36 b. Orientasi survey
1. Pertanyaan langsung kesediaan untuk membayar willingnes to pay 2. Pertanyaan langsung terhadap kemauan untuk dibayar willingness to
accept
2.8 Kesediaan Membayar
Konsep dasar dalam penilaian ekonomi yang mendasari semua tekhnik adalah kesediaan membayar dari individu untuk jasa–jasa lingkungan atau sumber
daya Munasinghe, 1994 sedangkan Hufschmidt et al 1983 menyatakan bahwa tekhnik penilaian manfaat didasarkan pada kesediaan membayar perbaikan atau
kesediaan menerima kompensasi karena adanya kemunduran kualitas lingkungan dalam sistem alami serta kualitas lingkungan sekitar.
Kesediaan membayar dan menerima merefleksikan preferensi individu terhadap perubahan lingkungan dari keadaan awal Q
o
menjadi kondisi lingkungan yang lebih baik Q
1
, yang dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut Pearce dan Moran, 1994:
WTP
i
= ƒ Q
1
– Q , P
own, i
, P
sub, i
, S
i
, E
i
WTP
i
= kesediaan membayar dari rumah tangga ke – i Q
= keadaan awal lingkungan Q
1
= keadaan baru lingkungan P
own
= harga dari penggunaan sumber daya lingkungan P
sub
= harga substitusi untuk penggunaan sumber daya lingkungan S
i
= karakteristik sosial ekonomi rumah tangga ke- i E
i
= galat acak
37
2.9 Metode Biaya Perjalanan
Berdasarkan kesediaan membayar, terdapat dua metode yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan nilai rekreasi sebuah kawasan konservasi:
pendekatan biaya perjalanan travel cost method dan pendekatan nilai hipotetis. Namun, penilaian kawasan konservasi terutama yang dinilai terlalu rendah
underpriced pada umumnya menggunakan metode biaya perjalanan. Pemilihan metode biaya perjalanan dikarenakan metode ini memiki
kemungkinan bias yang lebih kecil dibandingkan dengan pendekatan nilai hipotetis yang potensi penyimpangannya besar karena sifat hipotetis pendekatan
dimana perilaku pasar tidak sepenuhnya diamati Dixon, 1994. Pendekatan biaya perjalanan juga dinilai lebih efektif untuk mengukur nilai ekonomi objek wisata
yang memiliki jumlah pengunjung yang cukup besar Kamiharja, 2001. Akan tetapi, metode biaya perjalanan juga memiliki beberapa kelemahan
yaitu : 1. Atribut populasi yang tidak homogen Tisdell,1991
2. Tujuan kunjungan wisata yang tidak homogen Tisdell,1991 3. Kenyataan bahwa nilai ekonomi kawasan wisata tidak dapat ditentukan
oleh jumlah kunjungan saja Tisdell,1991 4. Tidak dimasukkannya biaya waktu yang hilang untuk menempuh
perjalanan ke lokasi wisata ke dalam model TCM Turner et al,1994 5. Multiple Visit Journey. Tujuan lokasi wisata yang lebih dari satu dalam
satu hari Turner et al,1994 6. Non paying visitor Dihilangkannya sampel pengunjung yang tidak
membayar. Randall, 1994 dalam Wijayanti,2003
38 namun, secara keseluruhan TCM bekerja baik dengan dasar karena model TCM
secara konsisten mendukung sifat–sifat yang diimplikasikan dalam teori permintaan seperti efek harga sendiri yang negatif Smith, 1994 dalam Wijayanti,
2003 Ada dua pendekatan metode biaya perjalanan yaitu Zonal Travel Cost
Method ZTCM dan Individual Travel Cost Method ITCM. ITCM lebih sering
digunakan karena beberapa alasan yaitu 1, pengamatan jauh lebih kecil dibandingkan keseluruhan populasi zona; dan 2, kelompok individu seringkali
terdispersi karena mereka mempunyai tujuan wisata yng berbeda, namun ITCM juga memiliki kelemahan yaitu bias pemilihan sampel sample selection bias
dimana semakin sering seseorang berkunjung maka peluang untuk terpilih menjadi sampel juga semakin besar serta sensitifitas terhadap error dan pemilihan
bentuk fungsi. Pendekatan biaya perjalanan memanfaatkan informasi tentang waktu dan
pengeluaran moneter yang dilakukan oleh para pengunjung untuk mengadakan perjalanan ke dan dari objek wisata. Pendekatan ini memperkirakan kurva
permintaan untuk pemakaian kawasan konservasi sebagai tempat wisata. Informasi ini kemudian digunakan untuk menghitung surplus konsumen yang
dinikmati para pengunjung. Dasar pendugaan pada model biaya perjalanan dengan pendekatan suplus konsumen adalah bahwa konsumen akan memberikan
reaksi yang sama terhadap kenaikan biaya masuk ke objek wisata eko. Dalam perhitungannya, pengunjung dari tempat yang jauh dengan biaya yang paling
tinggi dianggap memiliki surplus konsumen yang paling rendah atau sama sekali tidak memiliki surplus, sebaliknya, pengunjung yang tinggal lebih dekat dengan
39 biaya perjalanan terendah akan memiliki surplus konsumen terbesar. Beberapa
asumsi yang dipakai dalam pendekatan biaya perjalanan menurut Hufcshmidt et al 1987 adalah :
1. Semua pemakai memperoleh manfaat total yang sama yang besarnya sama dengan biaya perjalanan pemakai marjinal
2. Surplus konsumen pemakai marjinal adala h nol 3. Biaya perjalanan merupakan data ganti bagi harga
Pendekatan biaya perjalanan mengukur biaya transportasi dari dan ke objek wisata serta pengeluaran lain selama di perjalanan dan di dalam objek
wisata yang mencakup dokumentasi, kons umsi, parkir dan pengeluaran lainnya namun tidak mencakup tiket masuk. Model dasar yang dipakai pendekatan ini
menggambarkan derajat kunjungan tiap 1000 penduduk sebagi fungsi faktor dari biaya perjalanan, waktu yang diperlukan untuk perjalanan, tempat pengganti dan
penghasilan rata – rata. Hubungannya dapat disimpulkan sebagai berikut Dixon, 1994:
V
i o
= ƒ C
i
, T
i
, A
i
, S
i
, Y
i
Dimana Vi
o
= derajat kunjungan 1000 orang tanpa pungutan masuk Ci = biaya perjalanan pulang pergi antara zona i dan objek
wisata Ti = waktu total untuk perjalanan pergi pulang
Ai = citarasa
Si = tempat pengganti yang tersedia bagi masyarakat di zona i
Yi = penghasilan rata – rata tiap orang di zona i
i = zona sekitar objek wisata
40
2.10 Regresi