102
Hal ini berarti bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi kinerja guru sebesar 63,4.
b. Uji pengaruh variabel kompensasi terhadap kinerja guru Nilai koefisien koefisien korelasi sederhana r adalah sebesar 0,397
sehingga nilai koefisien determinasi R² yaitu sebesar 0,158 atau sebesar 15,8. Hal ini berarti bahwa kompensasi mempengaruhi kinerja guru sebesar 15,8.
c. Uji pengaruh variabel lingkungan kerja terhadap kinerja guru Nilai koefisien koefisien korelasi sederhana r adalah sebesar 0,516
sehingga nilai koefisien determinasi R² yaitu sebesar 0,266 atau sebesar 26,6. Hal ini berarti bahwa lingkungan kerja mempengaruhi kinerja guru sebesar
26,6. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel penelitian yang paling mempengaruhi
kinerja guru adalah variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah, kemudian variabel lingkungan kerja dan terakhir variabel kompensasi. Hal ini juga didukung
oleh nilai koefisien standardized variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah sebesar 0,361, kemudian variabel lingkungan kerja sebesar 0,338 dan terakhir
variabel kompensasi sebesar 0,132. Hasil lengkap uji pengaruh variabel penelitian dapat dilihat di lampiran C.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
4.5.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi kinerja guru sebesar 63,4. Hal ini berarti tinggi rendahnya
103
kinerja guru dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah. Gaya kepemimpinan yang tepat dan dapat diterima oleh guru memberikan dorongan dan
semangat guru untuk bekerja dengan lebih baik. Kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan memimpin dan memiliki berbagai ketrampilan yang
diperlukan guna membangun dan mencapai keberhasilan sekolah. Di sekolah- sekolah swasta pada umumnya dan sekolah-sekolah kristen pada khususnya
kepemimpinan kepala sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan dan kualitas sekolahnya. Dilihat dari latar belakang
pendidikan pada umumnya kepala SMA Kristen di Kabupaten Pati dan Jepara memiliki kualitas yang cukup memadai namun dalam mengelola sekolah yang
terpenting adalah bagimana menerapkan pola atau tipe kepemimpinan yang cocok dan tepat sesuai dengan kebutuhan sekolah. Ini berarti dalm menerapkan gaya
kepemimpinan, kepala sekolah tidak hanya bertumpu pada suatu gaya tertentu yang kaku tetapi harus pandai memilih sesuai dengan kebutuhan sebagai contoh
penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis tepat untuk situasi dan kondisi sekolah yang normal dan kondusif tetapi tidak cocok untuk kondisi
sekolah yang membutuhkan tindakan tegas misalnya masalah kedisiplinan kepala sekolah perlu memerankan gaya kepemimpinan yang tegas dan otoriter. Hal-hal
itulah yang kadang-kadang sulit diterapkan oleh kepala sekolah di SMA Kristen Kabupaten Pati dan Jepara karena dalam kenyataannya perilaku kepala sekolah
sering menjadi pengambil keputusan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh bawahan. Kepala sekolah juga harus memiliki kemampuan yang tinggi dalam
bekerjasama secara penuh dalam posisinya serta mampu menggerakkan seluruh
104
tenaga kependidikan sesuai peran dan fungsinya secara efektif dan efisien. Dalam kenyataannya kepemimpinan kepala sekolah sering tidak efektif karena tidak
menerapkan pola atau tipe kepemimpinan yang demokratis yang dapat memberi kebebasan kepada setiap komponen untuk berkarya dan berkreasi.
Untuk menggerakkan personil sekolah, kepala SMA Kristen agar memiliki kemampuan sebagai pemimpin yang mampu menciptakan iklim organisasi
sekolah yang kondusif menuju kepada peningkatan kinerja guru dengan kepemimpinan yang demokratis.
4.5.2 Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Guru