Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Konsep

standar kependidikan yang baik, tentu para siswa dalam kegiatan belajar juga sering bersinggungan dengan media massa sebagai salah satu alat pemenuhan kebutuhan informasi mereka, yang dalam hal ini ditekankan lebih kepada media televisi. Inilah beberapa alasan mengapa peneliti tertarik untuk menjadikan SMP Santo Thomas 1 Medan sebagai populasi. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh media literacy siswa SMP Santo Thomas 1 Medan terhadap pemilihan tayangan termehek- mehek di Trans TV.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu: “Sejauhmanakah media literacy siswa SMP Santo Thomas 1 Medan terhadap pemilihan tayangan Termehek-mehek di Trans TV?”

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengamburkan penelitian, maka peneliti melakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang diteliti adalah: 1. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan studi korelasional 2. Penelitian ini mengenai media literacy difokuskan pada television literacy 3. Objek penelitian yang diteliti adalah siswa Santo Thomas 1 Medan kelas VII dan VIII tahun ajaran 2010-2011 4. Peneliti ini dilakukan bulan Mei 2011 sampai dengan selesai Universitas Sumatera Utara

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kebiasaan siswa SMP Santo Thomas 1 Medan dalam menonton tayangan-tayangan televisi khususnya program reality show. 2. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan para siswa memahami Media Literacy dalam penggunaanya terhadap pemilihan tayangan reality show. 3. Untuk menjelaskan apakah ada hubungan menonton tayangan termehek-mehek dengan kemampuan literasi media. 1.4.2 Manfaat Penelitian 1. Secara akademis peneliti diharapkan dapat memperkaya khasanah peneliti di pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi khususnya media literacy. 2. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak Trans TV dan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

1.5 Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kereangka teori. Kerangka teori disusun disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana peneliti menyorti masalah yang akan diteliti Nawawi, 1995:40. Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk konsep, defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rahmat, 2004:6.

1.5.1 Komunikasi

Menurut Harold Lasswel Mulyana, 2002:62 cara yang baik untuk menggambarakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: who siapa, says what mengatakan apa, in which dengan saluran apa, to whom kepada siapa, with what effect dengan pengaruh bagaimana. Komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan Effendy, 2004:6. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan yaitu: - Dampak kognitif, dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya. - Dampak afektif, disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tatapi tegerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya. - Dampak behavioral, dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

1.5.2 Komunikasi Massa

Universitas Sumatera Utara Komunikasi massa mass communication adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak surat kabar, majalah atau elektronik radio, televisi yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang terbesar dibanyak temapt, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas, khusunya media elektronik Mulyana, 2002:75. Fungsi komunikasi massa Effendy, 2004:54 adalah: - Menyiarkan informasi to inform - Mendidik to educate - Menghibur to entertain - Membujuk to prosuade Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Jadi, membahas komunikasi massa tidak akan lepas dari media massa sebagai media utama dalam proses komunikasi massa itu sendiri. Salah satu media dalam komunikasi massa adalah televisi.

1.5.3 Literasi Media

Literasi media dapat diterjemahkan sebagai kecakapan bermedia. Kecakapan bermedia adalah sebuah kesadaran dan kecakapan untuk menempatkan diri individu dan masyarakat di depan media sebagai pelaku aktif. Dengan adanya kecakapan bermedia seseorang diharapkan mamapu untuk menyeleksi dan isinya untuk dikonsumsi. Rubin dalam Baran, 2003:51 memberikan defenisi bahwa literasi media adalah tentang bagaimana memahami sumber dan teknologi komunikasi, simbol-simbol yang digunakan, pesan-pesan yang diproduksi dan diseleksi, interpretasi serta akibat dari pesan-pesan tersebut. Universitas Sumatera Utara Para ahli pun memiliki pandangan yang beragam tentang pengertian literasi media sebagai kemampuan secara efektif dan secara efesien memahami dan menggunakan komunikasi massa Strasburger Wilson, 2002. James W. Potter 2005 mendefenisikan Literasi media sebagai suatu perangkat perspektif dimana kita secara aktif memberdayakan diri kita sendiri dalam menafsirkan pesan-pesan yang kita terima dan bagaimana cara mengantisipasinya. Jadi secara risngkas Literasi media artinya adalah pintar, cakap, mampu dengan baik, menggunakan, memahami, menganalisa media, baik media televisi, radio, surat kabar, dan film. Seseorang dikatakan cakap bermedia bila dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya mampu berperan sebagai khalayak aktif dalam memilih media dan pesan yang ingin dikonsumsinya. Cara menguasai literasi media yang baik adalah kesadaran yang muncul dengan sendirinya dari masing-masing individu yang mengkonsumsi media. Sebagai penonton, selayaknya kita bersikap kritis terhadap apa yang disuguhkan media. Jadilah penonton yang aktif, bila yang ditampilkan media sesuai dengan keyakinan maka manfaatkanlah namun ketika bertentangan maka tinggalkanlah. Kecakapan bermedia dapat memiliki arti yang sedikit berbeda untuk pengamat yang berbeda. Setiap definisi itu , bagaimanapun merupakan ide dimana konsumen media harus mengembangkan “kemampuan” atau”fasilitas” menuju penafsiran yang lebih baik terhadap isi media. Jadi, untuk tujuan tersebut, kecakapan bermedia adalah kemampuan memahami dan menggunakan isi media massa secara efektif dan efisien. Penerima beasiswa media, Art Silverblatt 1995 mengidentifikasi 5 elemen dasar literasi media: 1. Kesadaran akan dampak media Universitas Sumatera Utara Menulis dan mesin cetak membantu mengubah dunia dan orang-orang di dalamnya. Media masa melakukan hal yang sama. Jika kita mengabaikan dampak media dalam hidup kita, kita berisiko tertangkap dan terbawa oleh perubahan tersebut daripada mengendalikan atau memimpinnya. 2. Pemahaman akan proses komunikasi massa Jika kita mengetahui komponen proses komunikasi massa dan bagaimana mereka berhubungan satu dengan lainnya, kita bisa membentuk ekspektasi bagaimana mereka melayani kita. Bagaimana beraneka industri media beroperasi apa kewajiban mereka pada kita, apa kewajiban penonton, bagaimana perbedaan batas media atau pesan-pesan, bentuk timbal balik yang mana yang paling efektif, dan mengapa. 3. Strategi menganalisis dan mendiskusikan pesan-pesan media Untuk mengkonsumsi pesan-pesan media, kita butuh landasan yang menjadi dasar pemikiran dan refleksi. Bila kita membuat pemaknaan, kita harus memiliki alat-alat untuk membuatnya sebagai contoh, memahami maksud dan dampak film dan konvensi video seperti sudut pandang kamera dan pencahayaan, atau strategi dibelakang penempatan. Dengan kata lain, pemaknaan dibuat untuk kita; penafsiran isi media akan bersama dengan penciptanya, bukan pada kita. 4. Pemahaman isi media sebagai teks yang memberikan wawasan tentang budaya dan hidup kita. Bagaimana kita mengetahui sebuah budaya dan orang-orangnya, sikap, nilai, perhatian, dan mitos-mitos, kita mengetahuinya melalui komunikasi. Bagi budaya modern seperti kita, peningkatan pesan-pesan media mendominasi komunikasi. Membentuk Universitas Sumatera Utara pemahaman dan wawasan kita terhadap budaya. Beberapa kelompok sangat kuat merasakan kemampuan media membentuk budaya bahwa mereka mencoba mengambil kembali sebagian kekuatan itu sendiri. 5. Kemampuan menikmati, memahami, dan menghargai isi media Kecakapan bermedia bukan hidup sebagai pemarah, tidak menyukai apaun dari media, atau selalu curiga akan efek berbahaya dan penurunan budaya. Kecakapan bermedia bukan berarti tidak menyukai apapun dari media atau selalu curiga akan efek berbahaya dan penurunan budaya. tetapi kita dituntut untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi akan isi media.

1.5.4 Televisi

Televisi sebagai salah satu media massa yang mengalami perkembangan pesat saat ini. Pada hakikatnya, media televisi hadir karena perkembangan teknologi. Jika dilihat dari asal katanya, televisi berasal dari dua kata berbeda yaitu: tele Bahasa Yunani yang berarti jauh dan visi videra-bahasa latin yang berarti penglihatan Wahyudi, 1986:49. Dengan demikian, televisi dapat diartikan sebagai gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat tetapi dapat dilihat dari jauh atau tempat lain. Televisi merupakan media yang paling banyak menarik perhatian komunikan karena kelebihannya yang mampu menyatukan unsur audio visual sekaligus. Televisi memiliki keuntungan atas pesannya dalam waktu yang bersamaan. Menurut Subrata, sebagai media massa televsi memiliki karakteristik terse diri, antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. Tidak bersifat alamiah tetapi selalu tersusun, dibentuk, dan direncanakan melalui suatu wadah organisasi. 2. Kegiatannya tidak bersifat personal 3. Kegiatnnya terarah dan bertujuan sehingga merupakan hal yang direncanakan 4. Komunikator tidak secara individu, melainkan secara kolektif Sastro Subroto, 1995:20-21.

1.5.5 PROGRAM SIARAN

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama rogram itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran diatuntut untuk memilki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik.

1.5.5.1 Elemen Keberhasilan

Menurut Vane-Gross dalam bukunya Progamming for TV, Radio and Cable, tidak peduli dengan tujuan mendapatkan audien, prestise, penghargaan dan sebagainya, atau daya tariknya informasi atau hiburan, maka setiap program yang ditayangkan stasiun televisi memilki dua bentuk, yaitu dominasi format dan dominasi bintang Morissan, 2008: 321. Programmer harus menentukan hal apa yang akan digunakan sebagai senjata untuk menarik audien. Dengan kata lain apa jenis daya tarik type of appeal yang akan digunakan. Universitas Sumatera Utara Apakah audien akan menarik dengan program komedi, atau petualangan, atau pada cerita yang lebih serius. Jika hal ini sudah ditentukan, maka tahap selanjutnya adalah menentukan elemen atau hal-hal apa saja yang harus dimasukkan ke dalam program bersangkutan sesuai dengan target dan jenis daya tarik yang ditentukan. 1. Konflik. Salah satu elemen yang paling penting dalam keberhasilan program adalah konflik, yaitu adanya benturan kepentingan atau benturan karakter di antara tokoh-tokoh yang terlibat. Tanpa adanya konflik, maka kemungkinan program itu akan mampu menahan perhatian audien. Elemen konflik menjadi sangat penting dalam program, seperti drama atau film namun konflik juga penting untuk program, seperti drama komedi, atau bahkan acara perbincangan talk show. 2. Durasi Jika memungkinkan, programmer sebaiknya tidak pikir untuk membuat suatu program yang bersifat hanya satu kali tayang. Suatu program yang berhasil adlah program yang dapat bertahan selama mungkin. Banyak drama seri yang dapat bertahan selama bertahun-tahun di televisi. Namun banyak juga program yang tidak bertahan lama karena sulit menemukan ide cerita yang segar tanpa harus mengulang dari yang sudah ada sebelumnya. 3. Kesukaan Sebagian audien memilih program yang menampilkan pemain utama atau pembawa acara yang mereka sukai, yaitu orang-orang yang membuat audien merasa nyaman, sebagaimana dikemukakan Vane-Gross: ”Viewers tune to poeple they like Universitas Sumatera Utara and with whom they feel comfortable.” Mereka adalah orang-orang yang memilki kepribadian yang hangat, suka menghibur, sekaligus sensitif dan ramah. Mereka adalah jenis orang yang mungkin kita sukai untuk diundang ke rumah kita. 4. Konsisten. Suatu program harus konsisten terhadap tema dan karakter pemaain yang dibawanya sejak awal. Para penulis cerita sutradara dan pemain haruslah bertahan pada tema atau karakternya sejak awal. Dengan demikian, tidak boleh terjadi pembelokkan atau penyimpanan tema atau karakter di tengah jalan yang akan membuat audien bingung pada akhirnya meningalkan program itu. Menurut Vane- Gross: “All viewers bring a certain level of anticipation to every program” semua penonton televisi memiliki tingkat antisipasi tertentu terhadap setiap program. Ini berarti, penonton sejak awal sudah mengharapkan sesuatu ketika menonton sesuatu. Drama komedi terkadang mengangkat tema-tema sosial kemasyaratan, seperti penyakit AIDS atau Narkoba dalam upaya memberi edukasi kepada masyarakat. Tema-tema seperti ini dapat berasal dari pihak lain sponsor ataupun atas prakarsa produsernya sendiri. Memasukkan tema kemasyarakatan seperti ini kedalam cerita komedi harus dilakukan secara hati-hati, karena dapat mengubah tema atau karakter sentral yang sudah ada. Tema-tema ini dapaat mengubah cerita menjadi serius, dalam hal ini cerita komedi menjadi kurang lucu. 5. Energi. Universitas Sumatera Utara Setiap program harus memiliki energi yang mampu menahan audien untuk tidak mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal lain. Van-Gross mendefenisikan sebagai: the quality that infuses a sense of pace and axcitement into a show. It is the charging of the screen with pictures that won’t let the viewer turn away kualitas yang menekankan pada kecepakatan cerita dan semangat ke dalam cerita dengan menyajikan gambar-gambar yang tidak bisa ditinggalkan cerita dengan menyajikan gambar-gambar yang tidak bisa ditingglkan penonton. Berdasarkan defenisi Vane- Gross diatas, maka suatu program yang memilki energi harus memilki tiga hal: 1 Kecepatan cerita 2 Excitement daya tarik 3 Gambar yang kuat 6. Timing Programmer dalam memilih suatu program siaran harus mempertimbangkan waktu penayangan timing, yaitu apakah program bersangkutan itu sudah cocok atau sesuai zamannya. Setiap program memilikicerita yang mencerminkan nilai-nilai sosial yang hidup dan diterima oleh masyarakat saat itu. Jika suatu program tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai itu maka besar kemungkinan program itu tidak berhasil atau malah ditolak oleh masyarakat. 7. Tren Seorang programmer dalam memilih program harus memiliki kesadaran terhadap adanya hal-hal tengah digandrungi tren di tengah masyarakat. Program yang sejalan dengan tren yang berkembang akan lebih menjamin keberhasilan, sebaliknya program Universitas Sumatera Utara yang tidak seirama dengn tren maka besar kemungkinan akan gagal. Namun menurut Vane-Gross, program yang mengikuti tren bukanlah faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan. Menurutnya tren bisa menjadi petunjuk terhadap selera audien secara umum sehingga sedikit banyak memantau meningkatkan rating acara.

1.6 Kerangka Konsep

Menurut Kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasikan hal-hal khusus Jalaluddin, 1991:12. Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang kritis dan bersifat memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam menentukan hipotesa. Nawawi, 1993:40 Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris maka harus diopersionalkan menjadi variabel. Beberapa hal harus dibatasi, diberi nilai, dan diukur, digeneralisasikan menjadi satu variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas X Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang dipengaruhi oleh variabel terikat Nawawi, 1993:57. Variabel bebas penelitian ini adalah media literacy. 2. Variabel terikat Y Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang dipengaruhi oleh variabel bebas Nawawi, 1993:57. Variabel terikat ini adalah tayangan termehek- mehek. Universitas Sumatera Utara 3. Variabel Antaseden Z Variabel antaseden dalam penelitian ini adalah karakter responden.

1.7 Model Teoritis

Dokumen yang terkait

Tayangan The Golden Ways dan Motivasi Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan The Golden Ways di Metro TV terhadap Peningkatan Motivasi Diri pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Medan Area)

0 45 118

Tayangan Jejak Petulang Dan Minat Berpetualang Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap Minat Berpetualang Siswa SMA Negeri 1 Berastagi)

6 41 118

Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 38 116

Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Termehek-Mehek di Trans TV Terhadap Kepuasan Pemirsa di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan).

3 76 113

Reduksi Moral dan Reality Show” ( Analisis isi kuantitatif reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek di Trans TV).

1 45 88

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON TAYANGAN REALITY SHOW TERMEHEK-MEHEK DITRANSTV( Studi pada Remaja Desa Bumiaji RW.01 Kecamatan Bumiaji-Batu)

2 21 2

MOTIF MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TALK SHOW DR.OZ INDONESIA DI MEDIA TV ( Studi Analisis Kuantitatif Deskriptif Tentang Motif Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Talk show DR.OZ Indonesia di TRANS TV ).

0 0 86

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7).

0 4 88

Dramatisasi dalam Tayangan Reality Show (Studi Analisis Isi Kualitatif Dramatisasi dalam Tiga Episode Reality Show Jika Aku Menjadi yang Disiarkan Trans TV).

0 0 12

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7)

0 0 20