Penerapan Integrated Management System (ISO 9001, Iso 14001, dan OHSAS 18001) Studi Kasus Pada Produksi Kopi Instan Di PT. Nestle Indonesia – Panjang Factory

(1)

SKRIPSI

PENERAPAN INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM (ISO 9001, ISO 14001, DAN OHSAS 18001) STUDI KASUS PADA PRODUKSI KOPI

INSTAN DI PT. NESTLE INDONESIA – PANJANG FACTORY

Oleh :

INTAN MAYASARI F24103113

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Intan Mayasari. F24103113. Penerapan Integrated Management System (ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001) Studi Kasus pada Produksi Kopi Instan di PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Adil Basuki Ahza, MS. (2007)

RINGKASAN

Nestlé sebagai perusahaan besar senantiasa responsif terhadap tuntutan perdagangan global agar produknya berdaya saing tinggi, mengantisipasi masyarakat yang dinamis dan kreatif, terutama dalam konteks orientasi konsumen yang tidak lagi pada harga produk yang murah dan bermutu, tetapi juga produk yang dihasilkan tidak merusak lingkungan, serta memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya. Oleh sebab itu, Integrated Management System

(IMS) merupakan prioritas penting sistem manajemen bagi Nestlé saat ini.

Perubahan sistem manajemen internal menjadi IMS dilatarbelakangi oleh faktor luar dan dalam perusahaan. Faktor dari luar berupa tuntutan konsumen agar sistem manajemen internal Nestlé diubah menjadi sistem manajemen yang berlaku secara internasional. Faktor dari dalam diantaranya adalah adanya beragam sistem yang berjalan paralel, berbeda area implementasi dan tanggung jawab, serta konflik implementasi, pengendalian, dan pemeliharaan. Dengan demikian IMS diharapkan dapat menjadi pendekatan yang sinergis, menghemat waktu, usaha, dan biaya, mencegah konflik, pengulangan, dan duplikasi, serta memudahkan pemeliharaan dokumen.

Kegiatan magang ini bertujuan mengidentifikasi pemenuhan terhadap implementasi Integrated Management System, mempelajari proses produksi kopi instan di PT. Nestlé Indonesia - Panjang Factory, bekerja sesuai dengan peraturan perusahaan, serta melatih keterampilan dan kemampuan komunikasi personal/human relation sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Sasaran dari kegiatan magang adalah untuk menguji hipotesa bahwa penerapan ISO 9001, ISO 14001, serta OHSAS 18001 berhasil dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kegiatan magang ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana implementasi IMS sudah terpenuhi dan kesesuaiannya dengan penerapan pedoman yang digunakan di perusahaan agar continual improvement

dapat dilaksanakan.

Hingga program magang ini berakhir, implementasi IMS baru mencapai tahap internal audit pertama dan ternyata ditemukan temuan mayor, minor, dan

improvement. Temuan mayor diantaranya berupa aktivitas tanpa dokumen dan

tidak adanya surat pengangkatan MR. Temuan minor diantaranya terdapat log book yang tidak ditandatangani, tidak ada record hasil kalibrasi, Quality Monitoring Scheme yang tidak update, prosedur keadaan darurat tidak diuji coba secara teratur, dsb. Temuan improvement yaitu berupa dokumen eksternal (Nestec) belum didstribusikan, beberapa form belum diregistrasi, terdapat dokumen lama yang belum distempel “obsolete”, beberapa checklist, log book, dan log sheet belum diberi nomor, dsb.

Kekurangan dalam pemenuhan implementasi IMS ini adalah komunikasi mengenai IMS kepada karyawan, khususnya pada soft floor, komitmen dari beberapa IMS champions, kurangnya kekonsistensian dalam pelaksanaan sistem,


(3)

serta sedikitnya jumlah IMS champion yang cukup menghambat proyek IMS yang ditargetkan hanya enam bulan. Dalam melaksanakan proyek besar ini sebaiknya jumlah IMS champions ditambah, komunikasi mengenai IMS kepada seluruh karyawan lebih efektif, komitmen dari IMS champions dipertahankan, serta konsistensi pelaksanaan IMS dapat ditingkatkan.


(4)

PENERAPAN INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM (ISO 9001, ISO 14001, DAN OHSAS 18001) STUDI KASUS PADA PRODUKSI KOPI

INSTAN DI PT. NESTLE INDONESIA – PANJANG FACTORY

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

INTAN MAYASARI F24103113

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

Intan Mayasari. F24103113. Penerapan Integrated Management System (ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001) Studi Kasus pada Produksi Kopi Instan di PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Adil Basuki Ahza, MS. (2007)

RINGKASAN

Nestlé sebagai perusahaan besar senantiasa responsif terhadap tuntutan perdagangan global agar produknya berdaya saing tinggi, mengantisipasi masyarakat yang dinamis dan kreatif, terutama dalam konteks orientasi konsumen yang tidak lagi pada harga produk yang murah dan bermutu, tetapi juga produk yang dihasilkan tidak merusak lingkungan, serta memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya. Oleh sebab itu, Integrated Management System

(IMS) merupakan prioritas penting sistem manajemen bagi Nestlé saat ini.

Perubahan sistem manajemen internal menjadi IMS dilatarbelakangi oleh faktor luar dan dalam perusahaan. Faktor dari luar berupa tuntutan konsumen agar sistem manajemen internal Nestlé diubah menjadi sistem manajemen yang berlaku secara internasional. Faktor dari dalam diantaranya adalah adanya beragam sistem yang berjalan paralel, berbeda area implementasi dan tanggung jawab, serta konflik implementasi, pengendalian, dan pemeliharaan. Dengan demikian IMS diharapkan dapat menjadi pendekatan yang sinergis, menghemat waktu, usaha, dan biaya, mencegah konflik, pengulangan, dan duplikasi, serta memudahkan pemeliharaan dokumen.

Kegiatan magang ini bertujuan mengidentifikasi pemenuhan terhadap implementasi Integrated Management System, mempelajari proses produksi kopi instan di PT. Nestlé Indonesia - Panjang Factory, bekerja sesuai dengan peraturan perusahaan, serta melatih keterampilan dan kemampuan komunikasi personal/human relation sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Sasaran dari kegiatan magang adalah untuk menguji hipotesa bahwa penerapan ISO 9001, ISO 14001, serta OHSAS 18001 berhasil dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kegiatan magang ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana implementasi IMS sudah terpenuhi dan kesesuaiannya dengan penerapan pedoman yang digunakan di perusahaan agar continual improvement

dapat dilaksanakan.

Hingga program magang ini berakhir, implementasi IMS baru mencapai tahap internal audit pertama dan ternyata ditemukan temuan mayor, minor, dan

improvement. Temuan mayor diantaranya berupa aktivitas tanpa dokumen dan

tidak adanya surat pengangkatan MR. Temuan minor diantaranya terdapat log book yang tidak ditandatangani, tidak ada record hasil kalibrasi, Quality Monitoring Scheme yang tidak update, prosedur keadaan darurat tidak diuji coba secara teratur, dsb. Temuan improvement yaitu berupa dokumen eksternal (Nestec) belum didstribusikan, beberapa form belum diregistrasi, terdapat dokumen lama yang belum distempel “obsolete”, beberapa checklist, log book, dan log sheet belum diberi nomor, dsb.

Kekurangan dalam pemenuhan implementasi IMS ini adalah komunikasi mengenai IMS kepada karyawan, khususnya pada soft floor, komitmen dari beberapa IMS champions, kurangnya kekonsistensian dalam pelaksanaan sistem,


(6)

serta sedikitnya jumlah IMS champion yang cukup menghambat proyek IMS yang ditargetkan hanya enam bulan. Dalam melaksanakan proyek besar ini sebaiknya jumlah IMS champions ditambah, komunikasi mengenai IMS kepada seluruh karyawan lebih efektif, komitmen dari IMS champions dipertahankan, serta konsistensi pelaksanaan IMS dapat ditingkatkan.


(7)

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENERAPAN INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM (ISO 9001, ISO 14001, DAN OHSAS 18001) STUDI KASUS PADA PRODUKSI KOPI

INSTAN DI PT. NESTLE INDONESIA – PANJANG FACTORY SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

INTAN MAYASARI F24103113

Dilahirkan pada tanggal 5 Mei 1985 di Bandar Lampung

Tanggal lulus : 10 Agustus 2007

Menyetujui,

Dr. Ir. Adil Basuki Ahza, MS Pembimbing Akademik

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc Ketua Departemen


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 5 Mei 1985. Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara, anak dari pasangan H. Chorsani dan Hj. Aisyiah.

Pendidikan penulis di mulai dari TK. Aisiyah Bustanul Arifin (1988-1990), SD Negeri 1 Bandar Lampung (1990-1997), SLTP Negeri 1 Bandar Lampung (1997-2000), dan SMU Negeri 10 Bandar Lampung (2000-2003). Penulis kemudian meneruskan studi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun 2003 dan terdaftar sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah berperan aktif sebagai pengurus di Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) (2005-2006). Selain itu, penulis juga berperan aktif sebagai panitia di beberapa acara seperti Seminar Nasional Pangan Halal (2004), Suksesi HIMITEPA (2004), Konferensi Pertama Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia (HMPPI) (2005), dan BAUR TPG (2005 dan 2006).

Dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Teknologi Pertanian – IPB, penulis melakukan kerja magang selama 4 bulan di PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory dengan judul skripsi ”Penerapan

Integrated Management System (ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001) Studi Kasus pada Produksi Kopi Instan di PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory” di bawah bimbingan Dr. Ir. Adil Basuki Ahza, MS sebagai pembimbing akademik dan Hariyadi, STP, MT sebagai pembimbing lapang.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Penulis telah mendapatkan bimbingan, bantuan, serta dorongan dari berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Adil Basuki Ahza, MS, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan dorongan selama penulis menyelesaikan pendidikan di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan.

2. Hariyadi, STP, MT, selaku Pembimbing Lapangan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis melaksanakan magang di PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory.

3. Dr. Ir. Yadi Haryadi, M.Sc dan Ir. Sutrisno Koswara, M.Si, selaku dosen penguji.

4. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, selaku Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan.

5. Kakak-kakakku, kak Icon, kak Lia, kak Opit, dan kak Ijul, kakak-kakak iparku kak Anton, mbak Ika, kak Iin, dan uni pipit, serta keponakan-keponakan penulis, atas cinta dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

6. Kak Hadi, Pak Dwi, Pak Donny, Pak Jupri, Mbak Riri, dan semua karyawan PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory atas bantuannya selama penulis melaksanakan magang.

7. Om Wito dan tante. Terima kasih atas perhatian dan dukungannya selama ini kepada penulis.

8. Sahabat-sahabatku, Nooy, Mona, Lala, Aan. Persahabatan ini jangan pernah berakhir.


(10)

9. Seluruh teman-teman seperjuangan di ITP angkatan 40, Asih, Gading, Lasty, Mae, Angel, Anastasia, Bos Vina, Aca, Andal, Hendy, Gilang, Dian Dion, Dea, Dini, dll.

10.Yudha Adhy Pratama, mengenalmu dan bersamamu sejak kita kecil, kini dan nanti, bagiku sangatlah indah. Terima kasih atas semuanya.

11.Teman-teman alumni SMUN 10 Bandar Lampung, Hendika, Medriko, Fredy, The Seven Fairies: Alen, Ncez, Titi, Tinez, Evi, Dina, dan GCT: Yance, Mifta, Indra, Danang, Nori, Dauz, Hendro, Teddy, Robi.

12.Deddy, Riza, Maya, Diory, Johan, teman seperjuangan selama penulis magang di PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory.

13.Teman-teman di Pondok Annisa, Wajik (Dyah cantik), Ila, Bang Ai (Aini), Ina, Halida, Mpit, Boil, Loly, Tarie, dll, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kita yang membahagiakan.

14.Teh Euis, terima kasih atas nasehat-nasehat terbaiknya untuk penulis. 15.Teman-teman di IPB, khususnya ITP, angkatan 39, 40, 41 serta

teman-teman yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap bahwa skripsi ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Bogor, Agustus 2007


(11)

SKRIPSI

PENERAPAN INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM (ISO 9001, ISO 14001, DAN OHSAS 18001) STUDI KASUS PADA PRODUKSI KOPI

INSTAN DI PT. NESTLE INDONESIA – PANJANG FACTORY

Oleh :

INTAN MAYASARI F24103113

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

Intan Mayasari. F24103113. Penerapan Integrated Management System (ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001) Studi Kasus pada Produksi Kopi Instan di PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Adil Basuki Ahza, MS. (2007)

RINGKASAN

Nestlé sebagai perusahaan besar senantiasa responsif terhadap tuntutan perdagangan global agar produknya berdaya saing tinggi, mengantisipasi masyarakat yang dinamis dan kreatif, terutama dalam konteks orientasi konsumen yang tidak lagi pada harga produk yang murah dan bermutu, tetapi juga produk yang dihasilkan tidak merusak lingkungan, serta memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya. Oleh sebab itu, Integrated Management System

(IMS) merupakan prioritas penting sistem manajemen bagi Nestlé saat ini.

Perubahan sistem manajemen internal menjadi IMS dilatarbelakangi oleh faktor luar dan dalam perusahaan. Faktor dari luar berupa tuntutan konsumen agar sistem manajemen internal Nestlé diubah menjadi sistem manajemen yang berlaku secara internasional. Faktor dari dalam diantaranya adalah adanya beragam sistem yang berjalan paralel, berbeda area implementasi dan tanggung jawab, serta konflik implementasi, pengendalian, dan pemeliharaan. Dengan demikian IMS diharapkan dapat menjadi pendekatan yang sinergis, menghemat waktu, usaha, dan biaya, mencegah konflik, pengulangan, dan duplikasi, serta memudahkan pemeliharaan dokumen.

Kegiatan magang ini bertujuan mengidentifikasi pemenuhan terhadap implementasi Integrated Management System, mempelajari proses produksi kopi instan di PT. Nestlé Indonesia - Panjang Factory, bekerja sesuai dengan peraturan perusahaan, serta melatih keterampilan dan kemampuan komunikasi personal/human relation sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Sasaran dari kegiatan magang adalah untuk menguji hipotesa bahwa penerapan ISO 9001, ISO 14001, serta OHSAS 18001 berhasil dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kegiatan magang ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana implementasi IMS sudah terpenuhi dan kesesuaiannya dengan penerapan pedoman yang digunakan di perusahaan agar continual improvement

dapat dilaksanakan.

Hingga program magang ini berakhir, implementasi IMS baru mencapai tahap internal audit pertama dan ternyata ditemukan temuan mayor, minor, dan

improvement. Temuan mayor diantaranya berupa aktivitas tanpa dokumen dan

tidak adanya surat pengangkatan MR. Temuan minor diantaranya terdapat log book yang tidak ditandatangani, tidak ada record hasil kalibrasi, Quality Monitoring Scheme yang tidak update, prosedur keadaan darurat tidak diuji coba secara teratur, dsb. Temuan improvement yaitu berupa dokumen eksternal (Nestec) belum didstribusikan, beberapa form belum diregistrasi, terdapat dokumen lama yang belum distempel “obsolete”, beberapa checklist, log book, dan log sheet belum diberi nomor, dsb.

Kekurangan dalam pemenuhan implementasi IMS ini adalah komunikasi mengenai IMS kepada karyawan, khususnya pada soft floor, komitmen dari beberapa IMS champions, kurangnya kekonsistensian dalam pelaksanaan sistem,


(13)

serta sedikitnya jumlah IMS champion yang cukup menghambat proyek IMS yang ditargetkan hanya enam bulan. Dalam melaksanakan proyek besar ini sebaiknya jumlah IMS champions ditambah, komunikasi mengenai IMS kepada seluruh karyawan lebih efektif, komitmen dari IMS champions dipertahankan, serta konsistensi pelaksanaan IMS dapat ditingkatkan.


(14)

PENERAPAN INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM (ISO 9001, ISO 14001, DAN OHSAS 18001) STUDI KASUS PADA PRODUKSI KOPI

INSTAN DI PT. NESTLE INDONESIA – PANJANG FACTORY

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

INTAN MAYASARI F24103113

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

Intan Mayasari. F24103113. Penerapan Integrated Management System (ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001) Studi Kasus pada Produksi Kopi Instan di PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Adil Basuki Ahza, MS. (2007)

RINGKASAN

Nestlé sebagai perusahaan besar senantiasa responsif terhadap tuntutan perdagangan global agar produknya berdaya saing tinggi, mengantisipasi masyarakat yang dinamis dan kreatif, terutama dalam konteks orientasi konsumen yang tidak lagi pada harga produk yang murah dan bermutu, tetapi juga produk yang dihasilkan tidak merusak lingkungan, serta memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya. Oleh sebab itu, Integrated Management System

(IMS) merupakan prioritas penting sistem manajemen bagi Nestlé saat ini.

Perubahan sistem manajemen internal menjadi IMS dilatarbelakangi oleh faktor luar dan dalam perusahaan. Faktor dari luar berupa tuntutan konsumen agar sistem manajemen internal Nestlé diubah menjadi sistem manajemen yang berlaku secara internasional. Faktor dari dalam diantaranya adalah adanya beragam sistem yang berjalan paralel, berbeda area implementasi dan tanggung jawab, serta konflik implementasi, pengendalian, dan pemeliharaan. Dengan demikian IMS diharapkan dapat menjadi pendekatan yang sinergis, menghemat waktu, usaha, dan biaya, mencegah konflik, pengulangan, dan duplikasi, serta memudahkan pemeliharaan dokumen.

Kegiatan magang ini bertujuan mengidentifikasi pemenuhan terhadap implementasi Integrated Management System, mempelajari proses produksi kopi instan di PT. Nestlé Indonesia - Panjang Factory, bekerja sesuai dengan peraturan perusahaan, serta melatih keterampilan dan kemampuan komunikasi personal/human relation sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Sasaran dari kegiatan magang adalah untuk menguji hipotesa bahwa penerapan ISO 9001, ISO 14001, serta OHSAS 18001 berhasil dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kegiatan magang ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana implementasi IMS sudah terpenuhi dan kesesuaiannya dengan penerapan pedoman yang digunakan di perusahaan agar continual improvement

dapat dilaksanakan.

Hingga program magang ini berakhir, implementasi IMS baru mencapai tahap internal audit pertama dan ternyata ditemukan temuan mayor, minor, dan

improvement. Temuan mayor diantaranya berupa aktivitas tanpa dokumen dan

tidak adanya surat pengangkatan MR. Temuan minor diantaranya terdapat log book yang tidak ditandatangani, tidak ada record hasil kalibrasi, Quality Monitoring Scheme yang tidak update, prosedur keadaan darurat tidak diuji coba secara teratur, dsb. Temuan improvement yaitu berupa dokumen eksternal (Nestec) belum didstribusikan, beberapa form belum diregistrasi, terdapat dokumen lama yang belum distempel “obsolete”, beberapa checklist, log book, dan log sheet belum diberi nomor, dsb.

Kekurangan dalam pemenuhan implementasi IMS ini adalah komunikasi mengenai IMS kepada karyawan, khususnya pada soft floor, komitmen dari beberapa IMS champions, kurangnya kekonsistensian dalam pelaksanaan sistem,


(16)

serta sedikitnya jumlah IMS champion yang cukup menghambat proyek IMS yang ditargetkan hanya enam bulan. Dalam melaksanakan proyek besar ini sebaiknya jumlah IMS champions ditambah, komunikasi mengenai IMS kepada seluruh karyawan lebih efektif, komitmen dari IMS champions dipertahankan, serta konsistensi pelaksanaan IMS dapat ditingkatkan.


(17)

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENERAPAN INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM (ISO 9001, ISO 14001, DAN OHSAS 18001) STUDI KASUS PADA PRODUKSI KOPI

INSTAN DI PT. NESTLE INDONESIA – PANJANG FACTORY SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

INTAN MAYASARI F24103113

Dilahirkan pada tanggal 5 Mei 1985 di Bandar Lampung

Tanggal lulus : 10 Agustus 2007

Menyetujui,

Dr. Ir. Adil Basuki Ahza, MS Pembimbing Akademik

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc Ketua Departemen


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 5 Mei 1985. Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara, anak dari pasangan H. Chorsani dan Hj. Aisyiah.

Pendidikan penulis di mulai dari TK. Aisiyah Bustanul Arifin (1988-1990), SD Negeri 1 Bandar Lampung (1990-1997), SLTP Negeri 1 Bandar Lampung (1997-2000), dan SMU Negeri 10 Bandar Lampung (2000-2003). Penulis kemudian meneruskan studi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun 2003 dan terdaftar sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah berperan aktif sebagai pengurus di Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) (2005-2006). Selain itu, penulis juga berperan aktif sebagai panitia di beberapa acara seperti Seminar Nasional Pangan Halal (2004), Suksesi HIMITEPA (2004), Konferensi Pertama Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia (HMPPI) (2005), dan BAUR TPG (2005 dan 2006).

Dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Teknologi Pertanian – IPB, penulis melakukan kerja magang selama 4 bulan di PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory dengan judul skripsi ”Penerapan

Integrated Management System (ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001) Studi Kasus pada Produksi Kopi Instan di PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory” di bawah bimbingan Dr. Ir. Adil Basuki Ahza, MS sebagai pembimbing akademik dan Hariyadi, STP, MT sebagai pembimbing lapang.


(19)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Penulis telah mendapatkan bimbingan, bantuan, serta dorongan dari berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Adil Basuki Ahza, MS, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan dorongan selama penulis menyelesaikan pendidikan di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan.

2. Hariyadi, STP, MT, selaku Pembimbing Lapangan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis melaksanakan magang di PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory.

3. Dr. Ir. Yadi Haryadi, M.Sc dan Ir. Sutrisno Koswara, M.Si, selaku dosen penguji.

4. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, selaku Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan.

5. Kakak-kakakku, kak Icon, kak Lia, kak Opit, dan kak Ijul, kakak-kakak iparku kak Anton, mbak Ika, kak Iin, dan uni pipit, serta keponakan-keponakan penulis, atas cinta dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

6. Kak Hadi, Pak Dwi, Pak Donny, Pak Jupri, Mbak Riri, dan semua karyawan PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory atas bantuannya selama penulis melaksanakan magang.

7. Om Wito dan tante. Terima kasih atas perhatian dan dukungannya selama ini kepada penulis.

8. Sahabat-sahabatku, Nooy, Mona, Lala, Aan. Persahabatan ini jangan pernah berakhir.


(20)

9. Seluruh teman-teman seperjuangan di ITP angkatan 40, Asih, Gading, Lasty, Mae, Angel, Anastasia, Bos Vina, Aca, Andal, Hendy, Gilang, Dian Dion, Dea, Dini, dll.

10.Yudha Adhy Pratama, mengenalmu dan bersamamu sejak kita kecil, kini dan nanti, bagiku sangatlah indah. Terima kasih atas semuanya.

11.Teman-teman alumni SMUN 10 Bandar Lampung, Hendika, Medriko, Fredy, The Seven Fairies: Alen, Ncez, Titi, Tinez, Evi, Dina, dan GCT: Yance, Mifta, Indra, Danang, Nori, Dauz, Hendro, Teddy, Robi.

12.Deddy, Riza, Maya, Diory, Johan, teman seperjuangan selama penulis magang di PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory.

13.Teman-teman di Pondok Annisa, Wajik (Dyah cantik), Ila, Bang Ai (Aini), Ina, Halida, Mpit, Boil, Loly, Tarie, dll, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kita yang membahagiakan.

14.Teh Euis, terima kasih atas nasehat-nasehat terbaiknya untuk penulis. 15.Teman-teman di IPB, khususnya ITP, angkatan 39, 40, 41 serta

teman-teman yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap bahwa skripsi ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Bogor, Agustus 2007


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

C. SASARAN ... 2

D. MANFAAT ... 2

II. DESKRIPSI KEGIATAN MAGANG ... 3

A. DESKRIPSI KEGIATAN ... 3

B. PELAKSANAAN MAGANG ... 3

III. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. STANDAR ... 6

B. INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARDIZATION (ISO) ... 7

C. ISO 9001:2000 ... 7

D. ISO 14001:2004 ... 10

E. OHSAS 18001:1999 ... 12

IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ... 14

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAN ... 14

B. LOKASI PERUSAHAAN ... 16

C. STRUKTUR ORGANISASI ... 16

D. KETENAGAKERJAAN ... 18

E. KEADAAN PRODUKSI ... 19

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. PRODUK ... 31 B. KEBIJAKAN PT. NESTLE INDONESIA – PANJANG


(22)

FACTORY ... 33 C. INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM (IMS) ... 35 D. DOKUMENTASI INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM ... 46 E. AUDIT INTERNAL ... 53 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66 A. KESIMPULAN ... 66 B. SARAN ... 68 DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN ... 72


(23)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Topik-topik Standar Manajemen Lingkungan ... 11 Tabel 2. Paten Tipe Aglomerasi Kopi Instan ... 32 Tabel 3. Format Prosedur PT. NI-PF ... 51 Tabel 4. Prosedur vs WI ... 52 Tabel 5. Perbandingan Jumlah Dokumen di PT. NI-PF ... 52 Tabel 6. Daftar Ringkasan Temuan di Departemen QA ... 55 Tabel 7. Daftar Ringkasan Temuan di Departemen F/P dan AG ... 57 Tabel 8. Daftar Ringkasan Temuan di Departemen FICO ... 59 Tabel 9. Daftar Ringkasan Temuan di Departemen Engineering ... 61 Tabel 10. Daftar Ringkasan Temuan di Departemen RPU ... 62 Tabel 11. Daftar Ringkasan Temuan di Departemen Production


(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Model proses sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 ... 10 Gambar 2. Struktur organisasi PT. Nestlé Indonesia – Panjang Factory ... 18 Gambar 3. Skema proses tipping green coffee menuju silo ... 23 Gambar 4. Biji kopi sebelum dan sesudah di penyangraian ... 24 Gambar 5. Contoh dan proses pembentukan aglomerat kopi instan ... 27 Gambar 6. Bagan proses produksi dari biji kopi hingga menjadi kopi instan 27 Gambar 7. Siklus implementasi terintegrasi untuk perbaikan berkelanjutan . 40 Gambar 8. Siklus PDCA IMS ... 42 Gambar 9. Struktur dokumentasi PT. NI-PF ... 47 Gambar 10.Diagram alir dalam membuat / revisi prosedur / working


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kebijakan QSHE PT. NI-PF ... 72 Lampiran 2. Logo Kebijakan PT. NI-PF ... 73 Lampiran 3. Elemen Sistem Mutu Nestlé (NQS)... 74 Lampiran 4. Perbandingan Klausul dalam IMS ... 76 Lampiran 5. Struktur IMS ... 80 Lampiran 6. Format Prosedur ... 81 Lampiran 7. Format Working Instruction ... 83 Lampiran 8. Contoh Form ... 85 Lampiran 9. Format Dokumen Corrective and Preventive Action (CAPA) ... 86


(26)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

PT Nestlé Indonesia – Panjang Factory merupakan pabrik yang memproduksi kopi instan dan mixes dengan merek Nescafe. Bahan baku yang digunakan adalah biji kopi yang berasal dari daerah Lampung dan wilayah lainnya. Nestlé memiliki berbagai peralatan modern guna menghasilkan produk yang berkualitas tinggi secara efisien. Dengan NQS, Nestlé selalu memperhatikan dan mengusahakan tercapainya konsistensi mutu dan kepuasan pelanggan yang selalu diperbaiki secara berkelanjutan melalui praktek cara produksi yang baik dan benar, peningkatan skill dan kompetensi sumber daya manusia, proses produksi yang ramah lingkungan dan selalu memprioritaskan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), serta pentaatan pada persyaratan peraturan perundangan-undangan dan persyaratan lainnya yang berlaku.

Perubahan sistem manajemen dari internal Nestlé menjadi IMS disebabkan oleh faktor dari luar dan dari dalam Nestlé sendiri. Faktor dari luar adalah adanya tuntutan konsumen agar sistem manajemen internal Nestlé diubah menjadi sistem manajemen yang berlaku secara internasional, baik terhadap mutu, keselamatan dan kesehatan kerja, serta lingkungan. Faktor utama dari dalam diantaranya adalah adanya beragam sistem yang berjalan bersamaan, berbeda area implementasi dan tanggung jawab, serta konflik implementasi, pengendalian, dan pemeliharaan. Dengan demikian IMS diharapkan dapat menjadi pendekatan yang sinergis, menghemat waktu, usaha, dan biaya, mencegah konflik, pengulangan, dan duplikasi, serta memudahkan pemeliharaan dokumen, sehingga akan terbentuk sistem yang terstruktur dan terkendali.

PT. NI - PF menganggap bahwa ISO merupakan standar manajemen yang dinilai paling fair dalam perdagangan dunia. Oleh sebab itu, PT. NI – PF perlu menginkorporasikan ISO 9001:2000 di dalam Integrated Management System Nestlé sebagai standar sistem manajemen mutu dan ISO 14001:2004 sebagai standar sistem manajemen lingkungan.


(27)

Selain itu, PT. NI – PF juga menerapkan standar sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series) 18001:1999 yang diterbitkan oleh British Standards Institution (BSI). OHSAS 18001 dikembangkan serta disesuaikan dengan ISO 9001 dan ISO 14001 untuk memfasilitasi organisasi dalam mengintegrasikan sistem manajemen mutu, lingkungan, dan K3 (BSI, 1999).

B. TUJUAN

Secara umum, tujuan magang adalah untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam menganalisa, observasi serta memecahkan masalah yang ada dalam suatu industri pangan berdasarkan disiplin ilmu yang telah dipelajari melalui proses pelibatan kerja sesuai peraturan perusahaan. Proses bekerja seperti layaknya pekerja di industri pangan sesuai dengan aturan perusahaan memungkinkan adanya peran aktif mahasiswa dalam memberikan masukan dan menjadi media bertukar pikiran dengan manajemen dan pegawai perusahaan, serta melatih keterampilan dan kemampuan komunikasi personal serta human relation sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

Secara khusus, kegiatan magang ini bertujuan mengidentifikasi pemenuhan terhadap implementasi Integrated Management System serta mempelajari proses produksi kopi instan di PT. Nestlé Indonesia - Panjang

Factory.

C. SASARAN

Sasaran dari kegiatan magang ini adalah untuk menguji hipotesa bahwa penerapan ISO 9001, ISO 14001, serta OHSAS 18001 berhasil dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

D. MANFAAT

Kegiatan magang ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana implementasi IMS sudah terpenuhi dan kesesuaian dengan penerapan pedoman yang digunakan di perusahaan agar continual improvement dapat dilaksanakan.


(28)

II. DESKRIPSI KEGIATAN MAGANG

A. DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT. Nestlé Indonesia – Panjang

Factory (PT. NI-PF) pada tanggal 1 Februari 2007 sampai dengan 31 Mei 2007, setiap hari Senin hingga Jumat pada pukul 08.00-16.00 WIB. Kegiatan ini dilakukan pada departemen Safety Health and Environment, dengan mengkaji tentang strategi yang digunakan dalam Integrated Management

System (IMS) serta kesesuaiannya terhadap implementasi pada seluruh

kegiatan di perusahaan.

B. PELAKSANAAN MAGANG B.1. Metodologi

B.1.1. Identifikasi Masalah

Sistem manajemen internal Nestlé yang terdiri atas NQS, NEMS dan OSHRMS akan disesuaikan dengan sistem manajemen ISO 9001, ISO 14001 dan OHSAS 18001. Masalah yang ada adalah bagaimana ketiga sistem manajemen dari ISO dan OHSAS tersebut dapat diimplementasikan secara efektif. B.1.2. Alternatif Solusi

Alternatif solusi berupa strategi yang telah disiapkan oleh manajemen perusahaan. Strategi-strategi utama (secara berurutan) berupa identifikasi bahaya dan aspek-aspek lingkungan, pelaksanaan objektif, target dan program, pelaksanaan rencana mutu, sosialisasi, dokumentasi Nestlé

Integrated Management System (NIMS), kesiapan sumber daya

manusia, dan implementasi NIMS. B.1.3. Sintesa

Strategi-strategi yang telah dibuat dan dilaksanakan kemudian diuji kinerjanya dengan audit internal dan eksternal. Audit internal dilakukan terlebih dahulu daripada audit eksternal. Pada pelaksanannya, audit internal dilakukan sebanyak dua kali,


(29)

sedangkan audit eksternal dilakukan sebanyak satu kali. Selain itu, akan dilaksanakan tinjauan manajemen sebanyak 2 kali dalam setahun.

Temuan yang didapat dari hasil audit terbagi menjadi tiga kategori, yaitu temuan mayor, minor dan improvement. Temuan mayor diperoleh apabila ada klausul dalam ISO maupun OHSAS yang tidak dipenuhi. Temuan ini sangat mempengaruhi mutu produk. Temuan minor diperoleh apabila klausul-klausul sudah terpenuhi hanya saja pelaksanaannya tidak efektif, sedangkan

improvement berupa temuan yang tidak begitu berpengaruh

terhadap mutu produk, hanya saja akan lebih baik apabila temuan ini dilakukan dengan semestinya.

Dalam pelaksanaan audit, keefektifan implementasi IMS diukur dengan tiga hal, yaitu dokumentasi, wawancara dan observasi. Persentase dokumentasi yang harus dipenuhi adalah 100%, wawancara sebanyak 75% dari target, serta 75% untuk observasi.

B.2. Berperan Aktif

Berperan aktif dengan cara bekerja sesuai dengan peraturan perusahaan pada departemen Safety Health and Environment (SHE), khususnya difokuskan pada proyek integrated management sistem, yaitu mulai dari pembuatan dokumen/penyesuaian dokumen lama menjadi format IMS, pendaftaran dokumen baru ke dalam master list, pencetakan dokumen, penggandaan dokumen, pendistribusian dokumen, hingga penarikan dokumen lama.

B.3. Observasi Lapang

Observasi lapang dilakukan dengan cara mengamati dan merekam seluruh proses produksi serta terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan untuk mendapatkan diagram alir proses secara rinci beserta aplikasi sistem manajemen mutu di PT. NI–PF. Informasi yang diperoleh


(30)

dari hasil observasi lapang berupa informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan IMS kepada IMS champions serta mengenai proses produksi kepada karyawan dan supervisor di departemen produksi serta di departemen penunjang produksi untuk mengidentifikasi “good

practices” dan mendapatkan gambaran mengenai kesesuaian standar

yang digunakan dengan keadaan di lapangan.

B.4. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari referensi dan literatur di internet, perpustakaan, serta referensi yang dimiliki oleh perusahaan. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan informasi, data pelengkap, dan pembanding mengenai integrated management system untuk mengetahui kesesuaian penerapan yang telah dilakukan oleh PT. NI-PF sekaligus sebagai masukan bagi perusahaan.


(31)

III. TINJAUAN PUSTAKA

A. STANDAR

Standar yang didefinisikan oleh ISO adalah spesifikasi teknis atau dokumen setara yang tersedia untuk masyarakat, dihasilkan dari konsensus atau persetujuan umum yang didasarkan kepada IPTEK atau pengalaman agar dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat serta diakui oleh badan yang berwenang baik tingkat nasional, regional atau internasional.

Standar bersifat dinamis, meningkat seiring dengan peningkatan teknologi dan tuntutan konsumen. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya standar adalah adanya perbaikan produk menyesuaikan dengan standar, mencegah dan menghilangkan hambatan perdagangan, meningkatkan daerah penjualan produk dan memudahkan terjadinya kerjasama IPTEK. Oleh karena itu, pemenuhan standar lebih menjamin keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan (Muhandri dan Kadarisman, 2005).

Standar memberi kontribusi yang sangat besar kepada sebagian besar aspek hidup kita, meskipun pada kenyataannya sering sekali kontribusi tersebut tidak dapat terlihat dengan mata. Keberadaan standar akan dirasakan oleh produsen dan pengguna produk, misalnya ketika suatu produk memiliki mutu yang kurang baik, tidak memenuhi keinginan dan persyaratan, tidak cocok dengan peralatan yang dimiliki, bahkan tidak dapat dipercaya dan berbahaya (ISO, 2006).

ISO adalah pembangun standar-standar terbesar di dunia. Sampai dengan saat ini, ISO telah menghasilkan lebih dari 16000 standar internasional. Meskipun aktivitas-aktivitas prinsip ISO adalah pengembangan dari standar-standar teknis, standar-standar ISO juga penting dalam hal sosial dan ekonomi. Standar ISO tidak hanya membantu menyelesaikan masalah yang terjadi pada produksi dan distribusi tetapi juga pada seluruh masyarakat (ISO, 2006).


(32)

B. INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARDIZATION (ISO) ISO adalah badan penetap standar internasional yang terdiri dari wakil-wakil dari badan standar nasional setiap negara. Pada awalnya, singkatan dari nama lembaga tersebut adalah IOS, bukan ISO. Namun saat ini sering digunakan singkatan ISO, karena dalam bahasa Yunani “isos” berarti sama (equal).

ISO didirikan pada 23 Februari 1947. Standar yang ditetapkan berupa standar-standar industrial dan komersial dunia. Meski ISO adalah organisasi non pemerintah, kemampuannya untuk menetapkan standar yang sering menjadi hukum melalui persetujuan atau standar nasional membuatnya lebih berpengaruh dari pada kebanyakan organisasi non pemerintah lainnya, dan dalam prakteknya ISO menjadi konsorsium dengan hubungan yang kuat dengan pihak-pihak pemerintah (Anonim, 2007a).

Penerapan ISO di suatu perusahaan berguna untuk 1) meningkatkan citra perusahaan, 2) meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan, 3) meningkatkan efisiensi kegiatan, 4) memperbaiki manajemen organisasi dengan menerapkan perencanaan, pelaksanaan, pengukuran, dan tindakan perbaikan (plan, do,

check, act), 5) meningkatkan penataan terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan dalam hal pengelolaan lingkungan, 6) mengurangi resiko usaha, 7) meningkatkan daya saing, 8) meningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik dengan berbagai pihak yang berkepentingan, 9) mendapat kepercayaan dari konsumen/mitra kerja/pemodal (Anonim, 2007a).

C. ISO 9001:2000

Menurut Gasperz (2006), ISO 9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu. ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, di mana organisasi yang dikontrak itu bertanggung jawab untuk menjamin kualitas dari produk-produk


(33)

tertentu, atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi.

Standar-standar ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987, di mana ISO Technical Committee menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan untuk organisasi. Revisi terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994 dan tahun 2000 (Gaspersz, 2006).

ISO versi tahun 2000 mencakup beberapa seri berikut:

1. ISO 9000:2000, QMS : Fundamentals and vocabulary replacing ISO 8402 and ISO 9000-1

2. ISO 9001:2000, QMS : Requirements replacing the 1994 versions of ISO 9001, 9002, and 9003

3. ISO 9004:2000, QMS : Guidance for performance improvement replacing ISO 9004 with most parts

4. ISO 19011, Guidance for auditing management systems replacing ISO 10011 and 14011

Menurut Newslow (2001), ISO 9001:2000 didasarkan pada delapan prinsip dasar manajemen mutu, yaitu : fokus pada pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan orang, pendekatan proses, pendekatan sistem pada manajemen, perbaikan berkelanjutan (kontinual), pendekatan fakta pada pengambilan keputusan, dan hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok. Standar didasarkan pada prinsip-prinsip tersebut, tetapi prinsip bukanlah persyaratan. Persyaratan dasar didefinisikan pada bagian 4.0 (Sistem Manajemen Mutu), 5.0 (Tanggung Jawab Manajemen), 6.0 (Manajemen Sumberdaya), 7.0 (Realisasi Produk), dan 8.0 (Pengukuran, Analisis, dan Perbaikan).

Menurut Gaspersz (2006), manfaat dari penerapan ISO 9001:2000 telah diperoleh banyak perusahaan, yaitu:

1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan mutu yang terorganisasi dan sistematik.

2. Perusahaan yang telah bersertifikat ISO 9001:2000 diijinkan untuk mengiklankan pada media massa bahwa sistem manajemen mutu dari


(34)

perusahaan tersebut telah diakui secara internasional. Hal ini berarti meningkatkan image perusahaan serta daya saing dalam memasuki pasar global.

3. Audit sistem manajemen mutu dari perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 dilakukan secara periodik oleh registrar dari lembaga registrasi, sehingga pelanggan tidak perlu melakukan audit sistem mutu. Hal ini akan menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit sistem mutu oleh pelanggan.

4. Perusahaan yang telah memiliki sertifikat ISO 9001:2000 secara otomatis terdaftar pada lembaga registrasi.

5. Meningkatkan mutu dan produktivitas dari manajemen melalui kerjasama dan komunikasi yang lebih baik, sistem pengendalian yang konsisten, serta pengurangan dan pencegahan pemborosan, sehingga operasi internal menjadi lebih baik.

6. Meningkatkan kesadaran mutu dalam perusahaan.

7. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan manajer organisasi melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi yang terdefinisi secara baik.

Standar-standar ISO 9001:2000 cocok dengan isi dari ISO 14001 (Spesifikasi Sistem Manajemen Lingkungan). Pemenuhan kedua sistem manajemen ini dapat disempurnakan dengan sedikit atau tidak ada duplikasi atau persyaratan yang saling bertentangan (Newslow, 2001).


(35)

Gambar 1. Model proses sistem manajemen mutu ISO 9001: 2000 (Gaspersz, 2006)

D. ISO 14001:2004

ISO 14000 merupakan sistem manajemen lingkungan yang keberadaannya membantu suatu organisasi dalam meminimalisasi pengaruh buruk operasi terhadap lingkungan (perubahan yang merugikan pada udara, air, dan tanah), dengan mematuhi peraturan, hukum yang berlaku, persyaratan lain yang berorientasi lingkungan, serta perbaikan yang berkelanjutan (Anonim, 2007b).

Menurut Edwards (2004), kesuksesan standar manajemen mutu BS 5750 (sebagai ISO 9001) menjadi contoh bagi sistem manajemen lainnya. Akhirnya muncullah ide untuk membuat suatu sistem manajemen lingkungan. BSI (British Standards Institution) memberikan nomor referensi BS 7750 kepada sistem manajemen lingkungan yang baru tersebut. BS 7750 pertama kali dipublikasikan pada tahun 1992 dan mengalami revisi pada tahun 1994.


(36)

Tabel 1. Topik-topik Standar Manajemen Lingkungan

Standar Topik

ISO 14001 : 1996 Environmental management systems –

Specification with guidance for use

ISO 14004 : 1996 Environmental management systems – General guidelines on principles, systems, and supporting techniques

ISO 14015 : 2001 Environmental assessment of sites and organizations

ISO 14020 series Environmental labels and labelling (published in 1999 and 2000)

ISO 14031 : 2000 Environmental performance evaluation – Guidelines

DD ISO / TR 14032 : 2000 Examples of environmental performance evaluation

ISO 14040 : 1997 Environmental management – Life cycle assessment – Principles and framework

ISO 14041 : 1998 Environmental management – Life cycle assessment – Goal and scope definition and inventory analysis

ISO 14042 : 2000 Environmental management – Life cycle assessment – Impact assessment

ISO 14043 : 2000 Environmental management – Life cycle assessment – Interpretation

DD ISO / TS 14048 : 2002 Life cycle assessment – Data documentation format

PD ISO / TR 14049 : 2002 Examples of application of ISO 14041 to goal and scope definition and inventory analysis

ISO 14050 : 2002 Environmental management – Vocabulary

ISO 19011 : 2002 Guidelines for quality and/or environmental management systems auditing

Sumber : Edwards (2004)

ISO menyadari akan kebutuhan sistem manajemen lingkungan, sehingga sama seperti ISO 9001 didasari oleh BS 5750, ISO 14001 tumbuh dari BS 7750. ISO 14001 dipublikasikan pada tahun 1996. Standar sistem manajemen ini mengalami revisi yang dipublikasikan pada tahun 2004-2005 (Edwards, 2004). Materi dari sistem manajemen ini sangat luas, beberapa standar penting dapat dilihat pada Tabel 1.

ISO 14001 merupakan spesifikasi sistem manajemen lingkungan yang dapat diterima secara internasional. Sistem manajemen lingkungan ini berfokus pada dampak penting lingkungan dan kinerja lingkungan; pencegahan polusi; pemenuhan peraturan, persyaratan, dan evaluasi


(37)

pemenuhannya; serta perbaikan berkelanjutan. Standar ini dapat digunakan oleh berbagai tipe dan ukuran organisasi dan dapat disesuaikan dengan bermacam-macam kondisi letak geografis, kultur, dan sosial. Kesuksesan sistem bergantung pada komitmen dari seluruh tingkatan dan fungsi di dalam organisasi, khususnya dari manajemen puncak. Tujuan utama dari standar internasional ini adalah untuk mendukung perlindungan terhadap lingkungan dan pencegahan polusi yang seimbang dengan kebutuhan sosial-ekonomi (International Organization for Standardization, 2004).

E. OHSAS 18001:1999

OHSAS 18000 adalah suatu spesifikasi internasional sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3). OHSAS 18000 terdiri dari dua bagian, yaitu 18001 dan 18002. OHSAS 18001 adalah rangkaian pengujian K3 untuk sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Sistem manajemen K3 ini digunakan untuk membantu organisasi dalam mengontrol resiko-resiko kesehatan dan keselamatan kerja (OHSAS, 2007a).

OHSAS 18001 merupakan spesifikasi pengujian untuk sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. OHSAS 18001 dikembangkan untuk membantu organisasi dalam menjalankan kewajiban mereka terhadap keselamatan dan kesehatan melalui sikap yang efisien dan efektif. OHSAS 18002 menjelaskan persyaratan-persyaratan dari spesifikasi dan menunjukkan bagaimana cara bekerja terhadap registrasi dan implementasi (OHSAS, 2007b).

OHSAS 18001 didesain agar sesuai dengan ISO 9001 dan ISO 14001. Menurut OHSAS (2007a), keuntungan dalam menggunakan OHSAS adalah : 1. Mengurangi resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan

dengan aktivitas-aktivitas organisasi. 2. Pengurangan yang potensial terhadap biaya.

3. Jaminan yang sangat besar terhadap kesesuaian dengan kebijakan K3. 4. Konsistensi dan pembuktian pendekatan manajemen terhadap resiko K3.

Sistem manajemen ini berfokus pada bahaya kerja resiko tinggi, pemenuhan peraturan dan persyaratan, serta perbaikan berkelanjutan. Bahaya


(38)

adalah suatu keadaan atau tindakan yang dapat menimbulkan kerugian terhadap manusia, harta benda, proses, maupun lingkungan. Resiko adalah suatu ukuran yang menyatakan kemungkinan dan keparahan dari suatu akibat kerugian, akibat dari bahaya yang menjadi insiden, dimana insiden adalah kejadian yang tidak diinginkan.


(39)

IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN

Good Food, Good Life merupakan slogan Nestlé yang menggambarkan komitmen Nestlé sebagai produsen makanan yang peduli akan kesehatan umat manusia dengan menghasilkan makanan yang sehat, bermutu, aman, berkualitas, bergizi, dan menyenangkan untuk dikonsumsi, demi mewujudkan kehidupan yang lebih baik.

Nestlé pertama kali didirikan pada tahun 1867 di Vevey, Swiss. Pendirinya adalah Henry Nestlé seorang ahli gizi berkebangsaan Jerman yang merasa prihatin dengan tingginya angka kematian bayi akibat kurang mendapatkan ASI. Saat itu produk makanan pendamping ASI diberi merk “Ferine Lactee Nestlé”, menjadi makanan penambah gizi yang berhasil menekan angka kematian bayi. Dikarenakan keberhasilannya tersebut maka Nestlé mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas. Sejak saat itu Nestlé menjadi perusahaan produsen makanan. Henry Nestlé memanfaatkan nama keluarganya “Nestlé”, yang dalam dialek Jerman Swiss berarti sarang burung kecil (little nest), menjadi logo perusahaannya. Logo itu menjadi lambang rasa aman, kasih sayang, kekeluargaan dan pengasuhan.

Pada tahun 1910 susu Tjap Nona masuk ke pasaran Indonesia melalui distributor yang ada di Singapura. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1965 pemerintah membuka kesempatan berinvestasi bagi investor asing. Kebijakan ini mendorong Nestlé dan para mitranya untuk membuka usaha di Indonesia. Pada tanggal 29 Maret 1971 Nestlé S.A yang berpusat di Vevey bersama mitra lokalnya mendirikan PT. Food Specialities Indonesia. Pabrik pertama yang didirikan PT. Food Specialities Indonesia adalah pabrik yang berlokasi di Waru Jawa Timur. Pabrik ini didirikan pada tahun 1972 dan mulai beroperasi pada tahun 1973 yang menghasilkan susu Tjap Nona. Pada awal 1980 produksi susu segar mengalami peningkatan drastis, kondisi tersebut merupakan salah satu keberhasilan PT. Food Specialities Indonesia dalam membina petani sapi perah. Hal ini mendorong PT. Food Specialities


(40)

1984 dan mulai beroperasi secara komersial pada Maret 1988 serta diresmikan oleh presiden RI (saat itu) Soeharto pada Juni 1988.

Pada tahun 1979 PT. Nestlé Beverages Indonesia (dahulu bernama PT. Indofood Jaya Raya) yang memiliki pabrik di Panjang Lampung mulai memproduksi kopi instan Nescafe. Selain pure coffee, PT. Nestlé Beverages

Indonesia juga memproduksi mixes coffee dalam berbagai aroma. Pada tahun 1997 Nescafe mulai memasuki pasaran Rusia dalam kemasan jar dan dua tahun kemudian produksi kopi instan dalam kemasan kaleng dihentikan. Selanjutnya pada tahun 2001 sebagian proses pengemasan untuk produk 3in1 diserahkan ke co-manufacturer dan PT. Nestlé Beverages Indonesia menjadi PT. Nestlé Indonesia. Tahun 2002 produksi mixes coffee ditambah dengan adanya Nescafe ice. Dan pada tahun 2003 pabrik Panjang memproduksi Nescafe 3in1 Originale, 3in1 Crème, dan Nescafe Capucino.

Pada tahun 1988 Nestlé pusat mengakuisisi Rowntree Macintosh dari Inggris sehingga membuka peluang Nestlé untuk mengembangkan usahanya di bidang kembang gula. Pabrik PT. Food Specialities Indonesia yang merupakan anak perusahaan Nestlé mengambil alih PT Multi Rasa Agung, yang memiliki pabrik di Cikupa Tanggerang dan menghasilkan permen dengan merk dagang “Foxs”. Pada tahun 1992, dalam rangka memperluas usahanya, PT. Multi Rasa Agung memperluas pabriknya dan memproduksi permen dengan merk “Polo”. Pada 1996 PT. Multi Rasa Agung berganti nama menjadi PT. Nestlé Confectionery Indonesia dan mulai memproduksi “NESTEA POWDER” di tahun 1997.

Selain pabrik Waru, Kejayan, Cikupa, dan Panjang, Nestlé Indonesia juga memiliki sebuah pabrik di Telaga yang memproduksi mie instan. Sejak tahun 1999 dilakukan penggabungan manajemen secara bertahap di PT. Nestlé Indonesia dan pabrik-pabriknya. Pertama, pada Desember 1999 PT. Nestlé Indonesia dan PT. Nestlé Asean Indonesia berubah menjadi PT. Nestlé Indonesia, yang kedua pada akhir tahun 2000 PT. Nestlé Confectionery

Indonesia bergabung dengan PT. Supmi Sakti, kemudian berubah menjadi PT. Nestlé Indonesia dan pabrik Telaga ditutup. Ketiga, pada akhir tahun 2001 PT. Nestlé Beverages Indonesia dan PT. Nestlé Distribution Indonesia


(41)

bergabung dengan PT. Nestlé Indonesia. Pada Juni 2002, pabrik waru dilikuidasi dan digabung dengan pabrik Kejayan.

PT. Nestlé Indonesia juga semakin memperluas usahanya dengan melakukan perjanjian kerjasama dengan perusahaan lain. Salah satu kerjasama yang dilakukan berlangsung pada 01 April 2005, PT. Nestlé S.A. dan PT. Indofood Sukes Makmur, TBK melakukan kerjasama dalam bentuk Joint Venture. Perusahaan yang diberi nama PT. Nestlé Indofood Citarasa Indonesia ini akan menghasilkan produk-produk bumbu masakan, yang akan dipasarkan di Indonesia.

Sejak tanggal 29 Desember 1993, PT. Food Specialities Indonesia berganti nama menjadi PT. Nestlé Indonesia. PT. Nestlé Indonesia memiliki kantor pusat di jalan Letjen T.B. Simatupang Kav. 88, Jakarta.

B. LOKASI PERUSAHAAN

PT. Nestlé Indonesia - Panjang Factory berada di Provinsi Lampung. Terletak di Jalan Raya Bakauheni KM. 13 Srengsem Bandar Lampung. Letak PT. Nestlé sangat strategis, yaitu di ruas jalan lintas Sumatera dan berada 15 menit dari pelabuhan Internasional Panjang serta 60 menit dari bandara nasional Raden Intan. Lokasi seperti ini merupakan salah satu keunggulan komparatif PT. Nestlé Indonesia - Panjang Factory dalam mendistribusikan bahan baku dan produk-produk yang dihasilkannya.

C. STRUKTUR ORGANISASI

PT. Nestlé Indonesia - Panjang Factory menggunakan struktur organisasi yang berbentuk flat dan bersifat fleksibel. Struktur organisasi yang berbentuk flat lebih mengedepankan kerjasama, networking, wawasan dan inisiatif dari setiap komponen di dalamnya. Panjang Factory dipimpin oleh seorang factory manager dan di-support oleh Departemen Human Resources

(HR), Departemen Quality Assurance, Departemen Resources Planning Unit


(42)

Performance, Safety Health and Environment, Application group, Agricultural Service,dan Departemen FICO (Finance and Controlling).

Departemen Human Resources (HR) bertanggung jawab terhadap kemajuan sumber daya manusia di pabrik Panjang. Salah satunya dengan mengadakan inisiatif pengembangan organisasi dan pelatihan. External Affairs

dan General Service merupakan bagian dari departemen HR yang

bertanggung jawab dalam menjaga hubungan eksternal dengan pemerintah daerah setempat, institusi dan lembaga, serta masyarakat sekitar pabrik.

Departemen Quality Assurance merupakan departemen yang menjamin mutu produk mulai dari bahan baku hingga produk memenuhi standar NQS (Nestlé Quality System). Departemen Resources Planning Unit adalah departemen yang merencanakan kegiatan produksi, mengatur alur suplai bahan baku maupun produk jadi, serta bertanggung jawab terhadap manajemen gudang. Deskripsi kerja departemen Engineering diantaranya adalah menyokong proses-proses yang dilakukan oleh manufacturing, mengatur siklus hidup aset, menjamin pemenuhan atas hukum, keselamatan, dan lingkungan, implementasi dan perencanaan investasi modal, serta pelatihan teknis untuk menambah pengetahuan dan kompetensi.

Departemen Production terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu

Manufacturing yang bertanggung jawab memproduksi bahan baku kopi dan

Filling/Packing bertugas mengemas bubuk kopi hingga siap dipasarkan.

Industrial Performance bertugas untuk menjalankan perbaikan yang

berkelanjutan terhadap seluruh aktivitas pabrik untuk mengidentifikasi kesempatan perbaikan yang lebih jauh, sesuai dengan target dan strategi pabrik/perusahaan untuk mencapai tingkat HPF, serta bekerja sama dengan karyawan di seluruh site untuk membagi metodologi dan pendekatan perbaikan berkelanjutan.

Safety Health and Environment bertanggung jawab dalam

mengkoordinasikan seluruh aspek lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. Application Group merupakan departmen yang menjamin perbaikan yang berkelanjutan terhadap kinerja pengemasan dan pengisian produk bulk coffee powder dan mixes serta melakukan penerapan terhadap praktek-praktek


(43)

pengemasan terbaik dan menyebarkan teknologi pengisian dan bahan pengemasan yang baru. Departemen Agricultural Service merupakan departemen yang bertugas untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas bahan mentah terutama kopi, salah usaha yang dilakukan adalah dengan membina para petani penghasil kopi di Lampung. Departemen FICO (Finance and

Controlling) merupakan pengelola administrasi dan keuangan di pabrik

Panjang. Departemen ini menangani semua masalah yang berkaitan dengan keuangan di pabrik serta menjamin semua transaksi yang terkait dengan keuangan agar dilakukan dengan tepat. Struktur organisasi dapat dilihat dalam Gambar 2.

Gambar 2. Struktur organisasi PT. Nestlé Indonesia - Panjang Factory

D. KETENAGAKERJAAN

Karyawan PT. Nestlé Indonesia - Panjang Factory berjumlah kurang lebih 200 orang yang dibagi kedalam karyawan shift dan karyawan normal. Karyawan normal memiliki jam kerja dari 08.00-16.00, sedangkan karyawan

Factory Manager

FICO

Agricultural Service

Safety Health & Environment

Industrial performance

Engineering Resources

Planning Unit Application

Group

Quality Assurance

Production


(44)

shift dibagi ke dalam tiga shift. Shift 1 bekerja pada jam 06.00-14.00, shift 2 bekerja pada jam 14.00-22.00, dan shift 3 yang bekerja pada jam 22.00-06.00. Setiap pekerja memiliki jam kerja 40 jam yang dibagi ke dalam lima hari kerja efektif dalam satu minggu.

Karyawan di Panjang Factory juga dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu karyawan tetap, karyawan kontraktual, dan karyawan harian. Kepada karyawan tetap dan kontraktual upah dibayarkan setiap akhir bulan, sedangkan untuk karyawan harian upah akan dibayarkan setiap akhir minggu. Pabrik Panjang juga memberikan tunjangan hari raya, subsidi transportasi, dan tunjangan kesehatan.

E. KEADAAN PRODUKSI E.1. Bahan Baku

Dalam memproduksi kopi instan baik berupa pure coffee maupun

coffee mixes. PT. NI - PF memakai bahan-bahan berupa kopi, gula,

cream, dan premix.

E.1.1. Kopi

Bahan baku utama pembuatan kopi di Nestlé adalah green coffee, yang berupa biji kopi robusta. Biji kopi robusta biasanya memiliki kadar kafein yang cukup tinggi dan bersifat asam. Biji kopi yang biasa disebut green coffee ini didapat dari petani binaan PT. NI-PF, maupun supplier lainnya. Agar diperoleh kopi dengan mutu terbaik, setiap green coffee yang akan diolah, terlebih dahulu diperiksa mutunya oleh Departemen Quality Assurance.

Adapun peran Agriservice adalah memastikan pasokan raw material berupa biji kopi dari petani kopi Indonesia terpenuhi untuk proses produksi, selain itu juga memenuhi standar dan mutu biji yang terbaik. Oleh karena itu, Nestlé mengadakan pelatihan-pelatihan kepada petani tentang cara pengolahan biji kopi yang benar sehingga petani dapat menghasilkan biji kopi yang bermutu dan bernilai jual tinggi.


(45)

Terdapat tingkatan/kelas biji kopi (green coffee/GC) berdasarkan tingkat kecacatannya/defect, urutannya adalah :

1. GC WA (Washed) Class 1.0 2. GC WA Class 1.1

3. GC WA Class 1.2 4. GC WA Class 1.3

5. GC UWA (Unwashed) Class 4.1 6. GC UWA Class 4.2

7. GC UWA Class 4.3

8. GC ROB (Robusta) Class 7.1 9. GC ROB Class 7.2

10. GC ROB Class 7.3

E.1.2. Gula

Gula yang digunakan dalam pembuatan coffee mixes ini berasal dari perusahaan penghasil gula. Gula yang digunakan harus sudah memiliki sertifikat mutu yang telah ditetapkan.Gula yang digunakan adalah gula tebu yang diimpor dari Inggris dan Thailand.

E.1.3. Krimer

Krimer adalah fraksi ringan dari susu yang dipisahkan melalui alat pemisah milk separator. Krimer yang digunakan berasal dari perusahaan penghasil krimer. Seperti gula, krimer juga harus telah memiliki sertifikat yang menyatakan standar mutunya.

E.1.4. Premix

Premix merupakan campuran dari flavour, susu, dan bahan tambahan lainnya seperti garam, gula, dan penambah rasa. Premix

dapat ditambahkan dengan formula yang berbeda-beda sesuai dengan

coffee mixes yang akan diproduksi. Campuran ini kemudian

diratakan dalam mesin v-mixer, sehingga semua bahan dapat tercampur dengan sempurna.


(46)

E.2. Sarana Penunjang Produksi

E.2.1 Sumber Energi

Sumber energi utama pabrik Panjang berasal dari listrik, solar, HFO dan batubara. Listrik bersumber dari PLN dan genset. Genset sendiri untuk menghasilkan listrik membutuhkan bahan bakar solar. Semua kebutuhan energi untuk menjalankan mesin-mesin produksi akan disuplai oleh genset, sedangkan untuk kebutuhan penerangan dan listrik diluar produksi akan disuplai oleh listrik dari PLN.

Selain sumber energi utama tersebut, PT. NI–PF memanfaatkan ampas kopi menjadi sumber energi bagi boiler dan pengering berputar. Ampas yang merupakan hasil samping dari produksi kopi dikeringkan di pengering berputar hingga mencapai kadar air 20%. Selanjutnya ampas kering tersebut dibakar di dalam silo. Pembakaran tersebut digunakan sebagai bahan bakar bagi pengering berputar, sedangkan steam disuplai untuk boiler.

E.2.2. Air

Di PT. NI - PF air digunakan untuk: a. Menghasilkan culinary steam

b. Proses ekstraksi

c. Quenching dan mempertahankan moisture content dalam proses penyangraian

d. Evaporator

e. Chilled water yaitu air yang digunakan sebagai salah satu bahan baku untuk mendinginkan ruangan dalam kapasitas yang besar f. Air minum

g. Kantin h. Pembersihan

Air yang dibutuhkan diperoleh dari empat sumur dimana airnya ditampung dalam dua water tank dengan ukuran tertentu. Dua sumur yang pertama memiliki kedalaman sekitar 7 meter (sumur dangkal)


(1)

pencegahan yang harus dilakukan adalah segera membuat jadwal peninjauan KPI agar pelaksanaannya terjadwal. Temuan di departemen QA yang cukup kritis adalah belum adanya surat pengangkatan MR. Sampai dengan tahap audit internal, surat pengangkatan MR ini sedang dalam proses pembuatan. Persyaratan yang berkaitan dengan temuan ini adalah ISO 9001 klausul 5.5.2 mengenai wakil manajemen. Tindakan perbaikan dan pencegahannya adalah membuat surat pengangkatan lalu mensosialisasikannya.

Tabel 6. Daftar Ringkasan Temuan di Departemen QA

No

. Temuan

Persyaratan Referensi Tindakan Perbaikan

dan Pencegahan ISO

900 1

ISO 1400 1

OHSA S 18001

1

Prosedur pengendalia n dokumen eksternal tidak tersedia.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5 Prosedur pengendalian dokumen eksternal segera dicetak dan didistribusik an.

2

Dokumen lama belum distempel ”obsolete”.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5 Semua dokumen lama diberi tanda ”obsolete” dan ditarik dari line.

3 Form belum diregistrasi.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5

Champions

harus meregister dan memberi nomor semua form

yang ada di areanya.

4 Tidak terdapat jadwal peninjauan

Key Performance Indicator

(KPI).

6.2.

2 - -

Buat jadwal tinjauan KPI.

5

Tidak ada surat pengangkata n MR.

5.5.

2 - -

Buat surat pengangkata n MR dan sosialisasika n.

6

Prosedur komunikasi internal belum mencantumk an aspek mutu.

5.5.

3 4.4.3 4.4.3 Cantumkan aspek mutu pada revisi prosedur komunikasi internal.

7

ICP tidak dikalibrasi sesuai dengan jadwal dan tidak diberi label.

7.6 - -

Kalibrasi sesuai dengan jadwal dan beri label pada alat yang telah dikalibrasi.

8

Konsep dan laporan tidak mengikuti persyaratan

8.5.

2 4.5.3 4.5.2 Gunakan persyaratan ISO dalam melaksanaka

ISO. n perbaikan

dan gunakan

form yang sesuai dengan ISO.

Prosedur komunikasi internal yang terdapat di departemen QA tidak mencantumkan aspek mutu. Hal ini mengacu pada klausul IMS mengenai komunikasi internal, yaitu klausul 5.5.3 untuk ISO 9001 dan 4.4.3 untuk ISO 14001 dan OHSAS 18001. Temuan ini merupakan tanggung jawab dari document controller. Selain itu, ditemukan pula ICP (Internal Control Plan) yang tidak dikalibrasi sesuai dengan jadwal dan tidak diberi label. ICP berfungsi untuk memonitor peralatan yang ada, khususnya alat-alat di departemen QA. Tindakan perbaikan dan pencegahan yang harus dilakukan adalah melakukan kalibrasi sesuai dengan jadwal lalu memberi label pada alat yang telah dikalibrasi. Temuan ini berkaitan dengan klausul 7.6 ISO 9001 mengenai pengendalian sarana pemantauan dan pengukuran.

Pada dasarnya, departemen QA telah melaksanakan continual improvement, hanya saja konsep dan laporannya tidak mengikuti persyaratan ISO, sehingga hal ini juga menjadi suatu temuan. Temuan ini mengacu pada klausul IMS mengenai komunikasi internal, yaitu klausul 8.5.2 ISO 9001 mengenai tindakan perbaikan serta klausul 4.4.3 ISO 14001 dan OHSAS 18001 mengenai ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan.

Tabel 7 merupakan temuan hasil audit internal departemen Production (Filling/Packing) dan Application Group. Pada saat observasi, tidak terdapat dokumen yang menjelaskan peraturan pengoperasian alat angkat-angkut. Tidak tersedianya dokumen yang menjelaskan peraturan forklift menyebabkan operator forklift tidak mengetahui bahaya-bahaya yang dapat terjadi akibat mengoperasikan alat tersebut. Champion yang bertanggung jawab pada temuan ini harus membuat dokumen pengoperasian alat angkat-angkut beserta dokumen pelatihannya. Selain itu, prosedur keadaan darurat tidak pernah diuji coba secara teratur, tidak ada checklist atau record yang menyatakan bahwa prosedur tersebut telah dilaksanakan dengan semestinya.. Kedua temuan ini berhubungan dengan ISO 14001 dan OHSAS 18001, yaitu klausul 4.4.6 mengenai pengendalian operasional.


(2)

Tabel 7. Daftar Ringkasan Temuan di Departemen F/P dan AG

No

. Temuan

Persyaratan Referensi

Tindakan Perbaikan

dan Pencegahan IS

O 900 1

ISO 1400 1

OHSA S 18001

1

Tidak ada dokumen yang menjelaskan peraturan pengoperasi an alat angkat-angkut.

- 4.4.6 4.4.6 Buat dokumen pengoperasia n alat angkat-angkut beserta pelatihannya.

2

Prosedur keadaan darurat tidak pernah diuji coba secara teratur (tidak ada

checklist

atau

record).

- 4.4.6 4.4.6 Perbarui

checklist dan

report serta selalu jalankan prosedur secara rutin.

3

Prosedur pengendalia n dokumen eksternal tidak tersedia.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5 Prosedur pengendalian dokumen eksternal segera dicetak dan didistribusika n.

4

Dokumen lama belum distempel ”obsolete”.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5 Semua dokumen lama diberi tanda ”obsolete” dan ditarik dari line.

5

Dokumen / WI masih berada di meja SO FP.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5 Segera distribusikan dokumen ke area yang bersangkutan.

6

Tidak ada CAPA untuk setiap target objektif dan program yang tidak tercapai.

5.4. 1 8.3

4.3.3 4.5.3

4.3.3 4.5.2

Buat CAPA untuk setiap target objektif dan program yang tidak tercapai.

7

Tidak ada prosedur pengendalia n sisa limbah (tinta) mesin

coding.

- 4.4.6 4.4.6

Buat prosedur pengendalian sisa limbah (tinta) mesin

coding.

8

Beberapa

form belum diregistrasi.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5

Champions

harus meregister dan memberi nomor semua

form yang ada di areanya.

9

Belum ada

tagging / label pada alat / instrumen ukur dan tidak ada

record hasil kalibrasi.

7.6 - -

Buat label pada semua alat ukur dan konsistensi dalam membuat

record.

10

Quality Monitoring Scheme

(QMS) belum ditandatanga ni dan belum didistribusik an ke line.

8.2.

4 - -

Perbarui QMS dan distribusikan.

11 Catatan mutu hasil pemantauan dan pengukuran belum ditandatanga ni oleh operator, SO, FLM.

8.2.

4 - -

Selalu ingatkan operator, SO, dan FLM untuk menandatang ani catatan mutu.

Seperti departemen QA, di departemen ini juga tidak terdapat prosedur pengendalian dokumen eksternal, masih terdapat dokumen lama yang belum distempel ”obsolete”, serta terdapat form yang belum diregistrasi. Temuan-temuan ini mengacu pada klausul IMS, yang terdiri dari ISO 9001, ISO 14001 dan OHSAS 18001, yaitu klausul 4.2.3 untuk ISO 9001 dan 4.4.5 untuk ISO 14001 dan OHSAS 18001. Dokumen baru yang telah didistribusi pun masih berada di meja Shift Operator (SO) Filling Packing. Letak dokumen-dokumen baru tersebut kurang dapat diakses oleh karyawan lain. Champion yang bertugas harus segera mendistribusikan dokumen tersebut ke area yang bersangkutan. Klausul yang berkaitan dengan temuan ini tidak berbeda dengan klausul pada temuan prosedur pengendalian dokumen eksternal di atas.

Selain itu, objektif, target dan program sudah ditetapkan baik secara corporate dan departemental serta telah dipantau pencapaiannya secara teratur. Hanya saja tindakan perbaikan dan pencegahan untuk objektif, target dan program yang tidak tercapai belum dibuatkan. Klausul yang berkenaan dengan temuan ini adalah ISO 9001 klausul 5.4.1 dan 8.3, ISO 14001 klausul 4.3.3 dan 4.3.5, serta OHSAS 18001 klausul 4.3.3 dan 4.5.2. Temuan juga mengarah pada aktivitas yang memiliki aspek lingkungan penting namun tidak diidentifikasikan. Hal ini ditemukan pada mesin coding S4 yang tidak memiliki prosedur pengendalian sisa limbah (tinta). Temuan mengacu pada ISO 14001 dan OHSAS 18001 klausul 4.4.6. Tindakan perbaikan dan pencegahan yang harus dilakukan adalah membuat prosedur pengendalian sisa limbah (tinta) mesin coding.


(3)

Sebagian besar peralatan/instrumen ukur tidak diberi label kalibrasi. Tidak hanya itu, hasil kalibrasi pun tidak dicatat dalam suatu record. Persyaratan yang digunakan adalah ISO 9001 klausul 7.6. Tindakan yang harus dilakukan adalah membuat label pada semua alat ukur dan selalu konsisten dalam membuat record. Quality Monitoring Scheme (QMS) yang dibuat oleh QA belum ditandatangani dan didistribusikan ke line. Temuan ini disebabkan pada saat distribusi dokumen seluruh QMS belum selesai di-update oleh QA. Temuan lainnya adalah catatan mutu hasil pemantauan dan pengukuran belum ditandatangani oleh operator, SO, dan FLM (First Line Manager). Catatan mutu adalah record berbentuk berbentuk form yang kemudian ditandatangani oleh operator, SO atau FLM. Tindakan perbaikan dan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan selalu mengingatkan operator, SO, dan FLM untuk menandatangani catatan mutu. Temuan QMS maupun catatan mutu mengacu pada klausul 8.2.4 di dalam ISO 9001.

Tabel 8. Daftar Ringkasan Temuan di Departemen FICO

No

. Temuan

Persyaratan Referensi Tindakan Perbaikan

dan Pencegahan ISO

900 1

ISO 1400 1

OHSA S 18001

1

Sebanyak 50% responden yang diwawanca ra tidak dapat menjelaska n kebijakan QSHE.

5.3 4.2 4.2

Sosialisasikan kebijakan QSHE kepada seluruh anggota FICO.

2

Training matrix

belum diperbarui.

- 4.4.1 4.4.1

Training matrix harus segera diperbarui dan dikomunikasik an pada seluruh karyawan.

3

Pengendali an dokumen belum sesuai prosedur pengendali an dokumen.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5

Pengendalian dokumen harus mengikuti prosedur pengendalian dokumen.

4

Tidak ada prosedur pengendali an dokumen eksternal.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5

Buat prosedur pengendalian dokumen eksternal.

5

Belum ada penentuan interval pelaksanaa n tinjauan

5.6 4.6 4.6 Tentukan interval waktu pelaksanaan tinjauan manajemen.

manajemen .

6

Belum ada pengujian terhadap

supplier. 7.4.

3 - -

Buat jadwal dan lakukan pengujian terhadap

supplier.

7

Job title

belum diperbarui.

5.0 4.4.1 4.4.1

Job title harus segera diperbarui dan dikomunikasik an pada karyawan yang bersangkutan.

Temuan-temuan di departemen Finance and Control (FICO) dapat dilihat pada Tabel 8. Terdapat 50% responden tidak mampu menjelaskan kebijakan QSHE pada saat interview audit internal. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi kebijakan QSHE pada karyawan. Temuan ini menjadi tanggung jawab HOD FICO. Persyaratan mengenai kebijakan yang berkenaan dengan temuan ini adalah ISO 9001 klausul 5.3, ISO 14001 dan OHSAS 18001 klausul 4.2. Selain itu, ditemukan pula status training matrix yang belum diperbarui. Tindakan yang harus dilakukan terutama oleh champions yang berwenang adalah memperbarui training matrix lalu mengkomunikasikannya pada seluruh karyawan. Temuan ini mengacu pada persyaratan ISO 14001 dan OHSAS 18001, yaitu klausul 4.1 mengenai tugas, tanggung jawab dan wewenang.

Pengendalian dokumen yang dilakukan oleh departemen ini belum sesuai dengan prosedur pengendalian dokumen. Temuan lainnya adalah prosedur pengendalian dokumen eksternal tidak terdapat di departemen FICO. Kedua temuan ini berkaitan dengan klausul IMS mengenai pengendalian dokumen, yaitu klausul 4.2.3 pada ISO 9001 serta klausul 4.4.5 di dalam ISO 14001 dan OHSAS 18001. Selain itu, departemen ini belum melakukan penentuan interval terhadap pelaksanaan tinjauan manajemen sehingga hal ini pun menjadi temuan. Dalam melaksanakan continual improvement, HOD FICO harus segera menentukan interval waktu pelaksanaan tinjauan manajemen.

Auditor juga mendapati tidak adanya dokumen audit terhadap supplier. Temuan ini berkaitan dengan klausul 7.4.3 di dalam ISO 9001, yaitu mengenai verifikasi terhadap produk. Karyawan yang bertanggung jawab terhadap temuan ini harus segera membuat jadwal dan melakukan pengujian terhadap


(4)

supplier. Terdapat pula job title yang belum diperbarui. Pada saat audit ditemukan karyawan dengan jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan job title-nya. Job title yang ada menyatakan jenis pekerjaan lama. Persyaratan yang berkaitan dengan temuan ini adalah ISO 9001 klausul 5.0 serta ISO 14001 dan OHSAS 18001 pada klausul 4.4.1. Tindakan perbaikan dan pencegahan yang harus dilaksanakan adalah segera memperbaiki job title dan mengkomunikasikannya pada karyawan yang bersangkutan.

Daftar temuan di departemen Engineering dapat dilihat pada Tabel 9. Tidak jauh berbeda dengan departemen lain, pada departemen ini juga terdapat dokumen lama yang belum distempel “obsolete”. Sebagian dokumen lama tersebar dibeberapa bagian departemen ini sehingga tidak terbawa pada saat penyerahan dokumen lama kepada document controller. Tindakan perbaikan dan pencegahan yang harus dilakukan adalah semua dokumen lama di area engineering dikumpulkan dan diserahkan kepada document controller untuk distempel dan disimpan.

Tabel 9. Daftar Ringkasan Temuan di Departemen Engineering

No

. Temuan

Persyaratan Referensi Tindakan Perbaikan

dan Pencegahan ISO

900 1

ISO 1400 1

OHSA S 18001

1

Terdapat dokumen lama yang belum distempel ”obsolete”.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5 Semua dokumen lama di area

engineering

dikumpulka n dan diserahkan kepada

document controller

untuk distempel dan disimpan.

2

Beberapa

checklist,

log book, dan log sheet

belum diberi nomor.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5

Champion

harus meregister dan memberi nomor semua form

yang ada di areanya.

3

Dokumen elektronik belum diregistrasi .

4.2.

3 4.4.5 4.4.5 Penanggung jawab pengendalia n dokumen di

engineering

harus melaporkan setiap

technical

drawing

untuk diberi stempel terkendali dan melakukan

record

penyebaran dokumen tersebut.

Selain itu, beberapa checklist, log book, dan log sheet juga belum diberi nomor. Agar continual improvement terlaksana dengan efektif maka champion harus meregister dan memberi nomor semua form yang ada di areanya. Tidak hanya itu, dokumen elektronik juga belum diregistrasi. Dokumen elektronik ini berupa program di dalam komputer, biasanya merupakan dokumen level 4. Penanggung jawab pengendalian dokumen di engineering harus melaporkan setiap technical drawing untuk diberi stempel terkendali dan melakukan record penyebaran dokumen tersebut. Ketiga temuan tersebut mengacu pada klausul pengendalian dokumen, yaitu 4.2.3 di dalam ISO 9001 serta 4.4.5 di dalam ISO 14001 dan OHSAS 18001.

Temuan-temuan di departemen Resources Planning Unit (RPU) dapat dilihat pada Tabel 10. Temuan pada departemen ini hampir sama dengan departemen Engineering, yaitu berupa temuan pada dokumen. Masih terdapat dokumen lama yang belum distempel ”obsolete”. Selain itu, WI P3K masih berupa dokumen lama. Champions harus segera mengganti WI yang lama dengan yang baru sesuai dengan persyaratan IMS serta memberi tanda ”obsolete” pada semua dokumen lama dan menariknya dari line. Kedua temuan ini berkaitan dengan persyaratan ISO 9001 klausul 4.2.3 serta ISO 14001 dan OHSAS 18001 pada klausul 4.4.5.

Auditor juga menemukan QMS dalam format lama di line. QMS yang ditemukan ini masih dalam keadaan update hanya saja formatnya tidak sesuai dengan format IMS. Temuan ini menjadi tanggung jawab document controller. Oleh sebab itu, document controller harus segera memperbaiki QMS lalu mendistribusikannya kepada area-area yang bersangkutan. Persyaratan yang mengacu pada temuan ini adalah persyaratan ISO 9001 pada klausul 8.2.4, yaitu mengenai pemantauan dan pengukuran produk.


(5)

Tabel 10. Daftar Ringkasan Temuan di Departemen RPU

No

. Temuan

Persyaratan Referensi Tindakan Perbaikan

dan Pencegahan ISO

900 1

ISO 1400 1

OHSA S 18001

1

Terdapat dokumen lama yang belum distempel ”obsolete” .

4.2.

3 4.4.5 4.4.5 Semua dokumen lama diberi tanda ”obsolete” dan ditarik dari line.

2

WI untuk P3K masih dalam bentuk format lama.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5 Ganti WI yang lama dengan yang baru sesuai dengan persyaratan IMS.

3

Ditemuka n QMS dalam format lama di

line.

8.2.

4 - -

Perbaiki QMS yang baru dan distribusika n

Daftar temuan di departemen Production (Manufacturing) dapat dilihat pada Tabel 11. Seperti temuan di departemen QA, di departemen ini tidak ada prosedur pengendalian dokumen eksternal. Selain itu, terdapat beberapa form belum diregistrasi. Kedua temuan ini berkenaan dengan persyaratan ISO 9001 klausul 4.2.3 serta ISO 14001 dan OHSAS 18001 pada klausul 4.4.5.

Terdapat log book yang tidak diisi secara teratur. Champions harus mengingatkan PIC/penanggung jawab untuk mengisi log book secara konsisten. Tidak hanya itu, terdapat pula log book yang tidak ditandatangani. Temuan-temuan ini mengacu pada persyaratan ISO 9001 klausul 7.5.3, yaitu mengenai identifikasi dan mampu telusur.

Tabel 11. Daftar Ringkasan Temuan di Departemen Production (Manufacturing)

No

. Temuan

Persyaratan Referensi

Tindakan Perbaikan

dan Pencegahan IS

O 900 1

ISO 1400 1

OHSA S 18001

1

Tidak ada prosedur pengendalia n dokumen eksternal.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5

Buat prosedur pengendalian dokumen eksternal.

2

Log book

tidak diisi secara teratur.

7.5.

3 - -

Ingatkan PIC/penangg ung jawab untuk mengisi log book secara konsisten.

3

Beberapa

form belum diregistrasi.

4.2.

3 4.4.5 4.4.5

Champions

harus meregister dan memberi nomor semua

form yang ada di areanya.

4

Terdapat log book yang tidak ditandatanga ni.

7.5.

3 - -

Ingatkan PIC untuk menandatang ani log book.

5 Perlu menambah persyaratan pemerintah dan konsumen.

7.2.

1 - -

Tambahkan persyaratan dari pemerintah dan konsumen.

6

Job description

masing-masing karyawan baru mencapai 70%.

5.0 4.4.1 4.4.1 Segera lengkapi job description

yang belum dicetak.

7

Belum ada sosialisasi QMR.

5.5.

2 4.3.1 4.3.1 Buat surat resmi pengangkatan QMR dan sosialisasikan .

8

Prosedur komunikasi internal belum mencantumk an aspek mutu.

5.5.

3 4.4.3 4.4.3 Cantumkan aspek mutu pada revisi prosedur komunikasi internal.

9 Tidak terdapat rencana peninjauan

Key Performanc e Indicator

(KPI).

6.2.

2 - -

Buat rencana tinjauan KPI.


(6)

10

QMS belum ditandatanga ni dan belum didistribusik an ke line.

8.2.

4 - -

Perbarui QMS dan distribusikan.

11

Belum ada

tagging / label pada alat / instrumen ukur dan tidak ada

record hasil kalibrasi.

7.6 - -

Buat label pada semua alat ukur dan konsistensi dalam membuat

record.

12

Daily tipping log book tidak diisi secara teratur.

7.5.

3 - -

Ingatkan PIC untuk memeriksa

log book

secara teratur.

Berdasarkan temuan yang dilakukan oleh auditor, perusahaan ada baiknya perlu menambah persyaratan pemerintah dan konsumen. Hal ini berkaitan dengan persyaratan ISO 9001 klausul 7.2.1 mengenai penentuan persyaratan produk. Selain itu, job description masing-masing karyawan di departemen ini baru mencapai 70%. Hal ini disebabkan job description tersebut hanya sebagian yang sempat tercetak. Persyaratan yang berkaitan dengan temuan ini adalah persyaratan mengenai tanggung jawab manajemen. Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah segera melengkapi job description yang belum dicetak.

Beberapa temuan di departemen ini tidak berbeda dengan departemen lain. Temuan yang serupa dengan departemen Production Filling Packing adalah belum adanya sosialisasi Quality Management Representative (QMR). Tindakan utama yang harus dilaksanakan oleh champions adalah membuat surat resmi pengangkatan QMR dan melakukan sosialisasi.

Selain itu, terdapat pula temuan yang serupa dengan temuan di departemen QA, yaitu prosedur komunikasi internal belum mencantumkan aspek mutu serta tidak adanya rencana peninjauan Key Performance Indicator (KPI). Persyaratan yang berkaitan dengan temuan komunikasi internal ada pada klausul IMS mengenai komunikasi internal, yaitu klausul 5.5.3 untuk ISO 9001 dan 4.4.3 untuk ISO 14001 dan OHSAS 18001. Temuan ini merupakan tanggung jawab dari

document controller untuk segera mencantumkan aspek mutu pada revisi prosedur komunikasi internal.

Tidak hanya itu, departemen ini juga belum membuat jadwal untuk meninjau Key Performance Indicator (KPI). Temuan ini mengacu pada ISO 9001 klausul 6.2.2 dan merupakan tanggung jawab dari HOD QA. Tindakan perbaikan dan pencegahan yang harus dilakukan adalah segera membuat jadwal peninjauan KPI agar pelaksanaannya terjadwal.

Temuan lainnya adalah QMS belum ditandatangani dan belum didistribusikan ke line, tidak terdapat tagging/label pada alat/instrumen ukur dan tidak ada record hasil kalibrasi serta daily tipping log book yang tidak diisi secara teratur. Ketiga tmuan ini berkenaan dengan persyaratan ISO 9001 berturut-turut, yaitu klausul 8.2.4, 7.6 dan 7.5.3. Tindakan perbaikan dan pencegahan yang harus dilaksanakan adalah memperbarui QMS dan mendistribusikannya, membuat label pada semua alat ukur dan konsistensi dalam membuat record serta selalu mengingatkan PIC untuk memeriksa log book secara teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. History of ISO 9000. http://en.wikipedia.org/wiki/ISO_9000. [19 Juni 2000]

Clarke, R.J., dan Macrae, R. 1989. Coffee Volume 2 : Technology. Elsevier Applied Science. London.

Nestlé. 2007. Kebijakan. http://www.aoa.intranet.nestle.co.id.

[28 Mei 2007]

Sivetz, M., dan Desrosier, N.W. 1979. Coffee Technology. AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. Whitelaw, K. 2004. ISO 14001 :

Environmental Systems Handbook Second Edition. Elsevier Ltd., Great Britain.