pakuan, cendawan, dan umbut Pandanus sp. Makanan yang paling disukai terutama daun muda dan buah pedada Sonneratia lanceolata yang tumbuh di
hutan bakau sepanjang tepian sungai dekat pantai Suharto, 1989. Jenis lain yang juga dimakan oleh bekantan adalah rumbai-rumbai darat, laban Vitex sp, waru
laut Hibiscus tilliaceus, Keladi air, karet Hibiscus brasiliensis, durian Durio sp, mersafat, masintan, karamunting laut, lai, kelakar, pakis, buas-buas, rumput
peredang dan daun pepaya serta ketela pohon. Selain itu bekantan juga memakan buah kecapi dan karet biasanya yang masih mentah, serta bunga durian dan lai
Alikodra et al., 1990. Untuk mendapatkan protein hewani, bekantan juga memakan larva insekta dan rayap. Umbut nipa Alikodra et al., 1991; Alikodra,
1997 dan kulit batang Alikodra dan mustari, 1993 menambahkan bahwa bekantan juga suka memakan serangga dan kepiting. Selain itu, untuk mencukupi
kebutuhan mineral bekantan juga memakan ujung akar Rhizophora apiculata yang berasa asin dan diduga memakan tanah dan sarang rayap.
Bekantan tidak dapat mengkonsumsi buah-buahan yang manis untuk menghindari makan gula yang banyak. Gula yang berlebihan akan terfermentasi
dalam lambung bekantan dan akan menghasilkan banyak gas yang bisa menyebabkan perut kembung, yang apabila tidak segera diobati maka akan
menyebabkan kematian Suharyo, 2002.
2.6 Perilaku Makan Ingestive behaviour
Bekantan biasanya makan di ujung-ujung pohon, duduk pada salah satu cabang atau ranting yang relatif besar. Salah satu tangan dipergunakan untuk
berpegang pada cabang atau ranting di bagian atasnya sedangkan tangan yang lain untuk meraih makanan. Kalau berada pada posisi sulit, kedua tangan akan
berfungsi untuk berpegangan sedangkan makanan langsung diambil dengan mulut Bismark 1984, 1986. Selain digunakan dalam makan untuk memetik daun-
daunan, tangan juga berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam mulut Napier and Napier, 1967. Cara mendapatkan makanan adalah dengan
menggunakan tangan untuk memetik daun, lalu dimasukkan 1-3 lembar daun ke dalam mulut secara berurutan, lalu dikunyah Alikodra et al., 1990. Sedangkan
Bismark 1994 menjelaskan bahwa daun yang dikonsumsi bekantan adalah daun
muda dengan urutan 1 sampai 3 dari ujung ranting, bunga dan buah, yang diambil langsung dengan mulut atau dengan cara memetik. Daun dimakan dengan cara
menggigit hingga 3 kali. Setiap gigitan dikunyah 15-30 kali. Sewaktu mencari makan, kelompok bekantan terbagi atas beberapa anak
kelompok yang umumnya terdiri atas 1-7 ekor. Setiap anak kelompok makan pada beberapa pohon yang tidak begitu berjauhan satu sama lain. Dalam satu pohon
biasa terdapat 2-4 ekor bekantan yang makan tanpa menunjukan persaingan diantara mereka. Lamanya makan pada setiap pohon bergantung pada jenis pohon
serta jumlah persediaan makannya. Pada pohon Ganua motleyana, bekantan dapat bertahan selama 20-50 menit Bismark, 1984.
Kegiatan makan bekantan rata-rata sebesar 27,9, sedangkan kegiatan berjalan dan istirahat masing-masing sebesar 19,9 dan 52,2. Dari 3,6 jam
waktu makan bekantan, 41,2 dilakukan di pagi hari, yaitu antara pukul 07.00- 10.00. Kegiatan makan yang tertinggi dicapai pukul 15.00-16.00 Bismark, 1986.
Selanjutnya dijelaskan bahwa lebih dari 50 kegiatan makan berada di ketinggian 10-15 meter.
Alikodra et al. 1990 menyatakan bahwa aktivitas makan bekantan
dipengaruhi oleh cuaca. Pada kondisi terang, aktivitas makan bekantan pada pagi hari lebih tinggi dibandingkan dengan sore hari, dan pada kondisi cuaca mendung
terjadi hujan aktivitas makan bekantan dilakukan setelah cuaca terang tidak hujan dimana banyak dilakukan pada siang atau sore hari.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat