Jenis-jenis batubara Dampak penggunaan batubara terhadap lingkungan

2.1.2. Jenis-jenis batubara

Batubara dapat digolongkan menjadi 4 jenis tergantung dari umur dan lokasi pengambilan batubara, yakni lignit, subbituminous, bituminous, dan antrasit, dimana masing- masing jenis batubara tersebut secara berurutan memiliki perbandingan C : O dan C : H yang lebih tinggi. Antrasit merupakan batubara yang paling bernilai tinggi, dan lignit, yang paling bernilai rendah. 1. Lignit ; disebut juga brown-coal, merupakan tingkatan batubara yang paling rendah, dan umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik. 2. Subbituminous ; umum digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga uap. Subbituminous juga merupakan sumber bahan baku yang penting dalam pembuatan hidrokarbon aromatis dalam industri kimia sintetis. 3. Bituminous ; mineral padat, berwarna hitam dan kadang coklat tua, sering digunakan dalam pembangkit listrik tenaga uap. 4. Antrasit ; merupakan jenis batubara yang memiliki kandungan paling tinggi dengan struktur yang lebih keras serta permukaan yang lebih kilau dan sering digunakan keperluan rumah tangga dan industri. Tabel 2.1. Komposisi elemen dari berbagai tipe batubara Komposisi Elemen dari Beberapa tipe Batubara Persentase Massa Jenis Batubara C H O H 2 O Volatile matter Lignit 60-75 5-6 20-30 50-70 45-55 Subbituminous 75-80 5-6 15-20 25-30 40-45 Bituminous 80-90 4-5 10-15 5-10 20-40 Antrasit 90-95 2-3 2-3 2-5 5-7 www.powerworks.com.auchemistrypdf Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Dampak penggunaan batubara terhadap lingkungan

Batubara merupakan bahan bakar utama untuk menghasilkan tenaga listrik, karena biayanya yang relatif murah dan mudah didapatkan karena produknya yang berlimpah. Di lain pihak, pembakaran batubara dapat menyebabkan emisi logam seperti As, Hg, Cd, dan Pb. Besar kecilnya kandungan logam juga berbeda- beda dan bergantung pada asal produksinya. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa batubara lignit asal kayu dan batubara subbituminus asal batuan kurang mengandung logam- logam tersebut daripada batubara bituminous mineral asli . Selama proses pembakaran, bagian batubara yang mudah menguap akan berbentuk gas di dalam boiler dan mengumpul dalam partikel aerosol. Suhu pembakaran dalam boiler merupakan salah satu parameter yang penting dalam memengaruhi jumlah logam yang terbebaskan. Makin tinggi suhu dalam boiler, makin banyak logam yang terbebaskan. Sistem filter juga dipergunakan dalam mengurangi emisi logam ke udara, yaitu dengan menggunakan electrostatic precipitator ESP dan scrubber basah yang dipasang pada buangan asap pembangkitlistrik tenaga batubara Darmono, 2001. Sulfur oksida SO x dan nitrogen oksida NO x hasil pembakaran batubara dan bahan bakar fosil lainnya yang terdapat di udara akan bereaksi dengan molekul – molekul uap di atmosfir membentuk asam sulfat H 2 SO 4 dan asam nitrat HNO 3 yang selanjutnya akan turun ke permukaan bumi bersama – sama dengan air hujan, yang dikenal dengan hujan asam. Hujan asam dapat mengakibatkan rusaknya bangunan dan berkaratnya benda- benda yang terbuat dari logam, selain itu hujan asam juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan terutama pengasaman acidification danau dan sungai, pH dibawah 4.5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup. Asam di air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperti aluminium di danau. Aluminium akan menyebabkan produksi lender yang berlebihan pada insang sehingga ikan sulit bernafas Achmad,2004. Universitas Sumatera Utara Pembakaran batubara akan menghasilkan abu terbang fly ash dan abu dasar bottom ash . Jumlah abu terbang yang dihasilkan lebih banyak 80 dari total sisa abu pembakaran batubara, butiran abu terbang jauh lebih kecil 200 Mesh dan lebih berpotensi menimbulkan pencemaran udara, sedangkan abu dasar masih mempunyai nilai kalori sehingga masih dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar Munir.M,2008.

2.2. Abu terbang

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Cu Pada Makanan Cokelat Secara Spektrofotometri Serapan Atom

3 123 42

Penetapan Kadar Kalsium Secara Spektrofotometri Serapan Atom dan Fosfor Secara Spektrofotometri Sinar Tampak pada Ikan Teri (Stolephorus spp.)

25 151 105

Analisis Kadar Unsur Besi (Fe), Nikel (Ni) Dan Magnesium (Mg) Pada Air Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

6 87 62

Analisis Kadar Kemurnian Gliserin Dengan Metode Natrium Meta Periodat Dan Kadar Unsur Besi ( Fe ) Dan Zinkum ( Zn ) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)

28 154 58

Pengaruh Penambahan Arang Aktif Tempurung Kelapa Dan Arang Aktif Batubara Terhadap Logam Besi (Fe) Dan Nikel (Ni) Pada Air Sumur Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

3 69 68

Analisis Logam Berat Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr), Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) Pada Sedimen Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 89 98

Penentuan Kadar Logam Cadmium(Cd), Tembaga (Cu), Crom (Cr), Besi (Fe), Nikel (Ni), dan Zinkum (Zn) dari beberapa Jenis Kerang Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA)

5 52 92

Penentuan Kadar Logam Kadmium Cd ) Dan Logam Zinkum ( Zn ) Dalam Black Liquor Pada Industri Pulp Proses Kraft Dari Toba Pulp Lestari Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom ( Ssa)

4 71 53

Analisis Kadar Unsur Nikel (Ni), Kadmium (Cd) Dan Magnesium (Mg) Dalam Air Minum Kemasan Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 65 81

Penggunaan Membran Kitosan Untuk Menurunkan Kadar Logam Krom (Cr) Dan Nikel (Ni) Dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

1 44 85