21 adalah sebagai pusat konservasi tumbuhan. Tugas pokok KRB berdasarkan
fungsinya adalah sebagai lembaga yang bertugas menyelenggarakan penelitian tentang kekayaan alam hayati Indonesia, yaitu melaksanakan inventarisasi,
eksplorasi dan konservasi tumbuhan tropika yang mempunyai nilai pengetahuan tinggi yang dikoleksikan dalam bentuk kebun botani.
Kebun Raya Bogor yang terletak di tengah kota Bogor dengan luas daerah 87 hektar merupakan museum hidup yang menyimpan kekayaan botani dari seluruh
dunia. Beberapa koleksi Kebun Raya Bogor adalah koleksi yang berharga bagi dunia ilmu pengetahuan seperi bunga bangkai atau Titan Arum Amorphophallus
titanum Becc. , koleksi anggrek Orchidaceae, pohon palem Arecaceae,
meranti Dipterocarpaceae, Kantung Semar Nephentaceae serta tanaman obat dan buah – buahan langka. Bagi kota Bogor, Kebun Raya Bogor adalah penanda
landmark yang memiliki berbagai fungsi baik fungsi wisata, sosial, ekologi dan ekonomi.
2.4.1 Sejarah Kebun Raya Bogor
Hortus Botanicus Bogorinensis atau Kebun Raya Bogor KRB didirikan
oleh Prof. Dr. Casper Georg Carl Reindwardt, seorang botanis dari Jerman pada abad 19. Pada awalnya, kebun ini bernama s’Lands Plantetuin te Buitenzorg dan
menjadi pusat introduksi berbagai tanaman ekonomi penting pertanian. Ide awal pendirian KRB berasal dari anggapan Reindwardt bahwa eksplorasi tumbuhan dan
masalah pertanian merupakan tugasnya di Hindia Belanda Indonesia. Kemudian Reindwardt menulis surat kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu,
22 G.A.G.P. Baron van der Capellen, memohon sebidang tanah untuk penelitian
manfaat berbagai tumbuhan baik dari kawasan Indonesia maupun mancanegara. Kemudian pada tanggal 18 Mei 1817, Gubernur Belanda menetapkan
lahan seluas 47 hektar yang berbatasan dengan Istana Bogor sebagai kebun raya dengan Prof. DR. C.G.C. Reindwart sebagai direktur pertama Kebun Raya Bogor.
Selama periode kepemimpinannya, sekitar 900 tumbuhan ditanam di Kebun Raya Bogor. Direktur kebun raya yang kedua adalah C.L. Blume. Pada masanya,
katalog tanaman kebun raya yang pertama dipublikasikan. Katalog tersebut dipublikasikan pada tahun 1823 dan mencakup 914 spesies serta masih
dipergunakan sebagai dasar katalog hingga saat ini. Dari tahun 1826 sampai 1867, penanggungjawab kebun raya adalah
seorang pegawai khusus dari Istana Guberur Jenderal dimana kuratornya adalah Johannes Elias Teysmann dengan asisten Justus Karl Hasskarl. Selama kurun
waktu 50 tahun, Teysmann dan Hasskarl melakukan perubahan pola tanam di Kebun Raya Bogor berdasarkan family taksonomisnya. Teysman juga dikenang
karena mengintroduksi tanaman pertanian yang bernilai ekonomi tinggi ke Indonesia seperi kelapa sawit Elais guineensis , kina dan ubi kayu Manihot
esculenta . Atas pengabdiannya, di dalam kebun raya didirikan tugu peringatan
dan marga empat spesies pohon jati dan verbena dinamakan atas nama beliau Teijsmaniodendron.
R.H.C.C. Scheffer adalah direktur ketiga Kebun Raya Bogor dari tahun 1869 – 1880. Selama masa itu, kebun raya menjadi sarana untuk pengembangan
pertanian dan penelitian ilmiah. Pada tahun 1892, di bawah pimpinan Dr. Treub Melchiour, Kebun Raya Bogor diperluas hingga 60 hektar dengan tambahan pulau
23 diantara dua bagian sungai Ciliwung. Pada perkembangan selanjutnya luas KRB
menjadi 87 hektar. Di bawah kepemimpinan Treub, berhasil diselesaikan penelitian dasar mengenai hama–hama penyakit yang mengancam tanaman tropis
yang bernilai ekonomi tinggi. Tiga puluh tahun berikutnya, Kebun Raya Bogor menumb uhkan pengakuan dunia atas jasa Kebun Raya Bogor sebagai lembaga
ilmiah yang bermanfaat bagi pertanian lokal dan Eropa Selama Perang Dunia II, KRB diambil kepemimpinannya oleh pihak
Jepang dengan Prof T. Nakai sebagai direkturnya dan Kanihera sebagai kepala herbarium. Selama di bawah pengawasan Jepang, KRB diberi nama Shokobutsuen
yang artinya kebun raya. Usai perang dunia II, pada tahun 1949, ketika Indonesia memperoleh
kemerdekaan penuh, pengelo laan Kebun Raya Bogor diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia. Semenjak dikelola pemerintah Republik
Indonesia, Kebun Raya Bogor sering mengalami perubahan kelembagaan. Pada awal pengelolaannya di tahun 1949, Kebun Raya Bogor berada di bawah
Lembaga Djawatan Penyelidikan Alam dengan direktur Kusnoto Setyowirdjo dan kurator Sudjana Kassan. Tahun 1959, KRB menjadi bagian dari Lembaga Pusat
Penyelidikan Alam dengan direktur Sadikin Sumintawikarta. Antara tahun 1964 – 1987 KRB menjadi bagian dari Lembaga Biologi Nasional LBN dimana KRB
dikembangkan sebagai Lembaga Penelitian Biologi Tropika. Sekitar tahun 1980- an tepatnya tahun 1986, LBN ditata ulang dan dipecah menjadi Pusat Penelitian
dan Pengembangan Biologi PUSLITBANG Biologi dan Kebun Raya. Berdasarkan Keppres RI No. 1 Tahun 1986 ditetapkan bahwa Kebun Raya Bogor
bersama PUSLITBANG Biologi berada di bawah LIPI. Kedudukan KRB
24 sekarang adalah sebagai Unit Pelaksana Tekhnis UPT Balai Pengembangan
Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia KRB LIPI. Berdasarkan Keppres RI No. 103 Tahun 2001 tentang susunan organisasi dan
tugas Lembaga Pemerintah Non Daerah LPND dan Keputusan Kepala LIPI Nomor 1151M2001 tentang organisasi dan tata kerja LIPI, maka KRB
mengalami perubahan struktur organisasi dan perubahan nama lembaga menjadi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. KRB sendiri merupakan pusat
kebun raya ya ng membawahi 3 kebun raya lainnya di Indonesia yaitu Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya Eka Karya di Bedugul- Bali.
2.4.2 Visi, Misi dan Fungsi Kebun Raya Bogor