Data Sekunder Metode Pengumpulan Data

proses hauling selesai, maka selanjutnya alat tangkap pukat rajungan siap untuk dipasang setting kembali di lokasi penangkapan yang lain. Pengoperasian pukat rajungan dilakukan berdasarkan keterampilan nelayan yang didapat dari kebiasaan dan pengalaman nelayan itu sendiri. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari nelayan dan pengusaha rajungan, diketahui bahwa pada tahun 2005 dan 2006 pernah dilakukan pengembangan alat tangkap rajungan jenis lain berupa bubu lipat yang terbuat dari rangka besi dan bubu yang terbuat dari anyaman bambu, serta alat tangkap berupa pancing. Namun ketiga jenis alat tangkap tersebut tidak seproduktif pukat rajungan sehingga nelayan tidak melanjutkan penggunaan alat tangkap tersebut. Selain itu, ketiga alat tangkap tersebut juga membutuhkan umpan sehingga menambah biaya operasional nelayan dan pada akhirnya mengurangi keuntungan. Nelayan menduga bahwa kurangnya hasil tangkapan dari ketiga alat tangkap tersebut karena kualitas perairan di pesisir Kabupaten Kolaka yang sangat jernih sehingga alat tangkap dianggap tidak cocok. Namun sejauh mana pengaruh tingkat kecerahan perairan terhadap hasil tangkapan dari ketiga alat tangkap tersebut di perairan pesisir Kabupaten Kolaka perlu dikaji lebih lanjut.

5.1.2 Kapal Perahu dan Mesin Penggerak

Kapal perikanan menurut UU No. 31 Tahun 2004 adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, dan lain-lain. Kapalperahu yang digunakan oleh nelayan rajungan di Kabupaten Kolaka adalah perahu yang terbuat dari kayu dan berukuran kurang dari 10 GT. Umumnya kapal-kapal tersebut menggunakan motor dalam inboard bermesin diesel dengan kekuatan atau daya antara 16 – 24 PK merk: Jiang dong, Dong feng, Chang pa, disamping ada yang menggunakan motor tempel outboard berbahan bakar premiumbensin dengan kekuatan atau daya antara 5.5 – 13 PK merk: Honda kodok, Matari sebagai tenaga penggeraknya. Dimensi ukuran P x L x T perahukapal yang digunakan adalah 5–12 m x 0.75–1.6 m x 0.7–1.25 m. Tahun pembelian perahu antara tahun 2004 – 2008 dan untuk mesin antara tahun 2004 – 2009. Biaya yang dibutuhkan oleh setiap nelayan untuk investasi perahukapal adalah sebesar Rp2 200 000 sampai Rp6 100 000, sedangkan untuk investasi mesin penggerak sebesar Rp2 000 000 sampai Rp5 925 000. Secara berkala nelayan melakukan perawatan terhadap perahukapal dan mesin penggerak sebanyak 2 – 4 kali dalam satu tahun atau dengan melihat kondisi kerusakan perahukapal dan mesin penggerak. Biaya yang dibutuhkan oleh nelayan dalam perbaikan terhadap perahukapal dan mesin penggerak untuk 1 kali perbaikan berkisar antara Rp250 000 sampai Rp450 000, sehingga nelayan membutuhkan dana sebesar Rp500 000 sampai Rp1 400 000 per tahun untuk perbaikan perahukapal dan mesin penggerak. Berdasarkan pengamatan untuk perahukapal memiliki ukuran yang sudah cukup besar, sehingga dalam melakukan kegiatan di atas perahu nelayan dapat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa terganggu dengan aktifitas nelayan lainnya. Ukuran perahu ini juga sudah memadai untuk meletakkan alat tangkap pukat beserta kelengkapannya, tempat duduk nelayan dan tempat mesin di atas perahu. Namun dari segi usia baik perahu maupun mesin penggerak sebagian sudah berusia cukup tua yaitu 5 tahun tahun pembelian 2004, sehingga tentunya selain memiliki resiko besar dalam melakukan operasi di laut, juga membutuhkan biaya perawatan yang cukup tinggi yang pada akhirnya dapat mengurangi keuntungan nelayan.

5.1.3 Nelayan Rajungan

Nelayan merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang memegang peranan sangat penting dalam keberhasilan operasi penangkapan ikan. Peranan tersebut didasarkan pada kemampuan nelayan dalam menggunakan dan mengoperasikan alat tangkap yang ada serta pengetahuan dan pengalaman dalam menentukan daerah penangkapan ikan fishing ground. Jumlah nelayan rajungan yang berhasil ditemui dan diwawancarai yaitu sebanyak 35 orang. Menurut informasi yang didapatkan bahwa nelayan rajungan di Kabupaten Kolaka secara keseluruhan jumlahnya cukup besar, namun karena berbagai hal nelayan-nelayan tersebut kini telah beralih profesi hingga terakhir hanya berjumlah sekitar 53 orang. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari nelayan dan pengusaha rajungan, diketahui bahwa ada 4 hal utama penyebab beralihnya nelayan rajungan ke profesi lain secara besar-besaran pada tahun 2008, yaitu: 1 turunnya harga rm row material rajungan mentah secara drastis yaitu dari Rp25 000 per kg menjadi Rp12 000 per kg sehingga nelayan menganggap usahakegiatan penangkapan rajungan sudah tidak menguntungkan, 2 adanya program pengembangan usaha budidaya rumput laut secara besar- besaran dari pemerintah setempat berupa pemberian bantuan sarana dan prasaran budidaya rumput laut yang diiringi dengan peningkatan harga rumput laut yang tinggi sehingga nelayan menganggap usaha budidaya rumput laut lebih