Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Taksonomi

sekitar taman nasional dengan cara membakar hutan, adanya kegiatan penambangan emas dan puya serta penebangan hutan. Kerusakan-kerusakan tersebut mengakibatkan populasi bekantan dapat menurun sepanjang tahunnya, karena bekantan kurang toleran terhadap kerusakan habitat Wilson dan Wilson, 1975; Yeager, 1992. Dengan demikian perlu upaya pelestarian populasi bekantan dan ekosistem hutan rawa gambut serta hutan rawa disekitar sungai. Dalam program pelestarian bekantan tersebut diperlukan informasi tentang keanekaragaman jenis pakan yang dimakan bekantan. Sumber pakan primata dalam habitat merupakan salah satu faktor ekologis yang sangat menentukan terhadap kelestarian populasi primata. Kualitas dan kuantitas pakan dapat berpengaruh pada perilaku, organisasi sosial primata dan perilaku pergerakan primata Jolly, 1972. Karena sumber pakan merupakan faktor ekologis yang sangat menentukan terhadap kelestarian populasi bekantan, maka diperlukan penelitian mengenai studi keanekaragaman jenis tumbuhan pakan bekantan Nasalis larvatus khususnya di Taman Nasional Tanjung Puting, Provinsi Kalimantan Tengah.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi jenis tumbuhan pakan bekantan. 2. Memperoleh data dan informasi mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan pakan bekantan di hutan alam.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan tentang keanekaragaman jenis tumbuhan pakan bekantan di hutan alam. 2. Sebagai panduan kegiatan rehabilitasi lahan bagi kehidupan bekantan, ketika habitatnya mengalami gangguan. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi

Genus Nasalis atau lebih dikenal dengan nama lain “Proboscis Monkey” diberikan oleh Geoffroy St. Hilaire melalui publikasinya yang berjudul “Tablean des Quadrumanes” pada tahun 1812. Sebelumnya pada tahun 1781 Van Wurmb telah memberikan nama Cercopithecus larvatus pada satwa ini Martin, 1837 dalam Mardiastuti, 1982. Genus lain yang masih erat hubungannya dengan bekantan adalah “Snub-nosed Monkey” Rhinopithecus dari Cina Barat, Tonkin dan Kepulauan Mentawai, Sumatera Direktorat Jenderal Kehutanan, 1978. Nasalis terbagi lagi menjadi 2 jenis, yaitu Nasalis concolor yang hidup endemik di Kepulauan Mentawai dan Nasalis larvatus yang hidup endemik di Pulau Kalimantan Bismark, 1984 Menurut Napier and Napier 1967, bekantan Nasalis larvatus diklasifikasikan sebagai berikut : Ordo : Primata Linnaeus, 1758 Sub Ordo : Anthropoidea Mivart, 1864 Super famili : Cercopitheciodea Simpson, 1931 Famili : Cercopithecidea Gray, 1821 Sub Famili : Colobinae Elliot, 1913 Genus : Nasalis E. Geoffroy, 1812 Spesies : Nasalis larvatus Wurmb, 1781 Selanjutnya Chasen 1940 membedakan lagi bekantan menjadi dua sub spesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. N.l. larvatus memiliki kepala yang berwarna lebih gelap, punggung sebelah bawah lebih kaya akan warna dibandingkan punggung dan bahu bagian depan yang berwarna lebih coklat. Sub spesies ini ditemukan di Pontianak, Kalimantan Barat. N. l. orientalis memiliki warna kepala yang tidak begitu jelas, bagian atas lainnya berwarna lebih pucat tetapi seragam, punggung dan bagian atas berwarna agak kelabu. Sub spesies ini dapat ditemukan di Bulungan, Kalimantan Utara. Bekantan juga dikenal dengan nama lokal bekara, raseng, pika, batangan Arief, 1998, kahau Direktorat Jenderal Kehutanan 1978; Payne, Prancis dan Phillipps, 2000, kera belanda LBN, 1982 dan monyet belanda Direktorat Jenderal Kehutanan, 1978; Arief, 1998. Sedangkan dalam bahasa Inggris bekantan disebut “Proboscis Monkey” Napier and Napier, 1967; Direktorat Jenderal Kehutanan, 1978; Yasuma and Alikodra, 1990; Payne et al., 2000 atau “Long-nosed Monkey” Direktorat Jenderal Kehutanan, 1978.

2.2 Morfologi