mogea dan Dr.Y. Purwanto Staf Pengajar Pascasarjana IPB Bogor dan Staf Ahli Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI yang membantu penulis dalam pengolahan data etnobotani; Ibu Dr.Dra.R.Iis Arifantini,Msi Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB; Bapak Edi pegawai Laboratorium Famakologi FKH IPB; Bapak Atep dan Ibu Salina pegawai Pusat Studi Biofarmaka IPB yang telah membantu penulis selama penelitian di laboratorium Pusat Studi Biofarmaka IPB; Bapak Pius Manggopa dan Herman staf pegawai Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, serta Wahyuningsih, Calvin, Rio, James, Hendry, Veronica, Cathy dan Endang mahasiswa FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado.

Ungkapan terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada yang terkasih Dr. Dirk Veplun,MS atas bantuan moril dan semangat yang dibrikan selama penulis studi S3 di Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya buat Mama, tante Eva, tante Len, adik-adikku Dra.Hermina,Apt.,Hersda, Dra.Herlina, Eding,Ir.Semi dan Ria, kepada yang terkasih anak-anakku Vebi Ezra Rika Moy dan Yoko atas doa, kasih sayang, kesabaran serta semangat yang diberikan sejak awal sampai studi S3 ini selesai.

Akhir kata semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


(14)

Herny Emma Inonta Simbala

SAMBUTAN DALAM UJIAN TERBUKA

9 Mei 2007

Pertama-tama Puji Syukur Kepada Allah Bapa, Putra dan Roh

Kudus karena Kuasa, Kasih dan Anugerah-NYA saya dapat

menyelesaikan Studi S3 di IPB Bogor.

Pada kesempatan ini saya menyampaikan terimakasih

kepada Rektor Universitas Sam Ratulangi dan Dekan Fakultas

MIPA Unsrat yang telah memberi izin bagi saya untuk

melanjutkan studi S3 di IPB.

Ungkapan Terimakasih juga saya sampaikan kepada

Rektor Institut Pertanian Bogor dan Dekan Sekolah

Pascasarjana IPB yang memberikan kesempatan bagi saya

untuk studi S3 IPB Bogor. Terimakasih Kepada Bapak Dekan

FMIPA IPB yang telah bersedia memimpin siding pada hari ini.

Terimakasih saya sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Andry

Indrawan, MS (Guru Besar Departemen Silvikultur, Fakultas

Kehutanan IPB) dan Dr. Eko Baroto Walujo (Kepala Bidang

Botani, Pusat Penelitian Biologi LIPI), yang telah bersedia dan

meluangkan waktu sebagai Penguji Luar Komisi. Trimakasih

untuk smua masukan dan saran yang diberikan untuk

kesempurnaan Disertasi ini.

Penghargaan dan terima kasih saya sampaikan kepada

Komisi Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah

membimbing saya sejak persiapan penelitian sampai sekarang.

Kepada Bapak Dr.Ir.H.Dede Setiadi,MS. Sebagai Ketua Komisi

Pembimbing yang telah membimbing saya sejak awal kuliah


(15)

sampai pada hari ini, dan sekaligus telah menjadi orang tua

bagi kami mahasiswa Biologi dimana kami diperlakukan seperti

keluarga sendiri. Sekali lagi Trimakasih Pak Dede.

Selanjutnya Terimakasih kepada Ibu Prof.Dr.Ir.Latifah

K.Darusman,MS. sebagai anggota komisi pempimbing yang

membuka wawasan saya dengan hal-hal baru khususnya

dalam bidang fitokimia dan memberikan saya kemudahan untuk

melaksanakan penelitian di Pusat Studi Biofarmaka yang Ibu

Pimpin. Terimakasih juga atas semangat yang selalu Ibu

berikan sehingga saya bisa tegar dan maju terus sampai finish

pada hari ini. Skali lagi trimakasih Bu.

Selanjutnya, terimakasih kepada Bapak Dr.Ir.Ibnul Qayim

yang walaupun sangat sibuk tapi begitu teliti dan cermat

membedah disertasi saya sampai 4kali baru final tapi Pak justru

itu sangat berguna bagi saya kedepan. Trimakasih Pak Qayim.

Terimakasih kepada Ibu Dr. drh. Min Rahminiwati,MS.

yang membuka wawasan saya dalam penelitian farmakologi,

dan bersama-sama saya melakukan penelitian pre-klinik di

Laboratorium Farmakologi FKH IPB. Terimakasih Ibu karena

penelitian ini justru merupakan langkah awal untuk peneltian

saya selanjutnya.

Terimakasih juga saya sampai kepada Bpk. Dr. Ir. Dedy

Duryadi, DEA sebagai Ketua Program Studi Biologi, yang telah

membantu kelancaran kuliah dan banyak memberi nasehat

sehingga saya tidak jadi berhenti kuliah pada semester 1,

trimakasih atas saran dan masukan untuk penyelesaian studi

saya.


(16)

1. Menteri Pendidikan Nasional dalam hal ini Dirjen Dikti

yang telah memberikan saya Beasiswa BPPS selama

Studi di IPB.

2. Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Utara dan

Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow

yang telah memberikan bantuan dana dalam

penyelesaian studi saya.

3. Pimpinan Yayasan Toyota Astra yang juga memberi

bantuan dana penelitian.

Penghargaan dan terimakasih saya sampaikan kepada

Bapak Dr.Dirk Veplun,MS atas bantuan moril dan semangat

yang dibrikan selama saya studi S3 di Institut Pertanian Bogor.

Ungkapan terimakasih saya sampaikan kepada Bapak

Dr.Yohanis Mogea dan Dr. Y. Purwanto Staf Ahli Bidang Botani

Pusat Penelitian Biologi-LIPI yang banyak memberikan

masukan dan saran dalam penyelesaian Disertasi ini.

Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu

Dr.R.Iis Arifantini,Msi Staf Pengajar dan Bpk Edi pegawai

Laboratorium Famakologi FKH IPB; yang telah membantu

penulis selama penelitian di laboratorium Farmakologi dan

Patologi FKH IPB.

Juga terimakasih kepada Bpk Atep dan Ibu Salina yang

telah membantu penulis selama penelitian di laboratorium

Pusat Studi Biofarmaka IPB.

Terimakasih kepada Bpk. Pius Manggopa dan Herman

staf pegawai Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone,

serta Wahyuningsih, Calvin, Rio, James, Hendry, Veronica,


(17)

Cathy dan Endang mahasiswa Jurusan Biologi dan Jurusan

kimia FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado yang telah

membantu selama proses penelitian di lapang.

Ungkapan terimakasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya buat Mama dan tante saya yang telah menjaga dan

mengasuh anak-anak selama saya berada di Bogor. serta

semua keluarga yang telah memberi semangat dan doa

selama saya studi. Kepada yang terkasih anak-anakku yang

saat ini dihadiri anak bungsu saya Yoko atas doa, kasih

sayang, kesabaran serta semangat yang diberikan sejak awal

mami studi sampai selesai. Kiranya studi yang mami peroleh

menjadi motivasi bagi anak-anak untuk berjuang menggapai

masa depan yang baik.

Terimakasih juga saya sampaikan kepada teman-teman

Mahasiswa Rukun Kawanua yang ada di Bogor atas

kebersamaan selama di Bogor.

Terima kasih kepada Bapak Ibu dan seluruh Undangan

yang hadir pada sidang ujian terbuka pada hari ini. Mohon maaf

jika ada tutur kata yang tidak berkenan di hati Bapak dan Ibu

sekalian.

Akhir kata Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Tuhan

Memberkati.-


(18)

Dr. Ir. Dede Setiadi, MS

Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman

Dr. Ir. Ibnul Qayim

Dr. Drh. Min Rahminiwati, MS

Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, MS


(19)

Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA.


(20)

DAFTAR ISI

Teks Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 6

Manfaat Penelitian ... 6

II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Status dan Luas Kawasan ... 8

Topografi dan Iklim ... 10

Keadaan Tanah ... 12

Potensi Kawasan TNBNW ... 13

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 13

III. ANALISIS VEGETASI KAWASAN TAMAN NASIONAL BOGANI NANI WARTABONE Abstrak ... 14

Pendahuluan……….. 15

Tujuan Penelitian... 17

Manfaat Penelitian... 17

Hipotesis ... 17

Tinjauan Pustaka ... 18

Metode Penelitian ... 21

Hasil dan Pembahasan... 24

Kesimpulan dan Saran………. 44

IV KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN PEMANFAATANNYA OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR TAMAN NASIONAL BOGANI NANI WARTABONE Abstrak... 45


(21)

Tujuan Penelitian... 48

Manfaat Penelitian ... 48

Tinjauan Pustaka……….. 49

Metode Penelitian………. 57

Hasil dan Pembahasan... 70

Kesimpulan dan Saran………. 95

V ETNOBOTANI DAN BIOPROSPEKSI PINANG YAKI (Areca vestiaria Giseke) SEBAGAI TUMBUHAN OBAT POTENSIAL DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BOGANI NANI WARTABONE Abstrak... 96

Pendahuluan... 97

Tujuan Penelitian... 99

Hipotesis Penelitian ... 99

Tinjauan Pustaka……….. 100

Metode Penelitian………. 117

Hasil dan Pembahasan... 124

Kesimpulan dan Saran………. 131

VI UJI EFEK ANTIFERTILITAS EKSTRAK PINANG YAKI (Areca vestiaria) TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS JANTAN Abstrak... 132

Pendahuluan... 133

Tujuan Penelitian... 135

Manfaat Penelitian ... 136

Hipotesis Penelitian ………. 136

Tinjauan Pustaka……….. 137

Metode Penelitian………. 153

Hasil dan Pembahasan... 158

Kesimpulan dan Saran………. 168

PEMBAHASAN UMUM 170

KESIMPULAN DAN SARAN 192

DAFTAR PUSTAKA 194


(22)

DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21..

Rata-rata Curah Hujan di sekitar TNBNW (Tahun 1996 -2003) Perbandingan Nilai Kerapatan Relatif (KR) Jenis Tumbuhan ... Perbandingan Nilai Frekwesi Relatif Jenis Tumbuhan ... Nilai Kerapatan Relatif dan Frekwensi Relatif Tertinggi ………… Indeks Keanekaragaman Flora TNBNW ………

Kekayaan Jenis, Marga dan Suku Hutan Doloduo ……… Kekayaan Jenis, Marga dan Suku Hutan Torout ……… Kekayaan Jenis, Marga dan Suku Hutan Tumokang ……… Kekayaan Jenis, Marga dan Suku Hutan Matayangan…………. Kekayaan Jenis, Marga dan Suku Hutan Gunung Kabila………. Nilai Kualitas Suatu Jenis Tumbuhan Obat menurut kategori etnobotani ………... Kategori yang menggambarkan tentang intensitas penggunaan………... Kategori yang menggambarkan tingkat eksklusivitas atau tingkat kesukaan ………... Sepuluh peringkat teratas berdasarkan nilai penting dan nilai pemanfaatan tumbuhan obat... Sepuluh Peringkat Tertinggi Tumbuhan Obat Berdasarkan INP,ICS, dan MPE ………... Jumlah responden laki-laki dan perempuan berdasarkan kelas usia ... Pemanfaatan jenis tumbuhan obat berdasarkan kelas usia dan jenis kelamin………... Hasil Analisis Fitokimia Pinang yaki ………. Hasil Analisa Kadar Sari Buah Pinang yaki ……… Uji Signifikan Jumlah Sperma tikus ……….. Uji Signifikan motilitas Sperma tikus ………

12 28 29 29 30 32 34 36 39 42 68 69 70 70 78 81 86 86 127 129 161 162


(23)

DAFTAR GAMBAR

Teks Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

Kerangka Studi Keanekaragaman Flora Dalam Hubungannya Dengan Pemanfaatan Sebagai Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Bogani Nani Wartabone………. Peta Lokasi Penelitian di Sulawesi Utara ………. Peta Zonasi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone ………. Lokasi Pengambilan Sampel di TNBNW ………. Desain Unit Contoh Analisis Vegetasi ……….. Komposisi Floristik di TNBNW ……… Dendrogram Kesamaan Komunitas Flora TNBNW……… Jumlah jenis tumbuhan obat berdasarkan habitusnya………… Jumlah jenis tumbuhan obat berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan………. Jumlah jenis tumbuhan obat berdasarkan jenis penyakit……... Sepuluh peringkat teratas jenis tumbuhan obat berdasarkan nilai budaya (ICS) dan nilai penting INP……… Nilai MPE untuk setiap jenis tumbuhan obat ... Hubungan pemanfaatan jenis tumbuhan terhadap kelas usia Lokasi Penyebaran Pinang yaki di TNBNW ………. Akar Pohon Pinang yaki ……….. Biji dan Benih Pinang yaki ……….. Batang dan daun pinang yaki di habitat aslinya kawasan TNBNW ……….. Buah Pinang yaki (Areca vestiaria) ……… Perkembangan buah pinang yaki……….. Perkembangan sel kelamin tikus jantan selama

spermatogenesis ………. Proses ekstraksi biji pinang yaki ……… Proses penelitian uji Khasiat ekstrak pinang yaki ……….. Denah Perlakuan Penelitian ……….. Proses pembuatan preparat ………..

7 8 9 21 22 26 31 70 70 70 76 77 82 87 116 120 121 121 121 122 145 154 155 156 156


(24)

25. 26.

27.

28.

29.

30.

31.

32. 33. 34. 35.

Pengaruh ekstrak pinang yaki terhadap berat badan tikus……. Histogram rataan berat testis setelah diberi perlakuan pemberian ekstrak buah pinang yaki

Histogram rasio berat badan - berat testis setelah diberi perlakuan pemberian ekstrak buah pinang yaki

Jumlah Spermatozoa setelah diberi perlakuan ekstrak biji pinang yaki ……… Jumlah rata-rata motilitas spermatozoa (juta/ml) setelah pemberian ekstrak biji pinang yaki ………. Jumlah rata-rata abnormal spermatozoa (juta/ml) setelah pemberian ekstrak biji pinang yaki ………. Bentuk normal spermatozoa setelah diberi ekstrak buah

pinang yaki ………..

Bentuk Sperma Tidak Normal ( Tanpa Kepala)……… Bentuk Sperma Tidak Normal dengan Ekor Terputus………… Bentuk Sperma Tidak dengan Kepala Kembar ……… Bentuk Tidak Normal Sperma (Cacat)………

158 159

160

161

162

163

164

164 164 165 165


(25)

DAFTAR LAMPIRAN Teks Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 14. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.

Komposisi Floristik Taman Nasional Bogani Nani Wartabone……. Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Pohon di Hutan Doloduo……... Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Tiang di HutanDoloduo……….. Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Sapihan di Hutan Doloduo…… Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Semai di Hutan Doloduo……. Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Pohon di Hutan Torout………... Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Tiang di Hutan Torout…………. Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Sapihan di Hutan Torout…….. Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Semai di Hutan Torout……… Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Pohon di Hutan Tumokang…… Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Tiang di Hutan Tumokang……. Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Sapihan di Hutan Tumokang… Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Semai di Hutan Tumokang…. Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Pohon di Hutan Matayangan…. Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Tiang di Hutan Matayangan….. Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Sapihan di Hutan Matayangan Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Semai di Hutan Matayangan .. Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Pohon di Hutan G,Kabila……… Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Tiang di Hutan G,Kabila ……… Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Sapihan di Hutan G,Kabila …... Indeks Nilai Penting Flora Tingkat Semai di Hutan G,Kabila……. Surat Izin Penelitian Sekolah Pascasarjana IPB Bogor……… Surat Izin memasuki Kawasan Konservasi (SIMAKSI) Taman Nasional Bogani NaniWartabone……….. Hasil Analisis Proksimat Pinang yaki (Areca vestiaria Giseke)…… Hasil Analisis Fitokimia Pinang yaki (Areca vestiaria Giseke)…….. Hasil Analisis Tanah di Lokasi Penelitian TNBNW ………

209 216 217 219 221 223 224 225 226 228 230 232 234 236 237 239 241 243 244 246 248 250 251 252 253 254 255


(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia terletak di daerah katulistiwa yang mempunyai tipe hutan hujan tropika yang dikenal cukup unik dan merupakan salah satu komunitas yang kaya akan keanekaragaman jenis tumbuhan di dunia. Indonesia memiliki ± 30.000 jenis tumbuhan dan ± 7000 jenis berkhasiat obat ( 90 % jenis tumbuhan obat di kawasan Asia)( Rosoedarso et al,1990). Selain itu, Indonesia juga diakui sebagai salah satu bagian dunia yang masih menyisakan kehidupan liar sebagai gudang keanekaragaman plasma nutfah untuk memenuhi kebutuhan manusia masa kini maupun masa yang akan datang (Zuhud,1994).

Kekayaan keanekaragaman jenis tumbuhan yang dimiliki Indonesia merupakan potensi kandungan bahan-bahan kimia dan sumberdaya genetika. Potensi ini merupakan keunggulan komparatif, karena pada saat ini terjadi peningkatan industri terhadap sumber-sumber bahan kimia untuk memproduksi obat-obatan, agrokimia, kosmetika, zat pewarna, bahan pengawet, dan lain-lain (Sumardja 1998). Potensi tersebut didukung oleh pengetahuan tradisional masyarakat tentang khasiatnya, menyebabkan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan bagi pelaku bioprospeksi.

Perlombaan pencarian obat baru seiring dengan munculnya penyakit-penyakit baru semakin menarik untuk dikaji. Semakin tingginya perubahan pola hidup manusia telah menyebabkan berkembangnya penyakit-penyakit baru seperti stress, stroke, darah tinggi, HIV, flu burung dan penyakit lain yang jarang dialami oleh orang-orang pada masa terdahulu.

Sekarang ini dunia industri farmasi berlomba-lomba menemukan obat alternatif untuk memenuhi kebutuhan manusia akan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit baru tersebut di atas. Berbagai hasil kajian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat di daerah tropis khususnya Indonesia menjadi incaran. Kegiatan bioprospeksi terhadap tumbuhan asli Indonesia semakin meningkat dan bahkan menjadi bidang bisnis yang diprediksi akan meledak karena bioteknologi mempengaruhinya. Pengetahuan ini telah menghasilkan berbagai metoda penapisan akan sumberdaya alam hayati terhadap kemungkinannya ditemukan obat baru.

Bioprospeksi pada prinsipnya adalah upaya pencarian, penelitian, pengumpulan, ekstraksi, dan pemilihan sumberdaya hayati dan pengetahuan


(27)

2

tradisional untuk mendapatkan materi genetik dan sumber biokimia yang bernilai ekonomi tinggi (Reid et al.1993; Posey 1997). Kegiatan ini penting untuk mendokumentasi sumberdaya genetik keanekaragaman hayati sebelum ada pihak lain yang tidak bertanggung jawab mengeksploitasi habis kekayaan tersebut, sekaligus mencari sumber bagi keuntungan ekonomi di masa depan

Kegiatan bioprospeksi telah dilakukan oleh negara jauh sebelum Indonesia sebagai pemilik keanekaragaman hayati menyadari betapa berharganya kekayaan hayati yang ada di wilayahnya. Indonesia menyimpan tidak kurang dari 17 % dari total jenis dunia. Sebagaian besar masyarakatnya terdiri atas komunitas-komunitas adat yang menyimpan rahasia ilmu-ilmu warisan leluhur untuk menyembuhkan penyakit dan memelihara kesehatan (Kehati 2001)

Masyarakat adat yang banyak menyimpan pengetahuan tradisional akan manfaat berbagai jenis tumbuhan namun umumnya tidak berorientasi pada pemenuhan materi, tidak menyadari betapa mahal dan bernilai ekonomi tinggi pengetahuan-pengetahuan tradisional yang mereka kuasai tersebut dan merupakan modal di masa depan.

Sampurno (2003), mengemukakan bahwa di negara barat, dari 300 jenis obat-obatan yang dibuat, 40 jenis bahannya berasal dari tumbuhan. Sedangkan 45 macam obat penting di Amerika Serikat berasal dari tumbuhan tropika, 14 jenis di antaranya berasal dari Indonesia. Dalam hal ini perlu dicatat beberapa temuan senyawa bioaktif dari tanaman antara lain Catharanthus roseus G.Don (Apocynaceae), yang kemudian dikembangkan menjadi komersil untuk mengobati penyakit kanker. Selanjutnya, penemuan tumbuhan Taxus brevifolia

Nutt.(Taxaceae) yang diperdagangkan sebagai obat kanker payudara dan kanker kandungan (Endang,2002).

Seiring dengan berkembangnya trend kembali ke alam atau “back to nature” penggunaan obat tradisional terutama yang berasal dari tumbuh-tumbuhan juga terus meningkat. Pada dasarnya pemanfaatan obat tradisional mempunyai tujuan untuk menjaga kondisi tubuh (promotif), mencegah penyakit (preventif), maupun untuk menyembuhkan suatu penyakit (usaha kuratif) dan untuk memulihkan kondisi tubuh (usaha rehabilitasi) (Depkes, 2000).

Obat tradisional menurut Menteri Kesehatan RI N.179/MenKes/Per/VII/76 adalah obat jadi atau obat berbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran bahan-bahan yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha


(28)

3

pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, namun sebagaian besar pemanfaatan tersebut hanya bersifat empiris berdasarkan tradisi dan kepercayaan.

Kearifan tradisional masyarakat adat menyimpan kekuatan upaya konservasi sumberdaya hayati. Salah satu faktor penghambat usaha perlindungan keanekaragaman hayati adalah miskinnya data tentang sumberdaya hayati Indonesia. Bagi Indonesia, sumberdaya dan keanekaragaman hayati sangat penting dan strategis artinya bagi keberlangsungan hidupnya sebagai bangsa. Bukan hanya karena posisinya sebagai negara pemilik keanekaragaman hayati terbesar di dunia (mega

biodiversity) tetapi juga karena keterkaitannya yang erat dengan keanekaragaman budaya lokal yang telah lama berkembang di negeri ini. Masyarakat perlu dibuka wawasannya tentang bioprospeksi, kewaspadaan terhadap kemungkinan perambahan hayati (biopirasi), juga dimotivasi untuk melakukan upaya-upaya pelestarian kenekaragaman hayati

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini generasi muda sekarang mulai meninggalkan seni dan pengetahuan penggunaan pengobatan tradisional ini karena mereka menganggap itu sudah kuno. Akibatnya sulit mendapatkan pewaris pengobat tradisional yang professional. Hal ini akan sangat memprihatinkan sebab kalau tidak segera dicatat dan didokumentasikan, seni dan pengetahuan pemanfaatan tumbuhan hutan untuk memelihara kesehatan akan lenyap. Sementara itu keberadaan dan penyusutan keanekaragaman genetik, terutama jenis liar belum sempat terdata, padahal sumberdaya genetik, terutama jenis liar yang ada di TNBNW tersebut belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat .

Adanya kepercayaan masyarakat bahwa obat tradisional yang dibuat dari tumbuhan relatif aman, walaupun data-data ilmiah belum lengkap, hal ini karena khasiat yang diberikan oleh obat tradisional merupakan resultant dari berbagai campuran kompleks zat kimia alami didalamnya, bahan aktif yang satu dapat bekerja sinergis dengan yang lain, namun ada pula yang bersifat antagonis yang menyeimbangkannya, sehingga relatif tidak akan menimbulkan efek samping yang besar dibandingkan obat-obat modern.

Pemakaian obat tradisional mempunyai banyak keuntungannya antara lain (1) Efek samping tanaman obat tidak ada jika penggunaanya sesuai dosis


(29)

4

anjuran (2) Efektif untuk penyembuhan penyakit tertentu yang sulit disembuhkan dengan obat-obat kimia seperti kanker, tumor, darah tinggi, diabetes, dan lain-lain (3) Murah, karena umumnya dapat diperoleh di pekarangan atau tumbuh liar di kebun di sekitar kita (4) Pengobatan umumnya dapat dilakukan oleh anggota keluarga. Obat tradisional yang merupakan warisan budaya telah menjadi bagian integral dari kehidupan bangsa Indonesia, sehingga diharapkan untuk dipakai dalam sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu harus sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan yaitu secara medis dapat dipertanggung jawabkan. Guna mencapai hal itu perlu dilakukan pengujian ilmiah tentang khasiat dan keamanannya (Depkes, 2000).

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) merupakan salah satu kawasan konservasi di Sulawesi yang memiliki kekayaan keragaman hayati fauna dan floranya yang unik sebagai ciri khas daerah garis Wallacea yang tidak ditemukan di tempat lainnya di dunia ( Whitten et al.1987).

Penelitian di kawasan ini telah banyak dilakukan namun lebih banyak terfokus pada fauna dibanding floranya, sehingga data mengenai floranya masih terbatas. Padahal menurut Whitmore (1990) di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone terdapat sekitar 27 suku, 40 marga dan 76 jenis pohon endemik. Sedangkan dalam Kinnaird (1997) dikatakan bahwa di kawasan ini juga terdapat 5000 jenis tumbuhan yang belum diketahui secara pasti penyebaran dan kelimpahannya.

Penelitian tumbuhan obat di TNBNW masih sangat terbatas. Hasil inventarisasi Pangemanan(1992), tercatat 169 jenis tumbuhan obat, 20 % di antaranya berasal dari kawasan TNBNW. Selanjutnya Zuhud (1994) mencatat terdapat 99 jenis tumbuhan obat yang dimafaatkan sebagai obat, 11 jenis berasal dari hutan TNBNW. Setahun kemudian Nasution (1995) menginventarisasi 51 jenis tumbuhan obat di Kotamobagu yang terletak di sebelah Timur kawasan TNBNW. Dari hasil penelitian terdahulu, terlihat bahwa kajian aspek ekologi maupun etnobotani di kawasan TNBNW masih sangat terbatas bahkan belum ada yang mengungkapkan kajian dari dua sudut pandang secara bersamaan.

Sebagian besar peneliti dalam melakukan pengumpulan data pemanfaatan tumbuhan, umumnya hanya menginventarisasi jenis-jenis tumbuhan yang bermanfaat dan jarang sekali melakukan pengamatan berbagai aspek yang ada kaitannya dengan aspek sosial budaya, ekologi,etnobotani, dan


(30)

5

fitokimia. Kombinasi data ekologi, dan etnobotani jenis tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan tradisional merupakan petunjuk bagi penemuan senyawa aktif farmakologis. Pengumpulan data aspek ekologi jenis tumbuhan obat merupakan data pendukung yang mampu mengungkapkan keberadaan dari jenis-jenis tumbuhan obat yang diamati di habitatnya. Pengetahuan ini sangat penting untuk kepentingan ekonomi dan konservasi. Tersedianya data ekologi (populasi, tempat tumbuh, aspek biologi, dan lain-lain) dapat membantu pengembangan selanjutnya apabila jenis tumbuhan tersebut terbukti mempunyai potensi dan terbukti berkhasiat sebagai bahan ramuan obat dan terbukti mengandung senyawa aktif bahan pembuat obat modern. Sedangkan kaitannya dengan aspek konservasi dapat diketahui tingkah laku hidup dan status jenis-jenis tumbuhan obat tersebut, sehingga memudahkan upaya pengelolaannya.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis mencoba melakukan pengkajian terhadap berbagai aspek sekaligus yaitu aspek ekologi, etnobotani, dan bioprospeksi terhadap tumbuhan hutan di kawasan TNBNW agar diketahui potensi kekayaan kenekaragaman hayatinya. Hal tersebut sangat penting sebagai upaya Indonesia untuk memanfaatkan sumber daya alam sendiri sekaligus untuk kepentingan ekonomi. Pengkajian terhadap keanekaragaman floristik dalam hubungannya dengan pemafaatan oleh masyarakat di TNBNW dilakukan dengan metode penelitian pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penggabungan kedua metode ini diharapkan akan lebih menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu hubungan masyarakat dengan keanekaragaman jenis tumbuhan dan lingkungannya. Selain itu penggunaan kedua metode pendekatan ini, dapat mengembangkan hipotesa yang lebih tajam untuk menjawab persoalan yang dihadapi dengan analisis yang lebih dapat dipertanggung jawabkan sesuai kerangka ilmiah.

Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan yaitu (1) penelitian ini mengkaji sekaligus berbagai aspek tumbuhan obat yaitu ekologi, etnobotani dan fitokimia (sedangkan penelitian terdahulu umumnya hanya mengkaji salah satu aspek yaitu, ekologi, etnobotani, atau fitokimia saja; (2) dalam menentukan tumbuhan obat yang paling berpotensi, penelitian ini menggunakan metode baru yaitu metode perbandingan eksponensial (MPE) yang didasarkan pada penggabungan metode analisis vegetasi dan metode pemanfaatan tumbuhan (ICS) atau ethno direct sampling; (3) penelitian tentang Pinang yaki (Areca vestiaria) yang belum diteliti sebelumnya .


(31)

6 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama mendapatkan informasi tentang pemanfaatan tumbuhan untuk penyembuhan penyakit oleh masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Tujuan lain yang ingin dicapai adalah :

1. Menginventarisasi keanekaragaman flora di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

2. Mempelajari pengetahuan tradisional masyarakat dalam pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan obat

3. Mempelajari etnobotani tumbuhan obat yang paling berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut.

MANFAAT PENELITIAN

Informasi penelitian ini merupakan masukan kepada Pemerintah Daerah (PEMDA) setempat dalam penyusunan program pengelolaan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

Melalui studi ini diharapkan dapat diketahui jumlah, jenis, dan kegunaan tumbuhan obat di sekitar Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Berdasarkan hasil studi ini diharapkan akan diperoleh informasi tentang potensi jenis tumbuhan obat yang ada untuk dikembangkan lebih lanjut. Demikian pula kearifan lokal masyarakat dalam berperan melestarikan jenis tumbuhan obat yang ada di sekitar kawasan TNBNW, juga sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan dalam kegiatan konservasi, perlindungan, dan pemanfaatan tumbuhan obat oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Kerangka penelitian keanekaragaman floristik dalam hubungannya dengan pemanfaatan sebagai tumbuhan obat oleh masyarakat di sekitar Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dapat dilihat pada Gambar 1.


(32)

7

Gambar 1. Kerangka Studi Keanekaragaman Floristik dan Pemanfaatannya Sebagai Tumbuhan Obat di Kawasan Konservasi II Taman

Nasional Bogani Nani Wartabone. Data Tumbuhan

(Metode Analisis vegetasi)

Pengetahuan Masyarakat (Metode Survey dan ICS)

Biodiversitas Tumbuhan

Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Jenis Tumbuhan Obat Keanekaragaman

Flora

Metode Perbandingan Eksponensial Tumbuhan Obat (MPE)

Tumbuhan Obat paling berpotensi

Ekologi Etnobotani

• Uji Fitokimia

• Uji Toksisitas


(33)

8 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Status dan Luas Kawasan

Secara geografis letak kawasan Taman nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) pada posisi antara kawasan Zoogoegrafis Asia dan Zoogeografis Australia. TNBNW terletak pada garis lintang antara 0o.20’ – 0o.51’ Lintang Utara(LU) dan 123 o.06’ – 124 o.18’ Bujur Timur (BT).

Secara administratif kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone berada pada dua wilayah provinsi dan dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo (Gambar 2) sedangkan peta zonasi TNBNW dapat dilihat pada Gambar 3.

Skala 1 : 2.500.000

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_Bogani.htm

Gambar 2. Lokasi Penelitian di Sulawesi Utara

Adapun batas-batas kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan hutan lindung di wilayah Kecamatan Sangtombolang (Kabupaten Bolaang Mongondow) Kec. Atinggola


(34)

9

Provinsi Gorontalo; sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Dumoga dan Lolayan (Kab.Bol.Mongondow); sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Pinolosian dan Bolaang Uki (Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara); sebelah Barat berbatasan dengan Kec.Tibawa, Suwawa, Tapa, dan Kabila Provinsi Gorontalo.

PETA ZONASI TAMAN NASI ONAL BOGANI NANI WARTABONE PETA ZONASI TAMAN NASI ONAL BOGANI NANI WARTABONE

Zona

ZonaI ntiI nti : 188.927 Ha: 188.927 Ha Zona

ZonaRimbaRimba : 77.250 Ha : 77.250 Ha Zona

ZonaPemanfaatanPemanfaatan: 20.678 Ha : 20.678 Ha Zona

ZonaPemanfaatanPemanfaatan: : TradisionalTradisional260 Ha260 Ha

C A

E B

D

Gambar 3. Peta Zonasi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

Skala 1 : 2.500.000

Luas kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone seluruhnya 287.115 hektar, dengan perbandingan 177,115 hektar (61,68%) berada di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow di bagian timur dan 110.000 hektar (38,32%) masuk dalam wilayah Kabupaten Bone Bolango di bagian barat. Luas keliling TNBNW adalah 726 km dan sudah ditata batas. Tata batas di lapangan dilakukan dengan pemasangan pal batas sebanyak 4990 buah. Berdasarkan zonasi kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang telah ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam


(35)

10

(PHPA) nomor 191/Kpts/Dj-VI/197 tanggal 24 Desember 1997, luas kawasan tersebut adalah sebagai berikut :

Zona inti 188,927 hektar (65,80 %) Zona rimba 77,250 hektar (26,91 %) Zona pemanfaatan 20.678 hektar (7,20%) Zona pemanfaatan Tradisional 260 hektar (0,90 %)

Topografi dan Iklim

Keadaan topografi di kawasan Taman nasional Bogani Nani Wartabone sangat beragam mulai dari datar, bergelombang ringan sampai berat maupun berbukit terjal dengan ketinggian berkisar antara 50 sampai dengan 1.970 meter di atas permukaan laut (dpl). Bentang alam kawasan Taman nasional Bogani Nani Wartabone mulai dari dataran hingga pegunungan memiliki klasifikasi sebagai berikut :

• Bentang alam datar, dengan kemiringan lereng 0 – 8 %, terdapat di beberapa tempat yaitu di sekitar hutan Sampaka, kemudian membentang ke arah Selatan kawasan hutan Matayangan, di sekitar hutan Pinogu, di sekitar G.Kabila dan G.Tawango.

• Bentang alam berombak, kemiringan 8 – 15 %, terdapat di beberapa tempat yaitu di sekitar hulu Sungai Kosinggolan, S. Toraut, S. Ilanga, di sebelah barat hutan enclave Pinogu dan hutan Tulabolo, dan sepanjang S. Bone.

• Bentang bergelombang, kemiringan 15 – 25 %, terdapat di beberapa tempat yaitu di hulu S. Mauk membentang ke arah barat hingga di hulu S.Tumpa dan di sebelah utara hulu S. Lolak dan ke arah barat hulu S. Ayong kemudian di sebelah selatan G. Ali yaitu di sekitar S.Tombolilato.

• Bentang alam berbukit, kemiringan 25 – 45 %, terdapat di sekitar G. Mogogonipa,dan di sekitar enclave G. Pinogu menuju arah timur laut.

• Bentang alam bergunung, kemiringan > 45 % terdapat pada beberapa tempat yaitu di pegunungan Bulawa, puncak G. Kabila membujur ke arah barat, hulu S. Ayung dan S.Tumpa. Pegunungan Pinutus dengan puncak G. Pondang membujur ke arah barat sampai di sebelah barat G. Mogonipa. Pegunungan Sinombayuga dengan puncak G. Poniki ke arah barat sampai G. Sinombayuga. Pegunungan Bulawa dengan puncak G.


(36)

11

Sula, pegunungan Bone dengan puncak G. Pinolobatu. Pegunungan Parantanaan yaitu di sebelah barat G. Ponimposa membujur ke arah barat dengan melintasi G. Gambuta dengan Pau-pau. Pegunungan Tilong Kabila yaitu terletak di sebelah utara Tilamuta membujur ke arah barat

Kondisi topografi kawasan berhutan yang bergelombang yaitu berbukit berlembah serta memiliki kelerdengan lebih dari 45 % menjadikan fungsi kawasan taman nasional sebagai daerah pengatur tata air (fungsi hidrologis) serta menjadi sumber air lahan pertanian seluas ± 10.815 ha di sekitarnya dan sebagai penahan terjadinya bencana banjir pada daerah hilir.

Di bagian tengah kawasan ini terletak Gunung Sinombayuga yang merupakan puncak tertinggi (± 1.970 m) membujur dari arah utara – selatan yang sekaligus membelah jaringan Daerah aliran sungai (DAS) Bone dan Dumoga. Gunung-gunung yang lain adalah G.Pau-Pau (± 1.921 m) dan G.Gambuta (± 1.954 m) dan G.Sulo (± 1.750 m) membelah jaringan wilayah Bone dan Sangkup serta G.Ali (± 1.495 m) antara Bone dan Bone Pantai. Beberapa gunung yang lerengnya mengarah ke Sungai Kosinggolan di Kabupaten Bolaang Mongondow yaitu G.Sinombayuga (± 1.970 m), G.Poniki (± 1.817 m), G.Padang (± 1.370 m). bagian kawasan yang terendah pada Taman Nasional Bogani Nani Wartabone terdapat di wilayah Lolak dengan ketinggian ± 50 meter di atas permukaan laut.

Keadaan iklim di wilayah kawasan Taman nasional Bogani Nani Wartabone menurut Schmidt dan Verguson termasuk dalam tipe A, B, dan C. Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang tahun dengan periode relatif basah antara bulan November – Januari dan Maret – Mei. Masa kering bulan Agustus – September (Tabel 1). Arah angin dan topografi yang bergunung di wilayah ini sering mempengaruhi curah hujan lokal terutama jumlah total hujan meskipun dalam jarak dekat. Sebagai contoh di wilayah bagian tengah dan utara (Dumara dan Toraut) curah hujannya tinggi karena pengaruh angin timur laut sedangkan di wilayah Doloduo dan Kosinggolan relatif lebih kering karena pengaruh angin barat daya. Secara umum di lembah Dumoga curah hujan rata antara 1.700 – 2.200 mm per tahun, sedangkan di wilayah Gorontalo rata-rata 1.200 mm per tahun. Adapun suhu udara rata-rata-rata-rata 20 o – 28 C o.

Sesuai dengan lokasi dan kondisi topografinya kawasan TNBNW, sebagaian besar merupakan hulu sungai yang mengalir ke arah utara, selatan, ke barat maupun ke timur. Beberapa daerah aliran sungai di TNBNW yaitu :


(37)

12

DAS Ongkag – Dumoga dan DAS Mongondow yang sebagaian besar wilayahnya terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow. Sungai-sungai yang mengalir ke arah timur yaitu : S.Toraut, S. Tumpa, S. Kosinggolan dan S. Binuanga di wilayah Bolaang Mongondow. Sungai-sungai yang mengalir ke arah selatan yaitu: S.Pinolosian, S. Sulango, S.Toludaa di wilayah Bolaang Mongondow serta S. Tombolilato, S. Bilunggala di wilayah Gorontalo. Sungai-sungai yang mengalir ke arah barat yaitu : S. Bone, S. Palanggua, dan S. Lolio di wilayah Gorontalo. Tabel 1. Rata-rata Curah Hujan Bulanan di sekitar TNBNW (Tahun 1996 -2003)

Tahun (mm) Bulan

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 123 203 305 241 195 326 284 559 558 641 820 164 341 751 305 315 827 267 348 352 199 139 222 262 47 54 92 14 66 3 24 -14 40 61 17 16 62 89 132 171 20 85 77 46 137 116 304 157 610 332 621 315 295 165 91 152 201 185 809 1.018,5 1.132,5 2.594 1.091,8 625,4 721,5 829,5 609 1.524,5 1.027 943,5 1.766 2.250 819 842 648,5 1.451 557 514,5 751 424,5 3.377 3.519 579 19 72,6 42,4 35,3 144 7,16 2,16 0,73 38,93 -Sumber : Bolaang Mongondow dalam angka 2003

Saat ini di beberapa sungai telah dibangun bendungan yang digunakan untuk irigasi. Bendungan-bendungan tersebut yaitu bendungan Kosinggolan dan Toraut di wilayah kecamatan Dumoga, bendungan Lolak di kecamatan Labuan Uki yang ketiganya berada di Kabupaten Bolaang Mongondow. Sedangkan di sungai Bone Kabupaten Gorontalo masih dalam perencanaan untuk dibangun jaringan irigasi. Adanya bendungan Kosinggolan dan Toraut, kecamatan Dumoga pada saat ini merupakan lumbung beras andalan Provinsi Sulawesi Utara, dan merupakan daerah sentral ekonomi yang penting bagi Kabupaten Bolaang Mongondow.


(38)

13 Keadaan Tanah

Tanah dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone berasal dari bahan vulkanis seperti dijumpai di bagian timur dan tengah dan sebagaian asam seperti di daerah Bone. Tanah berasal dari bahan sedimen dijumpai di bagian utara dan selatan Dumoga. Formasi kaolin yang merupakan bahan keramik dapat dijumpai di daerah Molibagu. Jenis tanah yang terdapat di kawasan ini antara lain latosol, podsolik, renzina, alluvial dan andosol. Formasi batuan vulkanis terdapat di sebelah timur dan selatan lembah Dumoga membentuk rangkaian pegunungan ke pantai utara di Labuan Uki. Sedang di bagian selatan di Gunung Mogogonipa membentuk gunung-gunung kecil yang terdiri dari batuan lava, konglomerat dan breccia.

Potensi Kawasan TNBNW

Kawasan TNBNW memiliki keanekaragaman ekosistem yang menarik dan mempunyai tingkat keendemikan flora dan fauna yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kisaran ketinggian tempat yang beragam mulai dari 50 – 1970 m dpl. Hampir seluruh kawasan TNBNW ditutupi oleh hutan dataran rendah dan hutan pegunungan bawah, namun dengan tingkat kelerengan yang tinggi ditunjang dengan kondisi tanah subur yang tipis, membuat kanopi atau tegakan tampak rendah dan sedikit terbuka.Pada kawasan TNBNW ditemukan 4(empat) tipe ekosistem yang utama, yaitu hutan sekunder, hutan hujan dataran rendah (hutan pamah), hutan hujan pegunungan rendah, dan hutan lumut.

Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

Keberadaan penduduk yang berada di sekitar taman nasional mempunyai peranan penting terhadap keberadaan taman nasional. Hal ini disebabkan karena salah satu fungsi taman nasional sebagai pengatur hidrologis dan penyangga sistem kehidupan. Masyarakat yang berada di sektar taman nasional hampir seluruhnya tinggal di desa-desa yang memiliki sarana dan prasarana yang terbatas. Jarak antara desa ke ibukota kabupaten berjarak 30 – 80 km. Data tahun 2003 menyebutkan jumlah penduduk yang ada di sekitar taman nasional, keseluruhan berjumlah 326.545 orang, terdiri dari 168.221 laki-laki dan 158.324 perempuan dengan laju pertumbuhan per tahun 1,4% (BPS, 2003).


(39)

14 ANALISIS VEGETASI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL

BOGANI NANI WARTABONE

ABSTRAK

Sebagai salah satu bentuk kawasan pelestarian alam, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang ditetapkan pada tahun 1991 dengan luas 287.115 hektar mempunyai tiga fungsi utama, yaitu fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, fungsi pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan alam dan satwa liar, serta fungsi pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Tujuan penelitianuntuk mengetahui struktur vegetasi, komposisi dan keanekaragaman floristik di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Manfaat penelitian, sebagai bahan masukan bagi pemerintah, khususnya Departemen Kehutanan dan Pemerintah Daerah (PEMDA) setempat dalam penyusunan pengelolaan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, dan dalam kegiatan konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia. Berdasarkan inventarisasi pada petak-petak di 5 lokasi TNBNW tercatat sebanyak 307 jenis flora yang tergolong kedalam 288 marga dan 165 suku. Komposisi floristik hutan Doloduo, G.Kabila, Torout, Matayangan dan Tumokang di TNBNW menunjukkan banyak kesamaan, dengan keanekaragaman yang cukup tinggi. Lokasi Gunung Kabila mempunyai indeks keanekaragaman tertinggi (3,98) untuk tingkat semai atau tumbuhan bawah, dan tingkat sapihan (3,82) sedangkan untuk tingkat tiang dan flora tingkat pohon, lokasi hutan Tumokang mempunyai indeks keanekaragaman tertinggi yaitu (3,73) dan (3,81).

ABSTRACT

As one of natural conservation area, Bogani Nani Wartabone National Park that established in 1991, is 287.115 hectare in width and has three major functions that are living buffer sistem protection, diversity preservation for plant and wild animal, and sustainable use of natural resources and the ecosistem. The objectives of research are to study vegetation structure, composition and floristik diversity in Bogani Nani Wartabone National Park. The research was expected useful as input for the government, particularly Forestry Departemen and lokal government in order to make a management plan for Bogani Nani Wartabone National Park, and for biodiversity conservation activities in Indonesia. According to stocktaking on plots for 5 locations, TNBNW has 307 kind of flora that classified into 288 genus and 165 families. Forest floristik composition for Doloduo,M. Kabila, Torout, Matayangan and Tumokang in TNBNW high degree of similarities, with sufficient high of diversity. Kabila mountain shows the highest diversity index (3,98) for seedling level or low plant, and sapling level (3,82) while for pole level and tree level, Tumokang forest has the highest diversity index namely 3,73 and 3,81.


(40)

15 PENDAHULUAN

Indonesia dengan kekayaan sumberdaya alamnya yang melimpah termasuk keanekaragaman jenis flora dan faunanya sudah selayaknya disebut sebagai negara “Mega biodiversity” .Keanekaragaman hayatinya terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Colombia (McNeely,1990). Satari (1994) mengemukakan bahwa Indonesia memiliki hutan tropik seluas 120 juta hektar yang dikenal sebagai komunitas yang paling kaya akan keanekaragaman flora dan fauna serta merupakan gudang plasma nutfah endemik yang dapat dimanfaatkan untuk masa kini dan masa yang akan datang.

Zuhud (1994), mengatakan bahwa di dalam hutan Indonesia terdapat 25.000 jenis tumbuhan, dan dari jumlah tersebut baru 20 % atau 5000 jenis yang sudah dimanfaatkan dalam berbagai pemanfaatan termasuk 1260 jenis yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Selanjutnya Direktorat Tanaman Sayuran, Hias, Aneka Tanaman (2002) mengemukakan bahwa hutan tropika Indonesia memiliki kekayaan jenis palem (Arecaceaee) terbesar di dunia, memiliki 400 spsies anggota famili Dipterocarpaceae, primadona kayu tropika. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa hutan tropis Indonesia merupakan sumberdaya alam bahan kimia yang masih menunggu untuk dievaluasi guna menemukan bahan-bahan kimia baru yang potensial untuk bio-industri farmasi, pertanian, dan sebagainya.

Sebagai konsekwensinya, Indonesia mendapat tantanggan yang sangat berat untuk memelihara kekayaan sumberdaya hayati tersebut dan mengembangkan peranannya bagi pembangunan. Sampai saat ini untuk keperluan pembangunan, Indonesia masih bertumpu kepada pemanfaatan sumberdaya alam yang ada.

Untuk mengelola keanekaragaman hayati secara optimal, diperlukan strategi yang disusun berdasarkan pada potensi keanekaragaman hayati dan permasalahan yang dihadapinya. Strategi yang dapat dikembangkan mencakup tiga aspek yang saling berhubungan, yaitu : mengamankan (save it), mempelajari (study it) dan memanfaatkan (use it) (Alikodra,1992).

Taman Nasional Bogani-Nani Wartabone (TNBNW) yang merupakan salah satu kawasan hutan tropis Indonesia telah sejak lama menjadi pusat perhatian para ahli botani maupun Zoologi dari seluruh dunia atas keunikan dan


(41)

16

kekhasan flora dan faunanya karena kawasan tersebut merupakan peralihan antara Zona Malaysia dan Australia yang dikenal dengan "Wallacceae Area".

Sebagai salah satu bentuk kawasan pelestarian alam, Taman nasional Bogani Nani Wartabone yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.1068/Kpts-II/1992 tanggal 18 november 1992 dengan luas kawasan 287.115 hektar. Secara geografis terletak antara 0025’ – 0044’ LU dan 16024’ – 16040’ BT. Sedangkan secara administrative pemerintahan terletak di dua wilayah yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow dan Provinsi Gorontalo.

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone mempunyai tiga fungsi utama, yaitu fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, fungsi pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan alam dan satwa liar, serta fungsi pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone merupakan habitat dari 127 jenis mamalia Sulawesi, 79 (62%) di antaranya merupakan jenis endemik, juga terdapat 235 jenis burung darat, 84 jenis (36%) di antaranya unik; dan dari 104 jenis reptilia, 29 (28%) di antaranya endemik Sulawesi; 17 dari 38 (45%) jenis tikus asli; 20 dari 24 (83%) jenis kelelawar buah. Inilah yang membuat kawasan ini merupakan salah satu kawasan konservasi terpenting di dunia secara umum dan khusus Sulawesi bagi keanekaragaman biologi atau keanekaragaman hayati (Lee R.J. et al. 2001 ).

Penelitian di kawasan ini telah banyak dilakukan namun lebih banyak terfokus pada fauna dibanding floranya, sehingga data mengenai floranya masih terbatas. Padahal menurut Whitmore (1989) di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone terdapat sekitar 27 suku,40 marga dan 76 jenis pohon endemik. Sedangkan dalam Kinnaird(1995) dikatakan bahwa di kawasan ini juga terdapat 5000 jenis tumbuhan yang belum diketahui secara pasti penyebaran dan kelimpahannya.

Melihat kekayaan dan potensi yang tersimpan di dalam kawasan TNBNW, sudah seharusnya dilakukan upaya bioprospeksi. Bioprospeksi pada prinsipnya adalah upaya pencarian, penelitian, pengumpulan, ekstraksi, dan pemilihan sumberdaya hayati dan pengetahuan tradisional untuk mendapatkan materi genetik dan sumber biokimia yang bernilai ekonomi tinggi.

Kegiatan ini penting untuk mendokumentasi sumberdaya genetik keanekaragaman hayati sebelum ada pihak lain yang tidak bertanggung jawab mengeksploitasi habis kekayaan tersebut, sekaligus mencari sumber bagi


(42)

17

keuntungan ekonomi di masa depan. Oleh karena itu keanekaragaman, struktur dan komposisi vegetasi sebagai komponen utama habitat perlu dikaji dan dianalisa.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dilakukan penelitian untuk mengetahui struktur vegetasi, komposisi dan keanekaragaman flora dI sekitar kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur vegetasi, komposisi dan keanekaragaman floristik guna pengelolaan tingkat ekosistem, spesies dan gen di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone .

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah, khususnya Departemen Kehutanan dan Pemerintah Daerah (PEMDA) setempat dalam penyusunan pengelolaan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone,dan dalam kegiatan konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia.

Hipotesis

Penelitian ini dilandasi hipotesis, bahwa Taman Nasional Bogani Nani Wartabone memiliki keanekaragaman flora yang tinggi.


(43)

18 TINJAUAN PUSTAKA

Flora merupakan kumpulan jenis tumbuhan yang terdapat dalam suatu daerah tertentu, sedangkan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang terdiri atas individu-individu jenis atau kumpulan populasi jenis disebut vegetasi (Samingan 1989). Menurut Kusmana (1989), bentuk suatu vegetasi merupakan pencerminan dari iklim, tanah, topografi, dan ketinggian yang saling berinteraksi. Setiap jenis tumbuhan membutuhkan kondisi lingkungan yang spesifik untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Perubahan dan variasi kondisi lingkungan tertentu akan memberikan dampak bagi struktur dan komposisi jenis tumbuhan terutama dari segi kelimpahan, pola penyebaran, asosiasi dengan jenis lain serta kondisi pertumbuhan yang berbeda dengan jenis lainnya. Interaksi dari faktor-faktor lingkungan tersebut dapat digunakan sebagai indikator penduga sifat lingkungan yang bersangkutan (Setiadi et al., 2001).

Aspek penting dalam analisis vegetasi adalah struktur dan komposisi tumbuhan pada suatu wilayah penelitian. Dalam mengungkapkan struktur dan komposisi vegetasi, metode sampling yang paling popular digunakan adalah metode kuadrat atau metode plot atau petak ukur karena dianggap lebih representatif dibandingkan dengan metode lain. Dalam penerapan metode kuadrat, ukuran dan jumlah kuadrat merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat kepercayaan hasil analisis vegetasi tersebut. Ukuran kuadrat minimal menurut Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) khusus untuk zona temperate adalah 200 – 500 m2. Menurut Richards (1964), untuk kawasan hutan hujan tropika penerapan petak ukur tunggal telah dapat dilakukan dengan hasil yang representatif jika luasnya hanya mencapai 1,5 ha, bahkan menurut Soerianegara dan Indrawan (1984) petak ukur seluas 0,6 ha sudah cukup mewakili kawasan hutan hujan tropika yang diteliti. Ukuran kuadrat minimal pada ekosistem yang berbeda-beda harus disesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Struktur dan komposisi komunitas merupakan salah satu aspek penting untuk mengungkapkan bagaimana kondisi suatu komunitas tersebut dalam sistem kehidupan terutama organisasi populasi dan interaksinya masing-masing. Struktur tumbuhan merupakan organisasi dimana individu-individu membentuk suatu tegakan atau perluasan suatu tipe tegakan membentuk asosiasi secara keseluruhan. Elemen penting dalam struktur tumbuhan adalah bentuk pertumbuhan (Growth form), stratifikasi dan penutupan tajuk (coverage)


(44)

19

Dombois dan Ellenberg ,1974). Lebih lanjut Kershaw (1964) membedakan tiga komponen struktur vegetasi yaitu : (1) struktur vertikal (stratifikasi ke dalam lapisan-lapisan menurut ketinggian), (2) struktur horizontal yaitu distribusi ruang areal populasi dan masing-masing individu, (3) jumlah struktur yaitu kelimpahan masing-masing jenis dalam komunitasnya.

Secara umum hutan hujan tropika memiliki ciri yang hampir sama yaitu : (1) iklimnya selalu basah, (2) tanahnya kering dengan berbagai jenis tanah (3) berlokasi di daerah pedalaman dataran rendah atau berbukit ( <1000 m dpl) atau pada dataran tinggi sampai dengan 4000 m dpl, (4) secara umum dapat dibedakan menjadi tiga zona menurut ketinggian tempatnya yaitu : hutan hujan bawah (2 – 1000 m dpl) ; hutan hujan tengah (1000 – 3000 m dpl) dan hutan hujan atas (3000 – 4000 m dpl), (5) Pada hutan hujan bawah, jenis yang dominan adalah yang tergolong marga shorea, Hopea, Dipterocarpus , Vatica, Dryobalanops, Agathis, Altingia, Dialicum, Duabanga, Dyera, Goosampium, Kooompassia, dan Octomeles. Pada hutan hujan tengah, jenis pohon yang umum ditemukan adalah anggota suku Lauraceae, Fagaceae, Magnoliaceae, Hammalidaceae, Ericaceae dan sebagainya. Khusus untuk hutan hujan atas, keragaman jenisnya rendah tetapi kerapatan jenisnya makin tinggi dan pertumbuhannya terhambat sehingga menjadi kerdil.

Tipe hutan hujan dataran Taman Nasional Bogani Nani Wartabone ditemukan pada ketinggian mulai dari 300 – 1000 m dpl, dan umumnya terdapat batuan vulkanis. Keragaman vegetasi sangat tinggi sehingga sulit ditemukan jenis-jenis yang dominan. Jenis tumbuhan berkayu yang menonjol dalam kawasan yaitu, kayu hitam (Diospyros celebica), kayu batu (Koordersidendron pinatum), kayu Linggua (Pterocarpus indicus), dan kayu cempaka (Elmerillia ovalis). Jenis tumbuhan bawah yang menutupi permukaan tanah antara lain jenis pandan, palma, rotan, dan jenis-jenis tumbuhan merambat dan pemanjat lainnya. Pada vegetasi hutan hujan dataran rendah ini juga ditemukan tumbuhan dari suku Lauraceae (seperti Garcinus sp), anggota suku Myristicaceae, suku Anacardiaceae (seperti Dracontomelon dao, Swintonia sp, Spondias sp), suku Sapotaceae (misalnya, jenis Palagium sp), serta suku Sterculiaceae (seperti

Scepium sp., Pterospermum sp, dan Heritria sp. (Lee, 2001).

Tipe vegetasi yang umum ditemukan pada ketinggian antara 1000 – 1600 m dpl, adalah vegetasi yang mempunyai kanopi yang rendah dan sedikit terbuka, umumnya ditumbuhi jenis Nibong (Livistonya rotundivolia), Palem berduri


(45)

20

(Pigafeta ciliaris). Khusus vegetasi bawah banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan lainnya seperti jenis rotan, pandan, dan paku-pakuan. Sedangkan hutan lumut umumnya ditemukan pada ketinggian di atas 1600 m dpl, dan terletak di daerah pegunungan. Penyebarannya merata, hampir terdapat di semua pegunungan tinggi yang ada dalam kawasan TNBNW.

Beberapa Daerah Aliran Sungai di TNBNW yaitu : DAS Ongkag – Dumoga dan DAS Mongondow yang sebagaian besar wilayahnya terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow. Sungai-sungai yang mengalir ke arah timur yaitu : S.Toraut, S.tumpa, S.Kosinggolan dan S.Binuanga di wilayah Bolaang Mongondow. Sungai-sungai yang mengalir ke arah selatan yaitu : S. Pinolosian, S. Sulango, S.Toludaa di wilayah Bolaang Mongondow serta S. Tombolilato, S. Bilunggala di wilayah Gorontalo. Sungai-sungai yang mengalir ke arah barat yaitu : S. Bone, S. Palanggua, dan S.Lolio di wilayah Gorontalo.Saat ini di beberapa sungai telah dibangun bendungan yang digunakan untuk irigasi. Bendungan-bendungan tersebut yaitu bendungan Kosinggolan dan Toraut di wilayah kecamatan Dumoga, bendungan Lolak di kecamatan Labuan Uki yang ketiganya berada di Kabupaten Bolaang Mongondow. Sedangkan di sungai Bone Kabupaten Gorontalo masih dalam perencanaan untuk dibangun jaringan irigasi. Adanya bendungan Kosinggolan dan Toraut, kecamatan Dumoga pada saat ini merupakan lumbung beras andalan Provinsi Sulawesi Utara, dan merupakan daerah sentral ekonomi yang penting bagi Kabupaten Bolaang Mongondow.


(46)

21 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian :

Penelitian dilaksanakan pada lima lokasi (Gambar 4) yang dipilih berdasarkan observasi lapangan dengan pertimbangan tertentu yaitu lokasi yang berada dalam kawasan TNBNW. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2005 sampai dengan Agustus 2006.

Gambar 4. Lokasi Pengambilan Sampel di TNBNW

Bahan Penelitian

Peralatan yang digunakan yaitu (1) untuk inventarisasi,seperti : kompas, teropong, pita ukur, alat pengukur tinggi pohon (haga meter). Altimeter, clinometer, parang dan tali; (2) Peralatan pembuatan herbarium jenis flora , seperti : alkohol, kantong plastik, label, sasak bambu dan kertas karton. (3) Daftar questioner responden; (4) Peralatan dokumentasi, seperti : kamera dan negatif film; (5) Alat Tulis Kantor (ATK)

Pengumpulan Data Komposisi Flora

Data flora diperoleh dengan cara analisis vegetasi dengan metode analisis strip sampling (jalur berpetak) dengan skema pada Gambar 5.

C A D

B E


(47)

22

C

B dst

B C

Gambar 5. Jalur dan petak ukur

Dalam setiap petak dilakukan identifikasi flora tingkat semai atau tumbuhan bawah, sapling, tiang dan pohon dengan menggunakan kategori pengelompokan yang disarankan Wyatt dan Smith (1963) yaitu :

a. Petak ukur 20 m x 20 m untuk tumbuhan tingkat pohon, liana dan epifit. b. Petak ukur 10 m x 10 m untuk tingkat tiang.

c. Petak ukur 5 m x 5 m untuk tumbuhan tingkat pancang dan semak. d. Petak ukur 2 m x 2 m untuk tumbuhan tingkat semai dan herba.

Pohon adalah tumbuhan berkayu yang berdiameter setinggi dada(dbh CФ) >35 cm, tiang berdiameter 10 – 35 cm, sapihan berdiameter < 10 cm dan tingginya >1,50 m, sedangkan semai atau tumbuhan bawah tingginya <1,50 m (Wyatt dan Smith, 1963). Tingkat sapihan, tiang, dan pohon dihitung jumlah, kerapatan, frekwensi, tingginya dan diameter. Sedangkan untuk tingkat semai atau tumbuhan bawah dicatat jenis dan jumlahnya. Identifikasi jenis flora yang tidak diketahui nama ilmiahnya, dilakukan pembuatan herbarium dan selanjutnya dilakukan identifikasi di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI Bogor.

Analisis Data

Parameter ekologi yang diukur pada lokasi penelitian antara lain kerapatan, frekwensi, dominansi dan indeks nilai penting pada masing-masing tumbuhan, indeks diversitas dan indeks kemerataan.

Pengukuran kerapatan mutlak dilakukan. Nilai kerapatan mutlak dan kerapatan relatif masing-masing jenis ditentukan dengan menggunakan rumus :

A


(1)

46 Bambusa sp.2 Poaceae + +

47 Bambusa sp.3 Poaceae + +

48 Bambusa sp.4 Poaceae + +

49 Barleria prionitis Acanthaceae + +

50 Bauhenia lingua DC. Caesalpiniaceae + +

51 Bischovia javanica Blume Euphorbiaceae + + + +

52 Blumea riparia Asteraceae + +

53 Caesalpinia bonduc Roxb. Caesalpiniaceae +

54 Caesalpinia crista L. Caesalpiniaceae +

55 Calamus didymocarpus Warb. Arecaceae + + +

56 Calamus koordersianus Becc. Arecaceae + + +

57 Calamus minahassae Warb. Arecaceae + + +

58 Calamus zolingeri Arecaceae + + + +

59 Calophyllum soulattri Clusiaceae + + + +

60 Calophyllum sp. Clusiaceae + + + +

61 Cananga Odorata Hook.f & Thomson Annonaceae + + +

62 Canangium odoratum BAILL. Annonaceae + + + + +

63 Canarium acutifolium Merr. Burcearaceae + + +

64 Canarium asperum Benth. Burceraceae +

65 Canarium balsamiferum Willd. Burseraceae + + + + +

66 Canarium commune Burceraceae + + + +

67 Canarium hirsutum Willd. Burseraceae + + + + +

68 Canarium vulgare Leenh. Burseraceae + +

69 Caryota mitis Lour. Arecaceae + +

70 Caryota rumphiana Martelli. Arecaceae + +

71 Casearia grewiaefolia Vent. Flacourtiaceae + +

72 Casearia spec. Flacourtiaceaeceae +

73 Cassia alata L. Fabaceae +

74 Cassia fistula L. Fabaceae + + +

75 Cassia floribunda Cav. Fabaceae +

76 Cassia occidentalis L. Fabaceae +

77 Cedrella (Toona) celebica KDS Meliaceae + + + + +

78 Celtis philippensis Blanco. Ulmaceae + + + + +

79 Celtis rigescens Planch. Ulmaceae + + +

80 Celtis sp. Ulmaceae + + + +

81 Chrysophyllum lanceolatum BL. Sapotaceae + + + +

82 Cinamomum burmanni Ness. Lauraceae +

83 Cinnamomum celebicum Miq. Lauraceae +

84 Clerodendrum inerme Gaertn. Verbenaceae + +

85 Clerodendrum sahelangii Merr Verbenaceae + +

86 Clethra canescens Reinw. & Blume Clethraceae + + + + +

87 Coechorus acutangulus Tiliaceae + +

88 Cordia dichotoma Borrangiaceae +

89 Cordia obligua WILLD. Borraginaceae +

90 Cordyline fructicosa Liliaceae + + +

91 Costus megalobrachtea Zingiberaceae + + +


(2)

93 Cratoxylon celebica Hypercaceae + + +

94 Cratoxylon celebicum BL. Hypericaceae + + + +

95 Cryptocarya celebica Kostern Lauraceae + + + +

96 Cryptocarya glauca Merr. Lauraceae + +

97 Cryptocarya laevigata Blume Lauraceae + + +

98 Curcuma sp. Zingiberaceae + + + +

99 Cycas rumphii Cycadaceae + +

100 Cynometra cauliflora Linn. Fabaceae + +

101 Cynometra ramiflora Linn Fabaceae + + +

102 Dacryodes rostrata Lam. Burceraceae + + + + +

103 Derris elliptica Papilionaceae + +

104 Dillenia celebica Hoogland Dilleniaceae + + +

105 Dillenia ochreata Hoogland Dilleniaceae + +

106 Dioscorea pentaphylla Dioscoreaceae + +

107 Diospyros beccarii Hiern Ebenaceae + +

108 Diospyros buxifolia Bakh. Ebenaceae +

109 Diospyros buxoides (Bakh.) Kosterm. Ebenaceae + +

110 Diospyros cauliflora Blume Ebenaceae + +

111 Diospyros celebica Bakh. Ebenaceae + + + + +

112 Diospyros ebenum Koen. Ebenaceae + + + +

113 Diospyros philippinensis A.DC. Ebenaceae + +

114 Dischidia nythesiana Asclepiadaceae + +

115 Dolichandrone spathacea Schum. Bignoniaceae + + +

116 Donax canniformis Maranthaceae + +

117 Dracontomelon dao Merr. & Rolfe. Anacardiaceae + + + + +

118 Dracontomelon mangiferum Anacardiaceae + +

119 Drymoglossum sp. Polypodiaceae + +

120 Duabanga moluccana Blume Sonneratiaceae +

121 Dysoxylum arborescens Miq. Meliaceae + + +

122 Dysoxylum cyrtobotryum Miq. Meliaceae + +

123 Dysoxylum densiflorum Miq. Meliaceae + + +

124 Dysoxylum euphlebium Merr. Meliaceae + + +

125 Elaeocarpus angustifolius Blume Elaeocarpaceae + +

126 Elaeocarpus celebicus Koord. Elaeocarpaceae + +

127 Elaeocarpus macropus Warb. Elaeocarpaceae + +

128 Eleucine indica Poaceae + +

129 Eleurites moluccana Euphorbiaceae + +

130 Elmerrillia celebica Magnoliaceae + + + +

131 Elmerrillia ovalis Magnoliaceae + + + +

132 Eryngium foetidumLinn. Datiscaceae +

133 Erythrina variegata L. Papilionaceae + + +

134 Eucalyptus deqlupta Blume Myrtaceae + +

134 Eucalyptus sp Myrtaceae + +

135 Eugenia aquea Burm.f. Myrtaceae + + + + +

136 Eugenia sp. Myrtaceae + + + + +

137 Eugenia spicata Lam. Myrtaceae + + +


(3)

139 Euonymus javanica Celastraceae + + + +

140 Euonynus javanicus Blume Celastraceae + +

141 Excoecaria agallocha L. Euphorbiaceae + + + + +

142 Ficus adenosperma Miq Moraceae +

143 Ficus ampelos Burm.f. Moraceae + + +

144 Ficus annulata Blume Moraceae + +

145 Ficus benyamina L. Moraceae + + + +

146 Ficus crassiramea Miq. Moraceae +

147 Ficus glomerata Roxb. Moraceae +

148 Ficus minahassae Miq Moraceae + + + +

149 Ficus rostrata Lamk Moraceae + + + +

150 Ficus semicordata Miq. Moraceae + + + + +

151 Ficus septica Burm Moraceae + +

152 Ficus variegata BL. Moraceae + + +

153 Flacourtiaceae inermis Roxb. Flacourtiaceae + + +

154 Flacourtiaceae sp Flacourtiaceae + + +

155 Flacourtiaceae zippelii Slooten Flacourtiaceae + +

156 Fragrea blumei G.Don. Loganiaceae + +

157 Fragrea longiflora Merr. Loganiaceae + +

158 Fragrea truncata BL. Loganiaceae + + + +

159 Garcinia dulcis Kurz. Clusiaceae + + + +

160 Garcinia lateriflora Blume Clusiaceae + + +

161 Garcinia minahassensis Pierre Clusiaceae + + + +

162 Garcinia tetrandra Pierre Clusiaceae + +

163 Garuga floribunda Decne. Burseraceae + +

164 Gironiera subaequalis Ulmaceae +

165 Gluta renghas L. Anacardiaceae + + + + +

166 Gnetum gnemon Linn. Gnetaceae + + + + +

167 Gnetum latifolium Blume Gnetaceae + +

168 Gosampinus heptaphylla Bakh. Bombacaceae + + +

169 Gossypium arboreum L. Malvaceae + +

170 Gymnacranthera sp. Myristicaceae + +

171 Harpulia cupanioides Roxb. Santalaceae + +

172 Hemigraphis sp. Achantaceae + +

173 Heritiera arafurensi Kosterm. Sterculiaceae +

174 Hernandia nyphaeifolia Kubitzki Hernandiaceae +

175 Hernandia ovigera L. Hernandiaceae + +

176 Homalium celebicum Koord. Flacourtiaceae + + + +

177 Homalium foetidum Benth. Flacourtiaceae + + +

178 Homalium minahassae Koord. Flacourtiaceae + + +

179 Hornstedia sp Zingeberaceae + + +

180 Hyptis suaveolens Lamiaceae + + +

181 Impatiens semen Balsaminaceae + + +

182 Imperata cylindrica Poaceae + +

183 Intsia amboinensis Thouars Fabaceae +

184 Jatropha gossypiifolia L. Euphorbiaceae + +


(4)

186 Knema celebica W.J. de Wilde Myristicaceae + + + + +

187 Knema sp. Myristicaceae + +

188 Knema tomentela Warb. Warb. Myristicaceae + + + + +

189 Koordersiodendron pinnatum Merr.. Anacardiaceae + + + + +

190 Lansium domesticum Jack. Meliaceae + + +

191 Lansium sp. Meliaceae + + +

192 Lantana camara L. Verbenaceae + + +

193 Laportea deamana Urticaceae + + + +

194 Laportea sp. Urticaceae + + +

195 Litsea elliptica Blume Lauraceae + + +

196 Litsea formanii Kosterm Lauraceae + +

197 Litsea grandis Hook.f Lauraceae +

198 Litsea timoriana Span. Lauraceae +

199 Litsea tomentosa Blume Lauraceae + +

200 Livistonia rotundifolia Martelli Arecaceae + + + + +

201 Loranthus sp Loranthaceae + + +

202 Macaranga celebica Koord. Euphorbiaceae + + + +

203 Macaranga gigantea Mϋll Arg. Euphorbiaceae + + + + +

204 Macaranga grandifolia Merr Euphorbiaceae + + +

205 Macaranga hispida Mϋll Arg. Euphorbiaceae + + +

206 Macaranga minahassae Whitmore Euphorbiaceae + + + +

207 Macaranga tomentosa Mϋll Arg. Euphorbiaceae + + +

208 Malaulosperma stapfii Flacourtiaceae +

209 Mallotus dispar Mϋll Arg. Hernandiaceae + + +

210 Mangifera foetida Lour Anacardiaceae + + + +

211 Mangifera leiophylla Koesterm. Clusiaceae +

212 Mangifera sp Anacardiaceae +

213 Mangostana indica Clusiaceae + + +

214 Maranthes corymbosa Miq. Rosaceae +

215 Melia azedarch Meliaceae +

216 Melia dumbia Meliaceae +

217 Mimusops elengi L. Sapotaceae + + + + +

218 Morinda bracteata Rubiaceae + +

219 Morinda citrifolia L. Rubiaceae + + +

220 Musa acuminata Musaceae + + +

221 Musa sp.1 Musaceae + + + +

222 Musa sp.2 Musaceae + + + +

223 Nauclea celebica Merr. Rubiaceae + + + + +

224 Nauclea orientalis L. Rubiaceae +

225 Nauclea sp. Rubiaceae + +

226 Naucllea macrophylla Rubiaceae + + +

227 Nephelium lappaceum Leenh. Santalaceae + + + + +

228 Nephelium ramboutan-ake Leenh. Santalaceae + +

229 Ochocarpus ovalifolium Clusiaceae + +

230 Ochrosia acuminata Val. Apocynaceae + + + + +

213 Ocinum basilicum L. Labiatae + +


(5)

234 Oncosperma filamentosum BL. Arecaceae + +

235 Oncosperma horridum Scheff. Arecaceae + + +

236 Palaquium maliliense P.Royen. Sapotaceae +

237 Palaquium obovatum Engl. Sapotaceae + + + +

238 Palaquium obtusifolium Burck. Sapotaceae + + + + +

239 Palaquium rostratum Burck Sapotaceae + +

240 Palaquium sp, Sapotaceae + +

241 Pandanus dubuis Spreng Pandanaceae + + +

242 Pandanus sannasinorum Warb. Pandanaceae + + + +

243 Pandanus tectorius Parkinson Pandanaceae + +

244 Pangium edule Reinw Flacourtiaceae + + + +

245 Passiflora foetida Passifloraceae +

246 Peperomia pellucida (L.) Kunth Piperaceae +

247 Phaleria capitata Jack Thymelaeaceae + +

248 Phrynium capitatum Maranthaceae + + + + +

249 Pigafetta filaris Becc. Arecaceae + + +

250 Pinanga caesia Blume Arecaceae + + +

251 Pinanga spec. Arecaceae + +

252 Piper aduncum L. Piperaceae + + +

253 Piper betle L. Piperaceae + + +

254 Piper caninum Piperaceae +

255 Piper nigrum L. Piperaceae +

256 Pisonia sylvetris T & B Nyctaginaceae + + +

257 Pittosporum ferrugineum Aiton Pittosporaceae + +

258 Planchonia valida (DC.) Blume Lecythidaceae + + + + +

259 Podocarpus rumphii Blume Podocarpaceae +

260 Pogostemon heyneanus Lamiaceae +

261 Poikilospermum suaveolens (Blume) Merr. Moraceae + +

262 Polyalthia celebica Miq. Annonaceae + + + + +

263 Polyalthia glauca Boerl Annonaceae + +

264 Polyalthia laterifolia King Annonaceae +

265 Polyalthia rumphii Merr. Annonaceae + + + +

266 Polyalthia sp. Annonaceae + +

267 Pometia glabra (Blume) M.Jacobs Santalaceae + +

268 Pometia pinnata J.R.Forts. & G.Forts. Santalaceae + + + + +

269 Pometia sp. Santalaceae + + +

270 Psychotroia malayana Rubiaceae + +

271 Pterocarpus indica Fabaceae + + + +

272 Pterocarpus indicus Willd. Fabaceae +

273 Pterocymbium Sp. Sterculiaceae + + +

274 Pterocymbium tinctorium(Blume) Kosterm. Sterculiaceae + +

275 Pterospermum acerifolium Willd Sterculiaceae +

276 Pterospermum celebicum Miq. Sterculiaceae + + + + +

277 Pterospermum diversifolium Blume Sterculiaceae +

278 Remusatia vivipara Araceae + +

279 Sandoricum koetjape Merr. Meliaceae + +


(6)

281 Schismatoglothis calyprata Araceae + + +

282 Schyzostachyyum blumei Nees Poaceae + + +

283 Scopariadulcis sp. Scorphulariaceae + +

294 Selaginella tamariscina Selaginellaceae + +

285 Shorea sp Dipterocarpaceae +

286 Solanum nigrum L. Solanaceae + +

287 Spondias pinnata (L.f) Kurz Anacardiaceae +

288 Sysygium aqueum Alston Myrtaceae + + +

289 Sysygium claviflorum Roxb Myrtaceae + +

290 Syzygium cumini (L.)Skeels Myrtaceae + +

291 Talauma ovalis Miq. Magnoliaceae + + + +

292 Terminalia catappa L. Combretaceae +

293 Tetrameles nudiflora R.Br. Datiscaceae + + + +

294 Trema orientalis Blume Ulmaceae +

295 Vitex celebica Koord Verbenaceae + + + +

296 Vitex minahassae Koord Verbenaceae + + +

297 Vitex negundo L. Verbenaceae + + + +

298 Xanthosoma violaceum Araceae +

299 Xantophyllum celebicum Meijden Polygalaceae + + + +

300 Xylopia malayana Hook.f & Thomson Annonaceae + + + +

301 Zingiber sp Zingeberaceae + +

Keterangan :

A = Doloduo

B

= Torout

C

= Tumokang

D =

Matayangan

E

= Kabila