Kajian penerapan good governance pada pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan kementrian pertanian

(1)

KAJIAN PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

PADA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

TANAMAN PANGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

Oleh

ARSADI

H24076020

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

ARSADI, H24076020. Kajian Penerapan Good Governance Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. Dibawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO

Good governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola pemerintahan dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja. Penerapan prinsip-prinsip Good Governance akan meningkatkan kinerja dengan cara penerapan keterbukaan, profesional dan memegang nilai moral yang tinggi dalam pengambilan keputusan untuk penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil, transparansi dan efisien, serta memberdayakan fungsi manajemen.

Puslitbangtan sebagai lembaga penelitian yang berfungsi sebagai penghasil inovasi teknologi tanaman pangan berupaya keras menerapkan good governance sebagai bagian dari tuntutan masyarakan akan tata pemerintahan yang baik, melalui berbagai pendekatan struktural dan prosedural. Namun dalam pelaksanaannya didapati fakta bahwa penerapan good governance di Puslitbang Tanaman Pangan belum dilaksanakan secara menyeluruh. Sehingga penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya dilandaskan pada prinsip good governance.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengidentifikasi upaya penerapan good governance di Puslitbang Tanaman Pangan dan (2) Untuk mendeskripsikan seberapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan good governance di Puslitbang Tanaman Pangan

Pengolahan data untuk penelitian ini menggunakan MS Excel 2003 yang compatible pada fitur MS Excel 2007 dan aplikasi program SPSS versi 15 untuk melakukan analisis statistik, data yang diolah meliputi data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan dan studi lapangan (kuesioner).

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat lima unsur yang mempengaruhi penerapan good governance yaitu: kepemimpinan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, anggaran serta metode dan kebijakan pengendalian. Dari kelima unsur tersebut unsur kepemimpinan, sarana dan prasarana serta anggaran ternyata memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan unsur sumber daya manusia serta metode dan kebijakan pengendalian manajemen.


(3)

KAJIAN PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

PADA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

TANAMAN PANGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

SKRIPSI

Sebagai salah syarat untuk mendapatkan gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ARSADI

H24076020

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(4)

Judlu Skripsi : Kajian Penerapan Good Governance Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.

Nama : Arsadi

NIM : H24076020

Menyetujui Pembimbing,

(Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc) NIP: 194912101978031002

Mengetahui : Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP: 196101231986011002


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 31 Desember 1972, penulis merupakan anak terakhir dari 7 bersaudara pasangan Bapak Arsin (Alm) dan Ibu Rochani (Alm). Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Curug Bogor lulus pada tahun 1982, kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatus Shibyan Kayumanis Bogor Lulus pada tahun 1987. Tahun 1994 Penulis lulus Sekolah Menengah Atas di SMA PGRI-4 Bogor.

Pada tahun 2001 Penulis melanjutkan ke Diploma III Jurusan Kearsipan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sebagai peserta tugas belajar Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan lulus pada tahun 2004. Tahun 2007 penulis melanjutkan ke Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sebagai peserta Tugas Belajar dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Saat ini penulis bekerja di Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia sejak tahun 1989.


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT penulis telah menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan arahan dosen pembimbing. Skripsi ini berjudul Kajian Penerapan Good Governance Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan yang mencoba mengamati upaya yang dilakukan dalam rangka penerapan good governance.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan statistik yang dimaksudkan untuk mengetahui hubungan serta sejauh mana upaya yang dilakukan dalam penerapan good governance tersebut.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala bantuan yang diberikan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian ini khususnya pimpinan dan staf di lingkungan kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Skripsi ini jauh dari sempurna, baik dalam kajian teoritis maupun substansi materi, penulis sadar akan hal tersebut. Selanjutnya sebagai bahan kajian dalam bidang yang sejenis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dan penyempurnaan penerapan Good Governance di Puslitbang Tanaman Pangan.

Bogor, April 2011


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...3

1.3. Tujuan Penelitian. ...3

1.4. Manfaat Penelitian ...3

1.5. Batasan Penelitian ...4

II. TINJAUAN PUSTAKA ...5

2.1. Governance (Pemerintahan atau Kepemerintahan) ...5

2.2. Unsur-Unsur Good Governance...7

2.3. Implementasi Prinsip Good Governance ...9

2.4. Upaya Penerapan Good Governance ...9

2.4.1. Akuntabilitas ...9

2.4.2. Kinerja Organisasi ...11

2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Penerapan Good Governance 13 2.6. Penelitian Terdahulu ...17

III. METODE PENELITIAN ...18

3.1. Kerangka Pemikiran ...18

3.2. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian ...20

3.3. Metode Penelitian ...20

3.4. Metode Pengumpulan Data ...20

3.5. Populasi dan Sampel ...21

3.6. Variabel Pebelitian ...21

3.7. Instrumen Penelitian dan Pengukurannya ...21

3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas ...22

3.8.1 Uji Validitas ...22

3.8.2 Uji Reliabilitas ...22

3.9. Pengolahan dan Analisis Data ...23

3.9.1 Pengolahan Data ...23


(8)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...25

4.1. Gambaran Umum Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 25

4.1.1 Sejarah Singkat Puslitbang Tanaman Pangan ...25

4.1.2 Organisasi Puslitbang Tanaman Pangan ...26

4.2. Upaya Penerapan Good Governance di Puslitbang Tanaman Pangan ...28

4.2.1 Akuntabilitas ...28

4.2.2 KinerjaOrganisasi ...33

4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Good Governance ...36

4.3.1 Kepemimpinan ...36

4.3.2 Sumber Daya Manusia ...37

4.3.3 Sarana dan Prasarana ...37

4.3.4 Sumber Dana/Anggaran ...38

4.3.5 Metode Kerja dan Kebijakan Pengendalian Manajemen ...38

4.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ...39

4.5. Analisis Ddeskriptif Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap GG ...41

4.6. Analisis Deskriptif Penerapan Good Governance ...44

4.7. Analisis Statistik ...45

4.8. Upaya Penerapan Good Governance ...49

KESIMPULAN DAN SARAN ...50

A. Kesimpulan ...50

B. Saran ...50

DAFTAR PUSTAKA ...52


(9)

DAFTAR TABEL

No. Halaman.

1. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi…... …………. 24

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X1 Kepemimpinan …………. 39

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X2 SDM ………. 39

4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X3 Sarana Prasarana ………... 39

5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X4 Anggaran ……….. 40

6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X5 Metode Kebijakan ……… 40

7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y Good Governance ………... 41

8. Tanggapan Responden Mengenai Kepemimpinan ……… 41

9. Tanggapan Responden Mengenai SDM ……… 42

10. Tanggapan Responden Mengenai Sarana ……… ……….…. 42

11. Tanggapan Responden Mengenai Anggaran …… ……… 43

12. Tanggapan Responden Mengenai Metode Pengendalian Manajemen ……. 43

13. Tanggapan Responden Mengenai Akuntabilitas dan Kinerja……….……... 44

14. Ringkasan Analisis Regresi Sederhana Kepemimpinan Terhadap GG …… 45

15. Ringkasan Analisis Regresi Sederhana SDM Terhadap GG ……… 45

16. Ringkasan Analisis Regresi Sederhana Sarana Terhadap GG ………..…… 46

17. Ringkasan Analisis Regresi Sederhana Anggaran Terhadap GG ………..… 47

18. Ringkasan Analisis Regresi Sederhana MPM Terhadap GG ……… 47

19. Ringkasan Analisis Regresi Berganda antara Kepemimpinan, SDM, Sarana, Anggara dan Metode Pengendalian Manajemen Terhadap GG…… 48

20. Rekapitulasi Pernyataan Responden terhadap Variabel Faktor-Faktor yang mempengaruhi penerapan GG………...………. 49


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman.

1. Kerangka Pikir Penelitian ... ... 19 2. Struktur Organisasi Puslitbang Tanaman Pangan……… 26


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman.

1. Halaman Permohonan Kuesioner ...……… 54

2. Daftar Pertanyaan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Good Governance. 55 3. Daftar Pertanyaan Penerapan Good Governance ... 57

4. Ringkasan Analisis Regresi Kepemimpinan (X1) terhadap Good Governance (Y)……….……….. 58

5. Ringkasan Analisis Regresi Sumber Daya Manusia (X2) terhadap Good Governance (Y) ...………... 59

6. Ringkasan Analisis Regresi Sarana dan Prasarana (X3) terhadap Good Governance (Y)... 60

7. Ringkasan Analisis Regresi Sumber Dara (Anggaran) (X4) terhadap Good Governance (Y) ………..……… 61

8. Ringkasan Analisis Regresi Metode dan Kebijakan Pengendalian Manajemen (X5) terhadap Good Governance (Y)……………. 62

9. Ringkasan Analisis Regresi Berganda Variabel X1, X2, X3, X4, X5 terhadap Good Governance (Y) ………….....……… 63

10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ……… 64

11. Definisi Operasional Variabel ………. 65

12. Rekapitulasi Pernyataan Responden Terhadap Variabel X dan Y ……….. 67

13. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepemimpinan….. 69

14. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Variabel SDM ……….. 71

15. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Variabel Sarana ……… 73

16. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Variabel Anggaran ………… 75

17. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Variabel Metode……… 77

18. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Variabel GG ………. 79

19. Alur Pikir Study ……….. 81

20. Diagram Sebab Akibat………. 82


(12)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah Pusat maupun Daerah di Indonesia setelah memasuki era reformasi, dihadapkan pada kenyataan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Oleh karena itu, tidak dapat dihindari bahwasannya pemerintah perlu melakukan perubahan dan pembenahan manajemen pemerintahannya. Perubahan dan pembenahan yang dimaksud akan terwujud jika pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya dengan paradigma baru manajemen pemerintahannya. Artinya jika selama ini pemerintahan belum sepenuhnya memperdulikan kepentingan dan kebutuhan masyarakat, maka dalam era baru manajemen pemerintahan ini menjadi obyek sekaligus subyek manajemen pemerintahan.

Di sisi lain, dengan adanya tuntutan untuk terwujudnya tata kelola kepemerintahan

yang baik yang selanjutnya disebut good governance (GG), pemerintah kembali dituntut

untuk mampu menata kembali pola-pola kerja yang dilakukan selama ini. Dengan kata lain, tuntutan untuk terwujudnya pemerintahan yang baik ini, pemerintah diharapkan mampu menjaga sinergitas dengan komponen pemerintahan lainnya, yaitu masyarakat dan dunia

usaha. Oleh karena itu, pemerintah (government/state) dalam menjalankan aktivitas

pemerintahannya dituntut untuk selalu transparan dan akuntabel.

Reformasi ini diartikan sebagai reformasi yang menyeluruh diberbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, seperti politik, hukum, ekonomi, sosial, dan budaya. Semangat reformasi telah mewarnai pendayagunaan aparatur negara dengan tuntutan untuk mewujudkan administrasi yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara, dengan mempraktekan prinsip-prinsip good governance. Selain itu, masyarakat menuntut agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam menanggulangi korupsi. Kolusi dan nepotisme (KKN) sehingga tercipta pemerintahan yang bersih dan mampu menyediakan public goods and services.

Proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melakukan penyediaan public goods and services disebut governance (kepemerintahan atau pemerintahan) sedang praktek


(13)

terbaiknya disebut tata kelola kepemerintahan yang baik. Agar good governance menjadi kenyataan dan sukses, dibutuhkan komitmen dari semua pihak pemerintah dan masyarakat. Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi dan integritas yang baik, profesionalisme, etos kerja dan moral yang tinggi.

Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka ini, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat terukur dalam akuntabilitas publik.

Akuntabilitas dalam prinsip good governance berarti setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Untuk aparatur pemerintah akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi tanggungjawab manajerial pada tiap tingkatan. Masing-masing individu pada tiap jajaran aparatur bertanggungjawab atas setiap kegiatan yang dilaksanakan pada bagiannya. Konsep inilah yang membedakan adanya kegiatan-kegiatan yang terkendali (controllable activities) dan kegiatan yang tidak terkendali (uncontrollable activities). Kegiatan yang terkendali merupakan kegiatan yang secara nyata dapat dikendalikan oleh seseorang atau suatu pihak, ini berarti kegiatan tersebut benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan hasilnya dinilai oleh pihak yang berwenang. Dalam birokrasi pemerintah, akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah tersebut untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan.

Dalam kaitannya dengan akuntabilitas Puslitbang Tanaman Pangan melakukan pertanggungjawaban terhadap seluruh kegiatannya melalui instrumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Hasil akhir dari seluruh kegiatan yang berlangsung selama periode waktu tertentu dipertanggungjawabkan kepada para pihak yang melakukan pemeriksaan baik unsur internal (Inspektorat Jendeal) maupun eksternal (Badan Pemeriksa Keuangan).


(14)

Penerapan good governance di Puslitbangtan masih terdapat kelemahan yang cukup

mendasar terutama dari aspek operasional seperti :

1. Proses penyusunan rencana pembiayaan kegiatan tidak dilakukan perhitungan yang

cermat terhadap jenis dan tipe kegiatan yang menjadi prioritas atau kegiatan yang bersifat rutin, akibatnya penyerapan beberapa jenis belanja menjadi rendah.

2. Untuk jenis pengadaan barang dan jasa metode e-procurement belum dilaksanakan

secara optimal, hal tersebut memungkinkan terjadinya KKN.

3. Proses perencanaan kegiatan yang dananya bersumber dari hibah dari IPNI Malaysia

tidak dilakukan perlakuan secara wajar dari sisi pencatatan administratif keuangan, akibatanya terjadi kesulitan perekaman data kegiatan kerjasama terutama dalam penysunan laporan keuangan.

4. Sumber Daya Manusia (SDM) diantaranya yang menangani database kurang memadai

kemampuannya terutama untuk menangani tugas-tugas teknis sehingga menyulitkan saat terjadi permintaan terhadap jenis data tertentu. Hal itu disebabkan karena untuk jenis pekerjaan tertentu yang membutuhkan kemampuan teknis tinggi tidak ditangani oleh orang yang mempunyai kualifikasi dalam bidang itu.

1.2. Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penerapan good governance serta.

2. Bagaimana upaya yang dilakukan.

1.3. Tujuan Penelitian.

1. Mengidentifikasi upaya penerapan good governance di Puslitbang Tanaman Pangan

2. Menganalisis seberapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan good

governance di Puslitbang Tanaman Pangan.

1.4. Manfaat Penelitian.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan kontribusi pemikiran bagi Puslitbang Tanaman Pangan untuk perbaikan

penerapan good governance.


(15)

1.5. Batasan Penelitian.

Puslitbang Tanaman Pangan sebagai organisasi pemerintahan telah melaksanakan good governance (GG), namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa unsur yang belum tercapai terutama dari aspek kepemimpinan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, anggaran, metode kerja dan kebijakan pengendalian manajemen. Penelitian ini memfokuskan pada penerapan good governance sebagai variabel terikat (Y) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai variabel bebas (X). Variabel terikat (Y) terdiri dari sub variabel

akuntabilitas (Y1) dan kinerja organisasi (Y2). Sedangkan variabel bebas (X) akan dianalisa dari

aspek operasional dengan sub variabel kepemimpinan (X1), SDM (X2), sarana prasarana (X3),

anggaran (X4), metode kerja dan kebijakan pengendalian manajemen (X5). Variabel-variabel

akan dianalisis menyangkut ada tidaknya serta seberapa besar hubungan antara penerapan GG (Y) dengan faktor faktor yang mempengaruhi (X).


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Governance (Pemerintahan atau Kepemerintahan)

Tjokromidjojo (2000) menyatakan bahwa governance artinya adalah memerintah, menguasai, mengurus. Governance, yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi gun mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warg dan kelompok-kelompok msyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, emmenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka (UNDP : 2003 : 23)

Tuntutan masyarakat untuk mewujudkan good governance pada sektor pemerintah

sudah merupakan keharusan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi, karena saat ini sudah meningkat kesadaran bernegara dikalangan masyarakat. pada masa reformasi ini masyarakat dimungkinkan untuk mengeluarkan aspirasinya, sehingga tuntutan tersebut semakin jelas ke permukaan. Hal tersebut diakibatkan tingkat kepercayaan masyarakat terutama kepada Pemerintah sudah berada pada titik yang mengkhawatirkan.

Alasan yang paling utama terhadap ketidak percayaan rakyat kepada pemerintah, adalah dengan ketidak efisienan pemerintah dalam penggunaan uang, penghamburan uang yang terjadi untuk pembelanjaan yang tidak semestinya. Oleh karenanya pemerintah harus berupaya sekuat tenaga untuk mengembalikan kepercayaan rakyat yang telah hilang itu, reformasi disemua lini organisasi pemerintah harus segera dilakukan. ditambah dengan adanya tekanan arus globalisasi saat ini yang membuat dunia tanpa batas lagi, hubungan organisasi tidak terbatas hanya dalam satu negara tetapi antar negara dan bangsa. Dengan demikian, agar tidak tergantung oleh negara maju dan tertindas oleh arus globalisasi tersebut, pemerintah Indonesia harus segera membenahi dirinya dengan melakukan reformasi total dibidang administrasi dan aparaturnya.

Reformasi total di tubuh organisasi pemerintah merupakan upaya untuk menciptakan

good governance, seperti yang didambakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia dengan

melibatkan semua pelaku tata pemerintahan. Banyak orang awam yang belum dapat

membedakan perbedaan pengertian governance dengan Government, arti secara harfiah


(17)

Terdapat bentuk ketentuan tugas dan kewenangan didalam governance atau tata pemerintahan itu, ada manajer dan para birokrat yang mengelola tata pemerintahan tersebut. Dan semuanya itu disebut publik, tapi hanya sebagian dari semua itu merupakan Pemerintahan. Jadi jelas, bahwa government atau pemerintah hanya bagian dari governance atau tata pemerintahan.

Pengertian tata kelola kepemerintahan (governance) di dalam suatu negara menurut

UNDP (UNDP Global Intranet, 2003), adalah :

“Tata kelola dapat dilihat sebagai pelaksanaan otoritas ekonomi, politik dan administratif untuk mengelola urusan negara di semua tingkatan. Ini terdiri dari mekanisme, proses dan melalui lembaga-lembaga yang warga negara dan kelompok mengartikulasikan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum mereka, memenuhi kewajiban mereka dan menengahi perbedaan”

Dari definisi tersebut memperlihatkan bahwa governance mempunyai tiga kaki (three

legs), yaitu : economic, political dan administrative. Economic governance, termasuk proses

pembuatan keputusan yang mempengaruhi semua aktifitas ekonomi negara dan hubungannya

dengan kegiatan ekonomi lainnya. Political governance, adalah proses pembuatan keputusan

untuk merumuskan kebijakan. Administrative governance, merupakan pelaksanaan sistem

kebijakan. Dengan mencakup ketiganya, good governance menetapkan proses-proses dan

struktur yang menuntun hubungan politik dan sosio-ekonomi (UNDP Global Intranet, 2003).

Dari penjelasan tersebut, maka pelaksanaan tata pemerintahan (governance) mencakup

tiga pilar utama (domain), yakni sektor pemerintahan (state); sektor swasta (private

sector-pelaku bisnis); dan masyarakat umum (civil society). Ketiga domain tersebut barada didalam

pergaulan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Sektor pemerintah lebih banyak memainkan peranan sebagai pembuat kebijakan, pengendalian dan pengawasan. Sektor swasta lebih banyak berkecimpung dan menjadi penggerak aktivitas dibidang ekonomi. Sedangkan masyarakat umum merupakan obyek sekaligus subyek dari sektor pemerintah maupun sektor swasta, karena di dalam masyarakatlah terjadi interaksi dibidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya (Wasistiono, 2002:31).

Ketiga domain tersebut merupakan jaringan kerja dari kegiatan yang mencakup ruang lingkup yang luas dari organisasi publik – yaitu organisasi pemerintah, non-pemerintah, organisasi yang berorientasi profit, non-profit, organisasi negara dan organisasi partai politik. Jadi domain dari tata pemerintahan sangat luas. Kesinergian dari jaringan kerja semua pihak


(18)

kinerja yang baik, sehingga pada akhirnya akan mewujudkan harapan semua pihak, yakni Tata

Pemerintahan yang baik (good governance). Hal tersebut merupakan perwujudan dari kondisi

penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi yang langka, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin

anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya kewiraswastaan (Biro

Organisasi Departemen dalam Negeri, 2001). Kondisi Tata Pemerintahan yang baik (good

governance) dapat terwujud, apabila kesinergian kinerja para pelaku Tata Pemerintahan telah

melaksanakan unsur-unsur atau karakteristik good governance dengan baik.

2.2. Unsur-Unsur Good Governance

Unsur utama good governance yaitu partisipasi, supremasi hukum dan transparansi. Dalam pelaksanaannya ketiganya merupakan aspek-aspek yang dapat menjadi indikator dari penerapan good governance untuk setiap entitas pengelolaan kegiatan suatu organisasi. Pelaksanaan kegiatan suatu organisasi Pemerintah dianggap akuntabel, apabila melibatkan peran serta atau partisipasi masyarakat dalam setiap tahap pelaksanaannya. Disamping itu, dalam proses penyusunan dan pelaksanaan kegiatan seharusnya disertai dengan semangat penegakan hukum yang berlaku. Serta terbuka (Transparan) dalam pelaksanaan program-program yang berkaitan dengan kebijakan publik. (Wasistiono, 2002).

Adapun unsur-unsur good governance menurut United Nation of Development

Programme (UNDP Policy document, (UNDP Global Intranet, 2003 dan di dalam Partnership

for governance reform, 1997) adalah :

1. Partisipasi, semua pria dan wanita mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik

secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.

2. Supremasi hukum. Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu,

terutama hukum-hukum yang menyangkut hak azasi manusia.

3. Transparansi, transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses


(19)

berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

4. Cepat tanggap, lembaga-lembaga dan seluruh proses Pemerintahan harus berusaha melayani

semua pihak yang berkepentingan.

5. Membangun konsensus, Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan yang

berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.

6. Kesetaraan, semua pria dan wanita mempunyai kesempatan memperbaiki atau

mempertahankan kesejehateraan mereka.

7. Efektif dan efisien, proses Pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesua

kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.

8. Akuntabilitas atau bertanggung jawab, para pengambil keputusan di Pemerintah, sektor

swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembagalembaga yang berkepntingan. Bentuk pertanggung-jawaban tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan dan dari apakah keputusan organisasi tersebut bersifat ke dalam atau keluar.

9. Visi Strategis, para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh

kedepan atas Tata Pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan aa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejahteraan, sosial dan budaya yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

Dilihat dari uraian unsur-unsur Tata Pemerintahan yang baik tersebut, tampak bahwa kesembilan unsur dimaksud saling memperkuat dan tidak dapat berdiri sendiri. Setiap unsur dapat mempengaruhi unsur lainnya, seperti unsur akuntabilitas akan berhasil ditegakkan apabila unsur-unsur lainnya seperti partisipasi, transparansi dan penegakan hukum telah benar-benar dilaksanakan dengan baik. Dengan kata lain, akuntabilitas kinerja suatu organisasi penyelenggara negara merupakan hal yang terpenting menuju Tata Pemerintahan yang baik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa wujud good governance adalah penyelenggaraan

negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga kesinergian


(20)

karena good governance meliputi sistem administrasi negara, maka upaya mewujudkan good

governance atau Tata Pemerintahan yang baik juga merupakan upaya melakukan

penyempurnaan pada sistem administrasi negara yang berlaku pada suatu negara secara menyeluruh.

2.3. Impementasi Prinsip Good Governance

Good governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan

dan mengelola pemerintahan serta urusan-urusan publik dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja organisasi pemerintah. Akutabilitas dapat diukur secara kualitatif berdasarkan audit yang dilakukan secara internal maupun eksternal sedangkan dan kinerja organisasi pemerintah dapat diukur secara kuantitatif berdasarkan capaian kinerja sesuai target

yang ditetapkan. Secara garis besar, penerapan prinsip-prinsip Good Governance akan

meningkatkan akuntabilitas dan kinerja dengan cara penerapan keterbukaan, profesional dan memegang nilai moral yang tinggi dalam pengambilan keputusan. Prinsip-prinsip tersebut dapat diuraikan lebih lanjut:

1. Meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil

2. Mendorong pengelolaan pemerintahan secara profesional, transparansi dan efisien, serta memberdayakan fungsi manajemen.

3. Mendorong manajemen dalam proses pengambilan keputusan dan menjalakan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab.

2.4. Upaya Penerapan Good Governance 2.4.1. Akuntabilitas

Penerapan good governance di Indonesia sesuai dengan UU No.28 Tahun 1999 pada pasal 3 menyebutkan bahwa asas-asas umum penyenggaraan negara meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan hukum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas dan asas akuntabilitas.

Selanjutnya menurut penjelasan pasal 3 dinyatakan bahwa :--- Yang dimaksud dengan asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau


(21)

rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Akuntabilitas dalam bidang keuangan ditandai dengan lahirnya paket undang-undang dalam pengelolaan keuangan negara memberikan wewenang yang lebih besar kepada departemen teknis/lembaga sehingga menuntut tanggung jawab pengguna anggaran dalam meningkatkan akuntabilitas dalam pelaksanaan anggaran (Nasution dalam Soefihara, 2005).

Penerapan akuntabilitas organisasi yang merupakan salah satu prinsip good governance

sebagai wujud pertanggungjawaban terhadapa masyarakat. Secara harfiah akuntabilitas

(accountability) dapat diartikan sebagai “pertanggungjawaban”. Namun penerjemahan secara

sederhana ini dapat mengaburkan arti dari kata accountability itu sendiri bila telah dikaitkan

dengan pengertian akuntansi dan manajemen. Governmental Accounting Standard Board

(GASB) yang dikutip dari Bastian (2001) mendefinisikan istilah accountability sebagai “the

requirment for government to answer to the citizenry-to justify the raising of public resources

and the purpose for which they are used”.

Budiardjo (2002) mendefinisikan akuntabilitas sebagai “pertanggungjawaban pihak yang diberi mandate untuk memerintah kepada mereka yang memberi mandat. Akuntabilitas bermakna pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan sekaligus menciptakan

kondisi saling mengawasi (checks and balances system).

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban, (LAN RI,1999).

Upaya penerapan akuntabilitas pada instansi pemerintah yang merupakan elemen kunci dalam implementasi good governance yaitu dengan diberlakukannya Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sedangkan alat ukurnya berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Inpres No.7/1999. Menurut LAN RI 2000, Lakip adalah media pertanggung jawaban yang isinya juga mencakup perencanaan strategis (Renstra) dan kinerja.


(22)

Dalam penelitian ini akan dibahas beberapa indikator pencapaian kinerja organisasi Puslitbang Tanaman Pangan dalam upaya menerapkan good governance dengan cara mengukur indikator sebagai berikut :

1. Implementasi mekanisme sistem akuntabilitas

- Pemisahan fungsi rutin dan fungsi fungsonal

2. Transparansi kegiatan

- Transparansi dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)

3. Perencanaan serta strategi berorientasi output dan

- Renstra dengan output manajemen, penelitian dan pengembangan.

4. Strategi langkah dalam pelaksanaan kegiatan.\

- Strategi program penelitian dan non penelitian.

2.4.2. Kinerja Organisasi

Organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia, yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, yang sebagai suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas,sehingga bias dipisahkan secara tegas dari lingkungannya. (Lubis & Huseini,1987).

Kinerja organisasi yang tinggi adalah suatu kesatuan dari tenaga kerja yang memproduksi barang dan jasa yang diiinginkan pada kualitas yang leboih tinggi dengan penggunaan sumber daya yang sama atau lebih sedikit. Produktivitas dan kualitas mereka meningkat secara berkesinambungan dari hari ke hari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun, membawa kepada pencapaian misi mereka (organisasi).

Komponen yang dapat diketahui dari pengertian kinerja organisasi di atas antara lain : a. Keterlibatan seluruh komponen organisasi yang akan menghasilkan kinerja yang baik. b. Kerja sama harus terjalin agar organisasi dapat menyelenggarakan interaksi lintas lintas

sector (sector publik dan sector privat).

c. Pencapaian misi organisasi adalah tujuan setiap organisasi.

d. Daya saing yang tinggi ditandai dengan tetap eksisnya organisasi tersebut dari waktu ke waktu.

e. Dinamis dalam pengembangan organisasi yaitu kesinambungan dalam pengembangan organisasi.


(23)

Menurut Osborne and Gaebler (1995) kinerja organisasi publik harus memenuhi beberapa indikator yaitu :

a) Produktivitas : Sistem organisasi harus memberikan pelayanan mudah, tepat waktu, akurat

dan memperhatikan efektivitas dalam memberikan informasi yang dibutuhkan.

b) Responsivitas : Kesanggupan sistem organisasi untuk membantu dan memberikan pelayanan

secara cepat dan tepat serta tanggap terhadap keinginan dan harapan pengguna sistem tersebut.

c) Responsibilitas : Kemampuan sistem organisasi tersebut untuk memberikan pelayanan yang

terpercaya dan sesuai dengan yang dijanjikan serta bertanggungjawab.

d) Akuntabilitas : Hasil informasi dari sistem organisasi tersebut harus mampu memberikan

hasil yang dapat dipercaya dan bertanggungjawab serta dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa indikator yang ada di Puslitbang Tanaman Pangan akan dilihat dari aspek dibawah ini :

1. Pertanggung jawaban dalam pelaksanaan pekerjaan

- Pertanggung jawaban kegiatan Penelitian - Pertanggung jawaban kegiatan Struktural 2. Keterbukaan informasi

- Akses informasi bagi pengguna (user) yang hendak memanfaatkan informasi hasil-hasil penelitian

3. Dasar hukum pelaksanaan

- Landasan hukum pelaksanaan kegiatan mencakup pengelolaan SDM, Aset, Anggaran, Program, Evaluasi dan Monitoring serta Publikasi dan Pendayagunaan Hasil Penelitian 4. Pelayanan masyarakat

- Pelayanan informasi mencakup penelusuran kepustakaan, akses website serta berbagai publikasi hasil penelitian

5. Kebebasan berpartisipasi

- Pertemuan rutin antara unsur manajemen dengan karyawan - Mengemukanan pendapat

6. Hasil Sesuai terget yang diharapkan

- Bidang Penelitian (varietas, sistem mutu laboratorium)


(24)

2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Penerapan Good Governance

Bintoro (2000) mengemukakan bahwa perkembangan kearah good governance bisa dilihat dari perkembangan ilmu urusan administrasi pemerintah tentang bagaimana mengurus suatu pemerintahan yang baik, kepegawaian negeri yang efisien dan efektif, perumusan tujuan pemerintahan, kepemimpinan dan penggerakan aparatur pengawasan dan sebagainya. Dari pandangan ini dapat dikatakan bahwa good governance erat kaitannya dengan kepemimpinan dan pendayagunaan seluruh sumber daya yang dimiliki organisasi secara efektif dan efisien ditunjang dengan kemampuan penyelenggaraan administrasi yang terintegrasi.

Pengertian sumber daya sebagai faktor yang berpengaruh dalam penerapan good governance meliputi 1) Kepemimpinan, 2) sumber daya manusia, 3) sarana dan prasarana, 4) anggaran, 5) metode kerja kebijakan dan pengendalian manajemen. Artinya kepemimpinan dan sumber daya organisasi mempengaruhi secara langsung dalam upaya penerapan good governance yang diimplementasikan melalui sistem akuntabilitas.

1) Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.

Pengaruh kepemimpinan dalam tujuan organisasi ditujukan untuk menjelaskan wewenang seorang pemimpin terhadap bawahannya dalam pelaksanaan dan implementasi tugas dan fungsi seorang bawahan. Disamping itu kegiatan pengarahan yang dilakukan seorang pemimpin menyangkut penjelasan tugas operasional serta pembagian tugas yang sesuai dengan komptetnsi bawahan, kemampuan tersebut harus dimiliki oleh seorang pemimpin

Dalam penelitian ini tidak akan dibahas mengenai type, jenis serta model kepemimpinan pada umumnya. Hal yang menjadi bahasan dalam penelitian ini yaitu kompetensi seorang pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi menggunakan indikator sebagai berikut :

1. Adakah hirarki yang memberi petunjuk tentang wewenang dan tanggung jawab;

- Pendelagasian tugas dijabarkan dalam job description

2. Implementasi tugas dan fungsi telah sesuai dengan yang diharapkan;


(25)

3. Pimpinan selalu mengarahkan kegiatan yang berhubungan dengan tugas bawahan; - Petunjuk teknis petunjuk pelaksanaan tugas.

4. Pimpinan selalu menciptakan iklim yang kooperatif dengan bawahan;

- Pertemuan rutin membahas capaian kinerja per unit tugas.

5. Pimpinan mempunyai kemampuan yang memadai.

- Kemampuan mengorganisasi.

2) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.

Dalam kaitan ini peneliti tidak membahas perspektif SDM secara umum melainkan lebih kepada kemampuan SDM secara spesifik dalam tugasnya sebagai aparatur pemerintah. Sebagai aparatur pemerintah khsusnya yang bekerja pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, peneliti ingin mengetahui kompetensi SDM dengan analisis indikator sebagai berikut :

1. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki

- Sesuai tidaknya kompetensi SDM dalam menangani tugas-tugas tertentu.

2. Tingkat kedisiplinan dalam melaksanakan tugas

- Ketepatan waktu dan hasil sesuai target.

3. Tingkat pendayagunaan sumber daya

- Apakah seluruh sumber daya yang ada telah dimanfaatkan

4. Pembinaan pegawai


(26)

5. Kemampuan bekerjasama dalam tim

- Mampu tidaknya bekerja dalam sebuah tim.

6. Tanggungjawab yang dimiliki

- Rasa tanggung jawab yang tinggi dalam menyelesaikan tugas.

3) Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat/media dalam mencapai maksud atau tujuan sedangkan prasarana adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha organisasi agar tujuan tercapai.. Pembangunan maupun pengembangan sarana dan prasarana organisasi ini mengacu tugas pokok dan fungsi organisasi, sehingga misi, tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Demikian pula kegiatan pengadaan, pengoperasian, perawatan dan perbaikan alat sangat diperlukan agar peralatan dapat dioperasikan dengan baik.

Sarana mempunyai ruang lingkup mencakup perabotan dan peralatan yang diperlukan sebagai kelengkapan setiap gedung/ruangan dalam menjalankan fungsinya untuk meningkatkan mutu efektifitas pekerjaan. Sedangkan ruang lingkup prasarana mencakup bangunan gedung kantor dan bangunan pendukung untuk operasional organisasi pada umumnya.

Dalam penelitian ini terdapat penulis hendak mengkaji sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasional organisasi Puslitbang Tanaman Pangan dengan indikator sebagai berikut :

1. Tersedianya peralatan yan'g menunjang kelancaran pelaksanaan tugas

- Apakah peralatan penunjang cukup tersedia.

2. Pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan

- Bagaimana penggunaan dan pemanfaatan serta pemeliharaannya

3. Lengkap dan tidaknya sarana dan prasarana yang tersedia.

- Kelengkapan jenis dan jumlah peralatan .

4) Sumber Dana Anggaran

Anggaran adalah instrumen yang sangat potensial bagi Pemerintah untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan, dan penggunaannya berdasarkan hukum yang berlaku. Ruang lingkup anggaran tergantung dari aktivitas Pemerintah, tetapi juga harus dalam bentuk yang memungkinkan publik dapat meneliti dengan seksama atas kebijakan-kebijakan Pemerintah tersebut. Sehingga unsur akuntabilitas sudah harus diimplikasikan dalam pengelolaan anggaran, karena Pemerintah diawasi oleh parlemen dan rakyat secara langsung. Pengawasan oleh rakyat merupakan salah satu perwujudan dari partisipasi dan kepedulian rakyat dalam mengawasi


(27)

kinerja Pemerintah, hal itu merupakan kehendak rakyat menuju Tata Pemerintahan yang baik. (Barata dan Trihartanto : 2004 : 22).

Anggaran merupakan kemampuan memperoleh dan mengalokasikan dana untuk pelaksanaan program/kegiatan agar tujuan organisasi tercapai sesuai yang diharapkan. Anggaran negara yang diformulasikan dalam bentuk Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran mencakup seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan selama periode tertentu. Ketersediaan anggaran yang memadai untuk pencapaian target yang ditetapkan akan sangat membantu. Disamping anggaran yang bersumber dari pemerintah, sebuan organisasi dimungkinkan mencari sumber pembiayaan dari nonpemerintah dalam hal ini kerjasama dengan pihak lain untuk membiayai suatu kegiatan yang dananya tidak terakomodir dalam anggaran pemerintah.

Ketersediaan anggaran dalam pencapaian target yang ditetapkan serta kemungkinan sumber pendanaan lain selain yang bersumber dari pemerintah, yang hendak diteliti lebih jauh dalam penelitian ini. Dengan indikatornya sebagai berikut:

1. Jumlah alokasi dana yang tersedia mencukupi

- Kecukupan alokasi dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

2. Seluruh kegiatan dapat dibiayai dari dana yang ada

- Apakah seluruh kegiatan dapat dibiayai dari alokasi dana yang tersedia

3. Ada tidaknya sumber dana selain dana DIPA

- Apakah dibutuhkan sumber pembiayaan lain selain DIPA

6) Metode dan Kebijakan Pengendalian Manajemen.

Metode adalah cara yang dipakai dalam melaksanakan pekerjaan. Metode dapat berupa standar operasional prosedur (SOP) yang berisi panduan dan tata cara pelaksanaan tugas operasional. Metode operasional organisasi pemerintah bersumber dari peraturan-peraturan yang ditetapkan. Kebijakan dapat diartikan sebagai keputusan yang dibuat manajemen untuk kepentingan organisasi, sementara pengendalian manajemen adalah cara untuk melakukan evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan agar berjalan sesuai terget yang ditetapkan. Dalam kaitan ini, keteraturan metode yang dipakai dengan kebijakan yang dibuat akan dievaluasi sebagai bentuk pengendalian manajemen terhadap pelaksanaan kegiatan.

Penelitian ini akan meneliti keteraturan metode, kebijakan serta evaluasi dalam pencapaian target yang telah ditetapkan melalui penetapan beberapa indikator sebagai berikut:


(28)

Kesesuaian dengan Tupoksi unit kerja

2. Kebijakan pelaksanaan kegiatan

- Surat Pelaksanaan Kegiatan

3. Kegiatan yang dilaksanakan mengacu pada visi misi

- Apakah tugas sesuai dengan renstra unit kerja

4. Prosedur kegiatan

- SOP

5. Laporan pelaksanaan kegiatan

- Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Setyo (2007) tentang Analisis Pelaksanaan Anggaran Di

Tinjau Dari Prinsip-Prinsip Good Governance di Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian membahas pelaksanaan anggaran negara secara efektif dan efisien, antara lain

melalui penerapan sistem anggaran terpadu (unified budget), penggunaan kerangka pengeluaran

jangka menengah dalam penyusunan anggaran (Medium Term Expenditure Framework –

MTEF) serta penerapan sistem penganggaran yang berbasis kinerja (performance based budget)

yang dikaitkan dengan bagaimana penerapan prinsip-prinsip good governance dalam

pelaksanaan anggaran di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Kesimpulan dari

hasil penelitian adalah Prinsip-prinsip good governance mempunyai hubungan dengan

efektivitas pelaksanaan anggaran. Prinsip-prinsip good governance dalam penyusunan,

pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran

Hidayat (2009) yang melakukan penelitian tentang analisis terhadap implementasi dan hambatan dalam mewujudkan good corporate governance meneliti seberapa besar dampak yang dapat diambil perusahaan yang menerapkan good corporate governance dalam pelaksanaan operasional perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi aspek akuntabilitas, tanggung jawab, transparansi, independensi, serta efektifitas dan efisiensi dalam pengukuran kinerja perusahaan.


(29)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Reformasi menyeluruh di tubuh organisasi Pemerintah merupakan upaya untuk

menciptakan good governance, seperti yang didambakan oleh seluruh lapisan masyarakat

Indonesia dengan melibatkan semua pelaku Tata Pemerintahan. Banyak orang awam yang

belum dapat membedakan perbedaan pengertian governance dengan Government, arti secara

harfiah governance adalah Tata Pemerintahan, sedangkan government adalah Pemerintah.

Puslitbang Tanaman Pangan sebagai organisasi pemerintahan telah melaksanakan good governance atau tata pemerintahan yang baik. Hal tersebut merupakan perwujudan dari penyelenggaraan manajemen yang akuntabel. Akuntabilitas kinerja Puslitbang Tanaman Pangan sebagai penyelenggara pemerintahan dalam bidang Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan merupakan hal yang terpenting menuju Tata Pemerintahan yang baik.

Namun demikian, dalam pelaksanaan penerapan good governance di Puslitbangtan

masih terdapat beberapa unsur yang belum tercapai terutama dari aspek operasional seperti :

(1) Proses penyusunan rencana pembiayaan kegiatan tidak dilakukan perhitungan yang cermat terhadap jenis dan tipe kegiatan yang menjadi prioritas atau kegiatan yang bersifat rutin, akibatnya penyerapan beberapa jenis belanja menjadi rendah.(2) Untuk jenis pengadaan barang dan jasa metode e-procurement belum dilaksanakan secara optimal, hal tersebut memungkinkan terjadinya KKN. (3) Proses perencanaan kegiatan yang dananya bersumber dari hibah dari IPNI Malaysia tidak dilakukan perlakuan secara wajar dari sisi pencatatan administratif keuangan, akibatanya terjadi kesulitan perekaman data kegiatan kerjasama terutama dalam penysunan laporan keuangan. (4) Sumber Daya Manusia (SDM) diantaranya yang menangani database kurang memadai kemampuannya terutama untuk menangani tugas-tugas teknis sehingga menyulitkan saat terjadi permintaan terhadap jenis data tertentu.


(30)

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

PUSLITBANGTAN

Akuntabilitas

(Y1)

Kelemahan Penerapan GG (Aspek Operasional) Penerapan GG (Y)

(ISO 9001:2008)

Analisis Faktor yang berpengaruh (X1), (X2), (X3), (X4), (X5)

-Statistik (SPSS, MS Excell) -Deskriptif

Faktor Berpengaruh terhadap penerapan GG

Umpan Balik

Kinerja


(31)

3.2. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2010 di kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Jl.Merdeka No. 147 Bogor

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksplanasi yang bertujuan menjelaskan sebarapa kuat pengaruh kepemimpinan, SDM, sarana, dana dan metode pengendalian manajemen variabel (X) terhadap akuntabilitas dan kinerja variabel (Y) dengan metode analisis deskriptif dan analisis statistik. Analisis deskriptif yaitu menjelaskan persepsi responden atas pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner. Sedangkan analisis statistik yaitu menjelaskan seberapa kuat hubungan antara variabel (X) terhadap variabel (Y).

3.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

3.4.1. Penelitian kepustakaan (library research)

Yaitu mempelajari data yang berkaitan dengan topik penelitian, dalam hal ini menyangkut seluruh aspek yang berkaitan dengan penerapan good governance. Study pustaka meliputi penelusuran buku, artikel, laporan, peraturan serta data dukung lainnya yang telah dipublikasikan.

3.4.2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan di lingkungan kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan dengan cara menyebar kuesioner kepada responden yang ditetapkan dan disusun secara tertutup. Artinya kuesioner telah diberi alternatif jawaban sehingga responden hanya memilih salah satu dari alternatif jawaban yang paling mendekati kebenaran dengan masalah yang ditanyakan. Responden yang ditetapkan adalah responden yang memahami permasalahan yang sedang diteliti serta faktor yang mempengaruhinya. Responden berasal dari seluruh unit kerja di lingkungan Puslitbangtan berdasarkan jabatan. Responden yang dipilih berjumlah 68 orang (Karakteristik Responden pada daftar lampiran)


(32)

3.4.3. Wawancara mendalam (indeepth interview)

Wawancara dilakukan hanya untuk memperkuat jawaban responden yang dianggap kurang tegas dalam mengisi jawaban pada lembar kuesoner.

3.5. Populasi dan Sample 3.5.1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah unsur pimpinan dan pegawai pada lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan yang berjumlah 583 orang yang tersebar di 5 unit kerja.

3.5.2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sejumlah populasi yang dianggap mewakili dalam upaya penerapan good governance berjumlah 68 orang dengan teknik pengambilan sample purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik yang digunakan

penulis dalam penelitian ini karena 68 orang yang diteliti tersebut dianggap memiliki

informasi yang diperlukan bagi penelitian ini dan berperan cukup signifikan dalam upaya

penerapan GG dengan sebaran jumlah sample terdiri dari 2 orang pejabat eselon II, 8 orang pejabat eselon III, 16 orang eselon IV dan 42 orang karyawan yang membidangi kegiatan TU, Program dan KSPHP.

3.6. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

1. Variabel terikat : Good Governance (Y)

- Akuntabilitas (Y1) dan Kinerja (Y2)

2. Variabel Bebas : Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan GG (X)

- Kepemimpinan (X1), SDM (X2),Sarana (X3), Anggaran (X4), Metode dan Pengendalian Manajemen (X5)

3.7. Instrumen Penelitian dan Pengukurannya.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disebar ke seluruh responden sebanyak 68 orang dengan metode penilaian menggunakan skala likert. Metode ini merupakan pernyataan sikap responden sebagai dasar penentuan nilai skalanya mencakup 5 jenis alternatif jawaban yaitu Sangat setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju


(33)

(TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Nilai yang diberikan untuk masing-masing alternatif jawaban yaitu SS=5, S=4, KS=3, TS=2, STS=1. Pengukuran butir pernyataan responden dengan cara mengkalikan setiap butir nilai pernyataan responden dengan skor nilai yang diberikan untuk setiap kategori jenis jawaban.

3.8. Uji Validitas dan Reliabiitas

3.8.1. Uji Validitas

Validitas instrumen diuji dengan menggunakan korelasi skor butir dengan skor total product moment Karl’s Pearson. Analisis dilakukan terhadap semua butir instrumen. Kriteria pengujiannya dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan rtabel pada taraf

α=0,05 dengan rumus korelasi product moment Karl’s Pearson.

rxy = n

Σ

xy – (

Σ

x) (

Σ

y)

………... (1)

√ {n

Σ

x

2

- (

Σ

y

2

}{n

Σ

y

2

-(

Σ

y)

2

}

Dengan :

rxy = Koefisien korelasi antara gejala x dan gejala y

x = skor butir item

y = jumlah skor butir

n = jumlah data

jika hasil perhitungan rhitung > rtabel maka butir instrumen dianggap valid, namun jika rhitung < rtabel maka dianggap tidak valid sehingga instrumen tidak dapat digunakan dalam penelitian.

Sementara itu Sugiyono (2000) menyatakan dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi item yang mempunyaikorelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya tinggi, menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas tinggi pula. Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat validitas tinggi adalah jika r =0,3. jika korelasi butir dengan skor total kurang dari 0,3, maka butir instrumen dinyatakan tidak valid.

3.8.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak bersifat tendensius mengarah responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 1998:154). Koefisien reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk


(34)

melihat konsistensi jawaban butir-butir pernyataan yang diberikan responden. Adapun alat analisisnya menggunakan metode belah dua (split half) dengan mengkorelasikan skor ganjil lawan total skor genap, selanjutnya dihitung reliabilitasnya menggunakan rumus spearman brown :

2rb

ri = ………. (2)

1 + rb dengan :

r1 = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Pemberian interpretasi terhadap reliabilitas (r1) pada umumnya digunakan patokan

sebagai berikut (1) reliabilitas (r1) uji coba sama dengan atau lebih dari 0,70 berarti hasil uji

coba tesnya memiliki reliabilitas tinggi, (2) reliabilitas (r1) uji coba kurang dari 0,70 berarti hasil

uji coba tesnya memiliki reliabilitas kurang (un-reliable)

3.9. Pengolahan dan Analisis Data

3.9.1. Pengolahan Data

Pengolahan data untuk penelitian ini menggunakan MS Excel 2003 yang compatible pada fitur MS Excel 2007 dan aplikasi program SPSS versi 15 untuk melakukan analisis statistik.

3.9.2. Analisis Data (1) Analisis Deskriptif

Uji statistik dasar digunakan untuk menentukan deskriptif data mengenai variabel (Y)

(2) Uji Statistik Regresi Linear sederhana dan Korelasi Linear Sederhana

Uji regresi sederhana dimaksudkan untuk menguji koefisien determinasi dan hubungan antara salah satu variabel bebas dengan Variabel terikat sedangkan uji korelasi sederhana dilakukan untuk melihat hubungan signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan r tabel pada taraf signifikan 95% (df=0,05). Dengan ketentuan (1) Jika r hitung > r tabel maka H1 diterima dan Ho ditolak, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat, (2) Jika r hitung < r tabel ; maka H1 ditolak dan Ho diterima, berarti tidak ada hubungan signifina antara variabel bebas dan variabel terikat.


(35)

(3) Uji Statistik Regresi Ganda Korelasi Ganda

Uji statistik regresi ganda digunakan untuk mengetahui pengaruh kesleuruhan variabel bebas terhadap variabel terikat, dan uji signifikansi koefisien determinasi secara keseluruhan di uji dengan uji F, sedangkan untuk menguji signifinaksi koefisien determinasi masing-masing variabel bebas secara parsial digunakan uji t. Uji statistik korelasi ganda dilakukan untuk menguji keetatan hubungan antara variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat. Adapun interpretasi tingkat hubungan antara variabel X dengan variabel Y digunakan tabel interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel. 1. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Koefisien Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan

0,00-0,199 + dan - Hubungan Sangat Rendah

0,20-0,399 + dan - Hubungan Rendah

0,40-0,599 + dan - Hubungan Sedang

0,60-0,799 + dan - Hubungan Kuat

0,80-1,00 + dan - Hubungan Sangat Kuat

Nilai korelasi berkisar anrata -1 <rs<1 tanda negatif atau positif diartikan sebagai hubungan sangat rendah hingga sangat kuat. Dari analisis akan diperoleh apakah r positif atau negatif. Jika korelasi r positif (r>o) berarti terdapat hubungan positif (searah) artinya jika terjadi kenaikan variabel X maka akan diikuti kenaikan pada variabel Y, atau sebaliknya. Koefisien korelasi (r) negatif (r<0) berarti apabila terjadi kenaikan pada variabel X maka akan diikuti oleh penurunan variabel Y, atau jika terjadi penurunan variabel X akan diikuti kenaikan variabel Y.


(36)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan

4.1.1. Sejarah Singkat Puslitbang Tanaman Pangan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan disingkat dengan nama Puslitbangtan didirikan/dirintis sejak tahun 1817 :

1. Tahun 1817 didirikan the Botanical Garden yang khususnya meneliti tanaman perkebunan seperti karet, kina, teh, minyak, palem, vanill, ubi kayu, jagung dan tanaman luar negeri.

2. Tahun 1876 didirikan the Economic Garden (Kebun Raya Bogor). 3. Tahun 1985 didirikan Balat Penelitian tanaman Padi dan lainnya.

4. Tahun 1918 didirikanya De algemenene Proefstation voor De landouw yang tugasnya mengkoordinir penelitian mengenai tanaman pangan seperti tanah,hama,penyakit dan tanaman industri lainnya.

Di jaman pemerintahan RI berubah nama menjadi jawatan penyelidikan pertanian pada :

1. Tahun 1952 menjadi Balai Besar Penyelidikan Pertanian (BBPP) serta mempuyai

Balai-Balai seperti : Balai-Balai Fisiologi, Balai-Balai Hama Tumbuh-Tumbuhan, Balai-Balai Tanaman Industri, Balai Penyelidikan Padi dan Jenis Tanaman Padi Lainnya.

2. Tahun 1962 menjadi Biro Koordinasi Kerjasama Lembaga Penelitian (BKKLP) yang

mengkoordinir lembaga-lembaga seperti tersebut diatas.

3. tahun 1966 menjadi Pusat Lembaga Penelitian Pertanian (LPP) yang mempunyai Bagian

seperti Lembaga Fisiologi Tanaman Lembaga Penelitian Tanaman Hama/Penyakit Lembaga Penelitian Padi dan Tanaman Jenis Gandum Lainnya, Lembaga Penelitian Ubi-Ubian dan Kacang-Kacangan.

4. Tahun 1981 berdasarkan SK Menteri Pertanian nomor.453/KPTS/org/6/121980 tgl 2

Desember 1980, Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3) disatukan dengan Lembaga Puat Penelitian Holtikultura (LPH) menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) yaitu:

1. Balittan Bogor di Bogor ( Jawa Barat )


(37)

3. Balittan Malang di Malang (Jawa Timur)

4. Balittan Sukarami di Solok (Sumatra Barat)

5. Balittan Maros di Maros – Ujung Pandang (Sulawesi Selatan)

6. Balittan Banjarbaru di Banjarbaru (Kalimantan Selatan)

7. Balai Penelitian Hortikultura Lembang di Lembang (Jawa Barat), Balai ini khusus

meneliti tanaman Hortikultura.

5. Tahun 1984: Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor.

706/KPTS/OT.210/8/1984 Tgl 16 Agustus 1984, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan di pecah lagi menjadi dua Puslitbang yaitu:

1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura, hingga sekarang.

4.1.2. Organisasi Puslitbang Tanaman Pangan

Struktur organisasi saat ini, Kepala Pusat dibantu oleh: (1) Bidang Program dan Evaluasi yang membawahi Subbidang Program dan Subbidang Evaluasi, (2) Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian yang membawahi Subbidang Kerja Sama Penelitian dan Subbidang Pendayagunaan Hasil Penelitian, serta (3) Bagian Tata Usaha yang membawahi (1) Subbagian Kepegawaian dan Rumah Tangga, dan Subbagian Keuangan dan Perlengkapan.

Gambar 2. Struktur Organisasi Puslitbang Tanaman Pangan (Sumber Profil Puslitbang Tanaman Pangan Tahun 2006)

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 341/Kpts/OT.140/9/2005, tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, Susunan Organisasi Puslitbang


(38)

Tanaman Pangan terdiri dari:

1. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Prof. Dr. Suyamto)

2. Bagian Tata Usaha (Kepala Bagian: Ir. Hardono, MSc)

3. Bidang Program dan Evaluasi, (Kepala Bidang: Dr. Ir. Nyoman Widiarta, MSc)

4. Bidang Kerja Sama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian (Kepala Bidang: Dr. M.

Muchlis Adie)

5. Kelompok Peneliti Analisis Kebijakan

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Dalam operasional penelitian, Puslitbang Tanaman Pangan dibantu oleh Balai/Loka Penelitian beserta mandatnya sebagai berikut:

1. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) di Sukamandi, bertugas melakukan penelitian yang mencakup aspek plasma nutfah dan pemuliaan, ekofisiologi, hama dan penyakit, dan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada komoditas padi.

2. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi) di Malang, Jawa Timur, bertugas melakukan peneltian yang mencakup aspek plasma nutfah dan pemuliaan, ekofisiologi, hama dan penyakit, dan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada aneka komoditas kacang dan umbi.

3. Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) di Maros, Sulawesi Selatan, bertugas melakukan penelitian yang mencakup aspek plasma nutfah dan pemuliaan, ekofisiologi, hama dan penyakit, dan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada komoditas jagung, sorgum, terigu, dan serealia lainnya.

4. Loka Penelitian Penyakit Tungro (Lolit Tungro) di Lanrang, Sulawesi Selatan, bertugas melakukan penelitian penyakit tungro pada tanaman padi.

Sesuai Keputusan Menteri Pertanian No.299/Kpts/OT.140/7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, Puslibang Tanaman Pangan yang merupakan bagian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mendapat tugas untuk menyiapkan perumusan kebijakan dan program serta pelaksanaan penelitian dan pengembangan tanaman pangan.

Fungsi Puslitbang Tanaman Pangan antara lain :

1. Penyiapan perumusan kebijakan penelitian dan pengembangan 2. Perumusan program penelitian dan pengembangan

3. Pelaksanaan dan kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian dan pengembangan 4. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan tanaman pangan


(39)

5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat

4.2. Upaya Penerapan Good Governance di Puslitbang Tanaman Pangan

4.2.1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban, (LAN RI,1999). Dalam kaitan ini kewajiban Puslitbangtan dalam mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan baik itu yang bersifat fungsional sebagai lembaga penelitian maupun manajerial telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktural dan pendekatan prosedural.

1. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural di Puslitbangtan dilakukan dengan merujuk pada SK Menteri Pertanian No. 341/Kpts/OT.140/9/2005, tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, Susunan Organisasi Puslitbang Tanaman Pangan terdiri dari 1 orang pejabat eselon II, 3 orang eselon III dan 6 orang eselon IV. Struktur tersebut mencerminkan cukup sederhana serta mencerminkan pembagian tugas yang sangat jelas antara masing-masing bidang/bagian. Disamping struktur tersebut, masih terdapat struktur yang mengacu pada pengelolaan anggaran berbasis kinerja yaitu integrasi anggaran pembangunan dan anggaran rutin yang dikelola oleh satu orang bendahara. Dengan demikian tidak terdapat lagi bendahara proyek dan bendahara rutin seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

2. Pendekatan Prosedural

Upaya penerapan akuntabilitas Puslitbang Tanaman Pangan yang merupakan elemen kunci dalam implementasi good governance yaitu dengan diberlakukannya Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sedangkan alat ukurnya berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Inpres No.7/1999. Menurut LAN RI 2000, LAKIP adalah media pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan selama satu periode.

Pertanggung jawaban dalam pelaksanaan anggaran disusun dalam bentuk laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sub Bidang Monitoring dan Evaluasi Puslitbang Tanaman Pangan bertugas menyusun dan membuat laporan LAKIP setiap tahun. Laporan


(40)

LAKIP terdiri dari beberapa indikator dan capaian kinerja Puslitbangtan yang terdiri dari beberapa indikator seperti

1. Implementasi Mekanisme Sistim akuntabilitas Kinerja

2. Transparansi dan Inovasi Kebijakan

3. Perencanaan Strategis Berorientasi Output;

4. Strategi Langkah-Langkah Pelaksanaan Kegiatan.

1) Implementasi Mekanisme Sistim Akuntabilitas Kinerja

Implementasi Mekanisme Sistim Akuntabilitas Kinerja di Puslitbangtan dilakukan dengan cara memisahkan beberapa fungsi dan sub fungsi kegiatan baik rutin maupun fungsional. Fungsi rutin meliputi:

a. Penunjukan pengelola administrasi keuangan meliputi pembantu bendahara, petugas

verifikasi, pemegang buku kas umum (BKU), kasir, pembuat Surat Permohonan Pembayaran (SPP), Pembuat Daftar Gaji (PDG), Penunjukan pemegang uang muka kegiatan (PUMK), Pembuat Surat Perintah Membayar (SPM)

b. Penunjukan Petugas Pengadaan Barang/Jasa terdiri dari Panitia dan Pejabat Pengadaan,

Penunjukan Panitia Pengawas Pekerjaan,

c. Penujukan Para Penanggung Jawab Kegiatan khsususnya yang berkaitan dengan tugas

fungsional penelitian sesuai dengan kapasitas keilmuan.

d. Penunjukan para pengelola sistim informasi manajemen (SIM) terdiri dari SIM

Kepegawaian, Program, Monev, dan Fasilitas

e. Penunjukan pengelola Teknologi Informasi dan Tim Redaksi

f. Penunjukan pengelola logistik dan akomodasi seperti pengelola gudang dan pengelola

pool kendaraan serta pengelola perbaikan dan pemeliharaan alat.

2) Transparansi dan Inovasi Kegiatan

Transparansni kegiatan di Puslitbangtan mencakup perubahan mindset pengelolaan manajemen secara umum. Hal tersebut dituangkan dalam format kerangka acuan kerja (KAK) yang disusun oleh setiap penanggung jawab kegiatan seperti para pejabat eselon III dan IV yang secara struktural bertugas menghimpun daftar kegiatan yang akan dilaksanakan. Penghimpunan daftar kegiatan dilakukan bersama dengan para staf yang bertugas menyajikan data yang dibutuhkan dalam rencana kegiatan. Inovasi yang dilakukan di Puslitbangtan tidak terlepas dari arahan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian khususnya dalam bidang penelitian dan penerapan teknologi tanaman pangan yang adaptif terhadap masyarakat khususnya petani.


(41)

3) Perencanaan Strategis Berorientasi Hasil (Output)

Renstra Puslitbang Tanaman Pangan berorientasi pada hasil berupa output manajemen dan output penelitian dan pengembangan.

1. Output Manajemen:

1) Layanan perkantoran,

2) Laporan perencanaan dan anggaran, 3) Laporan monitoring dan evaluasi,

4) Laporan diseminasi teknologi tanaman padi, 5) Laporan penguatan dan pengelolaan satker, 6) Laporan pengembangan kerja sama, 7) Bangunan

8) Sarana dan prasarana

2. Output Penelitian dan Pengembangan: 1) Plasma nutfah,

2) Galur harapan, 3) Varietas unggul baru,

4) Teknologi budi daya dan pascapanen primer, 5) Rumusan kebijakan tanaman pangan,

6) Benih sumber, 7) Database benih, dan 8) Database plasma nutfah

4) Strategi Langkah-Langkah Pelaksanaan Kegiatan.

Strategi langkah yang disusun dalam pelaksanaan kegiatan di Puslitbang Tanaman Pangan disusun sesuai tujuan organisasi meliputi Program Penelitian, Program Kerjasama, Program Diseminasi dan Program Manajemen.

(a) Program Penelitian

Program penelitian dan pengembangan tanaman pangan diimplementasikan melalui tiga pendekatan, yaitu (1) pendekatan komoditas melalui sistem agribisnis dan ketahanan pangan meliputi padi, serealia, kacang-kacangan, dan umbi-umbian; (2) pendekatan wilayah melalui pengembangan sistem agribisnis tanaman pangan pada lahan suboptimal dan lahan subur; (3) pendekatan Iptek melalui penelitian dasar terapan dan penelitian dampak pengembangan inovasi teknologi.


(42)

Program Penelitian mencakup :

1. Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian sumber daya genetik tanaman pangan

2. Penelitian pemuliaan, perbaikan sistem produksi dan tekno-ekonomi padi hibrida dan varietas unggul tipe baru

3. Penelitian pemuliaan, perbaikan sistem produksi dan tekno-ekonomi jagung hibrida dan jagung komposit

4. Penelitian pemuliaan, perbaikan sistem produksi dan tekno-ekonomi kedelai untuk lahan marjinal

5. Penelitian dan pengembangan komoditas tanaman pangan prospektif jangka panjang

(demand driving)

6. Pengembangan kapasitas benih sumber tanaman pangan

7. Penelitian dan pengembangan berbasis kemitraan dan keperluan pembangunan pertanian tanaman pangan ber-dasarkan permintaan

8. Analisis dan sintesis kebijakan pengembangan tanaman pangan

9. Peningkatan daya saing produk tanaman pangan melalui inovasi teknologi pengolahan primer

10. Pengembangan kapasitas kelembagaan penelitian dan pengembangan tanaman pangan 11. Pengembangan sumber daya informasi, komunikasi, diseminasi, dan penjaringan umpan

balik iptek tanaman pangan.

(b) Program Kerjasama

Program kerjasama Puslitbang Tanaman Pangan dilakukan untuk mempercepat pencapaian dan pemanfaatan hasil inovasi penelitian. Kerjasama dilakukan dengan bentuk kemitraan antara puslitbangtan dengan swasta dan instansi pemerintah lainnya sebagai pengguna hasil inovasi penelitian tanaman pangan.

(c) Program Diseminasi

Diseminasi menjadi ujung tombak penyampaian berbagai hasil inovasi tanaman pangan kepada stakeholders. Karenanya diseminasi harus diposisikan sama pentingnya dengan pelaksanaan penelitian itu sendiri. Dalam melakukan program diseminasi Puslitbang Tanaman Pangan dilakukan untuk memperbanyak dan mempercepat diseminasi baik berupa penerbitan berbagai publikasi, gelar teknologi, ekspose/pameran, seminar/ workshop/simposium maupun berbagai pelatihan


(43)

Di samping penguatan diseminasi melalui publikasi, Puslitbang Tanaman pangan juga aktif mengikuti berbagai ekpose, gelar teknologi, pelatihan, workshop dan simposium. Pada tahun 2009 Puslitbangtan telah mengikuti sebanyak 10 pameran. Keikutsertaan Puslitbang Tanaman Pangan dalam berbagai pameran, dapat digunakan sebagai ajang penyampaian dan pengenalan inovasi terbaru hasil Puslitbang Tanaman Pangan dengan berbagai pengguna. Diakui bahwa pameran sangat efektif jika dilakukan di daerah, seperti yang dilakukan saat Jambore SL-PTT di Boyolali. Petani dan penyuluh dapat melihat langsung dan sekaligus dapat berdiskusi dengan peneliti terhadap berbagai inovasi tanaman pangan. Pameran dan gelar teknologi masih mendominasi diseminasi yang dilakukan oleh Puslitbang Tanaman Pangan.

(d) Program Manajemen

Program manajemen Puslitbang Tanaman Pangan dilakukan untuk memperkuat manajemen dari aspek kelembagaan dan reformasi struktural meliputi manajemen SDM, aset dan keuangan.

(1) Manajemen SDM

Kebijakan manajemen SDM Puslitbangtan dilakukan dengan maksud untuk penguatan kompetensi SDM yang adaptif terhadap dinamika perubahan. Kebijakan tersebut mengacu pada aspek kompetensi individu dan unit dalam mendukung tugas pokok dan fungsi Puslitbangtan dengan cara sebagai berikut :

1) Melengkapi data dasar SDM (SIMPEG) yang selalu di update setiap 2 bulan sekali,

2) Usulan rekruitmen baru SDM (peneliti dan administrasi) sesuai bidang/disiplin ilmu yang dibutuhkan

3) Penataan kembali beban tugas individu SDM sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah disusun

4) Melaksanakan reformasi birokrasi sesuai tupoksi Puslitbangtan.

(2) Manajemen Aset

Manajemen aset dilakukan untuk mendukung dan melaksanakan tupoksi dan program yang telah direncanakan dalam format rencana strategis. Puslitbangtan memiliki sarana dan prasarana penelitian berupa kebun percobaan (KP) yang berjumlah 14 kebun dengan total luasan mencapai 700 ha dan 22 unit laboratorium. Selain untuk pengelolaan plasma nutfah, KP juga dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Sarpras lainnya adalah rumah kaca, rumah kawat, dll. Untuk laboratorium, Puslitbangtan terus berupaya melakukan dan meningkatkan akreditasi guna mendukung kinerja dan kompetensi UPT lingkup Puslitbangtan dari klasifikasi C menjadi klasifikasi A agar dapat mengimbangi perkembangan dan kemajuan


(44)

IPTEK dewasa ini. Pada bulan Juli 2010, UPBS Balitkabi dan Balitsereal telah mendapat Sertifikat SMM ISO 9001:2008. Hal ini akan mendorong produksi benih sumber kacang-kacangan dan umbi-umbian serta jagung memiliki mutu yang sesuai dengan permintaan konsumen.

(3) Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan adalah pelaksanaan anggaran berbasis kinerja untuk mendukung kegiatan penelitian dan manajemen Puslitbangtan. Anggaran Puslitbangtan bersumber dari anggaran pemerintah dan sebagian kecil berasal dari kerja sama dengan berbagai pihak nasional dan internasional. Oleh karena itu, dalam melaksanakan manajemen keuangannya berdasarkan kebijakan yaitu :

1) Peningkatan pelaksanaan anggaran yang tertib administrasi, bersih, transparan dan bertanggung jawab berdasarkan Standar Operasional Prosedur yang baku,

2) Pelaksanaan anggaran berbasis kinerja/ keluaran yang efektif dan efisien, dan

3) Mengupayakan sumber pendanaan selain APBN melalui kerja sama penelitian dalam dan luar negeri.

4.2.2. Kinerja Organisasi

Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan adalah suatu kesatuan dari seluruh unsur yang mempunyai tujuan yang sama untuk pencapaian tujuan Puslitbangtan sebagai lembaga penelitian yang menghasilkan inovasi dalam bidang tanaman pangan. Komponen kinerja dapat dicapai melalui keterlibatan seluruh karyawan Puslitbangtan dalam bentuk kerjasama antar Bidang dan Bagian serta antar Peneliti dan struktural. Indikator pengukuran kinerja Puslitbangtan dilakukan dalam aspek :

1. Pertanggung jawaban dalam pelaksanaan pekerjaan 2. Keterbukaan informasi

3. Dasar hukum pelaksanaan 4. Pelayanan masyarakat 5. Kebebasan berpartisipasi

6. Hasil Sesuai terget yang diharapkan

(1) Pertanggung Jawaban dalam Pelaksanaan Pekerjaan

Pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan di masing-masing kegiatan. Para penanggung jawab kegiatan bersedia mempertanggung jawabkan setiap kegiatan yang dikelolanya serta menjelaskan dalam bentuk laporan kegiatan. Pertanggung jawaban


(45)

pelaksanaan kegiatan selama ini dilakukan terhadap adanya permintaan klarifikasi atau pemeriksaan oleh tim auditor eksternal seperti Badan Pemeriksa Keuangan.

(2) Keterbukaan Informasi

Keterbukaan dalam mengakses informasi yang bersifat publik dilakukan oleh Sub Bidang Publikasi dan Pendayagunaan Hasil Penelitian yang diupload ke website Puslitbang Tanaman Pangan. Keterbukaan informasi dimaksudkan sebagai upaya Puslitbangtan dalam menyebarluaskan inforamsi tentang penelitian yang telah sedang dan akan dikerjakan.

(3) Dasar hukum pelaksanaan

Indikator lain yaitu dalam pelaksanaan seluruh kegiatan di Puslitbangtan telah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku secara universal khususnya yang menyangkut pengelolaan anggaran, manajemen SDM serta manajemen aset. Dalam bidang penelitian rujukan yang dipergunakan dalam etika penelitian adalah panduan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan lainnya yang berkompeten.

(4) Pelayanan masyarakat

Indikator lainnya yaitu dalam kegiatan penelitian dan non penelitian, Puslitbangtan memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai tingkatan. Dalam bidang administrasi pelayanan dilaksanakan oleh Bidang Publikasi dan Pengayagunaan Hasil Penelitian dalam bidang penyebaran informasi penelitian melalui website serta pelayanan tugas-tugas perpustakaan dalam melayani permintaan penelusuran berbagai literatur hasil penelitian oleh para peneliti dalam dan luar negeri.

(5) Kebebasan berpartisipasi

Partisipasi aktif karyawan Puslitbangtan terlihat dari peran serta dalam berbagai kegiatan yang diadakan baik formal maupun informal. Dalam bentuk formal, karyawan Puslitbangtan dimungkinkan mengajukan usul bagi perbaikan Puslitbangtan sebagai institusi. Formulasi usulan biasanya disampaikan dalam acara pertemuan dengan unsur pimpinan setiap bulan dalam bentuk pertemuan rutin. Sedangkan dalam bentuk informal, karyawan Puslitbangtan mengikuti setiap perkembangan dan perubahan yang terjadi seperti perubahan aplikatif dalalm bentuk perangkat lunak (update aplikasi).

(6) Hasil Sesuai terget yang diharapkan

Indikator lain pengukuran kinerja yaitu hasil yang dicapai. Puslitbangtan telah menghasilkan beberapa varietas baru 49 varietas unggul baru tanaman pangan: padi (hibrida, inbrida), jagung (hibrida, komposit), kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar.


(46)

Pendekatan PTT padi sawah melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah digunakan untuk peningkatan potensi hasil di lahan sawah irigasi seluas 2 juta ha, serta PTT padi gogo 100.000 ha, PTT jagung hibrida 90.000 ha, dan PTT kedelai seluas 100.000 ha di lahan optimal maupun sub-optimal.

Unit pengelola benih sumber padi (ISO 9001-2000), jagung dan kedelai dengan sistem majemen mutu didukung oleh laboratorium uji mutu benih padi (ISO 17025:2000) beserta Pangkalan Data Perbenihan dan jaringan akselerasi adopsi VUB melalui penyebaran benih sumber dengan 17 BPTP di Indonesia. Pada saat ini tersedia sekitar 22 ton benih penjenis (BS) dari berbagai komoditas dan varietas. Berbagai kegiatan diseminasi hasil penelitian telah dilaksanakan, baik dalam skala nasional maupun internasional. Informasi inovasi teknologi juga dikemas dalam 52 judul buku/pedum/leaflet publikasi tanaman pangan dan ditayangkan pada

website (http://www.puslittan.bogor.net).

Rasio SDM S3:S2:S1 = 1 : 1,8 : 3 mendekati rasio yang diinginkan yaitu 1 : 2 : 4. Kebijakan Menteri Pertanian yang memberikan kesempatan kepada Badan Litbang Pertanian untuk melakukan seleksi terhadap pegawai baru yang diterima Deptan, diharapkan dapat mengurangi kesenjangan tersebut. Total anggaran periode 2005-2010 meningkat dari tahun ke tahun.Namun belum seluruh target tercapai sesuai yang direncanakan meliputi

1. Belum semua teknologi yang dibutuhkan produksi tanaman pangan berhasil dirakit pada

periode tersebut seperti varietas padi dan jagung umur ultra genjah, maupun yang mengandung vitamin A tinggi sebagai pangan fungsional.

2. Belum semua teknologi yang dihasilkan diadopsi petani. Sistem transfer teknologi dari

sumber teknologi ke pengguna antara dan dari pengguna antara ke pengguna akhir (petani) belum berjalan sebagaimana diharapkan atau teknologi yang dihasilkan belum tepat jenis, waktu, sasaran dan sesuai kebutuhan petani. Demikian halnya opsi kebijakan yang dihasilkan belum dapat dimonitor apakah digunakan seluruhnya oleh pengambil kebijakan.

3. Pemeliharaan sarana dan prasarana penelitian perlu terus ditingkatkan.

4. Pada 5-tahun mendatang 33% karyawan Puslitbangtan memasuki usia pensiun, namun

regenerasi peneliti belum berjalan sesuai dengan kebutuhan, karena rekrutmen peneliti belum sesuai dengan bidang kepakaran yang diinginkan.


(47)

4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Good Governance

4.3.1. Kepemimpinan

Kepemimpinan di Puslitbang Tanaman Pangan terdiri dari 1 orang Kepala Pusat 3 orang Kepala Bidang/Bagian dan 6 orang Kepala Sub Bidang/Bagian. Para pejabat struktural tersebut didukung oleh pejabat fungsional dalam bentuk Kelompok Peneliti. Untuk tugas operasional di level bawah Kepala Pusat menunjuk para pembantu pekaksana kegiatan yang bertugas membantu tugas administrasi secara operasional dengan indikator secara umum sebagai berikut : (1) Jenjang pemberian perintah dari pimpinan di level paling atas kepada level dibawahnya

sebagai pelaksana kebijakan dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan tugas unit masing-masing. Dalam memberikan perintah para pejabat Puslitbangtan memberikan disposisi atas suatu kasus/permasalahan yang harus segera ditindaklanjuti pada tingkat operasional (staf/Pelaksana)

(2) Implementasi tugas dan fungsi pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsi Bidang /Bagian atau kelomook fungsional peneliti. Bidang yang terdapat di Puslitbangtan meliputi : (1) Bidang Program dan Evaluasi yang membawahi (a) Sub Bidang Program dan Anggaran serta (b) Sub Bidang Monitoring dan Evaluasi, (2) Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian membawahi (a) Sub Bidang Kerjasama Penelitian dan (b) Bidang Pendayagunaan Hasil Penelitian, (3) Bagian Tata Usaha yang membawahi (a) Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan dan (b) Sub Bagian Kepegawaian dan Rumah Tangga.

(3) Tugas yang harus dilaksanakan oleh bawahan diformulasikan oleh pimpinan dalam bentuk job description. Masing-masing staf memiliki deskripsi tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan arahan dan kebijakan pimpinan dalam membagi tugas pekerjaan secara merata kepada seluruh staf yang dimiliki oleh masing-masing Bagian/Bidang.

(4) Penciptaan iklim/lingkungan kerja yang kondusif dilakukan oleh pimpinan induk dalam hal ini Kepala Puslitbang Tanaman Pangan. Kepala Pusat menciptakan suasana yang kondusif bagi iklim kerja karyawan dengan cara melakukan pertemuan setiap bulan melalui acara upacara kesadaran KORPRI setiap tanggal 17 setiap bulan.

(5) Kemampuan pimpinan dalam memimpin suatu unit (Bagian/Bidang atau Sub Bagian/ Sub Bidang) sesuai dengan disiplin ilmu dan kompetensinya. Kepala Puslitbang Tanaman Pangan sebelumnya telah menjabat Kepala Balai yang merupakan eselon III di berbagai daerah. Hal tersebut menjadikan kemampuan manajerialnya telah teruji. Untuk pejabat struktural elselon III sebelumnya telah menjabat eselon IV diberbagai jenis jabatan


(48)

sedangkan untuk eselon IV sebelumnya telah menempuh beberapa pendidikan dan latihan (DIKLAT) kepemimpinan dan telah duduk diberbagai kepanitiaan serta keproyekan.

4.3.2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah potensi yang dimiliki organisasi dalam mencapai tujuan, visi misi sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing. Puslitbang Tanaman Pangan saat ini memiliki 938 orang PNS yang tersebar di lima UK/UPT, 60 orang diantaranya memiliki pendidikan S3, 85 orang S2, 176 orang S1, 21 orang SM, 22 orang D3, 4 orang D2, 366 orang SLTA dan 204 orang sisanya berpendidikan SLTP dan SD. Berdasarkan tupoksinya, komposisi SDM Puslitbangtan terdiri atas 175 orang peneliti aktif, 141 orang fungsional non-peneliti, 40 orang peneliti non klas, dan 582 orang tenaga administrasi dan penunjang lainnya. Perbandingan jumlah peneliti dengan tenaga non-peneliti dan administrasi adalah 1: 4,4 suatu perbandingan yang kurang ideal bagi lembaga penelitian. Idealnya perbandingan tersebut terbalik yaitu jumlah peneliti lebih banyak dibanding jumlah tenaga administrasi dan penunjang lainnya. Rasio SDM Puslitbangtan S3:S2:S1 = 1 : 1,4 : 2,9, sedangkan rasio peneliti aktif S3:S2:S1 = 1 : 1,1 : 0,8 diharapkan dapat mencapai 1 : 2: 1 tahun 2014.

Komposisi SDM Puslitbangtan berdasarkan kelompok umur menunjukkan 27 orang berumur lebih dari 60 tahun, 111 orang berumur 56-60, 266 orang berumur 51-55 tahun dan sisanya 534 orang berumur 50 tahun ke bawah. Sedangkan pada periode 5 tahun kedepan, diperkirakan 253 orang (27%) akan memasuki usia pensiun. Kebijakan penguatan kompetensi SDM Puslitbangtan dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Melengkapi data dasar SDM (SIMPEG) yang selalu di update setiap 2 bulan sekali, 2) Usulan rekruitmen baru SDM (peneliti dan administrasi) sesuai bidang/disiplin ilmu yang dibutuhkan, dan 3) Penataan kembali beban tugas individu SDM sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).

4.3.3. Sarana dan Prasarana

Manajemen sarana dan prasarana (aset) Puslitbangtan mengacu kepada kebijakan 1) Inventarisasi data Barang Milik Negara, 2) Pengadaan dan pembaharuan peralatan laboratorium, 3) Renovasi rumah kaca, kurung kawat, laboratorium dan gudang benih, 4) Renovasi sarana dan prasarana Kebun Percobaan, 5) Penyusunan Juknis Kerja sama Pemanfaatan Kebun Percobaan, dan 6) Penyusunan SOP Laboratorium, Rumah Kaca dan Kurung Kawat. Pelaksanaan kebijakan manajemen aset tersebut diharapkan dapat mencapai sasaran yaitu 1) Meningkatnya kualitas input aset fisik dalam bentuk proses perencanaan yang matang, pelaksanaan yang tepat dan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)