2.3 Habitat
Bekantan memiliki sifat “pemalu” dan daerah yang cenderung dihuni oleh bekantan berada di pedalaman, relatif tidak terganggu atau relatif jauh dari sungai-
sungai tempat pemukiman berkembang Soendjoto, Akhdiat, Haitami, dan Kusmajaya, 2001b.
Napier and Napier 1967 menjelaskan bahwa bekantan memiliki habitat berupa hutan rawa dan hutan mangrove dan mudah ditemukan di dekat sungai,
atau pada vegetasi nipah Nipa fruticans dan rawa mangrove sepanjang pantai, teluk-teluk atau daerah pasang surut. Selanjutnya dijelaskan bahwa bekantan lebih
suka berteduh pada vegetasi mangrove pada siang hari dan beristirahat pada pohon pedada Sonenratia spp. pada malam hari.
LBN 1982 mencatat bahwa bekantan menyukai hutan bakau dekat muara sungai dan hutan dataran rendah di pedalaman yang dilalui sungai sebagai
habitatnya. Selain itu, bekantan dikenal pula sebagai salah satu jenis monyet yang paling menyukai habitat di atas aliran sungai. Bekantan pandai berenang dan
menyelam, bahkan tampak senang berjalan-jalan di lumpur dalam rawa di hutan bakau. Sungai termasuk komponen ekologi yang mempengaruhi pemilihan habitat
oleh populasi bekantan di hutan bakau. Bagi bekantan sendiri, sungai berfungsi sebagai sumber air minum dan sarana untuk berenang Bismark, 1994.
Di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, habitat bekantan terdiri atas hutan mangrove, hutan galam, hutan tepi sungai, hutan rawa serta kebun
masyarakat ditanami karet dan buah-buahan. Keberadaan bekantan di hutan galam masih dalam penyelidikan, tetapi ada dua hipotesa yang dikembangkan,
yaitu : 1 Fragmentasi habitat menyebabkan bekantan yang berada di hutan mangrove atau hutan tepi sungai tergusur ke hutan galam dan 2 Secara alami
bekantan tersebut di hutan galam Soendjoto, Akhdiat, Haitami dan Kusumajaya, 2001a. Bekantan yang hidup di hutan galam berukuran relatif lebih besar dan
memiliki warna bulu lebih pucat dari pada bekantan di hutan mangrove. Di hutan galam, sumber pakan bekantan antara lain pucuk galam Melaleuca cajuputi,
sinonim M.leucadendron, piai Acrostichum aureum, dan kelekai Stenochlaena
palustris. Sedangkan di hutan karet sumber pakan utama bekantan adalah tanaman karet Hevea brasiliensis Soendjoto, Djami’at, Johansyah dan Hairani,
2002. Di Sabah bagian Timur, sebagian besar bekantan sering ditemukan di
hutan mangrove, campuran mangrove dan nipah serta di muara sungai, jarang ditemukan di dalam tegakan murni yang terdiri atas nipah Casuarina, hutan
kerangas atau hutan rawa. Di Serawak dan P. Kalimantan, bekantan lebih umum ditemukan di tepi sungai dan hutan rawa gambut. Jantan soliter kadang terlihat di
tepi hutan lainnya beberapa kilometer dari hutan mangrove atau sungai besar Payne et al., 2000.
2.4 Penyebaran