115
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Daerah penyebaran Pinang yaki Areca vestiaria Giseke
Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa pinang yaki Areca vestiaria
Giseke dapat ditemukan di empat lokasi penelitian yaitu di hutan Doloduo, Tumokang, Matayangan, dan Gunung Kabila, kecuali di hutan Torout. Habitat
tumbuh pinang yaki terutama dikawasan hutan yang agak terbuka, tersebar pada ketinggian 300 – 1200 m dpl.
Jenis tumbuhan ini Areca vestiaria Giseke merupakan jenis tumbuhan
pada tingkat pertumbuhan sapihan yang mendominansi kawasan hutan Tumokang dan G.Kabila dengan nilai dominansi relatif tertinggi dengan nilai
sebesar 8.08 dan 2.19 . Nilai dominansi dari setiap jenis dipengaruhi oleh jumlah jenis yang bersangkutan pada lokasi penelitian. Jenis pinang yaki juga
memiliki Nilai INP tertinggi tingkat pertumbuhan sapihan dan tingkat semai di Lokasi hutan Tumokang yaitu sebesar 23,86 dan lokasi hutan G.Kabila
sebesar 16,32 untuk tingkat sapihan, dan untuk tingkat semai nilai INP sebesar 11,26 Tumokang dan 11,18 G.Kabila. Kedua lokasi hutan Tumokang
dan G.Kabila tersebut di dominasi oleh jenis yang sama untuk tingkat pertumbuhan sapihan dan tingkat semai, meskipun dengan nilai INP yang
berbeda. Hal ini memberikan gambaran bahwa pinang yaki memegang peranan penting dalam komunitasnya. Dengan demikian berarti pinang yaki merupakan
jenis yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan di lokasi hutan Tumokang dan G.Kabila terutama pada rentang 300 m – 1200 m
dpl. Hasil tersebut sejalan dengan pandangan Ludwig Reynold 1988 bahwa
pola penyebaran tumbuhan dalam suatu komunitas bervariasi dan disebabkan karena beberapa faktor yang saling berinteraksi antara lain 1 faktor lingkungan
internal seperti angin, ketersediaan air, dan intensitas cahaya 2 faktor kemampuan reproduksi organisme 3 faktor sosial yang menyangkut fenologi
tumbuhan, 4 faktor koaktif yan merupakan dampak interaksi intraspesifik dan 5 faktor stochastik yang merupakan hasil variasi random beberapa faktor yang
berpengaruh. Jenis tertentu dengan pola penyebaran mengelompok disebabkan karena
pada umumnya biji atau propagule dari setiap tumbuhan pada umumnya akan
116
jatuh di sekitar pohon induknya sehingga jika kondisi lain menunjang maka regenerasi berupa tumbuhnya anakan baru akan terjadi di sekitar pohon
induknya. Peta lokasi penyebaran pinang yaki berdasarkan lokasi hutan dan
ekosistem pengamatan dapat dilihat pada Gambar 14.
x x x x xxxx
x x x x x x x x x x x
Keterangan : x x x x = lokasi penelitian
Gambar 14. Peta lokasi penyebaran pinang yaki di TNBNW Hasil pengamatan secara langsung di lapangan, habitat tumbuhnya
cukup memberikan gambaran bahwa tumbuhan pinang yaki dapat di budidayakan didomestikasi seperti tanaman komersial lainnya, asalkan
persyaratan tumbuhnya dipenuhi. Secara umum syarat lingkungan tumbuh pinang yaki tidak berbeda dengan kondisi lingkungan yang ada di sekitar Taman
Nasional Bogani Nani Wartabone. Menurut Clement dalam Weaver dan Frederik 1978, bahwa keberadaan
jenis dapat dipergunakan sebagai salah satu indikator dan alat analisis kondisi lingkungan. Lebih lanjut
Setiadi et al.,1989, mengemukakan bahwa data
ekologi lingkungan seperti bahan induk, topografi, tanah, iklim, organisme hidup dan waktu sangat mempengaruhi penyebaran tumbuhan. Sitompul dan Guritno
1995, lingkungan yang yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dan kebutuhan tumbuhan akan keadaan lingkungan yang khusus mengakibatkan
117
keragaman jenis tumbuhan yang berkembang dapat terjadi menurut perbedaan tempat dan waktu. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan jenis tumbuhan yang
berkembang dengan perbedaan tinggi tempat atau perbedaan musim. Hasil pengamatan terhadap komponen iklim curah hujan, suhu dan
kelembaban bahwa arah angin dan topografi yang bergunung di wilayah ini sering mempengaruhi curah hujan lokal. Sebagai contoh di wilayah bagian
tengah dan utara Dumara dan Toraut curah hujannya tinggi karena pengaruh angin timur laut sedangkan di wilayah Doloduo dan Kosinggolan relatif lebih
kering karena pengaruh angin barat daya. Secara umum curah hujan rata-rata antara 1.700 – 2.200 mm per tahun, adapun suhu udara rata-rata 20
o
– 28 C
o
. Keadaan iklim di wilayah kawasan Taman nasional Bogani Nani
Wartabone menurut Schmidt dan Verguson termasuk dalam tipe B. Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang tahun dengan periode relatif basah antara
bulan November sampai dengan bulan Januari dan bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Masa kering antara bulan Juni sampai Oktober. Keadaan curah hujan
antara 1.200 mm – 2.200 mm per tahun Tabel 1.
Keadaan tanah dalam kawasan Taman nasional Bogani Nani Wartabone
terutama berasal dari bahan vulkanis. Tanahnya berasal dari kapur dengan penyebaran hampir di semua formasi geologi. Tanah berasal dari bahan sedimen
dijumpai di bagian utara dan selatan Dumoga. Formasi kaolin yang merupakan bahan keramik dapat dijumpai di daerah Molibagu. Jenis tanah yang terdapat di
kawasan ini antara lain latosol, podsolik, renzina, alluvial dan andosol. Menurut Balakrishnan
et al., 1994, setiap jenis tumbuhan dalam lingkungannya mempunyai kemampuan hidup untuk menduduki lingkungan
tersebut dengan kemampuan yang bervariasi. Selanjutnya Krebs, 1994 mengemukakan bahwa keberhasilan setiap jenis untuk mengokupasi suatu area
dipengaruhi oleh kemampuannya beradaptasi secara optimal terhadap seluruh faktor lingkungan fisik temperatur, cahaya,struktur tanah, kelembaban dan
sebagainya dan faktor biotik interaksi antar jenis, kompetisi, dan sebagainya serta faktor kimia meliputi ketersediaan air, oksigen, pH, nutrisi dalam tanah dan
sebagainya yang saling berinteraksi .
Selain tumbuh di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone bahwa pinang yaki
Areca vestiaria Giseke juga tumbuh di Cagar alam Gunung Ambang Kabupaten Bolaang Mongondow, C.A.Gunung Tangkoko dua saudara,
di lereng G. Soputan dan G. Mahawu Kabupaten Minahasa Simbala, 2006 .
118
Sedangkan menurut Yuzami et al, 2002, pinang yaki juga tersebar di Taman nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah, palem ini merupakan tumbuhan endemik
Indonesia karena ditemukan di Sulawesi, tumbuhan ini juga bertumbuh di Provinsi Maluku, tersebar terutama di Pulau Halmahera, Buru dan Seram
Mogea, 2002 .
B. Fenologi Pinang yaki