42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Eksplorasi dan Identifikasi Bakteri Pereduksi Sulfat
4.1.1. Isolasi Bakteri Pereduksi Sulfat
Hasil isolasi bakteri pereduksi sulfat dari 26 contoh lumpur di kolam penampungan limbah air asam tambang di area pertambangan PT. Bukit Asam
Muara Enim memperlihatkan bahwa bakteri pereduksi sulfat ditemukan di semua kolam penampungan Tabel 4. Kondisi kolam penampungan yang banyak
mengandung sulfat dan pH rendah merupakan habitat yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri pereduksi sulfat. Namun demikian kelompok bakteri tersebut
mempunyai karakteristik yang berbeda, dilihat dari waktu tumbuh dan kemampuan mereduksi sulfat. Beberapa kelompok bakteri mampu tumbuh cepat,
yakni antara 6-8 hari setelah inkubasi, namun demikian ditemukan pula kelompok bakteri yang membutuhkan waktu 21 hari untuk tumbuh.
Kemampuan kelompok bakteri untuk mereduksi sulfat juga berbeda. Kemampuan mereduksi sulfat diind ikasikan dengan tingkat kepekatan larutan dan
warna hitam pada tabung reaksi. Sesuai dengan reaksi reduksi sulfat, SO
4 2-
direduksi oleh bakteri pereduksi sulfat menjadi S
2-
, dan bereaksi dengan ion logam membentuk logam sulfida yang berwarna hitam dan tidak larut. Oleh
karena itu, makin banyak logam sulfida yang terbentuk, larutan dalam tabung akan semakin hitam pekat Gambar 10. Keragaman karakteristik kelompok
bakteri pereduksi sulfat tersebut disebabkan perbedaan ekosistem tempat tumbuhnya, seperti pH, konsentrasi sulfat dan ketebalan lumpur dalam kolam.
Hasil pengukuran pH dan kandungan sulfat di beberapa titik pengamatan memperlihatkan adanya perbedaan tersebut Tabel 5. Nilai pH bervariasi antara
2,92 – 4,05, sedang kandungan SO
4 2-
berkisar antara 800 – 1150 mgL. Perbedaan kondisi ekosistem mikro kolam penampungan limbah menyebabkan
perbedaan isolat bakteri yang tumbuh dan beradaptasi pada kondisi ekosistem tersebut.
Keragaman karakteristik bakteri pereduksi sulfat sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, kemasaman lingkungan, kedalaman sedimen, ketersediaan
energi dari bahan organik, dan kandungan sulfat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian lain yang mengemukakan bahwa faktor lingkungan mempengaruhi
43 Tabel 4. Indikasi keberadaan bakteri pereduksi sulfat dari lumpur di kolam
penampungan air asam tambang di pertambangan batu bara Muara Enim, Sumatera Selatan
No. Kode Contoh
Waktu Tumbuh hari Tingkat Kepekatan
1. PIT G 1-1
20 +
2. PIT G 3-1
20 +
3. PITG 3-2
12 ++
4. ALP1
21 +
5. ALP2
13 ++
6. ALP3
9 +++
7. SALURAN ALP
20 +
8. KPL 4-1
13 ++
9. KPL 4-2
7 ++++
10. TOWER 4-1
6 ++++
11. TOWER 4-2
7 +++
12. KTU-1
6 ++++
13. KTU-2
22 +
14. TUPAK 1
19 +
15. TUPAK 2
21 +
16. TUPAK 3
9 +++
17. LINTANG 1
9 ++
18. LINTANG 2
9 ++
19. KANDIS 1
18 +
20. KANDIS 2
18 +
21. KANDIS 3
16 +
22. KANDIS 4
19 +
23. KPL MERE 1
14 +
24. KPL MERE 2
8 ++
25. LIMAU TEMBE 1
12 +
26. LIMAU TEMBE 2
9 +++
Keterangan : +
= hitam tipis di bagian bawa +++
= hitam merata ++
= hitam tipis hampir merata ++++
= hitam pekat merata
44 Tabel 5. Nilai pH dan kandungan SO
4 2-
contoh air asam tambang di Muara Enim, Sumatera Selatan
No. Kode Contoh
Posisi pH
SO
4 2-
mgL
1. PIT G
- 034211.2 + 1034640.9
2,92 1050
2. ALP
- 034344.1 + 1034719.0
2,95 925
3. KPL
- 034141.8 + 1034577.9
2,92 1150
4. TOWER
- 034198.1 + 1034775.7
3,41 980
5. KTU
- 034288.9 + 1034732.4
3,48 875
6. TUPAK
- 034175.4 + 1034728.3
3,24 825
7. LINTANG
- 034142.1 + 1034599.0
3,56 850
8. KANDIS
- 034393.9 + 1034739.1
3,97 840
9. KPL MERE
- 034277.0 + 1034765.8
4,05 800
10. LIMAU TEMBE
- 034129.2 + 1034781.0
3,75 905
Gambar 10. Indikasi terjadinya reduksi sulfat oleh bakteri pereduksi sulfat hasil isolasi di kolam penampungan limbah air asam tambang di Muara
Enim, Sumatera Selatan : a kontrol, b hitam tipis hampir merata dan c hitam pekat merata. Warna hitam menunjukkan endapan
logam sulfida yang terbentuk dari hasil reduksi sulfat menjadi sulfida.
a b
c
45 keragaman jenis dan karakteristik bakteri pereduksi sulfat, antara lain
kemasaman lingkungan Bractova et al., 2002, kedalaman sedimen Hoehler et al., 2001; Jorgensen, 1982, ketersediaan energi dari bahan organik Hoehler et
al., 2001; Liamleam dan Annachhtre, 2007, dan kandungan sulfat Icgen dan Harrison, 2006. Icgen dan Harrison 2006 melaporkan bahwa kandungan sulfat
menentukan kelompok bakteri pereduksi sulfat yang dominan tumbuh pada suatu ekosistem.
Perbedaan karakteristik bakteri pereduksi sulfat mungkin juga disebabkan oleh perbedaan kedalaman contoh yang diambil. Contoh lumpur diambil pada
kedalaman antara 50 cm sampai 150 cm. Perbedaan kedalaman lumpur tersebut akan mempengaruhi jumlah oksigen yang terlarut, sehingga mempengaruhi jenis
dan aktivitas bakteri yang tumbuh. Beberapa kelompok bakteri pereduksi sulfat mampu tumbuh pada kondisi oksik, sedangkan kelompok bakteri lain
membutuhkan kondisi yang betul-betul anoksik. Pertumbuhan bakteri pereduksi sulfat yang anaerob obligat terganggu dengan adanya oksigen terlarut. Risatti et
al. 1994 mengemukakan bahwa kelompok Desulfovibrio lebih dominan di bagian atas dari sedimen, sedangkan Jorgensen 1982 melaporkan bahwa jumlah
dan aktivitas bakteri pereduksi sulfat meningkat dengan ketebalan lapisan sedimen.
4.1.2. Pemurnian Bakteri Pereduksi Sulfat