Pengolahan Air Asam Tambang dengan Reaktor Biofilm Bakteri Pereduksi Sulfat

37 tersuspensi seperti pada Gambar 8. Kolom dibuat dari kaca dengan ukuran panjang 10 cm, lebar 15, dan tinggi 20 cm, sehingga total volume kolom 3000 mL. Limbah asam tambang dimasukkan ke dalam kolom bersama-sama dengan ditambahkan nutrisi starter berupa asam laktat sebanyak 10 mLL limbah dan isolat bakteri pereduksi sulfat yang telah ditumbuhkan. Tiga isolat yang digunakan dalam percobaan ini adalah isolat yang mampu tumbuh pada pH 3 dan mempunyai kemampuan reduksi sulfat tinggi. Gambar 8. Rancangan reaktor pengolahan air asam tambang secara anaerob Parameter-parameter yang diukur dalam rangkaian pengolahan air asam tambang dengan bakteri pereduksi sulfat skala laboratorium ini adalah: 1. Kemampuan bakteri pereduksi sulfat dalam mereduksi sulfat 2. Total sulfida yang terbentuk 3. Peningkatan pH limbah 4. Kemampuan mereduksi logam- logam yang terkandung dalam air asam tambang, terutama Fe dan Mn

3.2.4. Pengolahan Air Asam Tambang dengan Reaktor Biofilm Bakteri Pereduksi Sulfat

Unit pengolahan air asam tambang menggunakan biofilm bakteri pereduksi sulfat terdiri dari 3 bak yang terbuat dari kaca, yakni bak pengisi, bak pengolah dan bak penampung. Bak pengisi dibuat dengan dimensi panjang 20 cm, lebar 20 cm dan tinggi 25 cm, sehingga volume sebesar 10.000 mL. Bak pengolah yang Keran Reaktor anaerob Penampung gas Bak penampung Bak Pengisi 38 merupakan reaktor anaerob dibuat dengan volume 6000 mL dan dimensi dengan ukuran panjang 20 cm, lebar 15 cm dan tinggi 20 cm. Pada bak pengolah ini diisi 1500 g limbah jerami dan 4000 g batu vulkan, sehingga volume efektif reaktor adalah 3000 mL, seperti pada Gambar 9. Gambar 9. Rancangan reaktor biofilm bakteri pereduksi sulfat untuk pengolahan air asam tambang Sebagai media berkembangnya bakteri bacterial carrier digunakan batu vulkan dengan ukuran 3-5 cm. Untuk menghilangkan senyawa toksik potensial, batu vulkan dicuci beberapa kali dengan menggunakan etanol 100, aquades, kemudian dikeringkan dan disterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 200 o C selama 15 menit. Pengolahan limbah dilakukan secara anaerob dengan menggunakan sistem curah batch. Limbah asam tambang dimasukkan ke dalam kolom bersama-sama dengan ditambahkan media cair sebagai nutrisi starter sebanyak 10-15 dari volume kolom dan isolat bakteri pereduksi sulfat yang telah ditumbuhkan. Isolat diambil dari kultur bakteri pereduksi sulfat pada awal fase pertumbuhan eksponensial. Imobilisasi bakteri pereduksi sulfat dilakukan dengan membiarkan kolom dalam kondisi anaerob selama 14 hari, sesuai hasil penelitian Beyenal dan Lewandowski 2004, sehingga terbentuk biofilm. Setelah 14 hari cairan dalam reaktor dialirkan keluar untuk mengeluarkan bakteri yang tidak terikat pada batu vulkan. Pengamatan pertumbuhan bakteri pereduksi sulfat yang menempel pada permukaan batu vulkan dilakukan dengan menggunakan metode Scanning Electron Microscopy SEM. Bak penampung Keran Penampung gas Reaktor anaerob Batu vulkan Jerami padi Bak Pengisi 39 Untuk mengetahui efektifitas isolat bakteri pereduksi sulfat, pengolahan limbah secara anaerob dilakukan dengan 3 perlakuan, yaitu 1 jerami padi sebagai kontrol, 2 jerami padi dan ICBB 8815, dan 3 jerami padi dan ICBB 8818. Pengamatan dilakukan selama 6 hari dengan perbedaan waktu tinggal antara 1-144 jam, yakni 1, 2, 3, 4, 5, 10, 15, 24, 48, 72, 96, 120 dan 144 jam. Parameter yang diukur dalam rangkaian pengolahan air asam tambang dengan teknik biofilm bakteri pereduksi sulfat skala laboratorium ini adalah: 1. Kemampuan biofilm bakteri dalam mereduksi sulfat 2. Produksi sulfida total 3. Peningkatan pH limbah 4. Kemampuan mereduksi logam- logam yang terkandung dalam air asam tambang, yakni Fe dan Mn.

3.2.5. Penentuan Jumlah Sel Terimobilisasi pada Batu Vulkan