Alat Tangkap Rajungan Deskripsi Unit Penangkapan Rajungan

nelayan yang telah melakukan trip sebelumnya. Apabila hasil tangkapan yang diperoleh pada operasi penangkapan sebelumnya cukup banyak maka nelayan akan melakukan kegiatan penangkapan di daerah yang sama. Sebaliknya, jika diperoleh hasilnya sedikit maka nelayan akan mencari daerah penangkapan yang baru. Simbolon et al. 2009 mengatakan bahwa penentuan atau pendeteksian daerah penangkapan ikan di perairan Indonesia dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya berdasarkan kebiasaan nelayan. Sementara Muslim 2000 menyatakan bahwa pencarian daerah penangkapan rajungan ini umumnya didasarkan pada kebiasaan dan pengalaman nelayan dalam melakukan operasi penangkapan yaitu berada di sekitar pantai terbuka yang dipengaruhi oleh gelombang, kecepatan arus yang tidak terlalu kuat dengan dasar perairan berupa pasir, pasir berlumpur dan lumpur. Daerah penangkapan fishing ground rajungan di wilayah kajian umumnya terdapat di perairan pesisir dengan jarak dari pantai berkisar antara 0.3 – 3.7 km atau rata-rata 1.6 km. Jarak fishing ground dari tempat berangkat atau tempat pendaratan hasil tangkapan fishing base berkisar antara 1.9 – 48.7 km. Penyebaran fishing ground tersebut seiring dengan penyebaran domisili nelayan yang terkonsentrasi pada tiga fishing base yaitu LikuSani-sani, Kolaka dan Tambea. Kualitas lingkungan perairan fishing ground rajungan tersebut memiliki kisaran suhu antara 27.9 o C – 32.7 o C dengan kisaran salinitas antara 30 o oo – 37 o oo . Kedalaman berkisar antara 4 – 16.3 meter dengan tingkat kecerahan berkisar antara 3 – 8.5 meter. Memiliki substrat dasar perairan yang berpasir, lumpur, lumpur berpasir, lamun dan karang mati Lampiran 3. Karakteristik lingkungan perairan fishing ground rajungan seperti yang ada di perairan pesisir Kabupaten Kolaka tersebut, merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan rajungan. Hal ini sesuai dengan beberapa pernyataan yang menyebutkan bahwa marga Portunus hidup di beraneka ragam habitat yaitu: perairan dasar berpasir, pasir berlumpur, lumpur berpasir, pasir kasar dengan pecahan karang mati, terutama di rumput laut dari jenis Thalassia sp. Rajungan hidup di wilayah yang luas di pinggir pantai dan wilayah continental shelf, termasuk berpasir, berlumpur atau berhabitat algae dan padang lamun dari zona intertidal wilayah pasang surut sampai perairan dengan kedalaman 50 meter Moosa et al., 1980; CIESM, 2000; Sea-ex, 2001; Chande dan Mgaya, 2003; de Lestang et al., 2003; Susanto et al., 2004. Dalam keadaan normal rajungan diam di dasar perairan sampai kedalaman 65 m, tapi sesekali dapat juga terlihat berada dekat permukaan laut Nontji, 1993; CIESM, 2000; Kangas, 2000. Rajungan cenderung menyenangi perairan dangkal, kedalaman yang paling disenangi berkisar antara 1 sampai 4 meter, dengan suhu perairan rata-rata 35 o C dan salinitas antara 4 sampai 37 ppm Prasad dan Tampi, 1953; Thomson, 1974; Cowan, 1984; Nybakken, 1988; Nontji, 1993; Susanto et al., 2004. Keberadaan rajungan disuatu perairan dipengaruhi oleh sifat alami dari sumberdaya rajungan tersebut, baik berupa tingkah laku, habitat dan penyebarannya. Tingkah laku rajungan dipengaruhi oleh beberapa faktor alami, diantaranya adalah perkembangan hidup, feeding habit, pengaruh siklus bulan dan reproduksi Kumar et al., 2003. Kangas 2000 menyatakan bahwa salah satu tingkah laku behaviour penting dari rajungan adalah perkembangan siklus hidupnya yang terjadi di beberapa tempat. Pada fase larva dan fase pemijahan, rajungan berada di laut terbuka off-shore dan fase juvenil sampai dewasa berada di perairan pantai in-shore yaitu muara dan estuaria. Tabel 6 Siklus Perkembangan Hidup dan Habitat Rajungan Portunus pelagicus Tahap Per- kembangan Lokasi Ukuran Keterangan Dewasa Estuaria, teluk yang terlindungi dan perairan pantai in-shore sampai kedalaman 65 m CEISM, 2000; Kangas, 2000 7 ≥CW≤9 cm Kumar et al, 2000 CL ≥3.7 cm Rousenfell, 1975 Usia sekitar satu tahun Bertelur Daerah pesisir pantai dekat teluk Thomson, 1974 Memijah Laut terbuka off-shore Kangas, 2000 Larva Perairan terbuka West Australian Government, 1997 CW ≤ 0.48 mm Sifat planktonik Juvenil Teluk terbuka lalu menuju muara dan berakhir disekitar perairan estuaria West Australian Government, 1997 CW antara 0.4 cm ≥CW≤1.0 cm Transisi dari planktonik menuju Benthik Muda Estuaria, perairan pantai in- shore West Australian Government,1997; Kangas, 2000 Benthik Dimana: CW = Carapace Width, CL = Carapace Length 5.3 Biologi dan Sumberdaya Rajungan 5.3.1 Komposisi Jenis Hasil Tangkapan Hasil tangkapan pukat rajungan berdasarkan jenis komoditi yang tertangkap selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7 Hasil Tangkapan Pukat Rajungan pada Setiap Stasiun Pengamatan No Stasiun Pengamatan Komoditi Hasil Tangkapan Target Non-target Jumlah ekor Berat gram n spesies Jumlah ekor 1 Woimenda 23 1992 2 7 2 Wolo 8 986 3 Muara Lapao-pao 31 3871 2 4 4 Malombo 43 4897 3 4 5 Muara Konaweha 15 1958 2 2 6 Malaha 54 4857 2 2 7 Sani-sani 34 3899 8 Lawulo 43 3998 9 Induha 28 2699 2 3 10 Tanjung Mangolo 28 2987 1 2 11 HKSN 22 1988 3 5 12 Pertamina 43 3397 3 4 13 Kampung Pabbelle 32 2970 2 2 14 Pelabuhan Ferry 26 2394 15 Lamokato 25 2000 3 7 16 Laloeha 36 2987 2 3 17 Tahoa 56 4993 3 3 18 Towua I 30 2879 19 Towua II 51 3799 3 4 20 Totobo 26 2780 2 4 21 Dawi-dawi 49 4600 2 2 22 Pomalaa 42 3944 23 Tambea 37 3771 4 7 24 Hakatutobu 42 4698 25 Oko-oko 21 2612 2 2 26 Lamedai 36 3897 3 4 27 Tanggetada 33 3942 3 5 28 Anaiwoi 44 4895 3 4 29 Watubangga 22 2754 30 Lamundre 22 2599 Total 1002 100043 80 Dimana: Target = Portunus pelagicus, Non-target = selain Portunus pelagicus Hasil tangkapan yang menjadi target utama untuk alat tangkap pukat rajungan yang dioperasikan oleh nelayan di wilayah kajian adalah rajungan Portunus pelagicus, namun pada kenyataannya ikut pula tertangkap beberapa jenis organisme laut lainnya. Rajungan yang merupakan target utama penangkapan dari pukat rajungan tertangkap sebanyak 1002 ekor 92.6 ,