99
Menurut Achmad 2003, bahan kimia yang bersumber dari tumbuhan yang telah digunakan untuk antihipertensi di antaranya resinamin dan reserpin dari
Rauwolfia serpentina Benth, dan deserpidin dari R. tetraphylla L. Apocynaceae; untuk terapi penyakit jantung dipakai bahan kimia seperti kuabain dari
Strophanthus gratus Baill. Apocynaecae; dan untuk terapi diuretik dan vasodilator dipakai teobromin dari
Theobroma cacao L. termasuk suku Sterculiaceae. Senyawa kristalin yang diketahui sebagai
daucosterol, cumanbrin- A, acacetin, glyceryl-1- monobehenate dan asam palmitik chrysanthemol yang
diisolasi dari bunga-bunga Chrysanthemum indicum L., chrysanthemol
antiinflamasi pada tikus Yu, et al, 1987; dan thalicsiline dari Thalictrum sessile
Wu et al, 1988. Bahan kimia asal tumbuhan yang dapat dipakai sebagai antifertilitas telah
banyak dikaji di antaranya Levo gossypol sebagai agen antifertilitas pada pria
berasal dari Gossypium Malvaceae. Ekstrak etanol dari Artemisia absinthium,
dan Schubertia multiflora sebagai antifertilitas, dan Ruta graveolus dapat
menyebabkan keguguran Rao, 1988; dan sebaliknya Phenylethanoid
glycosides dari herba Cistanchis dipakai untuk pergobatan bagi impotensi dan fungsi vital ginjal Tu, et al, 1997.
Tujuan Penelitian
M M
e e
m m
p p
e e
l l
a a
j j
a a
r r
i i
b b
a a
g g
a a
i i
m m
a a
n n
a a
m m
a a
s s
y y
a a
r r
a a
k k
a a
t t
d d
i i
s s
e e
k k
i i
t t
a a
r r
T T
N N
B B
N N
W W
m m
e e
m m
a a
n n
f f
a a
a a
t t
k k
a a
n n
p p
i i
n n
a a
n n
g g
y y
a a
k k
i i
u u
n n
t t
u u
k k
p p
e e
n n
g g
o o
b b
a a
t t
a a
n n
p p
e e
n n
y y
a a
k k
i i
t t
, ,
m m
e e
n n
g g
u u
j j
i i
k k
a a
n n
d d
u u
n n
g g
a a
n n
k k
i i
m m
i i
a a
t t
u u
m m
b b
u u
h h
a a
n n
p p
i i
n n
a a
n n
g g
y y
a a
k k
i i
y y
a a
n n
g g
d d
i i
g g
u u
n n
a a
k k
a a
n n
o o
l l
e e
h h
m m
a a
s s
y y
a a
r r
a a
k k
a a
t t
s s
e e
t t
e e
m m
p p
a a
t t
m m
e e
l l
a a
l l
u u
i i
a a
n n
a a
l l
i i
s s
i i
s s
f f
i i
t t
o o
k k
i i
m m
i i
a a
, ,
m mengetahui
sejauhmana tingkat toksisitas ekstrak buah pinang yaki.
3. Hipotesis Penelitian
• Pinang yaki
Areca vestiaria menghasilkan senyawa metabolit sekunder alkaloid, flavanoid, triterpenoid, steroid dan tanin yang memiliki
aktivitas biologis .
100
TINJAUAN PUSTAKA Etnobotani
Etnobotani merupakan suatu studi yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh masyarakat primitif atau penduduk asli
yang berkaitan dengan kebudayaan masyarakat. Heiser 1985 mendefinisikan etnobotani sebagai suatu studi tentang tumbuh-tumbuhan yang berkaitan dengan
masyarakat yang memanfaatkannya. Selanjutnya Plotkin 1991 mendefinisikan bahwa etnobotani adalah hubungan secara total antara masyarakat dengan
tumbuhan, kemudian etnobotani menjadi subjek dari ilmu ekonomi tumbuhan yang menekankan pada kegunaan tumbuhan dan potensialnya bagi kehidupan
masyarakat. Dengan demikian etnobotani saat ini mencakup pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh masyarakat primitif dan masyarakat yang telah maju.
Sedangkan Schultes 1992, etnobotani diartikan sebagai pencatatan secara menyeluruh tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh penduduk asli.
Umumnya penduduk yang memanfaatkan tumbuhan tersebut telah mengenal tumbuhan yang dimanfaatkan. Selain itu telah mengetahui bentuk-bentuk
pengolahan secara tradisional. Harshberger 1896 diacu dalam Wickens 1989, mengemukakan
bahwa etnobotani dapat menjelaskan beberapa hal antara lain :
• Keadaan kebudayaan suatu bangsa yang memanfaatkan tumbuh- tumbuhan
• Membuktikan penyebaran tumbuh-tumbuhan pada masa lalu • Membuktikan jalur perdagangan
• Berguna dalam menerangkan nilai yang didapat dari pemanfaatan
tumbuhan dan satwa liar yang diambil dari alam. Alikodra 1987, mengemukakan bahwa sejak awal peradaban manusia,
antara hutan dan manusia telah terjadi hubungan saling ketergantungan, karena hutan merupakan sumber bahan kehidupan dasar yang diperlukan oleh manusia
seperti: air, energi, makanan, protein, udara bersih dan perlindungan. Selanjutnya hubungan ketergantungan secara tradisional ini berlangsung di
berbagai taman nasional, sesuai peningkatan laju pertumbuhan penduduk di sekitar taman nasional.
101
Menurut Hidalgo 1992, pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh kelompok masyarakat yang berada di sekitar hutan hujan tropika dapat memberikan
keseimbangan hubungan antara manusia dan alam. Bentuk pengelolaan tersebut dapat berupa pembuatan pekarangan pribadi dan hutan rakyat.
Pekarangan pribadi terletak di sekitar hutan dan berupa perpaduan antara usaha pertanian, hutan dan pemeliharaan jenis-jenis yang sangat bermanfaat,
khususnya tanaman pertanian. Sedangkan hutan rakyat pada prinsipnya adalah penanaman jenis-jenis tumbuhan yang ada di hutan dan pemanfaatannya.
Pemanfaatan yang dilakukan adalah pengambilan produk jenis komersil seperti kayu, karet, minyak dan perburuan satwa liar secara terbatas.
Pengetahuan tradisional Indigenous knowledge asli masyarakat lokal
merupakan sesuatu yang unik dalam suatu kultur yang bisanya disebut pengetahuan asli, pengetahuan lokal, nilai-nilai tradisional atau ilmu tradisional.
Masyarakat lokal telah memiliki berbagai pengetahuan yang luas tentang ekosistem tempat mereka hidup dan beraktivitas. Pengetahuan bagaimana cara
mereka memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan yang ada di lingkungan mereka dengan karakteristik kehidupan sosial masyarakatnya
Anonim 1997. Menurut Nababan 2001 prinsip-prinsip kearifan tradisional antara lain :
1 ketergantungan manusia dengan alam mensyaratkan keselarasan hubungan dan keseimbangan yang harus dijaga; 2 penguasaan atas wilayah adat tertentu
bersifat eksklusif sebagai hak penguasaan kepemilikan komunitas communal
property resources, selanjutnya dikenal sebagai wilayah adat yang mengikat semua warga untuk menjaga dan mengelolanya bagi keadilan dan kesejahteraan
bersama sekaligus mengamankan dari eksploitasi pihak luar; 3 sistem pengetahuan dan struktur pengaturan adat memberikan kemampuan
memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam pemanfaatan sumberdaya hutan; d sistem alokasi dan penegakan hukum adat, mengamankan
sumberdaya milik bersama dari penggunaan berlebihan baik oleh masyarakat sendiri maupun pihak luar; e mekanisme penerapan distribusi hasil panen
sumberdaya alam milik bersama, dapat meredam kecemburuan sosial ditengah- tengah masyarakat.
Purwanto 2003 mengemukakan bahwa, pengelolaan lingkungan suatu kawasan tidak mungkin berhasil tanpa melibatkan keberadaan masyarakat
102
setempat. Peran masyarakat lokal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan, terutama melalui aktivitasnya.
Pengetahuan tradisional masyarakat atau kearifan lokal berbeda satu sama lain tergantung budaya dan tipe ekosistem setempat. Pada umumnya
berupa sistem pengetahuan dan pengelolaan sumberdaya lokal yang diwariskan turun temurun. Misalnya: masyarakat adat ekosistem rawa bagian selatan pulau
Kimaam Kabupaten Merauke, Papua yang berhasil mengembangkan 144 kultivar ubi Nababan 2001.
BIOPROSPEKSI
Sumberdaya alam hayati menjadi semakin menarik ketika mendapat pengakuan masyarakat dan dunia sebagai bahan baku obat-obat tradisional.
Melalui lompatan kemajuan dalam bidang ilmu biologi modern bioteknologi, telah dibuktikan bahwa tumbuhan sebagai sumberdaya hayati merupakan
sumber pustaka kimia yang sangat potensial dalam upaya pencarian obat baru bioprospecting. Sumberdaya alam ini juga identik dengan pustaka gen yang
amat dibutuhkan untuk pengembangan industri dan pembaharuan di bidang kesehatan Kusuma, 2002.
Bioprospeksi pada prinsipnya adalah upaya pencarian, penelitian, pengumpulan, ekstraksi, dan pemilihan sumberdaya hayati dan pengetahuan
tradisional untuk mendapatkan materi genetik dan sumber biokimia yang bernilai ekonomi tinggi. Kegiatan ini penting untuk mendokumentasi sumberdaya genetik
keanekaragaman hayati sebelum ada pihak lain yang tidak bertanggung jawab mengeksploitasi habis kekayaan tersebut, sekaligus mencari sumber bagi
keuntungan ekonomi di masa depan. Oleh karena itu keanekaragaman, struktur dan komposisi vegetasi sebagai komponen utama habitat perlu dikaji dan
dianalisa. Demikian pula pemanfaatan keanekaragaman flora oleh masyarakat sekitar taman nasional terutama pemanfaatannya sebagai bahan obat-obatan
tradisional Kehati, 2001. Menurut Dennin 2000, berbagai spesies keanekaragaman hayati
mempunyai potensi yang sangat berharga, khususnya sebagai sumber gen plasma nutfah dan sebagai sumber bahan kimia. Pengertian dan pemahaman
baru bahwa setiap helai daun tumbuhan, dan setiap bagian tumbuhan lainnya ranting,akar, daun, buah, dan lain sebagainya adalah pustaka kimia dan
sumber gen yang luar bisa kayanya. Oleh karena itu ekstrak yang diperoleh dari
103
sumberdaya hayati ini sangat mahal sekalipun dalam jumlah yang amat sedikitmikro-liter nilainya dapat mencapai puluhan ribu dollar. Ekstrak ini
digunakan sebagai bahan baku industri gen dan industri obat modern. Selanjutnya Kusuma 2002 , mengemukakan bahwa melalui pemberian nilai
tambah keanekaragaman hayati tersebut akan diperoleh keuntungan secara ekonomis. Hal tersebut merupakan insentif yang dapat memotifasi eksploitasi
sumberdaya hayati secara berkelanjutan. Kartodihardjo1999 dan Endang 2002 sependapat bahwa persiapan-
persiapan ke arah pemanfaatan sumberdaya alam hayati bagi negara Indonesia sangat beralasan karena negara kita adalah pemilik keanekaragaman hayati
terbesar di dunia. Berbagai pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan dasar bahan tumbuhan asli Indonesia diakui ampuh. Pembuktian ini telah
membuka mata dunia untuk mempelajari sumber daya alam hayati Indonesia. Hal ini harus diantisipasi, karena dengan menggunakan teknologi supra modern
yang saat ini pihak barat telah mampu mengembangkan metoda penapisan dalam upaya menciptakan obat-obat baru yang amat dibutuhkan dunia.
Pemanfaatan sumberdaya alam oleh pihak barat melalui akses kepada sumberdaya alam lokal yang harus menjamin adanya kompensasi dan
keuntungan bagi masyarakat dan bangsa Indonesia serta adanya jaminan kelestariannya sebagai wujud pertanggungjawaban kepada generasi mendatang.
Sebenarnya, bangsa Indonesia memiliki aset abadi berupa sinar matahari dan laut. Bangsa Indonesia memiliki hutan tropis dengan keanekaragaman
sumberdaya alam hayati yang luar bisa. Dengan modal tersebut di atas, sebetulnya Indonesia layak menjadi gudang pangan dan obat-obatan dunia,
tujuan wisata dan paru-paru dunia. Dengan VISI ini, Indonesia sebenarnya mempunyai peluang untuk segera keluar dari himpitan krisis sekaligus
mengembalikan hakikat martabat dan harga diri bangsa dalam pergaulan dunia Ranareksa, 2000.
Menurut Sidik 1994, berkembangnya ilmu kedokteran dan farmasi maupun ilmu lainnya yang terkait maka bahan-bahan yang dipakai dalam ilmu
kedokteran saat ini pada dasarnya merupakan perkembangan dari bahan-bahan alam tersebut.
104
Didalam perkembangan teknologi akhir-akhir ini, banyak obat-obat dibuat secara sintesis, namun penghasil obat seperti antibiotika misalnya penisilin,
streptomisin, khloromisetin dan lain-lain, semuanya dihasilkan dari tumbuhan Dzulkarnain, et al, 1996. Para ahli meyakini bahwa masih banyak jenis
tumbuhan yang sampai sekarang belum dikenal berkhasiat sebagai obat. Menurut Achmad SA 2002, ditinjau dari banyaknya tumbuhan yang
bahannya dipakai dalam obat tradisional oleh masyarakat, dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mengadakan penyelidikan secara ilmiah tentang zat yang
berkhasiat sebagai tumbuhan obat, dengan demikian menunjang perkembangan farmakologi dan pengobatan modern. Dilain pihak untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan mengantisipasi laju perkembangan penyakit yang sering melampaui laju perkembangan bidang teknologi pengobatan modern
maka pemanfaatan tumbuhan obat merupakan suatu alternatif yang dapat ditempuh Hargono dan Djoko 1997.
Selanjutnya dikemukakan bahwa perkembangan dalam penelitian tumbuh-tumbuhan obat mengalami kemajuan yang semakin cepat dengan
ditemukannya tehnik-tehnik pemisahan kromatografi dan penentuan struktur molekul secara spektroskopi pada pertengahan abad ke 20. Dalam hal ini perlu
dicatat beberapa temuan senyawa bioaktif farmakologis yang sangat berarti, seperti alkaloid bis-indol vinblastin dan vinbastin dari tanaman
Catharanthus roseus G.Don Apocynaceae, yang kemudian dikembangkan menjadi komersil
untuk mengobati penyakit kanker. Selanjutnya Endang, 2002, penemuan diterpenoid taksol dari tumbuhan
Taxus brevifolia Nutt.Taxaceae yang kemudian diperdagangkan sebagai obat kanker payudara dan kanker kandungan
Segera, perusahaan-perusahaan farmasi yang besar menaruh perhatian yang sangat antusias terhadap tumbuh-tumbuhan sebagai sumber yang sangat
potensial untuk digunakan sebagai bahan baku obat modern. Pada hakekatnya tumbuh-tumbuhan obat juga dapat digunakan menurut
dua cara yang berbeda, pertama, sebagai campuran yang kompleks yang mengandung berbagai senyawa kimia, misalnya seduhan dan minyak atsiri.
Ramuan fitofarmaka ini sangat populer di negara-negara yang mempunyai tradisi yang kuat dalam obat herbal. Cara kedua, ialah dalam bentuk senyawa kimia
murni bioaktif yang terdefinisi secara kimia dengan jelas Syamsul dkk., 2002,. Selanjutnya dikemukakan bahwa proses untuk menghasilkan senyawa kimia
murni diawali dengan pemilihan tumbuhan.Untuk menghasilkan senyawa kimia
105
murni yang aktif farmakologis memerlukan kerjasama multidisiplin antara ahli-ahli biologi, kimia, farmakologi, dan toksikologi. Pemilihan jenis tumbuhan tertentu
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan penelitian. Kecuali pemilihan yang bersifat acak, terdapat pula pemilihan yang
bersifat lebih terarah, berlandaskan pengetahuan kemotaksonomi yang dikombinasikan dengan informasi etnobotani. Tumbuh-tumbuhan yang
digunakan dalam pengobatan tradisional merupakan petunjuk bagi ditemukannya senyawa-senyawa aktif farmakologis.
ANALISIS FITOKIMIA BUAH PINANG YAKI
Analisis fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, tannin, dan
triterpenoid. Uji ini sangat bermanfaat untuk memberikan informasi senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan. Analisa ini merupakan tahapan awal dalam
isolasi senyawa bahan alam selanjutnya Harbone, 1996. Fitokimia merupakan cabang kimia organik yang berada di antara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan erat dengan keduanya. Bidang perhatian dari kimia tumbuhan atau fitokimia adalah
keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yang meliputi struktur kimia, biosintesis, perubahan serta metabolismenya,
penyebaran secara ilmiah dan fungsi hayati. Kimia tumbuhan ini banyak berkaitan dengan bidang pertanian, baik untuk meningkatkan kualitas hasil
pertanian tanaman pangan ataupun tanaman lainnya Suradikusumah, 1989. Menurut Latifah 2003, dikenal dua sistem metabolisme dalam tumbuhan
yaitu metabolisme primer dan sekunder. Proses metabolisme primer melibatkan senyawa-senyawa yang disebut metabolit primer yaitu protein, karbohidrat, lipida,
dan asam nukleat. Sedangkan proses metaboliisme sekunder menghasilkan produk berupa metabolit sekunder di antaranya alkaloida, terpenoid, flavonoid,
tannin, dan saponin. Pada dasarnya jalur biosintesis primer terdapat pada seluruh sistem organisme, sedangkan keberadaan jalur metabolisme sekunder
akan tergantung kepada organismenya, kondisi biokimiawi serta tingkat fisiologis tumbuhannya. Metabolit sekunder dalam suatu tumbuhan dapat bervariasi
karena kondisi lingkungannya, jenisnya dapat juga varietasnya, kondisi fisiologisnya tua, muda dan juga sifat kimianya. Oleh karena itu dalam
pengolahan tumbuhan obat perlu diketahui darimana asalnya, bagaimana
106
budidayanya, pascapanennya, dan bagaimana proses untuk mendapatkan produknya.
Pengaruh fisiologis dan farmakologis dari tumbuhan disebabkan oleh kandungan senyawa kimia aktif yang umumnya merupakan hasil metabolisme
sekunder dari tumbuhan. Metabolisme sekunder itu antara lain menghasilkan senyawa golongan fenol dan asam fenolat, fenilprofanoid, tanin, flavonoid dan
flavonol, senyawa golongan triterpenoid, steroid, saponin, dan senyawa golongan nitrogen seperti alkaloid.
Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa kimia bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, umumnya tidak berwarna, dan berwarna jika jika
mempunyai struktur kompleks dan bercincin aromatik. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol,
jadi digunakan secara luas dalam pengobatan. Dapat bersifat optis aktif dan dalam proses ekstraksi dapat mengakibatkan isomerisasi sehingga alkaloid yang
diperoleh berupa campuran resemik. Alkaloid merupakan golongan terbesar senyawa metabolit sekunder pada
tumbuhan. Telah diketahui sekitar 5500 senyawa alkaloid yang terbesar di berbagai famili Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan
seperti biji, daun, ranting dan kulit kayu Surahadikusuma,1989. Alkaloid ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah, juga dapat
ditemukan pada hewan Harbone, 1996.
Tanin
Tanin merupakan senyawa polifenol yang terdapat secara alami. Sifat utamanya berkaitan dengan protein dan polimer lainnnya seperti selllulosa,
hemisellulosa, pektin yang dapat membentuk senyawa yang stabil . Tanin adalah suatu grup yang penting dalam unsur-unsur sekunder tanaman. Tanin
merupakan fenol yang larut dalam air dengan berat molekul 500-3000, merupakan bagian dari fraksi fenol dan mempunyai kemampuan untuk mengikat
alkaloid gelatin dan protein. Selanjutnya Manitto 1992 mengemukakan bahwa senyawa tanin merupakan penghambat enzim yang kuat bila terikat pada
protein. Senyawa tanin termasuk golongan senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang sejak dahulu kala digunakan untuk merubah kulit hewan menjadi
107
kedap air, awet. Dalam buah, tingkat polimerisasi dari tanin bertambah bila buah makin masak, sehingga kemampuan untuk mengikat protein menjadi berkurang
Tangendjaya et al., 1992.
Secara umum tanin dibagi ke dalam dua bagian besar yakni tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi tersusun dari polimer
tidak mengalami hidrolisis dalam asam basa. Tanin terkondensasi dikenal juga sebagai proantosianidin tidak mudah dihidrolisis dan terdapat dalam bentuk yang
sangat kompleks Hagerman, 1992.
Terpenoid
Terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, berasal dari molekul isoprena CH2 = CCh3-CH=CH2 dan kerangka karbonnya dibangun
oleh penyambungan dua atau lebih satuan C5. Terpenoid terdiri dari beberapa senyawa terdiri dari komponen minyak atsiri yaitu didasarkan pada banyaknya
unit isoprenonoid sebagai senyawa penyusunnya. Monoterpenoid memiliki dua satuan isoprenoid seperti pada minyak atsiri, seskuiterpenoid memiliki tiga unit
isoprenoid, diterpenoid memiliki empat unit dan triterpenoid memiliki enam unit isoterpenoid Harbone, 1996..
Minyak atsiri merupakan suatu senyawa yang bagian utamanya terpenoid yang terdapat pada fraksi atsiri yang tersuling uap. Zat inilah yang menyebabkan
wangi, harum, atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Triterpenoid sendiri digolongkan menjadi beberapa golongan senyawa di antaranya sterol dan
saponin. Sterol adalah triterpen yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana, bisanya berperan sebagai hormon, misalnya skualen dan
ergosterol Robinson,1995..
Saponin
Saponin adalah glikosida triterpen dan merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat, bersifat seperti sabun serta dapat dideteki berdasarkan
kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba Robinson,1995. Selanjutnya dikemukakan
bahwa saponin memiliki gugus glikosil yang bersifat polar dan gugus steroid dan triterpenoid yang bersifat nonpolar. Senyawa yang bersifat polar dan nonpolar
bersifat aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air saponin dapat
108
membentuk micell. Keadaan inilah yang tampak seperti busa, karena itu dalam analisis ini dilihat kemampuan sampel dalam membentuk busa.
Saponin juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri pada produksi hormon sex. Sumber utama saponin adalah berasal dari tumbuhan tinggi,
terutama dari famili Lithiaceae, Solanaceae dan Scrophulariceae Manitto P, 1992. Saponin juga mempunyai kemampuan untuk mengikat kolesterol
sehingga turut berperan dalam mengurangi resiko arterosklerosis Arcuri P.B. 2004. Menurut Lacaille dan Wagner 1996 , saponin memiliki aktivitas spesifik
yang berhubungan dengan kanker seperti sitotoksik, antitumor, antiperadangan, antialergi, antivirus,antihepatotoksik, antidiabetes dan antifungal.
Flavonoid
Semua flavonoid, menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan dan senyawanya
mempunyai sejumlah sifat yang sama. Flavonoid berupa senyawa fenol karena itu, akan berubah warna jika ditambah basa atau amonia. Flavonoid hampir
terdapat pada semua jenis tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid Harbone, 1996.
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Di samping itu,
sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Flavonoid ditemukan dalam tumbuhan tingkat tinggi, tetapi tidak dalam
mikroorganisme Suradikusumah, 1989.
Analisis Kadar sari Buah Pinang yaki :
Analisis kadar sari dimaksudkan untuk mengetahui kualitas ekstrak yang didasarkan pada zat berkhasiat hasil uji fitokimia. Kualitas ekstrak ditetapkan
berdasarkan parameter kualitas standard yang dikeluarkan oleh Direktprat Pengawasan Obat tradisional yaitu antara lain persentase rendemen air, kadar
air, kadar abu, dan rendemen pelarut organik.
Uji Toksisitas Buah Pinang yaki
Uji toksisitas merupakan uji pendahuluan untuk mengamati aktivitas farmakologi suatu senyawa. Farmakologi pada dasarnya adalah toksikologi pada
109
dosis rendah sedangkan toksikologi adalah farmakologi pada dosis tinggi Hamburger Hostettmann, 1991.
Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang bersifat toksik dalam dosis tinggi. Penapisan senyawa bioaktif dari jaringan tumbuhan memerlukan metode
yang tepat, sederhana dan cepat. Prinsip dalam uji toksisitas adalah komponen bioaktif selalu bersifat toksik jika diberikan dalam dosis tinggi dan obat adalah
racun dari suatu bioaktif pada dosis rendah. Senyawa aktif yang dikandung ekstrak kasar tumbuhan akan menghasilkan tingkat kematian yang tinggi.
Pemeriksaan toksisitas diperlukan untuk sifat sediaan tersebut, apakah bersifat toksik atau tidak. Tingkat konsentrasi yang dapat menyebabkan
keracunan ditentukan dengan letal konsentrasi 50LC
50
. LC
50
adalah konsentrasi dari suatu bahan yang menyebabkan 50 kematian dalam suatu populasi. LC
50
dapat digunakan untuk menentukan toksisitas dari suatu zat. Data mortalitas hewan uji yang diperoleh dapat diolah untuk mendapatkan nilai LC
50
dengan selang kepercayaan 95 dengan menggunakan probit analysis method yang
dikemukakan oleh Finney 1971. Uji Toksisitas dalam penelitian ini menggunakan Larva Udang A.salina Leach dengan Metode BSLT
Brine Shrimp Lethality Test.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di kawasan TNBNW Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara yaitu di Hutan Doloduo, Torout, Matayangan,
tumokang, dan Gunung Kabila 1.753 m Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2005 sampai dengan Oktober 2006. Uji fitokimia dan uji toksisitas
dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor
Bahan, Alat dan Cara Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan terdiri atas tumbuhan berupa koleksi pinang yaki
Areca vestiaria Giseke yang diambil dari kawasan G.Kabila TNBNW. Proses pengumpulan data tumbuhan pinang yaki mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut: 1 observasi lapangan 2 inventarisasi jenis tumbuhan dan etnobotani, karakteristik sampel, lokasi sampel dikoleksi tinggi tempat di atas
110
laut, suhu, kelembaban, keadaan tanah dan vegetasi lain; 3 populasi ditentukan dan dicatat penyebarannya; 4 spesimen yang dikoleksi, jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan rantingdaun, kulit batang, akar, bunga dan buah; 5 sebagaian dari spesimen dilapang disiapkan untuk pembuatan
herbarium, untuk diidentifikasi dilaksanakan di Herbarium Bogoriensis Bogor. Data ekologi lngkungan yang mempengaruhi penyebaran tumbuhan
pinang yaki seperti bahan induk, topografi, tanah, iklim, organisme hidup dan waktu Setiadi dan Muhadiono, 2001 diperoleh dengan pengamatan langsung
dilapangan dan dari informasi masyarakat maupun instansi terkait. Pemanfaatan tumbuhan diketahui dengan cara wawancara dengan masyarakat setempat.
Bahan dan metode analisis fitokimia 1. Analisis Kadar sari
Bahan dan alat yang digunakan terdiri atas biji pinang yaki yang diambil dari kawasan G.Kabila di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone; pinggan
porselin, oven, timbangan, evaporator, dan bahan kimia yang diperlukan sesuai kebutuhan analisis. Proses analisis kadar sari meliputi penetapan
kadar air, kadar abu, penetapan rendemen air, dan rendemen pelarut organik.
Penetapan Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang perlu diketahui pada analisis kadar sari. Dasar penetapan kadar air ada dua cara yaitu
berdasarkan berat basah wet based dan berdasarkan berat kering dry based.
Dalam analisis ini menggunakan dasar berat basah. Besarnya crude extract dan
bioaktivitasnya dari senyawa sangat ditentukan oleh kadar air awal dari simplisia. Penetapan kadar air dilakukan dengan mengeringkan pinggan porselin
pada suhu 105 C selama 1 jam. Setelah didinginkan di dalam eksivator
kemudian ditimbang bobotnya. Serbuk biji sebanyak 3 gram dimasukkan ke dalam pinggan porselin kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105
C selama 1 jam. Kadar air diukur dengan cara berikut :
100 x
serbuk Bobot
n dikeringka
setelah serbuk
bobot -
serbuk Bobot
air Kadar
=
111
Penetapan Kadar Abu
Cawan porselin kosong dipanaskan di atas api kemudian dimasukkan dalam tanur bersuhu 600
C, proses pengabuan dilakukan selama 2 jam, kemudian contoh didinginkan dalam eksivator dan ditimbang.
100 x
awalgr contoh
Bobot akhirgr
contoh Bobot
abu Kadar
=
Penetapan Rendemen Air
Penetapan rendemen crude extract diperlukan untuk mengetahui dan membandingkan jumlah senyawa yang dapat terambil dengan menggunakan
berbagai macam pelarut. Sampel dengan jumlah 3 gram direndam dengan air selama 24 jam kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dengan rotari
evaporator hingga kering. Hasil ekstrak yang dihasilkan kemudian ditimbang.
100 x
awal Sampel
ekstrak Bobot
air Rendemen
=
Penetapan Rendemen Pelarut Organik
Sampel dengan jumlah 3 gram direndam dalam pelarut organik selama 24 jam kemudian disaring. Filtrat yang dihasilkan diuapkan dengan rotari
evaporator hingga kering. Hasil ekstrak yang dihasilkan kemudian ditimbang.
100 x
awal Sampel
ekstrak Bobot
organik pelarut
Rendemen =
2. Uji Fitokimia