Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Pengenalan Lapangan Orientasi Sejarah dan Status Kawasan Taman Nasinal Tanjung Puting

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan selama 2 bulan, dimulai dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2008. Penelitian dilakukan di areal studi Pondok Ambung – Sungai Sekonyer Kanan, Taman Nasional Tanjung Puting, Provinsi Kalimantan Tengah.

3.2 Bahan dan Alat

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa kompas, tali rafia, golok, gunting, peta kerja, meteran, patok kayu, kertas koran, alkohol, alat tulis menulis dan tally sheet. Bahan yang digunakan sebagai objek penelitian ini adalah kelompok bekantan dan jenis tumbuhan pakan bekantan.

3.3 Pengenalan Lapangan Orientasi

Pengenalan lapangan atau orientasi lapangan dilakukan selama 1 minggu. Orientasi ini berupa habituasi terhadap kelompok-kelompok bekantan yang ada di sekitar sungai Sekonyer Kanan yang masuk ke dalam kawasan research Pondok Ambung. Tujuan dari kegiatan habituasi ini adalah untuk mengenali kelompok- kelompok bekantan dan juga untuk membiasakan bekantan terhadap kehadiran peneliti. 3.4 Metode Pengambilan Data 3.4.1 Identifikasi Jenis Pakan Bekantan Nasalis larvatus Identifikasi jenis pakan bekantan di lapangan dilakukan secara pengamatan langsung dan tidak langsung wawancara non formal dan studi literatur. Pengamatan langsung dilakukan selama 12 hari, pengamatan dilakukan pada pagi hari pada jam 06.00 sampai jam 09.00 dan pada sore hari pada jam 15.00 sampai jam 18.30. Bekantan yang diteliti atau yang diamati sebanyak 4 kelompok, dimana setiap hari kelompok bekantan yang diamati berbeda, ini dikarenakan kelompok yang sebelumnya diamati tidak selalu kembali ketempat asalnya. Jumlah bekantan pada setiap kelompok kurang lebih 8 – 15 ekor. Identifikasi jenis difokuskan pada bagian-bagian yang dimakan oleh bekantan yang berupa daun mudapucuk, daun tua, buah, dan bunga.

3.4.2 Analisis Vegetasi

Metode analisis vegetasi yang digunakan adalah metode garis berpetak. Pada areal penelitian dibuat garis transek sepanjang 1 km 1000 m yang diambil secara acak dari 10 km panjang Sungai Sekonyer Kanan, dengan plot-plot contoh sebanyak 50 plot yang dapat mewakili seluruh areal penelitian. Pada garis transek dibuat petak-petak contoh berukuran 2 m x 2 m, 5 m x 5 m, 10 m x 10 m, dan 20 m x 20 m. Untuk setiap petak ukur dilakukan pengukuran terhadap semua tingkat tumbuhan, yaitu : • Petak 20 m x 20 m dilakukan pengukuran dan pencatatan terhadap tingkat pohon. Parameter yang diamati dan yang diukur meliputi : nama jenis, jumlah dan diameter pohon. Diameter yang diambil adalah diameter setinggi dada dbh serta ukuran diameternya ≥ 20 cm. Kegiatan pembuatan profil tajuk digunakan data tambahan yaitu panjang transek, lebar transek, tajuk terpanjang dan tajuk terpendek. • Petak 10 m x 10 m dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk tingkat tiang. Parameter yang diamati atau yang diukur meliputi : nama jenis, jumlah dan diameter tumbuhan pada tingkat tiang, dengan batasan diameter yang diambil adalah antara 10 ≤ dbh 20 cm • Petak 5 m x 5 m dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk tingkat pancang. Parameter yang diamati atau diukur meliputi : nama jenis dan jumlah setiap jenisnya, dengan batasan pohon muda yang berdiameter 10 cm. Atau anakan pohon dengan tinggi 1,5 m. • Petak 2 m x 2 m dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk tingakat semai. Parameter yang diamati atau yang diukur meliputi : nama jenis dan jumlah setiap jenis, dengan batasan anakan pohon mulai dari tingkat kecambah sampai yang memiliki tinggi 1,5 m. 1 km 1 Km Gambar 1 Plot contoh untuk analisis Vegetasi Keterangan : A : 2 m x 2 m B : 5 m x 5 m C : 10 m x 10 m D : 20 m x 20 m

3.4.3 Pembuatan Herbarium

Herbarium adalah koleksi spesimen tumbuhan yang terdiri dari bagian- bagian tumbuhan ranting lengkap, dengan daun, serta kalau ada bunga dengan buahnya. Herbarium yang dibuat adalah dengan cara kering. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium : • Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan daunnya, kalau ada bunga dan buahnya juga diambil, D C B A • Dengan menggunakan penggunting daun, contoh herbarium dipotong dengan panjang kurang lebih 40 cm x 60 cm, • Kemudian contoh herbarium diberi etiket yang berukuran 3 cm x 5 cm. Etiket berisi keterangan tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama pengumpul kolektor di lakukan di camp, • Spesimen atau contoh herbarium tersebut kemudian disemprot dengan alkohol 70 secara merata pada semua bagian daun dan ranting lalu spesimen tersebut dimasukandibungkus rapi dengan kertas Koran, • Herbarium yang telah dimasukan kedalam koran, kemudian dimasukan ke dalam trasbek yang kemudian diikat dengan rapat dan rapi, • Herbarium yang sudah kering lengkap dengan keterangan-keterangan yang diperlukan diidentifikasi untuk mendapatkan nama ilmiahnya di Herbarium Bogoriense Balitbang Botani, Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor.

3.5 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

3.5.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat melalui pengamatan secara langsung di lapangan meliputi data analisis vegetasi dan jenis pakan yang dimakan oleh bekantan secara langsung di lapangan.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan untuk menunjang pelaksanaan penelitian yang didapat dengan cara studi pustaka atau dengan mencari literatur. Data sekunder tersebut berupa keadaan umum Areal Research Pondok Ambung, pengenalan jenis tumbuhan, wawancara mengenai jenis tumbuhan yang dimakan bekantan kepada masyarakat dan pekerja atau staf-staf Orangutan Foundation International OFI dan Orangutan Foundation United- Kingdom OFUK.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan membandingkan hasil dari data sekunder yang telah diperoleh lalu dilakukan rekapitulasi data dalam bentuk tabel identifikasi : nama jenis dan nama famili pakan bekantan serta bagian yang dimakan oleh bekantan, juga ketersedian tumbuhan pakan bekantan di alam dilihat dari kerapatan, frekuensi dan dominansi jenisnya.

3.6.1 Indeks Nilai Penting

Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi, maka pada jalur dilakukan analisis kerapatan, frekuensi dan dominansi untuk masing-masing jenis tumbuhan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut A. Kerapatan suatu jenis K K batangha = Jumlah individu setiap jenis Luas petak contoh B. Kerapatan relatif suatu jenis KR KR = Kerapatan suatu jenis x 100 Kerapatan seluruh jenis C. Frekuensi suatu jenis F F = Jumlah plot ditemukan suatu jenis Jumlah seluruh plot D. Frekuensi relatif suatu jenis FR FR = Frekuensi suatu jenis x 100 Frekuensi seluruh jenis E. Dominansi suatu jenis D D m 2 ha = Luas bidang dasar suatu jenis Luas petak contoh LBDS m 2 = 14 π d 2 F. Dominansi relatif suatu jenis DR DR = Dominansi suatu jenis x 100 Dominansi seluruh jenis Indeks Nilai Penting INP untuk pohon dan tiang adalah Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif DR. Untuk tingkat pancang dan semai adalah Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif FR.

3.6.2 Tingkat Keanekaragaman Jenis

Untuk menghitung keanekaragaman jenis pakan dan keanekargaman jenis pada vegetasi hutan rawa dan hutan dataran rendah digunakan Indeks Keanekaragaman Shannon H’ H’ = - Σ [P i ln P i ] N N P i i = Keterangan : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon N i = Jumlah individu suatu jenis N = Jumlah individu seluruh jenis IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Areal Research Pondok Ambung yang merupakan salah satu kawasan yang berada di dalam Taman Nasional Tanjung Puting, yang dikhususkan sebagai tempat atau kawasan penelitian. Areal penelitian ini masuk ke dalam Seksi Pengelolaan Taman Nasional SPTN 1 di wilayah Timur kawasan di Pembuang Hulu dan berada di dekat aliran Sungai Sekonyer Kanan. Sungai Sekonyer Kanan memiliki air yang berwarna seperti air teh yang pekat dengan pH sekitar 5, kandungan mineral rendah, lumpur cukup dalam serta proses pembusukan di dalam air yang berjalan sangat lambat. Pondok Ambung belum memiliki data mengenai total luasan wilayahnya, tetapi telah memiliki areal jalur penelitian Gambar 2 Peta Studi Area Pondok Ambung

4.1 Sejarah dan Status Kawasan Taman Nasinal Tanjung Puting

Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting pada awalnya merupakan kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Puting yang merupakan gabungan dari Cagar Alam Sampit dan Suaka Margasatwa Kotawaringin. Status kawasan Suaka Margasatwa ditetapkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1936-1937 dengan luas sebesar 305.000 ha yang berfungsi untuk perlindungan satwaliar jenis primata yaitu orangutan Pongo pygmaeus dan bekantan Nasalis larvatus. Pada tanggal 12 Mei 1984 berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 096kpts-II84 kawasan suaka alam ini ditetapkan menjadi kawasan Taman Nasional. Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam No. 45kptsIV-Sek84 tanggal 11 Desember 1984 wilayah kerja Taman Nasional Tanjung Puting ditetapkan meliputi areal Suaka Margasatwa Tanjung Puting dengan luas kawasan 300.040 ha. Kemudian pada tanggal 25 Oktober 1996 melalui SK Menteri Kehutanan No. 687kpts-II96 luas kawasan menjadi 415.040 ha terdiri dari Suaka Margasatwa Tanjung Puting 300.040 ha, hutan produksi 90.000 ha ex. PT Hesubazah, dan kawasan daerah perairan sekitar 25.000 ha. Letak astronomisnya terletak pada 02 35 - 03 35 LS, dan 111 50- 112 15 BT. Gambar 3 Peta Taman Nasional Tanjung Puting 4.2 Kondisi Fisik Taman Nasional Tanjung Puting 4.2.1 Geologi