BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Badan lingkungan hidup BLH Sumatera Utara berupaya mencari solusi untuk mengatasi limbah abu yang dihasilkan dari 40 perusahaan di Kawasan Industri
Medan KIM Harian Analisa,23 Agustus 2010. Penggunaan batubara untuk tiap industri sekitar 200 ton per hari, dan bila diakumulasikan di kawasan KIM industri
yang menggunakan batubara bisa mencapai 8000 ton per hari, atau sekitar 240 ribu ton per bulan. Apabila limbah dalam jumlah yang besar ini tidak diantisipasi dan
hanya ditumpuk di areal perusahaan masing-masing, abu yang dihasilkan akan menumpuk dan memakan banyak tempat sehingga harus dipikirkan pemanfaatannya
misalnya sebagai bahan pembuatan batako . Abu batubara yang dihasilkan akan menjadi penyebab limbah Bahan Berbahaya dan Beracun B-3 yang dapat merusak
kesehatan manusia. PP No 85 tahun 1999 menyatakan bahwa abu terbang dan abu dasar yang dihasilkan dari hasil pembakaran batubara termasuk dalam jenis limbah
B-3 yang pemanfaatannya harus mendapat izin pemanfaatan dari Kementerian Lingkungan Hidup Analisa , 23 Agustus 2010.
Abu terbang hasil pembakaran batubara umumnya disimpan sementara pada pembangkit listrik tenaga batubara, dan akhirnya dibuang di landfill tempat
pembuangan . Penumpukan abu terbang batubara ini menimbulkan masalah bagi kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu dilakukan berbagai penelitian untuk
meningkatkan nilai ekonomisnya, sehingga dapat mengurangi dampak buruknya bagi lingkungan Munir, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Abu terbang batubara mengandung logam berat Al, Ca, Fe, K, Mg, Mn, Na, P, Si, As, Ba, Cr, Hg, Mo, Ni, Co, Pb, Se, V, Zn, dan Cu Shapiro, 1975 ; Brown, W.
Untuk menggunakan abu terbang sebagai bahan dasar pembuatan material lain konsentrasi logam- logam berat harus diketahui terlebih dahulu. Dalam penelitian ini
ditentukan kadar logam kobalt dan nikel yang merupakan logam yang terkandung dalam abu terbang dan termasuk dalam kategori Bahan Beracun dan Berbahaya.
Logam berat yang terkandung dalam abu terbang batubara diantaranya adalah logam nikel dan kobalt. Menurut US Department of Health and Human Services, batas
kadar logam nikel dalam tanah, air, dan tubuh manusia adalah 4-80ppm; 0,3-1,0 ppm dan 0,02 mgkghari; dan 1-20 ppm; 0,5-10 ppm dan 0,7-2,0 mgkghari, dan untuk
logam kobalt adalah 1-20 ppm; 0,5-10ppm; dan 0,7-2,0 mgkghari US Department of Health and Human Services,2005.
Kobalt dikenal sebagai perangsang pembentukan sel darah merah yang baik. Ion kobalt +2 dalam kobalt klorida diketahui dapat meningkatkan produksi sel darah
merah. Kobalt dalam bentuk Vitamin B12 juga mendukung proses metabolisme dan pembentukan sel darah merah. Tetapi apabila kandungan kobalt yang diserap dalam
tubuh berlebih maka akan menyebabkan serangan jantung, asma, gangguan pernafasan dan kanker paru-paru. Kelebihan kobalt dalam tanah juga akan
menyebabkan terbentuknya co-carbonat yang stabil dan hidroksida yang tidak bisa diabsorpsi oleh hewan dan tumbuhan Perez-Espinosa,2004.
Nikel diketahui memiliki peranan penting dalam biologis mikroorganisme dan tumbuhan. Hal ini dibuktikan bahwa dalam ureaseenzim yang berperan dalam
hidrolisis urea mengandung nikel. Tetapi apabila kandungan nikel yang diserap dalam tubuh berlebih akan menyebabkan gangguan pernafasan,asma,sakit
perut,kidney kadar protein berlebih dalam urin, kanker, dan gangguan kehamilan. Gangguan dari efek logam nikel yang paling sering adalah alergi. Kira-kira 10-20
dari populasi menunjukkan reaksi alergi terhadap nikel. Dari beberapa orang yang mengalami alergi menunjukkan adanya gangguan pada kulit di sekitar kulit yang
terkena logam nikel. Gangguan yang lebih berbahaya terhadap logam nikel adalah
Universitas Sumatera Utara
bronchitis kronik gangguan fungsi paru-paru dan kanker hati US Department of Health and Human Services,2005
Dalam penelitian ini abu terbang batubara dikumpulkan dengan menggunakan Electrostatic Precipitator ESP. Sampel diambil secara purposif. Analisis logam
kobalt dan nikel dalam abu terbang dilakukan dengan melebur terbang pada suhu 600
o
C, dan kemudian didestruksi dengan menggunakan campuran asam HF dan HNO
3
sebanyak masing- masing 2mL dan 5mL. Hasil yang diperoleh kemudian dipanaskan pada suhu 80
o
C dan diaduk selama 20 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh kemudian diencerkan pada labu takar 50mL, dan kadar logam
kobalt dan nikel ditentukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom SSA Sushil,2005.
1.2. Permasalahan