bisnis penjualan ikan arwana menjadi sesuatu yang menjanjikan. Tidak mengherankan jika keberadaan ikan arwana semakin terancam, bukan hanya
karena eksploitasi terhadap jenis ikan ini, melainkan juga karena pencemaran sungai oleh limbah penambangan emas yang kerap kali terjadi.
4.4 Aksesibilitas
Cara terbaik menuju Taman Nasional Tanjung Puting adalah melalui Kumai, kota kecamatan dan pelabuhan laut yang terletak 15 km dari Pangkalan
Bun Ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat. Di Pangkalan Bun terdapat bandar udara yang menghubungkan ke kota-kota Ketapang, Palangka Raya, Sampit,
Banjarmasin dan Semarang. Dari Pangkalan Bun ke Kumai pengunjung dapat memakai taksi umum atau taksi carteran. Kumai juga dapat dicapai dengan kapal
laut PELNI Krakatau, Bukit Raya, dan Lawit dari Semarang, Surabaya dan Banjarmasin. Untuk mencapai lokasi kawasan Taman Nasional Tanjung Puting
dari Kumai dapat menggunakan Klotok atau Speed Boat.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Jenis Tumbuhan Pakan Bekantan
Bekantan Nasalis larvatus merupakan primata yang termasuk subfamili
Cilobinae, pada umumnya golongan primata yang dominan memakan daun folivorous. Bekantan sangat menyukai daun-daun muda pucuk dan juga tidak
jarang bekantan terlihat memakan bunga dan buah. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan selama 12 hari 12 kali pengulangan yang disajikan dalam lampiran,
didapat frekuensi makan bekantan berdasarkan bagian yang dimakan. Tabel 3 Frekuensi Bagian Pakan Bekantan
No. Jenis Frekuensi Frekuensi Relatif
Daun Bunga
Buah
1 Ganua motleyana
12 21.05 0.00 0.00 2
Symplocos fasciculata 5 5.26
3.51 0.00
3 Crudia teysmanii
8 14.04 0.00
0.00 4
Eugenia zeylanica 7 8.77
3.51 0.00
5 Parastemon urophyllus
4 7.02 0.00
0.00 6
Dialium indum 1 1.75
0.00 0.00
7 Actinodaphne sp
2 3.51 0.00
0.00 8
Polyalthia lateriflora 5 5.26
3.51 0.00
9 Santiria laevigata
2 0.00 0.00
3.51 10
Syzygium leucoxylon 6 7.02
3.51 0.00
11 Syzygium tawaense
5 5.26 3.51
0.00
Dari Tabel 3 dapat terlihat bahwa pakan yang disukai oleh bekantan adalah jenis Ganua motleyana dengan frekuensi perjumpaan makan yang terbesar
yaitu sebanyak 12 kali yang berarti dalam setiap pengamatan bekantan terlihat memakan jenis ini. Pohon Ganua motleyana berukuran sedang, tinggi pohon kira-
kira sampai 40 m, diameter batang bisa mencapai 100 cm, pohon tidak berbanir tetapi kadang-kadang mempunyai banir kecil berbentuk akar napas dan daun pada
umumnya terkumpul di ujung ranting. Bekantan sangat suka jenis ini karena di dalam daun Ganua motleyana terdapat kandungan mineral yang dibutuhkan
bekantan seperti lateks, resin, tanin, terpenol, dan fenol, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bismark pada tahun 1980 di Taman Nasional
Tanjung Puting yang menyatakan bahwa jenis Ganua motleyana merupakan pakan yang disukai oleh bekantan. Tidak terlihatnya bekantan memakan buah atau
bunga Ganua motleyana disebabkan karena jenis ini belum berbunga atau berbuah pada saat pengamatan dilakukan. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh
Bismark 1980, bekantan tidak memakan buah dan bunga Ganua motleyana, tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Yeager 1989 bahwa bekantan
memakan buah Ganua motleyana. Faktor ini dipengaruhi oleh lamanya penelitian yang dilakukan. Selain jenis Ganua motleyana yang disukai oleh bekantan
terdapat juga jenis Crudia teysmannii dan Eugenia zeylanica yang sering dimakan oleh bekantan, ini terlihat dari frekuensi perjumpaan makan bekantan pada saat
pengamatan. Untuk jenis Crudia teysmannii, bekantan terlihat memakan bagian daunnya saja, tidak terlihat bahwa bekantan memakan buah dan bunganya. Pada
jenis Eugenia zeylanica bekantan memakan bagian daun dan bunganya. Dari 12 kali pengamatan, terlihat 5 kali bekantan memakan bagian daunnya dan 2 kali
bekantan terlihat memakan bagian bunganya. Pada jenis Symplocos fasciculata, Polyalthia lateriflora dan Syzygium tawaense, bekantan terlihat memakan jenis ini
sebanyak 5 kali ulangan. Bekantan memakan bagian daun dan bunga pada ketiga jenis ini. Terlihat 3 kali ulangan bekantan memakan bagian daun dari jenis
Symplocos fasciculata, Polyalthia lateriflora dan Syzygium tawaense dan 2 kali ulangan terlihat bekantan memakan bagian bunga dari ketiga jenis tersebut.
Parastemon urophyllus dimanfaatkan bekantan sebagai pakannya,tetapi hanya bagian daunnya saja, tidak terlihat bekantan memakan bagian bunga dan
buah dari jenis ini. Bekantan terlihat memakan bagian daun Parastemon urophyllus sebanyak 4 kali ulangan. Pada jenis Dialium indum, bekantan hanya
terlihat 1 kali ulangan memakan daun jenis ini. Dari 11 pakan yang dimakan bekantan berdasarkan Tabel 3. Terlihat bahwa jenis Dialium indum yang jarang
dimakan oleh bekantan, ini disebabkan karena melimpahnya daun-daun pada jenis pohon-pohon yang disukai oleh bekantan. Actinodaphne sp. dimakan bekantan
hanya bagian daunya saja, dari hasil pengamatan, terlihat bekantan memakan jenis ini sebanyak 2 kali ulangan, untuk jenis Syzygium leucoxylon, bekantan memakan
bagian daun dan bunganya. Terlihat bekantan memanfaatkan Syzygium leucoxylon sebanyak 6 kali ulangan, dengan 4 kali ulangan terlihat bekantan memakan bagian
daun Syzygium leucoxylon dan 2 kali ulangan terlihat bekantan memakan bagian bunganya.
Untuk jenis
Santiria laevigata, bekantan hanya memanfaatkan bagian buahnya saja, bagian daun dan bunganya tidak terlihat bekantan memakannya.
Dari Tabel 3 hanya jenis Santiria laevigata yang bagian buahnya dimanfaatkan. Bekantan memakan buah untuk memenuhi kebutuhan akan air, walaupun
bekantan merupakan jenis primata yang bersifat folivorous dominan pemakan daun-daunan tetapi bekantan tetap membutuhkan buah sebagai kebutuhan
pakannya untuk memenuhi kandungan mineral yang dibutuhkan bekantan. Selain dari buah, bekantan mendapatkan air dari embun yang menempel pada daun dan
juga dari daun yang masih basah akibat hujan. Selama pengamatan, cuaca pada waktu pengamatan selalu hujan sehingga kebutuhan akan buah bagi bekantan
berkurang ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bismark yang menyatakan pada umumnya, pada saat musim kering, konsumsi terhadap buah-buahan
cenderung meningkat, karena jumlah pucuk dan daun muda sangat kurang. Masalah dalam pakan primata adalah senyawa fitokimia yang bersifat
toksin, disamping selulosa dan lignin. Jenis primata pemakan daun terutama dari anak suku Colobinae, dalam mencerna selulosa bersimbiosa dengan mikroba
lambung Bauchop, 1978. Terdapat dua faktor utama dalam ekologi makan feeding ecology pada primata yaitu primata mempunyai komposisi pakan
tertentu, sesuai dengan kondisi habitat dan musim Curtin dan Chivers, 1979 sehingga keadaan tersebut dapat menunjukkan perbedaan pola perilaku makan.
Faktor berikutnya adalah perilaku makan primata berkaitan erat dengan kualitas sumber pakan seperti tingginya kadar selulosa yang tidak dapat dicerna serta
adanya senyawa sekunder yang bersifat toksin dalam pakan Oates, 1977. Dalam hasil penelitian Yeager 1989, bekantan memiliki tingkat kesukaan
pada pakan yang berbeda-beda setiap bulannya, tersaji dalam Tabel 4. Dari hasil pengamatan yang dilakukan bahwa Ganua motleyana dan Eugenia zeylanica
merupakan makanan kesukaan dari bekantan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yeager pada tahun 1989.
Tabel 4 Tingkat Kesukaan Bekantan Terhadap Pakan Pada Setiap Bulan
Bulan Tingkat Pakan
1 2 3
Januari Ganua motleyana
Eugenia sp. 3 Ryparosa javanica
Februari Eugenia sp. 3
Licania splendens Ganua motleyana
Maret Ganua motleyana
Eugenia sp. 3 Licania splendens
April Ganua motleyana
Lophopetalum javanicum Licania splendens
Mei Ganua motleyana
Eugenia sp. 34 Garcinia dulcis
Juni Eugenia sp. 34
Ganua motleyana Lophopetalum javanicum
July Eugenia sp. 34
Ganua motleyana Lophopetalum javanicum
Agustus Lophopetalum javanicum
Eugenia sp. 34 Ryparosa javanica
September Lophopetalum javanicum
Eugenia sp. 35 Pandanus sp.
Oktober Eugenia sp. 34
Lophopetalum javanicum Randa
November Eugenia sp. 34
Lophopetalum javanicum Litsea sp
Desember Eugenia sp. 34
Garcinia tubifera Lophopetalum javanicum
Sumber : Yeager 1989
Sedikitnya bunga dan buah yang dimakan oleh bekantan disebabkan karena pada saat penelitian ketersedian bunga dan buah sedikit, ini karena pada
waktu penelitian bukan musim buah dan bunga. Keanekaragaman jenis pakan yang dimakan bekantan dipengaruhi oleh musim atau waktu. Apabila daun muda,
pucuk, daun tua, buah-buahan, dan bunga sangat melimpah di alam maka keanekaragaman jenis makanan bekantan akan beranekaragam pula, akan tetapi
sebaliknya, apabila jenis pakan bekantan terbatas maka terbatas pula jenis makanan bekantan. Pada hal ini, keadaan sewaktu penelitian di lapangan
menunjukan bahwa keanekaragaman jenis pakan bekantan terbatas yang mengakibatkan terbatas pula data jenis pakan yang diperoleh.
Gambar 4 Frekuensi Bagian yang Dimakan Oleh Bekantan
Dari hasil pengamatan seperti terlihat pada gambar 2, didapat persentase bekantan memakan bagian daun sebesar 79 , sedangkan bekantan memakan
bagian bunga sebesar 18 dan bekantan memakan buah sebesar 3 , ini membuktikan bahwa bekantan merupakan jenis primata yang bersifat folivorous.
Hasil yang didapat ini juga didukung atau sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bismark 1980 yang menyatakan bahwa bekantan memakan
pucuk daun, daun muda, daun tua dan tangkai daun sebesar 96,2 sedangkan bijibuah-buahan, kuncup bunga dan kulit kayu yang dimakan bekantan sebesar 3,
5 dan bekantan memakan serangga sebesar 0,3 . Dari hasil di atas menunjukan bahwa bekantan banyak mengkonsumsi daun-daunan.
Dari hasil analisis vegetasi yang dilakukan, terdapat 22 jenis yang digunakan oleh bekantan sebagai pohon pakannya. Pada hutan rawa terdapat 20
jenis yang digunakan sebagai pakan oleh bekantan dari total 88 jenis yang terdapat di hutan rawa. Pada hutan dataran rendah terdapat 17 jenis yang
digunakan bekantan sebagai pakannya, dari total 135 jenis yang terdapat di hutan dataran rendah. Hasil ini disesuaikan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Bismark 1980 dan Yeager 1989. Tabel 5 Daftar Jenis Pohon yang Dimakan Nasalis larvatus
Nama Lokal Nama ilmiah
Famili Bagian yang dimakan
Keterangan Daun Bunga Buah
Abu-abu rawa Symplocos fasciculata
Symplocaceae +
+ P dan Y
Banitan Polyalthia lateriflora
Annonaceae +
+ P dan Y
Bati-bati Eugenia zeylanica
Myrtaceae +
+ B,P dan Y
Bekapas Neoscortechinia sp.
Euphorbiaceae ++ Y
Bentan Parastemon urophyllus
Rosaceae + B
dan P
Gembor Dehaasia incrassata
Lauraceae + Y
Jelutungpanting Dyera costulata
Apocynaceae + Y
Kemanjing Garcinia dioica
Guttferae + B
dan Y
Keranji Dialium indum
Fabaceae +
P dan Y Ketiau
Ganua motleyana Sapotaceae
++++ B,P dan Y
Lamanaduk Diospyros pilosanthera
Ebenaceae +
++ B,P dan Y
Mahang Macarenga hypoleuca
Euphorbiaceae + + Y
Mampai Crudia teysmannii
Caesalpiniaceae +++
P dan Y Medang
Actinodaphne sp Lauraceae
+ P dan Y
Merang Tetramerista glabra
Theaceae + B
Pempasir Calophyllum sp
Clusiaceae + +
Y
Lanjutan Tabel 5
Sumber : Bismark 1980 dan Yeager 1989 : Keterangan : ++++ Paling banyak ; +++ Sering dimakan ; ++ Biasa ; + Kadang-kadang ; B = Bismark ; P = Purba ; Y = Yeager
Dari jenis pohon yang dimakan oleh bekantan lihat Tabel 5, famili Anacardiaceae, Burceraceae, Sapotaceae, Myrtaceae, Moraceae dan Ebenaceae
mengandung berbagai bahan tertentu berupa lateks, resin, tanin, terpenol, dan fenol Curtin dan Chivers, 1979. Makanan yang dimakan bekantan akan dicerna
oleh bakteri yang terdapat di dalam organ pencernaan bekantan. Sistem pencernaan bekantan umumnya pada subfamili Colobinae mirip ruminansia,
sistem pencernaan tersebut dikenal dengan polygastric, diantaranya terdapat organ “fore-stomach”, tempat terjadinya proses fermentasi makanan oleh bakteri. Dari
proses fermentasi tersebut didapatkan hasil Bennet, 1983 : • Bakteri menghasilkan vitamin, dengan demikian satwa tidak terlalu
tergantung pada vitamin yang dikandung makanan, terkecuali vitamin A dan D
• Bakteri dapat menggunakan nitrogen non protein untuk tumbuh. Urea yang terjadi akibat katabolisme protein dapat dirubah bakteri menjadi
protein. Bakteri dapat lolos dari lambung ke usus halus sehingga satwa mendapat tambahan protein yang berkualitas tinggi
• Penggunaan urea dalam sintesa protein oleh mikro flora menyebabkan penurunan jumlah urea sehingga menghemat pengeluaran air dalam bentuk
urin • Bakteri dapat menetralisir pengaruh toksin yang berasal dari tumbuhan
yang dimakan satwa
Nama lokal Nama ilmiah
Famili Bagian yang dimakan
Keterangan Daun Bunga Buah
Poga Santiria laevigata
Burceraceae +
P dan Y Puak
Artocarpus anisophyllus Moraceae + +
Y Ramin
Gonystilus bancanus Gonystylaceae +
Y Rengas
Gluta renghas Anacardiaceae ++ + +
Y Ubar merah
Syzygium leucoxylon Myrtaceae
++ ++
P dan Y Ubar putih
Syzygium tawaense Myrtaceae
++ ++
P dan Y
• Besarnya jumlah bakteri dan perkembangbiakan yang cepat menyebabkan laju fermentasi cepat pula sehingga membuat toksin pada makanan baru
tidak aktif, disamping itu terjadi degradasi karbohidrat menjadi asam lemak mudah menguap.
Dari Tabel 5 dihasilkan jenis-jenis tumbuhan yang terdapat dan tersebar di tepi Sungai Sekonyer Kanan adalah Eugenia zeylanica, Crudia teysmannii,
Dialium indum, Parastemon urophyllus, dan Symplocos fasciculata. Dari semua jenis pakan bekantan tersebut yang terdapat di pinggir Sungai Sekonyer Kanan,
jenis Ganua motleyana merupakan tempat tidur yang disukai oleh bekantan. Ditinjau dari pola makannya, bekantan termasuk folivorous lebih dominan
memakan daun, walaupun bekantan juga memanfaatkan larva insekta dan rayap sebagai tambahan protein hewani. Dari hasil penelitian yang dilakukan Bismark
1980, makanan yang dikonsumsi oleh bekantan terdiri dari daun mudapucuk, daun tua, buah-buahan, bunga, paku-pakuan, cendawan dan insekta. Bekantan
sebagai primata pemakan daun yang bersifat seperti ruminansia Hladik, 1978 butuh pakan yang perbandingan protein dengan serat kasarnya rendah Bennett
dan Sebastian, 1988. Adanya pemilihan jenis pakan yang dilakukan pada bekantan karena kandungan mineral pada daun di setiap jenis tumbuhan berbeda-
beda Sedikitnya pakan di hutan dataran rendah yang dapat diteliti diakibatkan
karena selama penelitian tidak terlihat bahwa bekantan memanfaatkan dataran rendah untuk mencari makan, itu disebabkan karena melimpahnya jenis dan
jumlah pakan yang terdapat di hutan rawa, sehingga mengakibatkan pergerakan atau luas wilayah jelajah bekantan semakin kecil. Tempat bekantan mencari
makan dalam habitatnya dimulai dari pohon-pohon tempat tidurnya. Di lokasi penelitian, bekantan tidur di dekat tepi sungai Sungai Sekonyer Kanan.
Dilihat dari indeks keanekaragaman jenis indeks Shannon-wieners seperti terlihat pada gambar 5, tingkat keanekaragaman pakan bagi bekantan di
hutan rawa lebih beranekaragam dibanding dengan keanekaragaman pakan bekantan di hutan dataran rendah. Keanekaragaman jenis pakan juga dipengaruhi
oleh perbedaan waktu musim yang erat kaitannya dengan fenologi pohon.
Selama waktu penelitian, merupakan musim daun mudapucuk. Bunga dan buah belum berkembang atau tidak musimnya, sehingga dari hasil pengamatan didapat
bahwa bekantan banyak mengkonsumsi bagian daun mudapucuk. Tidak semua jenis pohon memiliki daun muda, ini dikarenakan setiap jenis tumbuhan memiliki
perbedaan waktu dalam berkembangnya daun-daun muda.
Gambar 5 Indeks Keanekaragaman Jenis Pakan Bekantan Di Hutan Rawa dan Hutan Dataran Rendah
5.2 Perilaku Makan 5.2.1 Lokasi Makan