Latar Belakang Kajian penerapan good governance pada pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan kementrian pertanian

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah Pusat maupun Daerah di Indonesia setelah memasuki era reformasi, dihadapkan pada kenyataan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Oleh karena itu, tidak dapat dihindari bahwasannya pemerintah perlu melakukan perubahan dan pembenahan manajemen pemerintahannya. Perubahan dan pembenahan yang dimaksud akan terwujud jika pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya dengan paradigma baru manajemen pemerintahannya. Artinya jika selama ini pemerintahan belum sepenuhnya memperdulikan kepentingan dan kebutuhan masyarakat, maka dalam era baru manajemen pemerintahan ini menjadi obyek sekaligus subyek manajemen pemerintahan. Di sisi lain, dengan adanya tuntutan untuk terwujudnya tata kelola kepemerintahan yang baik yang selanjutnya disebut good governance GG, pemerintah kembali dituntut untuk mampu menata kembali pola-pola kerja yang dilakukan selama ini. Dengan kata lain, tuntutan untuk terwujudnya pemerintahan yang baik ini, pemerintah diharapkan mampu menjaga sinergitas dengan komponen pemerintahan lainnya, yaitu masyarakat dan dunia usaha. Oleh karena itu, pemerintah governmentstate dalam menjalankan aktivitas pemerintahannya dituntut untuk selalu transparan dan akuntabel. Reformasi ini diartikan sebagai reformasi yang menyeluruh diberbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, seperti politik, hukum, ekonomi, sosial, dan budaya. Semangat reformasi telah mewarnai pendayagunaan aparatur negara dengan tuntutan untuk mewujudkan administrasi yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara, dengan mempraktekan prinsip-prinsip good governance. Selain itu, masyarakat menuntut agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam menanggulangi korupsi. Kolusi dan nepotisme KKN sehingga tercipta pemerintahan yang bersih dan mampu menyediakan public goods and services. Proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melakukan penyediaan public goods and services disebut governance kepemerintahan atau pemerintahan sedang praktek 2 terbaiknya disebut tata kelola kepemerintahan yang baik. Agar good governance menjadi kenyataan dan sukses, dibutuhkan komitmen dari semua pihak pemerintah dan masyarakat. Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi dan integritas yang baik, profesionalisme, etos kerja dan moral yang tinggi. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka ini, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat terukur dalam akuntabilitas publik. Akuntabilitas dalam prinsip good governance berarti setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Untuk aparatur pemerintah akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi tanggungjawab manajerial pada tiap tingkatan. Masing-masing individu pada tiap jajaran aparatur bertanggungjawab atas setiap kegiatan yang dilaksanakan pada bagiannya. Konsep inilah yang membedakan adanya kegiatan-kegiatan yang terkendali controllable activities dan kegiatan yang tidak terkendali uncontrollable activities. Kegiatan yang terkendali merupakan kegiatan yang secara nyata dapat dikendalikan oleh seseorang atau suatu pihak, ini berarti kegiatan tersebut benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan hasilnya dinilai oleh pihak yang berwenang. Dalam birokrasi pemerintah, akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah tersebut untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas Puslitbang Tanaman Pangan melakukan pertanggungjawaban terhadap seluruh kegiatannya melalui instrumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP. Hasil akhir dari seluruh kegiatan yang berlangsung selama periode waktu tertentu dipertanggungjawabkan kepada para pihak yang melakukan pemeriksaan baik unsur internal Inspektorat Jendeal maupun eksternal Badan Pemeriksa Keuangan. 3 Penerapan good governance di Puslitbangtan masih terdapat kelemahan yang cukup mendasar terutama dari aspek operasional seperti : 1. Proses penyusunan rencana pembiayaan kegiatan tidak dilakukan perhitungan yang cermat terhadap jenis dan tipe kegiatan yang menjadi prioritas atau kegiatan yang bersifat rutin, akibatnya penyerapan beberapa jenis belanja menjadi rendah. 2. Untuk jenis pengadaan barang dan jasa metode e-procurement belum dilaksanakan secara optimal, hal tersebut memungkinkan terjadinya KKN. 3. Proses perencanaan kegiatan yang dananya bersumber dari hibah dari IPNI Malaysia tidak dilakukan perlakuan secara wajar dari sisi pencatatan administratif keuangan, akibatanya terjadi kesulitan perekaman data kegiatan kerjasama terutama dalam penysunan laporan keuangan. 4. Sumber Daya Manusia SDM diantaranya yang menangani database kurang memadai kemampuannya terutama untuk menangani tugas-tugas teknis sehingga menyulitkan saat terjadi permintaan terhadap jenis data tertentu. Hal itu disebabkan karena untuk jenis pekerjaan tertentu yang membutuhkan kemampuan teknis tinggi tidak ditangani oleh orang yang mempunyai kualifikasi dalam bidang itu.

1.2. Perumusan Masalah.