Preferensi dan Frekuensi Rekreasi Pengetahua n Mengenai Ekoturisme Pemahaman Akan Nilai Ekologis Kebun Raya Bogor

66 Berdasarkan tabel, tingkat pendapatan per bulan responden pengunjung KRB bervariasi dari Rp. 250.000 per bulan hingga Rp. 40.000.000 per bulan. Tujuh puluh empat persen responden memiliki pendapatan yang berkisar antara kurang dari Rp. 500.000 hingga Rp. 1.000.000 sehingga dapat dinyatakan bahwa pendapatan perbulan yang umumnya dimiliki responden berkisar antara kurang dari Rp. 500.000 hingga Rp. 1.000.000. Hal tersebut dapat dijelaskan mengingat: 1. Rata – rata tingkat pendapatan per bulan penduduk Indonesia yang masih kecil 2. Empat puluh persen 44 responden belum memiliki pendapatan sendiri karena status mereka sebagai mahasiswa, pelajar dan pencari pekerjaan sehingga pendapatan per bulan mereka yang berupa uang saku pada umumnya bernominal kecil 3. Pengunjung KRB yang terbesar ke dua adalah pegawai menengah atau staf yang pada umumnya memiliki tingkat pendapatan berkisar antara = Rp. 500.000 sampai dengan Rp. 2.000.000

4.3. Preferensi dan Frekuensi Rekreasi

85 orang responden menyatakan bahwa preferensi rekreasi mereka mengarah kepada objek wisata alam dan 2 orang responden menyatakan bahwa kawasan suaka margasatwa atau kebun binatanglah yang menjadi pilihan mereka sedangkan 4 orang responden menyatakan bahwa preferensi rekreasi mereka mengarah pada taman bermain seperti Dunia Fantasi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hampir 100 responden atau tepatnya 98 responden menyatakan bahwa preferensi rekreasi mereka mengarah kepada objek wisata eko. 67 Adapun dengan frekuensi rekreasi, pada umumnya dalam setahun responden minimal sebanyak satu kali melakukan kegiatan rekreasi dan maksimal sebanyak 12 kali. Sebaran lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Frekuensi Rekreasi per Tahun Frekue nsi Rekreasi per Tahun Frekuensi Persentase 1 14 15,4 3 12 13,2 3 12 13,2 4 11 12,1 5 10 11,0 5 32 35,2

4.4 Pengetahua n Mengenai Ekoturisme

Ekoturisme adalah sebuah konsep yang belum terlalu dikenal oleh para responden. Sebagaian besar responden atau tepatnya sebanyak 61,5 menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui mengenai ekoturisme. Responden yang menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang konsep ekoturisme tidak semuanya dapat mendefinisikan ekoturisme dengan benar. Secara keseluruhan, hanya 19 responden dari 91 responden yang mengetahui dan dapat mendefenisikan dengan tepat mengenai ekoturisme. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut: 68 Tabel 8. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Pengetahuan Mengenai Ekoturisme Kategori Frekuensi Persentase Tidak mengetahui 56 61,5 Mengetahui tetapi tidak dapat mendefenisikan 16 17,6 Mengetahui dan dapat mendefenisikan 19 20,9

4.5 Karakteristik Kunjungan Responden

Karakteristik kunjungan responden ke KRB diamati dari beberapa hal yaitu: tujuan kunjungan; frekuensi kunjungan ke KRB per tahun; waktu kunjungan, jarak dan waktu tempuh dari titik keberangkatan menuj u KRB serta biaya perjalanan yang dikeluarkan selama melakukan kunjungan ke KRB yang mencakup biaya transportasi pulang pergi, biaya akomodasi, konsumsi, dokumentasi dan biaya tak terduga lainnya tetapi tidak termasuk harga tiket. Tidak hanya itu, karakteristik kunjungan ini juga menganalisis objek wisata eko alternatif pilihan responden dilengkapi dengan waktu dan jarak tempuh serta biaya perjalanan yang harus dikeluarkan apabila responden memilih berekoturisme ke objek wisata eko alternatif tersebut. Ana lisis karakteristik kunjungan ke objek wisata eko alternatif dilakukan sebagai perbandingan dengan karakteristik kunjungan ke KRB. Frekuensi kunjungan responden ke KRB bervariasi dari 1 hingga 12 kali per tahun dengan waktu kunjungan pada umumnya dilakukan pada hari kerja. Objek wisata eko alternatif pilihan responden sangat bervariasi namun umumnya terletak di kawasan puncak. Jarak yang ditempuh menuju KRB berkisar antara 1 km – 60 km dengan waktu tempuh antara kurang dari ½ jam hingga 2½ jam 69 sedangkan biaya perjalanannya berkisar antara Rp. 10.000 – Rp. 30.000. Pada kunjungan menuju objek wisata eko alternatif, biaya perjalanan serta jarak dan waktu yang diperlukan responden untuk pada umumnya lebih besar nilainya dibandingkan apabila mereka melakukan kunjungan ke KRB. Berdasarkan sifat kunjungan, ada kunjungan responden ke KRB yang bersifat rutin seperti untuk berolahraga, ataupun rekreasi rutin biasa namum pada umumnya kunjungan responden bersifat tidak rutin.

4.5.1 Tujuan Kunjungan

Tujuan kunjungan responden pengunjung KRB yang diambil menjadi sampel penelitian haruslah selaras dengan tujuan ekowisata yaitu untuk mempelajari dan meneliti atau mengagumi dan menikmati keindahan alam KRB termasuk tumbuhan dan hewan liar yang terdapat di dalamnya. Secara umum, tujuan kunjungan responden ke KRB dapat dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Mengagumi dan menikmati keindahan alam Kebun Raya Bogor Tujuh puluh persen 70 responden menyatakan bahwa dari awal tujuan kedatangan mereka adalah untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam. 2. Mempelajari dan meneliti tumbuhan dan hewan liar yang terdapat di Kebun Raya Bogor Enam belas persen 16 responden menyatakan tujuan mereka adalah untuk mempelajari dan meneliti tumbuhan dan hewan liar yang terdapat di Kebun Ra ya Bogor baik untuk kepentingan pendidikan ataupun pekerjaan. Responden yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang 70 berprofesi sebagai mahasiswa dan mereka yang lapangan pekerjaannya dekat dengan lingkungan atau pertanian. 3. Tujuan khusus Responden yang tersisa 14 rmenyatakan tujuan kedatangan mereka ke KRB adalah untuk tujuan khusus seperti olahraga, mengantar temankeluarga dan pertemuan kelompok seperti up grading dan halal bihalal. Namun, para responden tersebut menyatakan bahwa pada akhirnya mereka pun turut menimati keindahan alam Kebun Raya Bogor atau dengan kata lain mereka juga berekowisata.

4.5.2 Frekuensi Kunjungan

Selama tahun 2004, semua responden minimal 1 kali melakukan kunjungan ke KRB dimana beberapa kunjungan merupakan kunj ungan pertama responden. Sebaran frekuensinya berkisar antara 1 sampai dengan 12 kali seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 9. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Frekuensi Kunjungan Ke Kebun Raya Bogor Pada Tahun 2004 Frekue nsi Rekreasi per Ta hun Frekuensi Persentase 1 41 45,1 2 16 17,6 3 9 9,9 4 7 7,7 5 3 3,3 5 5 16,5 71 20 40 60 Hari Kerja Hari Libur

4.5.3 Waktu Kunjungan

Waktu kunjungan responden terbagi dua yaitu pada waktu hari libur atau pada waktu hari kerja. Adapun hari libur yang dimaksud disini adalah hari sabtu dan minggu serta hari libur nasional. Kebun Raya Bogor dipenuhi banyak pengunjung pada waktu hari libur sehingga pada penelitian ini pun, responden pada umumnya berkunjung ke KRB pada waktu hari libur. Bagi responden yang belum berkeluarga mereka lebih memilih hari sabtu tetapi bagi responden yang sudah berkeluarga dan sudah memiliki anak mereka memilih hari minggu dengan pertimbangan bahwa hari minggu adalah hari dimana pada umumnya sekolah dan kantor libur. Responden yang berkunjung pada hari kerja memilih waktu tersebut dengan alasan mereka lebih menyukai suasana KRB yang tidak terlalu ramai. Karakteristik responden yang memilih hari kunjungan pada hari kerja pada umumnya mereka yang memiliki jenis pekerjaan dengan penggunaan waktu yang fleksibel seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, wiraswasta, profesional, pensiunan dan mereka yang belum memiliki pekerjaan. Adapun perbandingan jumlah kunjungan responden berdasarkan hari kunjungan dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar 9. Grafik Perbandingan Pilihan Hari Kunjungan Responden ke KRB 72

4.5.4 Objek Wisata Eko Alternatif

Objek wisata eko alternatif pilihan responden pada umumnya berlokasi dekat dengan tempat tinggal mereka atau objek wisata eko yang menjadi favorit selain KRB. Lokasi objek wisata eko alternatif pilihan responden terletak di daerah Puncak, Cianjur, Banten, Sukabumi, Jakarta dan Bandung. Kawasan yang menjadi tempat wisata eko favorit responden adalah kawasan Puncak-Cianjur, karena 75 responden menyatakan bahwa objek wisata eko alternatif mereka adalah Puncak, Kebun Raya Cibodas dan Taman Safari. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai objek wisata eko elternatif pilihan responden, dapat dilihat pada tabel dibawah: Tabel 10. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Objek Wisata Eko Alternatif Objek Wisata Eko Alternatif Frekuensi Persentase Persentase Kumulatif Puncak 37 40,6 40,6 Kebun Raya Cibodas 18 19,8 60,4 Taman Safari 13 14,3 74,7 Pantai Ancol 5 5,5 80,2 Pantai Anyer 4 4,4 84,6 Tangkuban Perahu 3 3,3 87,9 Lembang 3 3,3 91,2 Pantai Pelabuhan Ratu 3 3,3 94,5 Kebun Binatang Ragunan 3 3,3 97,8 Objek wisata lainnya 2 2,2 100 73

4.5.5 Jarak dan Waktu Tempuh Menuju Kebun Raya Bogor

Berdasarkan jarak tempuh, sebaran kunjungan yang dilakukan responden bervariasi mulai dari jarak kurang dari 500 m sampai dengan 60 km. Seperti terlihat pada Tabel 10, kebanyakan responden 48,4 menempuh jarak kurang dari 10 km untuk mencapai KRB. Responden yang menempuh jarak kurang dari 10 km berasal dari daerah sekitar kota Bogor sedangkan jarak yang ditempuh oleh responden yang berasal dari kota-kota di sekitar Bogor berkisar antara 10 km-60 km. Tabel 11. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Jarak Tempuh Menuju Kebun Raya Bogor Jarak Tempuh km Frekuensi Persentase 10 44 48,4 10 – 19 10 11,0 20 – 29 5 5,5 30 – 40 7 7,7 41 – 50 22 24,2 50 3 3,3 Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk mencapai KRB, waktu tempuh responden berkisar antara kurang dari 1 jam hingga 2 jam. Responden yang hanya memerlukan waktu tempuh kurang dari 1 jam berjumlah 51,6 sedangkan mereka yang membutuhkan waktu tempuh berkisar antara 1 jam hingga 2 berjumlah sebesar 47,3. Responden yang berada pada kelompok pertama pada umumnya berasal dari kota Bogor sedangkan responden yang berada pada kelompok kedua 74 berasal dari kota-kota di sekitar kota Bogor seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi Depok, Banten, dan Sukabumi. Tabel 12. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Waktu Tempuh Menuju Kebun Raya Bogor Waktu Tempuh jam Frekuens i Persentase Persentase Kumulatif 1 47 51,6 51,6 1 – 2 43 47,3 98,9 2 1 1,1 100

4.5.6 Biaya Perjalanan Menuju Kebun Raya Bogor

Berdasarkan besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan responden, ada 5 kategori kunjungan seperti yang dapat dilihat pada tabel dibawah: Tabel 13. Sebaran Responen Pengunjung KRB Menurut Biaya Perjalanan Menuju Kebun Raya Bogor Biaya Perjalanan Rp Frekuensi Persentase 10.000 12 13,2 10.000 – 19.999 7 7,7 20.000 – 29.999 28 30,8 30.000 – 39.999 19 20,9 40.000 – 49.999 2 2,2 50.000 23 25,3 Seperti terlihat pada Tabel 13, pada umunya, responden mengeluarkan biaya berkisar antara Rp. 10.000 sampai dengan Rp. 30.000. Biaya perjalanan 75 yang dikeluarkan responden untuk menikmati ekoturisme di KRB cukup besar terlihat dari ± 80 respoden mengeluarkan biaya perjalanan Rp. 20.000. Dikarenakan biaya perjalanan merupakan pengganti bagi harga akan jasa ekoturisme di KRB, kesediaan responden mengeluarkan biaya perjalanan yang besar menunjukan banwa nilai ekonomi ekoturisme KRB cukup tinggi.

4.5.7 Jarak dan Waktu Tempuh Menuju Objek Wisata Eko Alternatif

Tidak seperti jarak tempuh menuju KRB, jarak tempuh menuju objek wisata eko alternatif mencapai ratusan kilo, terutama untuk objek wisata eko tertentu seperti objek wisata eko yang terdapat di Bandung atau seperti Pantai Cipatuja di Tasikmalaya yang jarak tempuhnya dari Bogor mencapai ± 200 km. Pada Tabel 14 terlihat bahwa sebaran jarak yang ditempuh responden menuju objek wisata eko bervariasi untuk setiap kelompok jarak yaitu dari kelompok jarak kurang dari 20 km sampai dengan kelompok jarak lebih dari 80 km. Tabel 14. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Jarak Tempuh Menuju Objek Wisata Eko Alternatif Jarak Tempuh km Frekuensi Persentase 20 14 15,4 20-39 45 49,5 40-59 20 22,0 60-80 6 6,6 80 6 6,6 76 Apabila dilihat pada tabel diatas, terlihat bahwa kelompok jarak tempuh lebih dari 20 km menjadi dominan, hal tersebut merupakan kontras dari sebaran jarak menuju lokasi KRB dimana persentase kelompok jarak kurang dari 20 km lah yang menjadi dominan. Dari perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa jarak yang ditempuh menuju objek wisata eko alternatif pada umummnya lebih jauh dibandingkan dengan jarak tempuh menuju KRB. Sesuai dengan bervariasinya jarak tempuh menuju objek wisata eko alternatif maka waktu tempuh untuk mencapainya juga turut bervariasi. Apabila kunjungan ke KRB sebaran waktunya berkisar antara kurang dari 1 jam hingga 2 jam maka sebaran waktu tempuh menuju objek wisata eko berkisar antara kurang dari 1 jam hingga 7 jam. Tabel 15. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Waktu Tempuh Menuju Objek Wisata Alternatif Waktu Tempuh menit Frekuensi Persentase 60 14 15,4 60 – 89 43 50,5 90 – 119 5 25,3 120 – 150 17 4,4 150 12 2,2

4.5.8 Biaya Perjalanan Menuju Objek Wisata Eko Alternatif

Hampir 60 responden menyatakan bahwa mereka mengeluarkan biaya perjalanan menuju objek wisata eko alternatif lebih dari Rp. 50.000. Besarnya 77 biaya perjalanan yang dikeluarkan menuju objek wisata alternatif bisa dikarenakan beberapa hal yaitu: • Waktu tempuh yang lebih lama dan jarak tempuh yang lebih jauh sehingga secara langsung mengakibatkan kenaikan biaya transportasi. • Beberapa objek wisata eko dengan jarak tempuh yang jauh dan waktu tempuh yang lama mengakibatkan responden harus menginap, hal tersebut mengakibatkan munculnya biaya akomodasi yang tidak terdapat apabila responden berkunjung ke KRB saja. • Adanya peningkatan unsur biaya perjalanan. Adapun untuk jelasnya, sebaran biaya perjalanan menuju objek wisata eko alternatif dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 16. Sebaran Pengunjung KRB Menurut Biaya Perjalanan Menuju Objek Wisata Alternatif Biaya Perjalanan Rp Frekuensi Persentase 10.000 – 19.999 5 5,5 20.000 – 29.999 8 8,8 30.000 – 39.999 12 13,2 40.000 – 49.999 12 13,2 50.000 54 59,3

4.6 Penilaian Responden Terhadap Kebun Raya Bogor

Pada penelitian ini, responden diminta untuk melakukan penilaian terhadap KRB. Ada 2 hal mengenai KRB yang dinilai oleh responden yaitu kesesuaian harga tiket KRB yang berlaku serta penilaian terhadap kondisi KRB 78 yang dilihat dari 5 aspek yaitu koleksi tanaman, kebersihan, kenyamanan, keamanan dan fasilitas. Adapun tujuan dari penilaian ini adalah sebagai bahan masukan untuk manajemen KRB kedepannya.

4.6.1 Penilaian Responden Terhadap Harga Tiket Kebun Raya Bogor

Pada saat ini, harga tiket KRB adalah sebesar Rp. 5000 dengan tambahan Rp. 500 untuk asuransi. Bagi para pengunjung yang ingin membawa kendaraan roda empatnya masuk kedalam dikenakan tambahan biaya sebesar Rp. 10.000 per kendaraan. Harga tiket KRB sebesar Rp. 5000 dianggap sudah sesuai oleh 50,5 responden sedangkan responden yang berpendapat sebaliknya sebanyak 49,5. Responden yang berpendapat bahwa harga tiket KRB tidak sesuai terbagi dua kelompok: mereka yang menganggap bahwa harga tiket KRB yang sekarang terlalu tinggi dan mereka yang menganggap sebaliknya. Tabel 17. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Penilaian Terhadap Kesesuaian Harga Tiket Kebun Raya Bogor Kategori Penilaian Jumlah Persentase Sesuai 46 50,5 Tidak sesuai dan seharusnya Rp. 5000 25 27,5 Tidak sesuai dan seharusnya berkisar antara Rp. 5001 – Rp. 10.000 20 22 Responden yang berpendapat bahwa harga tiket seharusnya kurang dari Rp. 5000 pada umumnya menyarankan harga tiket berkisar Rp. 3000 sedangkan responden yang berpendapat bahwa harga tiket seharusnya lebih dari Rp. 5000 79 pada umumnya menyarankan nominal antara Rp. 7500 – Rp. 10.000. Pada umumnya, responden yang berpendapat bahwa harga tiket KRB sebaiknya dikurangi adalah mereka yang belum memiliki pekerjaan formal seperti mahasiswa dan pelajar serta mereka yang tingkat pendapatannya rendah. Apabila dibandingkan dengan biaya operasional KRB, tingkat harga tiket masuk yang sekarang belumlah mencukupi. Terlihat pada tabel di bawah, penerimaan dari pungutan usaha pariwisata alam hanya mencapai ± Rp. 4 milyar dimana jumlah tersebut bahkan tidak mencukupi pengeluaran KRB bagi belanja pegawai yang mencapai ± Rp. 5 milyar. Tabel 18. Penerimaan dan Pengeluaran Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Tahun Anggaran 2004 No. Uraian Nominal Rp Penerimaan 4.324.241.100 1. Penjualan lainnya, kerjasama litbang 1.147.800 2. Sewa gedung, bangunan dan usaha 3. Pungutan usaha pariwisata alam 3.954.279.300 4. Jasa tenaga kerja, pelatihan dan informasi 367.114.000 5. Pendidikan Lainnya 1.700.000 Pengeluaran 6.604.838.963 6. Belanja Pegawai 5.120.936.031 7. Belanja Barang 681.053.432 8. Pemeliharaan 754.144.000 9. Perjalanan 48.706.500 Sumber: Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor 2004 80 Kesimpulannya, dengan harga tiket masuk yang berlaku sekarang yaitu sebesar Rp. 5000, KRB belum mendapatkan keuntungan dari usaha wisata alam yang dilakukan di KRB. Oleh karena itu, untuk meningkatkan penerimaan dari usaha pariwisata alam, KRB dapat mempertimbangkan untuk mengajukan kenaikan harga tiket masuk kepada pemerintah. Sebaga i catatan, kenaikkan harga tiket sebesar 50 menjadi Rp. 7500 secara hipotetis akan meningkatkan penerimaan KRB dari pungutan usaha pariwisata alam menjadi ± Rp. 6 milyar dimana jumlah tersebut dapat menutupi pengeluaran operasional KRB. Akan tetapi, kenaikan harga tiket masuk KRB ini perlu dipertimbangkan lebih lanjut mengingat tugas utama KRB adaalah sebagai lembaga penelitian dan pengembangan kekayaan hayati Indonesia bukan sebagai tempat wisata selain itu kenaikan harga tiket masuk KRB diharapkan tidak membatasi akses masuk masyarakat golongan ekonomi lemah ke KRB tetapi mampu memberikan nilai tambah bagi seluruh lapisan masyarakat.

4.6.2 Penilaian Resonden Terhadap Kondisi Kebun Raya Bogor

Penilaian responden terhadap kondisi KRB dilihat dari 5 aspek yaitu aspek koleksi tanaman, aspek kebersihan, kenyamanan, keamanan dan fasilitas. Dalam wawancara, responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap ke-5 aspek, dengan cara menggolongkkan kondisi ke 5 aspek tersebut dalam kategori baik, sedang dan buruk. 81 Koleksi Tanaman 80 orang dari 91 orang responden menilai bahwa koleksi tanaman di KRB dalam kategori baik, responden yang tersisa menilai bahwa koleksi tanaman di KRB sedang. Responden yang menilai koleksi tanaman di KRB dalam kategori sedang menyatakan penilaian tersebut dikarenakan mereka menilai bahwa KRB kurang melakukan introduksi tanaman baru dan peremajaan tanaman lama serta dikarenakan sedikitnya jumlah tanaman berbunga yang terdapat di KRB. Adapun untuk lebih jelasnya sebaran penilaian responden terhadap koleksi tanaman di KRB dapat dilihat pada tabel dibawah berikut ini: Tabel 19. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Penilaian Terhadap Terhadap Koleksi Tanaman Kebun Raya Bogor Kategori Penilaian Jumlah Persentase Baik 80 88 Sedang 11 12 Buruk Kebersihan Penelitian ini menemukan bahwa aspek kebersihan menjadi masalah bagi KRB. Terlihat pada tabel 20, hampir ¾ responden menyatakan bahwa kebersihan di KRB adalah kurang dengan persentase sebesar 59 untuk kategori sedang dan persentase sebesar 11 untuk kategori buruk. Responden yang menilai bahwa tingkat kebersihan di KRB kurang menyatakan pendapat mereka berdasarkan pada: 82 1. Terdapat banyaknya sampah di tempat-tempat tertentu yang banyak dikunjungi pengunjung seperti Taman Astrid dan Danau Gunting 2. Kurang terjaganya kebersihan daerah bantaran sungai, kolam serta toilet yang terdapat di KRB 3. Banyaknya fasilitas seperti papan informasi, tempat duduk dan shelter yang dicorat – coret menjadi korban vandalisme Tabel 20. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Penilaian Terhadap Kondisi Kebersihan di Kebun Raya Bogor Kategori Penilaian Jumlah Persentase Persentase Kumulatif Baik 27 30 30 Sedang 54 59 89 Buruk 10 11 100 Berdasarkan hasil diatas, KRB perlu mempertimbangkan upaya untuk meningkatkan kebersihan KRB dengan cara antara lain menambah jumlah tempat sampah dan menempatkannya pada lokasi- lokasi yang saat ini belum tersedia tempat sampah dan juga menambah jumlah petugas kebersihan. Selain itu, yang perlu disadari, masalah kebersihan ini juga timbul karena para pengunjung tidak disiplin membuang sampah pada tempatnya, oleh karena itu para pengunjung juga perlu turut meningkatkan kesadaran mereka akan kebersihan sehingga kebersihan KRB dapat terjaga. 83 Kenyamanan Perihal kenyamanan di KRB tidaklah menjadi masalah, karena dari 91 orang responden hanya 1 orang yang menilai bahwa kenyamanan di KRB buruk. Adapun seperti terlihat pada Tabel 21, responden yang menilai kenyamanan di KRB berada dalam kategori sedang sebanyak 26 orang. Tabel 21. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Penilaian Terhadap Kondisi Kenyamanan di Kebun Raya Bogor Kategori Penilaian Jumlah Persentase Baik 64 70 Sedang 26 29 Buruk 1 1 Penilaian responden yang menilai kenyamanan di KRB sedang dan oleh karena itu masih perlu ditingkatkan disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1. Sedikitnya jumlah tempat berteduh atau shelter sehingga timbul ketidaknyaman apabila hari hujan. 2. Diperbolehkannya kendaraan pengunjung memasuki KRB Diperbolehkannya kendaraan pengunjung memasuki KRB mengurangi kenyamanan pengunjung yang membawa anak karena anak mereka tidak bisa bermain dengan bebas; selain itu, gas buangan yang dikeluarkan kendaraan akan mengganggu pengunjung yang kebanyakan kunj ungannya ke KRB adalah untuk mendapatkan udara yang bersih. 84 3. Kurang tersedianya tempat penjualan makanan dan minuman resmi sehingga pengunjung terpaksa membeli dari pedagang asongan dengan harga yang jauh lebih mahal. 4. Mahalnya ongkos toilet Rp. 1000 yang tidak diimbangi oleh kebersihan toilet. 5. Banyaknya pengunjung yang menggunakan KRB sebagai tempat bermesraan sehingga menimbulkan perasaan risi yang mengurangi kenyamanan bagi para pengunjung lain. Keamanan Enam puluh tujuh persen 67 responden menilai kondisi keamanan di KRB dalam kategori baik sedangkan sisanya 33 responden menilai bahwa kondisi keamanan di KRB berada dalam kategori sedang. Sebaran kengkap menganai penilaian responden terhadap kondisi keamanan dapat dilihat di tabel 22. Tabel 22. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Penilaian Terhadap Kondisi Keamanan di Kebun Raya Bogor Kategori Penilaian Jumlah Persentase Baik 61 67 Sedang 30 33 Buruk Tabel 22 juga memperlihatkan juga bahwa tidak ada responden 0 yang menilai kondisi keamanan di KRB dalam kategori buruk, ini berarti bahwa tidak ada masalah keamanan yang serius di KRB. Walaupun tidak ada masalah 85 keamanan yang serius, kebanyakan responden berpendapat bahwa keamanan di KRB perlu diperhatikan terutama di waktu KRB dipenuhi banyak pengunjung seperti pada hari minggu dan hari libur nasional dengan cara menempatkan petugas keamanan tidak hanya di akses keluar masuk KRB tetapi juga di tempat- tempat lain yang dianggap rawan dan banyak dipenuhi pengunjung. Fasilitas Dalam penelitian ini terungkap bahwa walaupun fasilitas yang tersedia di KRB tergolong lengkap, kebanyakan responden belum merasa puas dengan fasilitas KRB baik dilihat dari segi kelengkapan fasilitas atau kondisi fasilitas yang sudah tersedia. Pada tabel dibawah terlihat hanya 38 responden yang menilai bahwa fasilitas KRB termasuk dalam kategori baik sedangkan responden yang menilai bahwa fasilitas KRB dalam kategori sedang adalah sebesar 53 sedangkan persentase responden yang menilai bahwa fasilitas KRB dalam kategori buruk adalah sebesar 9. Tabel 23. Sebaran Responden Pengunjung KRB Menurut Penilaian Terhadap Fasilitas Kebun Raya Bogor Kategori Penilaian Jumlah Persentase Baik 35 38 Sedang 48 53 Buruk 8 9 Kurang baiknya penilaian responden terhadap fasilitas di KRB disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 86 1. Tidak terawatnya fasilitas- fasilitas KRB yang sudah tersedia. Fasilitas KRB yang tidak terawat pada umumnya adalah papan informasi, shelter dan tempat duduk. Tidak terawatnya fasilitas – fasilitas tersebut dikarenakan karena memang fasilitas tersebut sudah rusak karena usia ataupun rusak karena vandalisme seperti aksi mencorat-coret. yang dilakukan beberapa oknum pengunjung. Masalah vandalisme ini selain memerlukan penanganan KRB juga memerlukan kesadaran dari pengunjung KRB untuk bersama-sama menjaga fasilitas yang terdapat di KRB. 2. Kurangnya jumlah fasilitas KRB tertentu. Fasilitas KRB yang dinilai oleh responden kurang keberadaannya dari segi jumlah adalah toilet, tempat sampah, bangku, stand makanan dan minuman serta tempat berteduh atau shelter. Dari keseluruhan fasilitas yang dinilai kurang, responden pada umumnya menilai bahwa yang berada pada prioritas pertama untuk ditambah adalah tempat berteduh atau shelter mengingat cuaca di KRB yang seringkali hujan; sedangkan fasilitas yang menjdi prioritas kedua untuk ditambah adalah tempat penjualan makanan dan minuman. 3. Keberadaan fasilitas KRB yang terasa belum lengkap oleh beberapa responden. Kekuranglengkapan fasilitas KRB bagi sebagian responden dikarenakan mereka menginginkan sejumlah fasilitas tambahan di KRB seperti kendaraan semacam shuttle car yang berfungsi untuk mengantarkan responden berkeliling KRB mengingat luas KRB yang cukup besar 87 melelahkan bagi beberapa responden; adapun dengan responden yang membawa anak, mereka menginginkan fasilitas taman bermain yang dapat dipergunakan oleh putra-putri mereka; fasilitas tambahan terakhir yang diinginkan responden adalah disediakannya semacam program wisata berwawasan lingkungan di KRB. 4. Kurang optimalnya fungsi beberapa fasilitas KRB Fasilitas KRB yang dinilai oleh responden kurang oprimal pengfungsiannya adala h pemandu guide, perpustakaan dan pusat informasi. Kurang berfungsinya pemandu KRB dikarenakan banyak responden yang kurang mengetahui keberadaan fasilitas tersebut. Kebiasaan di KRB, hanya pengunjung mancanegara yang ditawari fasilitas untuk menggunakan pemandu, padahal akan lebih baik apabila pengunjung domestik pun ditawari pemandu agar mereka dapat mengoptimalkan kunjungan mereka ke KRB; Sedangkan kurang optimalnya penggunaan perpustakaan KRB yang merupakan cikal bakal perpustakaan Indonesia adalah karena kekurangtahuan responden akan layanan perpustakaan KRB yang terbuka untuk umum. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan sosialisasi kepada pengunjung mengenai layanan perpustakaan KRB sehingga diharapkan para pengunjung akan mendapatkan nilai tambah dari kunjungan mereka ke KRB; Pusat informasi yang saat ini berada di KRB kurang optimal pengfungsiannya karena hanya berfungsi sebagai tempat menjual buku tetapi tidak memberikan informasi mengenai KRB. Untuk mengatasi hal tersebut, pusat informasi KRB kedepannya haruslah dilengkapi dengan media- 88 media yang dapat memberikan informasi dan wawasan tentang KRB serta tumbuhan dan satwa yang ada didalamnya, pusat informasi KRB kedepannya juga harus memiliki petugas yang kompeten memberikan informasi mengenai KRB kepada pengunjung

4.7 Pemahaman Akan Nilai Ekologis Kebun Raya Bogor

de Groot 1992 menyatakan bahwa nilai kawasan konservasi berhubungan erat dengan fungsi dari suatu kawasan konservasi, oleh karena itu kita dapat melihat nilai ekologis KRB berdasarkan fungsi ekologisnya. Secara teori fungsi ekologis KRB adalah: mengatur komposisi kimia di atmosfer, mengatur iklim mikro, melindungi daerah aliran sungai, menangkap air, mencegah erosi dan mengontrol sedimen, memelihara tanaman dan satwa serta memelihara keanekaragaman hayati. Melihat dari pemahaman responden akan fungsi ekologis KRB, maka responden pada umumnya sudah memahami nilai ekologis KRB. Dari sebaran jawaban responden diketahui bahwa nilai ekologis KRB yang paling dipahami oleh responden adalah yang berhubungan dengan fungsi KRB sebagai pengatur komposisi kimia di atmosfer sedangkan nilai ekologis KRB yang tidak disebut sama sekali adalah nilai ekologis KRB yang berhubungan dengan fungsinya dalam membantu pencegahan erosi dan mengontrol sedimen. Sebaran jawaban responden secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut: 89 Tabel 24. Sebaran Jawaban Responden Mengenai Fungsi Ekologis Kebun Raya Bogor Kategori Fungsi Ekologis KRB Jawaban Responden Frekuensi Pengatur Komposisi Kimia Atmosfer Atmhospere’s Chemical Composition Regulator Paru-paru kota 28 Mengurangi polusi udara 17 Penyimpan oksigen 2 Membantu sirkulasi oksigen 1 Membantu siklus karbon 1 Menjaga agar udara tetap bersih 1 Memproduksi udara bersih 1 TOTAL 51 Menangkap Air Water Catchment Membantu penyerapan air 9 Penahan air hujan 5 Membantu siklus air 2 TOTAL 16 Pemeliharaan Tanaman dan Satwa Nursery Function Konservasi 5 Pelestarian lingkungan hidup 1 Pelestarian pohontumbuhan 2 Memelihara tanaman langka 1 Tempat aneka tumbuhanvegetasi 2 Habitat satwa 2 Tempat aneka tanaman dan hewan 3 TOTAL 16 Pemeliharaan Keanekaragam Hayati Maintenance of Biological Diversity Sumber keanekaragaman hayati 4 Sumber plasma nutfah 6 TOTAL 10 Pengatur Iklim Mikro Micro Climate Regulator Pengatur ikilm mikro 1 Membuat udara sejuk 4 TOTAl 5 Melindungi Daerah Aliran Sungai Watershed Protection Melindungi DAS 1 TOTAL 1 Dari segi jumlah responden, hanya 61,5 responden yang mampu menguraikan dengan tepat fungsi- fungsi ekologis KRB. Ketidakmampuan responden yang tersisa untuk menguraikan fungsi ekologis KRB dikarenakan mereka tidak mampu mendefinisikan makna dari fungsi ekologis itu sendiri, mereka seringkali menyalahartikannya sebagai fungsi KRB secara ekonomi ataupun fungsi lainnya. 90 Apabila dilihat dari sisi karakteristik tingkat pendidikan akhir, 93 responden yang mampu menguraikan fungsi ekologis KRB memiliki tingkat pendidikan akhir menengah atas atau lebih tinggi sedangkan mereka yang tidak mampu menguraikan fungsi ekologis KRB hanya 74 yang memiliki tingkat pendidikan akhir menengah atas atau lebih tinggi. Dimana perbandingan yang lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 25. Perbandingan Tingkat Pendidkan Akhir Responden yang Mampu dan Tidak Mampu Menguraikan Fungsi Ekologis Kebun Raya Bogor Responden A Responden B Tingkat Pendidikan Akhir Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase SD 2 3,6 SMP 2 3,6 9 25,7 SMU 24 42,8 15 42,8 AkademiDiploma 8 14,3 5 14,3 Strata 1 S1 20 35,7 3 8,6 Pascasarjana S2 3 8,6 Ket: Responden A adalah responden yang mampu menguraikan fungsi ekologis KRB Responden B adalah responden yang tidak mamapu menguraikan fungsi ekologis KRB Dengan kata lain, tingkat pendidikan responden yang mampu menguraikan fungsi ekologis KRB relatif lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mampu menguraikan fungsi ekologis KRB, oleh karena itu dapat diduga bahwa kemampuan seorang responden untuk menguraikan fungsi ekologis KRB terkait dengan tingkat pendidikan akhirnya 91 Karakteristik kedua yang diamati adalah jenis pekerjaan utama. Dimana sebaran jenis pekerjaan utama kedua kelompok responden dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut: Tabel 26. Perbandingan Jenis Pekerjaan Utama Responden yang Mampu dan Tidak Mampu Menguraikan Fungsi Ekologis Kebun Raya Bogor Responden A Responden B Jenis Pekerjaan Utama Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase MahasiswaPelajar 19 34 14 40 Pegawai 13 23 10 29 Profesional 7 12 2 6 Ibu Rumah Tangga 3 5 5 14 Pengusaha 5 9 Pensiunan 2 3 1 3 Buruh 2 3 1 3 Ket: Responden A adalah responden yang mampu menguraikan fungsi ekologis KRB Responden B adalah responden yang tidak mamapu menguraikan fungsi ekologis KRB Terlihat pada tabel bahwa mereka yang mampu menguraikan fungsi ekologis KRB pada umumnya berprofesi sebagai pelajarmahasiswa 35, pegawai 23 dan profesional 12 sedangkan mereka yang tidak mampu menguraikan fungsi ekologis KRB pada umumnya berprofesi sebagai pelajarmahasiswa 40, pegawai 29 dan ibu rumah tangga 14. Dilihat dari sebaran jenis pekerjaan utama pada kedua kelompok responden yang tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, dapat diduga bahwa jenis pekerjaan responden tidak mempengaruhi kemampuan responden untuk menguraikan fungsi ekologis KRB. 92 Karakteristik terakhir yang diamati adalah tingkat pendapatan per bulan. Responden yang mampu menguraikan fungsi ekologis KRB sebanyak 31 memiliki tingkat pendapatan perbulan lebih dari Rp. 1 Juta sedangkan mereka yang tidak mampu menguraikan fungsi ekologis KRB hanya sebesar 17 yang memiliki tingkat pendapatan per bulan lebih Rp. 1 Juta. Hal tersebut memperlihatkan bahwa responden yang memiliki tingkat pendapatan tinggi mempunyai kecenderungan untuk lebih mampu menguraikan fungsi ekologis KRB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 27. Perbandingan Tingkat Pendapatan per Bulan Responden yang Mampu dan Tidak Mampu Menguraikan Fungsi Ekologis Kebun Raya Bogor Responden A Responden B Tingkat Pendapatan per Bulan Rp Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 500.000 22 39 14 40 500.000 – 1.000.000 17 30 15 43 1.000.001 – 2.000.000 4 7 1 3 2.000.001 – 4.000.000 5 9 5 14 4.000.000 8 14 Ket: Responden A adalah responden yang mampu menguraikan fungsi ekologis KRB Responden B adalah responden yang tidak mamapu menguraikan fungsi ekologis KRB 93

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KUNJUNGAN EKOTURISME KE KEBUN RAYA BOGOR

5.1 Fungsi Frekuensi Kunjungan Ekoturisme ke Kebun Raya Bogor

Model persamaan regresi log liner yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan regresi log linier yang dirumuskan dalam metode penelitian. Model regresi linier yang dirumuskan menggambarkan hubungan antara variabel dependent yaitu fungsi kunjungan ekoturisme ke KRB Y dengan beberapa variabel bebas yaitu usia age, jenis kelamin sex, status pernikahan marital, tingkat pendidikan edu, jenis pekerjaan job, tingkat pendapatan inc, frekuensi rekreasi frek, daya tarik KRB attrac, hari kunjungan day, waktu dan jarak tempuh ke KRB dan tempat alternatif tk, dk, ta dan da serta biaya perjalana n ke KRB dan tempat alternatif ck dan ca. Akan tetapi, dalam penelitian ditemukan variabel baru yang diduga mempengaruhi jumlah kunjungan ke KRB yaitu variabel ‘char’ yang menggambarkan sifat kunjungan yang dilakukan responden. Kunjungan yang bersifat rutin diberi nilai dummy = 1 sedangkan sebaliknya kunjungan yang bersifat tidak rutin diberi nilai = 0. Penambahan variabel baru tersebut menyebabkan penambahan jumlah variabel menjadi 16 dan memunculkan model baru sebagai berikut: ln Y = bo + b 1 Age + b 2 Sex + b 3 Marital + b4Edu + b 5 Job + b 6 Inc + b 7 Freq + b 8 Atttrac + b 9 Day + b 10 Dk + b 11 Tk + b 12 Ck + b 13 Da + b 14 Ta + b 15 Ca + b 16 Char µ.... .........................................................................1