Keterampilan media literacy LITERASI MEDIA .1 Definisi Literasi Media

mengahsilkan berbagai tingkat pemaknaan. Jadi, kita mengendalikan penciptaan makana sebagai apresiasi atau kepentingan kita sendiri. Sebagai contoh tayangan Sinchan, pada satu sisi tayangan ini memberikan hiburan bagi khalayak yang tidak mempunyai kemampuan literasi media, tapi disisi lain baga khalayak yang memek media tayangan Sinchan tmemberikan dampak negatif khususnya pada anak-anak. Artinya bahwa tayangan tersebtu memberikan pesan seorang anak yang melawan orang tua, seorang anak yang berfikir layaknya orang dewasa. Unsur-unsur media literacy ini mungkin relatif tidak penting pada pandangan pertama. Setelah semuanya, jika Anda memilih karir di bidang produksi media, Anda akan mendapatkan pelatihan di sekolah dan pada pekerjaan Anda. Jika Anda memilih panggilan lainnya, Anda mungkin tidak pernah berada dalam posisi memproduksi isi media. Tetapi kini banyak profesi yang mempekerjakan beberapa bentuk media untuk menyebarluaskan informasi, untuk digunakan dalam pelatihan, untuk meningkatkan presentasi, atau untuk menjalin hubungan dengan klien dan pelanggan. Internet dan World Wide Web www, sebahagiannya, memerlukan keterampilan produksi yang efektif dari para pengguna mereka - di rumah, sekolah, dan saat bekerja- karena penerima online bisa dan dengan mudah menjadi pencipta online.

II.4.2 Keterampilan media literacy

Mengkonsumsi isi media itu mudah. Tekan tombol dan Anda dapat melihat gambar- gambar di televisi atau mendengar musik di radio. Datang dengan uang cukup dan Anda dapat menonton film atau membeli majalah. Konsumsi media literacy, bagaimanapun, memerlukan sejumlah keterampilan khusus: Universitas Sumatera Utara 1. Kemampuan dan kemauan untuk melakukan upaya memahami isi, memperhatikan, dan menyaring gangguan. Apa saja yang mengganggu komunikasi yang sukses disebut gangguan, dan banyak gangguan dalam hasil proses komunikasi massa berasal dari perilaku konsumsi kita sendiri. Ketika kita menonton televisi, seringkali kita juga melakukan hal-hal lain, seperti makan, membaca, atau mengobrol di telepon. Kita berkendara ketika kita mendengarkan radio. Secara jelas, kualitas pemaknaan kita berkaitan dengan usaha yang kita berikan. 2. Pemahaman dan penghargaan akan kekuatan pesan-pesan media. Media massa telah ada selama lebih dari satu setengah abad. Hampir semua orang bisa menikmatinya. Isi media juga gratis dan relatif tidak mahal. Banyak dari isi media dangkal dan sedikit konyol, sehingga mudah untuk mengabaikan isi media sebagai pertimbangan serius atau terlalu mudah untuk mendapatkan pengaruh apapun. Kita juga mengabaikan kekuatan media melalui efek orang ketiga suatu sikap yang umum dimana orang lain yang tidak melek media dipengaruhi oleh pesan media tetapi kita orang melek media tidak dipengaruhi. Artinya, kita memiliki kemampuan media literacy yang cukup untuk memahami pengaruh komunikasi massa pada sikap, perilaku dan nilai-nilai lainnya, tapi tidak memilki kesadaran diri atau kejujuran yang cukup untuk melihatnya didalam kehidupan kita sendiri. 3. Kemampuan untuk membedakan emosional dari reaksi beralasan ketika menanggapi isi dan-untuk bertindak sesuai isi media tersebut. Isi media sering dirancang untuk menyentuh kita pada tingkat emosional. Adalah suatu Universitas Sumatera Utara kenikmatan terbesar, ketika kita terhanyut atau terbawa dalam sebuah lagu yang bagus atau dalam film disusun dengan baik atau acara televisi. Tapi karena kita bereaksi secara emosional terhadap pesan-pesan media tersebut, ini tidak berarti media tidak memiliki makna dan implikasi serius bagi kehidupan kita. Bereaksi secara emosional adalah tepat dan tepat. Tapi apakah gambar-gambar di televisi memberitahukan pada kita isu yang lebih yang sedang terjadi?. Kita dapat menggunakan perasaan kita sebagai titik tolak untuk menciptakan suatu makna. Kita bisa bertanya, Mengapa tayangan ini membuat saya merasa seperti ini. 4. Pengembangan ekspektasi tinggi akan isi media. Ketika kita memutuskan untuk menonton televisi, kita lebih cenderung mengatur dan mengganti saluran sampai kita menemukan suatu tayngan yang kita suka, dari pada memperhatikan daftar untuk memilih program tertentu untuk disaksikan. Saat kita berada si toko video kita akan selalu puas akan apapun, karna “ini hanya sewaan”. Ketika kita memilki ekspetasi yang kecil dari isi media, kita cenderung membuat sedikit usaha dan perhatian. 5. Pengetahuan akan konvensi genre dan kemampuan untuk mengenali kapan mereka sedang dicampur. Genre merujuk pada kategori ekspresi dalam media yang berbeda, seperti berita malam,dokumentasi, film horor, atau majalah hiburan. Setiap genre dikategorikan oleh ciri khas tertentu, memiliki unsur-unsur standar tertentu- konvensi dari genre itu. Konvensi berita malam, misalnya, termasuk singkat, memiliki tema pembukaan dan satu atau dua orang yang berpenampilan bagus duduk pada meja berita. Ketika kita mendengar dan melihat unsur-unsur khas tersebut, kita memiliki ekspektasi bahwa itu adalah berita malam. Kita dapat mengatakan film dokumenter dari sebuah film hiburan yang Universitas Sumatera Utara memiliki nada lebih serius dan jumlah kepala yang bicara. Kita tahu dari penampilan merek penggunaan warna dan jumlah teks pada cover majalah yang menawarkan bacaan serius dan menyediakan hiburan. 6. Kemampuan untuk berpikir kritis tentang pesan media, tidak peduli seberapa kredibel sumber mereka. Sangat penting bahwa media dapat dipercaya dalam demokrasi di mana orang-orang mengatur karena media pusat ke proses mengatur. Inilah sebabnya mengapa media berita kadang-kadang disebut sebagai cabang keempat pemerintahan, melengkapi eksekutif, yudikatif, dan legislatif cabang. Ini tidak berarti, bagaimanapun, bahwa kita harus percaya segala sesuatu yang mereka laporan. Tetapi seringkali sulit untuk tiba di keseimbangan yang tepat antara ingin percaya dan menerima apa yang kita lihat dan dengar tanpa bertanya, terutama ketika sering kita bersedia untuk menunda percaya dan didorong oleh media sendiri untuk melihat konten mereka sebagai nyata dan kredibel. 7. Sebuah pengetahuan tentang bahasa internal berbagai media dan untuk memahami efeknya, tak peduli bagaimana kompleks. Sama seperti setiap genre media memiliki gaya tersendiri dan konvensi, setiap media juga memiliki bahasa sendiri internal yang spesifik. Bahasa ini disajikan dalam pro nilai produksi pilihan-dari pencahayaan, editing, efek khusus, musik, sudut kamera, lokasi pada halaman, dan ukuran dan penempatan judul. Untuk dapat membaca teks media, Anda harus memahami bahasanya. Kita belajar tata bahasa dari bahasa ini secara otomatis sejak kecil misalnya, gambar akan semua-seperti woosie dari sketsa pembukaan. Universitas Sumatera Utara Media teks cenderung lebih rumit daripada adegan. Semakin baik kita dapat menangani grammar mereka, semakin kita dapat memahami dan menghargai teks. Semakin kita memahami teks, semakin kita bisa menjadi mitra setara dengan media Menulis mengubah cara budaya yang terorganisir dan cara mereka berfungsi. Makna dan bahasa menjadi lebih seragam. Ketika pengetahuan, sejarah, dan mitos ditransmisikan secara tertulis, melek huruf menjadi elit baru. Dengan menulis juga datang awal demokrasi. Penemuan Gutenberg dari mesin cetak sekitar 1446 memberikan kekuasaan baru menulis. Kemampuan untuk membaca menjadi suatu kebutuhan bagi orang-orang di semua tingkat masyarakat; melek huruf dan menyebar pendidikan. Yang baru melek mulai berinteraksi, baik sebagai orang dan ide-ide mereka. Sebagai bahan lebih diterbitkan, orang- orang lebih beragam pemikiran yang disajikan kepada mereka, dan mereka lebih bebas untuk membaca apa yang mereka inginkan ketika mereka inginkan. Revolusi Industri menyebarkan kekuatan cetak, tetapi juga membantu menciptakan sebuah kelas menengah dengan pendapatan discretionary untuk dibelanjakan pada informasi dan hiburan. Pada akhir abad ke-19 audiens massa dan sarana untuk mencapainya ada. Teknologi komunikasi yang diikuti pencetakan tekan-koran, majalah, film, radio, televisi, dan jaringan komputer memiliki dampak sendiri. Surat kabar pasar Misa, majalah, gambar bergerak, dan radio membantu geografis dan budaya menyatukan, berkembang pesat pluralistik, multietnis Amerika Serikat, membantu dalam makanan creatiowand dari kelas menengah, mendukung dan membantu mendirikan,, dan memantapkan akar dari konsumen kami ekonomi. Universitas Sumatera Utara Televisi merupakan pusat transformasi Amerika Serikat ke dalam perekonomian konsumen benar setelah Perang Dunia 11. Tetapi pengaruh dan kekuatan semua media massa, serta komunikasi teknologi komputer baru kation, menimbulkan pertanyaan tentang mereka menggunakan dan kontrol. Orang yang melek media yang lebih baik dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk diri mereka sendiri dan budaya mereka. Media keaksaraan terdiri dari kesadaran tentang dampak media pada individu dan masyarakat, pemahaman tentang proses komunikasi massa; strategi untuk menganalisis dan mendiskusikan pesan-pesan media; kesadaran konten media sebagai teks yang memberikan wawasan ke dalam budaya kontemporer; budidaya kenikmatan ditingkatkan, pemahaman, dan apresiasi terhadap isi media, pengembangan pemahaman yang etis dan kewajiban moral praktisi media, pengembangan dan keterampilan produksi efektif. Keaksaraan Media membutuhkan penguasaan keterampilan beberapa: kemampuan dan kemauan untuk melakukan upaya untuk bawah ¬ konten berdiri, untuk membayar perhatian, dan untuk menyaring kebisingan, sebuah pemahaman dan penghormatan terhadap kekuatan pesan media; kemampuan untuk membedakan emosi dari beralasan reaksi ketika menanggapi konten dan bertindak sesuai; pengembangan ekspektasi tinggi dari isi media, sebuah pengetahuan tentang konvensi genre dan kemampuan untuk mengenali kapan konvensi sedang dicampur, kemampuan untuk berpikir kritis tentang pesan media, tidak peduli seberapa kredibel sumbernya, dan pengetahuan tentang bahasa internal berbagai media dan kemampuan untuk berdiri di bawah dampaknya, tidak peduli seberapa kompleks.

II.5 PROGRAM SIARAN

Dokumen yang terkait

Tayangan The Golden Ways dan Motivasi Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan The Golden Ways di Metro TV terhadap Peningkatan Motivasi Diri pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Medan Area)

0 45 118

Tayangan Jejak Petulang Dan Minat Berpetualang Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap Minat Berpetualang Siswa SMA Negeri 1 Berastagi)

6 41 118

Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 38 116

Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Termehek-Mehek di Trans TV Terhadap Kepuasan Pemirsa di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan).

3 76 113

Reduksi Moral dan Reality Show” ( Analisis isi kuantitatif reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek di Trans TV).

1 45 88

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON TAYANGAN REALITY SHOW TERMEHEK-MEHEK DITRANSTV( Studi pada Remaja Desa Bumiaji RW.01 Kecamatan Bumiaji-Batu)

2 21 2

MOTIF MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TALK SHOW DR.OZ INDONESIA DI MEDIA TV ( Studi Analisis Kuantitatif Deskriptif Tentang Motif Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Talk show DR.OZ Indonesia di TRANS TV ).

0 0 86

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7).

0 4 88

Dramatisasi dalam Tayangan Reality Show (Studi Analisis Isi Kualitatif Dramatisasi dalam Tiga Episode Reality Show Jika Aku Menjadi yang Disiarkan Trans TV).

0 0 12

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7)

0 0 20