strategi yang digunakan dalam Integrated Management System IMS serta
kesesuaiannya terhadap implementasi pada seluruh kegiatan di perusahaan.
Pelaksanaan Magang a. Metodologi
1. Identifikasi Masalah
Sistem manajemen internal Nestlé yang terdiri atas NQS, NEMS
dan OSHRMS akan disesuaikan dengan sistem manajemen ISO 9001,
ISO 14001 dan OHSAS 18001. Masalah yang ada adalah bagaimana
ketiga sistem manajemen dari ISO dan OHSAS tersebut dapat
diimplementasikan secara efektif.
2. Alternatif Solusi
Alternatif solusi berupa strategi yang telah disiapkan oleh manajemen
perusahaan. Strategi-strategi utama secara berurutan berupa identifikasi
bahaya dan aspek-aspek lingkungan, pelaksanaan objektif, target dan
program, pelaksanaan rencana mutu, sosialisasi, dokumentasi Nestlé
Integrated Management System NIMS, kesiapan sumber daya
manusia, dan implementasi NIMS.
3. Sintesa
Strategi-strategi yang telah dibuat dan dilaksanakan kemudian
diuji kinerjanya dengan audit internal dan eksternal. Audit internal dilakukan
terlebih dahulu daripada audit eksternal. Pada pelaksanannya, audit
internal dilakukan sebanyak dua kali, sedangkan audit eksternal dilakukan
sebanyak satu kali. Selain itu, akan dilaksanakan tinjauan manajemen
sebanyak 2 kali dalam setahun.
Temuan yang didapat dari hasil audit terbagi menjadi tiga kategori,
yaitu temuan mayor, minor dan improvement. Temuan mayor diperoleh
apabila ada klausul dalam ISO maupun OHSAS yang tidak dipenuhi. Temuan
ini sangat mempengaruhi mutu produk. Temuan minor diperoleh apabila
klausul-klausul sudah terpenuhi hanya saja pelaksanaannya tidak efektif,
sedangkan improvement berupa temuan yang tidak begitu berpengaruh
terhadap mutu produk, hanya saja akan lebih baik apabila temuan ini dilakukan
dengan semestinya.
Dalam pelaksanaan audit, keefektifan implementasi IMS diukur
dengan tiga hal, yaitu dokumentasi, wawancara dan observasi. Persentase
dokumentasi yang harus dipenuhi adalah 100, wawancara sebanyak
75 dari target, serta 75 untuk observasi.
b. Berperan Aktif
Berperan aktif dengan cara bekerja sesuai dengan peraturan
perusahaan pada departemen Safety Health and Environment SHE,
khususnya difokuskan pada proyek integrated management sistem, yaitu
mulai dari pembuatan dokumenpenyesuaian dokumen lama
menjadi format IMS, pendaftaran dokumen baru ke dalam master list,
pencetakan dokumen, penggandaan dokumen, pendistribusian dokumen,
hingga penarikan dokumen lama.
c. Observasi Lapang
Observasi lapang dilakukan dengan cara mengamati dan merekam
seluruh proses produksi serta terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan
untuk mendapatkan diagram alir proses secara rinci beserta aplikasi sistem
manajemen mutu di PT. NI–PF. Informasi yang diperoleh dari hasil
observasi lapang berupa informasi mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan IMS kepada IMS champions serta mengenai proses produksi kepada
karyawan dan supervisor di departemen produksi serta di
departemen penunjang produksi untuk mengidentifikasi “good practices” dan
mendapatkan gambaran mengenai kesesuaian standar yang digunakan
dengan keadaan di lapangan.
d. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari referensi dan literatur di internet,
perpustakaan, serta referensi yang dimiliki oleh perusahaan. Studi pustaka
dilakukan untuk mendapatkan informasi, data pelengkap, dan pembanding
mengenai integrated management system untuk mengetahui kesesuaian penerapan
yang telah dilakukan oleh PT. NI-PF sekaligus sebagai masukan bagi
perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Produk
Kopi adalah bahan minuman yang terkait dengan aspek kesehatan dan estetika.
Sebagai bahan minuman, kopi memiliki ciri yang khas, karena dapat memberikan nilai
kepuasan dan kenikmatan bagi yang meminum, yaitu melalui cita rasa, proses
fisiologis dan psikologis. Oleh karena itu, aspek mutu, terutama mutu cita rasa sangatlah
menentukan.
Budaya minum kopi sebagai penyegar yang telah berlangsung selama berabad-abad
di negara konsumen telah mengembangkan bisnis yang nilainya milyaran dolar Amerika,
dan kegiatan ini telah memicu sektor lain untuk berperan serta berkreasi guna
mendapatkan kenikmatan minum kopi yang optimal. Dalam rangka memperoleh
kenikmatan yang optimal ini, budaya minum kopi bahkan telah mendorong berkembangnya
industri berbasis teknologi canggih untuk berpacu dalam menemukan peralatan yang
sesuai dengan harapan para peminum kopi.
PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory yang merupakan anak perusahaan
dari PT. Nestlé menghasilkan dua jenis produk kopi, yaitu kopi instan dan kopi mixes.
Pada dasarnya proses produksi kedua jenis produk kopi ini terdiri dari penyangraian,
penggilingan, ekstraksi, evaporasi dan pengeringan semprot spray drying. Namun,
perbedaan antara kedua kopi ini terletak pada proses setelah pengeringan semprot. Kopi
instan akan mengalami proses dari teknologi aglomerasi, sedangkan proses ini tidak
dilakukan pada kopi mixes.
Pada kopi mixes, setelah dikeringkan dengan pengering semprot, bubuk kopi yang
dihasilkan akan dicampur dengan bahan- bahan lainpremix sesuai dengan formula
yang diinginkan. Pada umumnya bahan-bahan yang dicampurkan terdiri dari gula, krimer,
flavor, garam dan bahan lainnya. Proses pencampuran antara kopi bubuk dan premix
dilakukan tanpa air sama sekali.
Menurut Sivetz dan Desrosier 1979, pada tahun 1966 hingga 1969, perusahaan
General Food dan Nestlé memperkenalkan kopi instan dengan pengeringan beku dan
semprot. Sebagian pelanggan tidak menyukai produk ini dikarenakan harga produk yang
sangat mahal. Selain itu, kopi instan dengan pengeringan semprot membutuhkan 20
hingga 40 detik untuk larut dalam air mendidih dan selalu meninggalkan busa pada
bagian permukaan kopi. Nescafe memperkenalkan produk kopi
dalam bentuk teraglomerasi. Partikel-partikel berukuran 0,1 mm yang dihasilkan dari
pengeringan semprot bergabung menjadi kelompok berukuran 3 mm. Perubahan bentuk
ini bertujuan meningkatkan kelarutan kopi dan untuk mengurangi pembentukan busa
pada larutan kopi Sivetz dan Desrosier, 1979. Tujuan utama aglomerasi yang
dilakukan di PT. NI-PF adalah untuk memperbaiki warna kopi dan meningkatkan
kelarutan kopi instan.
Menurut Clarke dan Macrae 1989, aglomerasi pada kopi instan merupakan
bentuk granula yang dihasilkan dari bubuk kopi hasil pengeringan semprot. Rata-rata
ukuran granula adalah 1,4 mm. Granula pada umumnya berwarna lebih gelap dari pada
bubuk kopi. Aglomerasi kopi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode. Oleh
sebab itu, beberapa perusahaan penghasil kopi instan mempatenkan teknik yang mereka
gunakan. Beberapa paten tipe aglomerasi kopi instan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Paten tipe aglomerasi kopi instan
Nomor Paten Tahun
Pemilik Paten
USP 2,977,203 USP 3,554,760
USP 3,615,670 USP 3,695,165
1961 1971
1971 1973
General Foods Corporation
USP 3,514,300 BP 1,176,320
1970 1967
Nestlé USP 3,679,416
1972 Chock Full O’Nuts
Corporation USP 3,966,975
BP 1,385,192 1974
1974 Niro Atomizer AS
USP 3,6151,669 1971
Procter Gamble
Sumber : Clarke dan Macrae 1989 Dua tipe mekanisme pengikatan antara
partikel-partikel padat dalam proses aglomerasi adalah adhesi partikel tanpa
jembatan antar partikel dan adhesi dengan jembatan antar partikel. Mekanisme
pengikatan tanpa jembatan antar partikel padat terdiri dari:
1. Gaya Van der Waals yang menyebabkan
aglomerasi kering di dalam bubuk kopi. 2. Gaya elektrostatik di antara isolator dan
konduktor yang dapat menghasilkan pemisahan muatan yang disebabkan oleh
penggilingan kopi. Gaya ini juga menyebabkan aglomerasi kering.
3. Serta permukaan kasar partikel yang mampu mengikat partikel lain.
Selain itu, mekanisme-mekanisme adhesi partikel dengan jembatan antar partikel
padat terdiri atas:
1. Sinter bridge yang terbentuk ketika substansi dipanaskan hingga 60 dari
suhu leleh. 2. Jembatan cairan terkristalisasi terbentuk
karena penambahan pelarut yang selanjutnya diberi pengeringan.
3. Jembatan cairan terbentuk akibat penambahan cairan pengikat.
4. Kapiler-kapiler berisi cairan terbentuk ketika ditambahkan cairan pengikat
dalam jumlah yang signifikan. Prinsip-prinsip dalam aglomerasi yang
menggunakan uap panassteam dapat dideskripsikan dalam lima tahap. Partikel
keringbubuk yang merupakan hasil dari pengeringan semprot akan masuk ke dalam
zona aglomerasi dengan cara jatuh bebasfree fall. Selanjutnya permukaan partikel dibasahi
oleh uap panas kondensasi. Kemudian terdapat pemutusan komponen-komponen
terlarut. Lalu terjadi aglomerasi partikel- partikel dan pembentukan jembatan cairan.
Pada tahap akhir, partikel tersebut akan dikeringkan sehingga terbentuk jembatan
padatsolid bridges dan didapatkan partikel kopi teraglomerasi. Produk PT. NI-PF yang
merupakan kopi teraglomerasi adalah ”Nescafe original” dan ”Nescafe classic”.
Kebijakan PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory
”Good Food, Good Life” merupakan slogan Nestlé yang menggambarkan
komitmen Nestlé sebagai produsen makanan yang peduli akan kesehatan umat manusia
dengan menghasilkan makanan yang sehat, bermutu, aman, berkualitas, bergizi, dan
menyenangkan untuk dikonsumsi, demi mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Seperti perusahaan lain, PT. NI-PF juga memiliki visi, nilai-nilai, tujuan bersama,
serta motto. Visi PT. NI-PF adalah meningkatkan nutrisi, kesehatan, dan
keafiatan konsumen Indonesia. Nilai-nilai yang dipegang adalah kejujuran dan
integritas, kepercayaan dan rasa hormat, kepemimpinan dan kesempurnaan, serta
kualitas dan keselamatan. Tujuan PT. NI-PF adalah 1 meraih kepercayaan konsumen dan
menjadi perusahaan makanan, nutrisi, kesehatan dan keafiatan yang paling
terkemuka di Indonesia, 2 melalui pelayanan konsumen yang meningkatkan kualitas hidup
mereka, maka kepastian laba, kesinambungan, dan pertumbuhan modal yang efisien dalam
jangka panjang akan terjamin dalam jangka panjang, 3 berjuang menjadi pemimpin pasar
atau posisi kuat nomor dua dalam semua kategori di pasar tempat kita beroperasi.
Motto PT. NI-PF yaitu Passion For Our Consumer semangat demi konsumen kita
Nestle, 2007.
Nestlé meringkas kebijakan yang dimilikinya menjadi suatu logo yang
menggambarkan keseluruhan kebijakan sehingga dapat dengan mudah dihafal dan
dipahami oleh seluruh karyawan. Logo tersebut berupa tangan kanan yang
menggenggam keempat jari selain ibu jari. Pada ibu jari terdapat tulisan “ZERO”,
sedangkan pada keempat jari berturut-turut tertulis “accident, defect, complaint, waste”.
Agar kebijakan ini dapat menyentuh seluruh tingkatan karyawan, maka logo ini
disosialisasikan diantaranya dengan cara menempelkan logo pada bagian punggung
baju seragam kerja karyawan, menjadikannya sebagai wallpaper di seluruh komputer dan
seluruh user, serta mencatumkan logo ini pada handbook, logbook, logsheet, spanduk,
surat, dll.
Acara-acara khusus dan lokasi-lokasi yang strategis merupakan upaya yang
ditempuh dalam menerapkan integrated management system IMS dan memastikan
pemahaman karyawan akan IMS. Acara yang dilakukan khusus untuk IMS champions
berupa meeting rutin yang dilaksanakan seminggu sekali selama proyek IMS
berlangsung, sedangkan acara untuk karyawan selain IMS champions berupa
training yang dilaksanakan minimal dua kali dalam setahun. Kehadiran pada meeting rutin
maupun training akan dicatat dalam meeting record dan training record. Selain itu juga
dilakukan IMS kick off yang dihadiri oleh seluruh karyawan PT. NI–PF.
Kebijakan mutu, K3 dan lingkungan, visi, value, motto, dan slogan diletakkan di
tempat-tempat strategis. Upaya ini diharapkan agar karyawan maupun tamu dapat
mengetahui bahkan memahami khususnya kebijakan dan visi Nestlé. Lokasi-lokasi
tersebut diantaranya adalah ruang tunggu tamu, meeting room, learning room, kantin,
koridor DOR, line produksi, dll. Kebijakan dan logo PT. Nestlé Indonesia dapat dilihat
pada Lampiran 1 dan 2. Integrated Management System
Menurut Whitelaw 2004, integrated management system adalah suatu sistem
manajemen yang terdiri dari ISO 14001 ditambah paling tidak satu sistem manajemen
lain. Baik kedua atau lebih sistem manajemen tersebut harus berjalan bersamaan
dengan sistem manajemen lain dan dapat diaudit oleh suatu badan eksternal.
IMS merupakan gabungan dari tiga sistem manajemen yang diterapkan secara
bersamaan, yaitu ISO 9001 sistem manajemen mutu, ISO 14001 sistem
manajemen lingkungan, dan OHSAS 18001 sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja. Sistem manajemen tersebut dibuat oleh suatu organisasi independen, yaitu
ISO International Organization for Standardization untuk ISO 9001 14001,
dan BSI British Standards Intitution untuk OHSAS 18001. Ketiga sistem manajemen ini
diakui secara internasional dan telah diadopsi, baik oleh institusi pemerintah, swasta, dll.
PT. NI-PF hingga saat ini memiliki sistem manajemen internal mengenai mutu,
lingkungan, dan K3. Sistem manajemen internal tersebut adalah Nestlé Quality System
NQS yang ekuivalen dengan ISO 9001, Nestlé Environmental Management System
NEMS yang ekuivalen dengan ISO 14001, serta Operational Safety, Health, and Risk
Management System OSHRMS yang ekuivalen dengan OHSAS 18001.
Hingga saat ini NQS adalah panduan mutu bagi Nestlé yang menunjukkan cara
pencapaian mutu dari sudut pandang Nestlé. Nestlé selalu menganggap bahwa sukses
dibangun dari mutu. Lebih lanjut, mutu adalah keuntungan kompetitif dalam
pemuasan kebutuhan konsumen. Mutu tersebut melingkupi perencanaan hingga
pelaksanaan yang dilaksanakan oleh semua pihak dengan usaha bersama.
NQS juga menggambarkan organisasi dan tanggung jawabnya dalam seluruh jajaran
Nestlé, mulai dari pusat, daerah, divisi bisnis hingga pabrik, serta dalam hubungannya
dengan pemasok. NQS digunakan untuk semua produk yang dijual menggunakan
nama grup Nestlé. Tidak hanya itu, NQS juga digunakan oleh seluruh partner bisnis yang
terlibat dalam produk-produk Nestlé. Sistem ini terdiri dari 36 elemen yang setaraf dengan
klausul-klausul yang terdapat di dalam ISO 9001. Elemen-elemen NQS dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Panduan dalam implementasi NQS terbagi menjadi dua, yaitu tingkat prioritas
utama First Priority Level, yaitu keamanan pangan, dan Advanced Level, yaitu
konsistensi produk dan preferensi konsumen. Prioritas utama berupa persyaratan minimum
absolut untuk menjamin kemanan pangan. Elemen-elemen dalam sistem mutu yang
harus diimplementasikan secara menyeluruh, dipertahankan secara konstan, dan tidak dapat
ditawar lagi, yaitu GMP, HACCP, pengawasan terhadap patogen pada
lingkungan produksi, Quality Monitoring Scheme QMS, kalibrasi instrumen,
identifikasi lot, pengkodean, recall, dsb.
Sebagai salah satu produsen makanan terkemuka, PT. Nestlé Indonesia memberikan
perhatian yang sangat serius terhadap masalah keamanan dari produk yang dihasilkan.
Keamanan pangan adalah aspek mutu yang tidak bisa ditawar. PT. Nestlé Indonesia
memberikan jaminan bahwa semua produk yang dihasilkan tidak akan menimbulkan
bahaya kesehatan bagi konsumen. Jaminan tersebut diberikan dalam bentuk penerapan
sistem HACCP Hazard Analysis Critical Control Point dalam seluruh proses produksi
dari seluruh produk yang dihasilkan.
Penerapan HACCP merupakan elemen yang tidak terpisahkan dari penerapan NQS.
Sistem HACCP adalah suatu sistem yang mengidentifikasikan bahaya spesifik yang
mungkin timbul dalam mata rantai produksi makanan dan tindakan pencegahan untuk
mengendalikan bahaya tersebut dengan tujuan untuk menjamin keamanan pangan. HACCP
merupakan alat yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyakit atau luka akibat
mengkonsumsi produk.
Pihak manajemen Nestlé sangat berkomitmen untuk menggunakan prinsip-
prinsip HACCP Codex Alimentarius. Implementasi Nestlé GMP NGMP
merupakan prasyarat yang sangat penting di dalam HACCP. HACCP juga merupakan
pertimbangan utama dalam rantai suplai produk pangan, dimulai dari desain produk
dan sumber bahan baku, termasuk aplikasi proses pada supplier, proses produksi, dan
distribusi hingga persiapan dan konsumsi oleh konsumen akhir. Hal ini diistilahkan dengan
“From Farm To Table”. Tanggung jawab manajemen adalah untuk menjamin bahwa
tiap-tiap pabrik yang beroperasi benar-benar menjalankan HACCP.
Sistem HACCP harus diterapkan oleh seluruh unit Nestlé di seluruh dunia. Dalam
penerapannya, PT. Nestlé yang berkedudukan di Swiss telah menyusun panduan untuk
menerapkan atau melakukan studi HACCP. Dengan demikian penerapan HACCP
dilakukan seragam sesuai dengan standar Nestlé. Hal ini akan sangat berguna untuk
mengembangkan sistem HACCP.
Studi terhadap HACCP bertujuan mengevaluasi kemungkinan bahaya keamanan
pangan, menghilangkan bahaya tersebut jika
memungkinkan atau untuk menemukan cara dalam mengendalikan bahaya sampai pada
tingkat yang aman. Studi tersebut merupakan cara untuk menemukan tahap kritis dalam
rantai produksi dan distribusi yang harus dikendalikan untuk menjamin produk yang
dihasilkan aman untuk dikonsumsi.
Meskipun terjadi transfer sistem manajemen, yaitu dari sistem manajemen
internal menjadi IMS NQS, NEMS, dan OSHRMS, namun ketiga sistem manajemen
internal Nestlé masih tetap berlaku dan menunjang sistem yang baru. Hal ini
dikarenakan sistem manajemen internal Nestlé lebih bersifat spesifik, yaitu sesuai
dengan ciri khas operasional Nestlé sebagai perusahaan makanan, dibandingkan dengan
IMS yang merupakan sistem manajemen yang lebih bersifat umum dan dapat diterapkan di
berbagai jenis perusahaan.
Perubahan sistem manajemen dari internal Nestlé menjadi IMS ini disebabkan
oleh faktor dari luar dan dari dalam Nestlé sendiri. Faktor dari luar adalah adanya
tuntutan konsumen agar sistem manajemen internal Nestlé diubah menjadi sistem
manajemen yang berlaku secara internasional, baik terhadap mutu, keselamatan dan
kesehatan kerja, serta lingkungan. Faktor utama dari dalam diantaranya adalah adanya
beragam sistem yang berjalan bersamaan, berbeda area implementasi dan tanggung
jawab, serta konflik implementasi, pengendalian, dan pemeliharaan. Dengan
demikian IMS diharapkan dapat menjadi pendekatan yang sinergis, menghemat waktu,
usaha, dan biaya, mencegah konflik, pengulangan, dan duplikasi, serta
memudahkan pemeliharaan dokumen, sehingga akan terbentuk sistem yang
terstruktur dan terkendali.
Menurut Whitelaw 2004, alasan pengintegrasian sistem manajemen adalah
untuk: 1. Mengurangi biaya dalam bisnis dan
memberikan nilai tambah pada proses. Biaya yang dimaksudkan di sini adalah
yang berkaitan dengan efisiensi waktu manajemen. Hal ini meliputi waktu oleh
auditor internal auditor dan auditor dari badan sertifikasi. Pengurangan dalam
waktu manajemen sangat mempengaruhi keuntungan biaya internal. Pengurangan
waktu manajemen ini dapat dikurangi jika elemen dari sistem manajemen dapat
dilaksanakan pada waktu yang sama dengan elemen sistem manajemen yang
lain. Alasan lainnya adalah adanya nilai
tambah. IMS diharapkan dapat menjamin bahwa aktivitas dan proses-proses operasi
suatu manajemen sistem memiliki pengaruh positif dan dapat diukur
terhadap keuntungan dan loss account dari suatu bisnis.
2. Mengurangi resiko demi kelangsungan bisnis.
Manajemen dari suatu organisasi harus melakukan analisis resiko dengan baik.
Berikut ini tiga komponen utama dalam analisis resiko:
a.
Mutu: apa saja resiko dari suplai
produk dan jasa yang tidak memenuhi persyaratan konsumen
dan yang paling penting adalah tidak up to date dengan perubahan konsep
dari perbaikan berkelanjutan. ISO 9001 adalah alat untuk mengurangi
resiko-resiko ini.
b. Lingkungan : apa saja resiko akibat