Delegitimasi Ideologi Representasi Gaya Hidup Wanita Metropolis Dalam Novel(Analisis Wacana Berdasarkan Teun A. Van Dijk Dalam Novel Eat, Pray, Love Karya Elizabeth Gilbert)

dapat mengakibatkan realitas menjadi halus, disfemisme sebaliknya dapat mengakibatkan realitas menjadi kasar. Ketiga, Libelisasi. Libeling merupakan perangkat bahasa yang digunakan oleh mereka yang berada di kelas atas untuk menundukkan lawan-lawan. Keempat, steriotipe. Steriotipe adalah penyamaan sebuah kata yang menunjukkan sifat-sifat negatif atau positif tapi umumnya negatif dengan orang, kekas atau perangkat tindakan. Di sini steriotipe adalah praktik respresentasi yang menggambarkan sesuatu dengan penuh prasangka, konotasi yang negative dan bersifat subjektif.

d. Delegitimasi

Kalau marjinalisasi berhubungan dengan bagaimana seseorang atau suatu kelompok digambarkan secara buruk, dikecilkan perannya, maka delegitimasi berhubungan dengan bagaimana seseorang atau suatu kelompok dianggap tidak absah, benar dan mempunyai dasar pembenaran tertentu ketika melakukan suatu tindakan. Praktik delegitimasi itu menekankan bahwa hanya kelompok sendiri kami yang benar, sedangkan kelompok lain tidaak benar, tidak layak dan tidak absah.

II.4 Ideologi

Menurut Sukarna Sobur : 64 secara etimologis, ideology berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang berarti melihat. Idea dalam Webster’s New Colligiate Dictionary berarti Universitas Sumatera Utara “something existing in the mind as the result of the formulation on an opinion, plan or like” sesuatu yang ada dalam pikiran atau rencana. Sedangkan logis berasal dari kata logos yang berarti word. Kata ini berasal dari kata legein berarti science atau pengetahuanteori. Jadi ideologi menurut kata adalah pencakupan dari yang terlihat atau mengutarakan apa yang terumus dalam pikiran sebagai hasil dari pemikiran. Menurut Aart Van Zoest, dalam teks tidak akan pernah luput dari sebuah ideologi dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca kearah suatu ideologi Sobur, 2004:60. Setiap makna yang di kontruksikan selayaknya memiliki suatu kecendrungan ideologi tertentu. Ideologi sebagai kerangka berfikir atau kerangka referensi tertentu yang di pakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya Sudibyo, 2001:12. Dalam pengertian yang paling umum, ideologi adalah pikiran yang terorganisir yakni nilai, orientasi dan kecendrungan yang saling melengkapi sehingga membentuk perspektif-perspektif ide yang di ungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antar pribadi. Ideologi dipengaruhi oleh asal-usulnya, asosiasi kelembagaannya dan tujuan nya, meskipun sejarah dan hubungan-hubungannya ini tidak pernah jelas seluruhnyab Lull, 1998:1. Raymond William Eriyanto, 2001:87 mengklarifikasikan penggunaan ideology dalam tiga ranah. Pertama, suatu system kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat atau kelompok atas stratifikasi kelas tertentu. Definisi dalam ranah ini biasanya di gunakan oleh para psikologi yang melihat ideology sebagai suatu perangkat sikap yang di bentuk dan diorganisasikan ndalam bentuk yang koheren. Universitas Sumatera Utara Sebuah ideology dipahami sebagai sesuatu yang berlaku di masyarakat dan tidak berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Kedua adalah system kepercayaan yang dibuat, dalam ranah ini ideologi merupakan ide palsu atau kesadaran palsu yamh akan hancur ketika dihadapkan dengan pengetahuan ilmiah. Jika diartikan, Ideologi adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau yang menempatkan sebagai posisi dominan yang menggunakan kekuasaannya untuk mendominasi kelompok yang tidak dominant. Ideologi digambarkan bekerja dengan membuat hubungan-hubungan sosial yang tampak nyata, wajar dan alamiah. Dengan sadar ataupun tidak kita dibuat untuk menerima ideologi tersebut sebagai suatu kebenaran. Ranah yang ketiga, merupakan suatu proses umum produksi makna dan ide. Ideologi diartikan sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan produksi makna. Berita yang di sajikan secara tidak sengaja merupakan gambaran dari ideology tertentu. Asal mula ideologi sebagai sebuah konsep kritis dalam teori sosial dapat ditelusuri ke Perancis pada akhir abad ke-18. Sejak saat itu ideologi menurut definisi manapun menjadi perhatian utamma para sejarahwan, filsuf, kritikus, sastra ahli semiotika, ahli rethorika yang dapat mewakili semua bidang ilmu humaniora dan sosial Lull, 1998:2. Sejumlah perangkat ideologi yang diangkat atau di bentuk dan di perkuat oleh media massa diberikan suatu legitimasi oleh mereka dan didistribusikan secara persuasif, sering menyolok kepada sejumlah khalayak yang besar dalam kategori jumlahnya Lull, 1998:4 Dalam konsep Marx, ideology adalah bentuk kesadaran palsu. Kesadaran seseorang, siapa mereka dan bagaimana mereka menghubungkan Universitas Sumatera Utara dirinya dengan masyarakat dibentuk dan diproduksi oleh masyarakat, tidak oleh biologi yang ilmiah. Kesadaran kita tentang realitas sosial ditentukan oleh masyarakat, tidak oleh psikologis individu. Menurut Hall Eriyanto, 2001:94. Ada tiga bentuk hubungan pembaca dan penulisan dan bagaimana pesan itu dibaca oleh keduanya. Pertama, posisi pembaca dominan. Terjadi ketika penulis menggunakan kode-kode yang diterima oleh umum, sehinga akan menafsirkan dan membaca pesantanda itu dengan pesan yang sudah diterima umum tersebut. Tidak tarjadi perbedaan penafsiran antara penulis dan pembaca disebabkan keduanya mempunyai ideology yang sama. Kedua, pembaca yang dinegosiasikan. Tidak ada pembacaan dominant. Yang terjadi adalah kode apa yang disampaikan penulis ditafsirkan secara terus menerus diantara kedua belah pihak. Ketiga, pembacaan oposisi. Pembaca akan menandakan secara berbeda atau membaca secara berseberangan dengan apa yang disampaikan oleh khalayak tersebut, arena keduanya memiliki ideologi yang berbeda. Konsep ideologi yang penting diantaranya adalah pemikiran Althusser. Ideologi atau suprastruktur dalam konsep Althusser adalah dialektika yang dikarateristikkan dengan kekuasaan yang tidak seimbang atau dominasi. Salah satu hal yang paling penting dalam teori Althusser adalah konsepnya mengenai subjek dan ideology. Pada intinya, seperti yang ditulis oleh Hari Cahyadi Eriyanto, 2001:99, ideologi dalam pengertian Althusser selalu memerlukan ideologi. Selain itu ideologi juga menciptakan subjek. Ideologi menempatkan seseorang bukan hanya dalam posisi tertentu dalam relasi sosial tetapi juga hubungan individu dengan relasi sosial tersebut. Universitas Sumatera Utara Semantara itu, teori Antonio Gramsci tentang hemegoni membangun teori yang menekankan bagaimana penerimaan suatu kelompok yang didominasi terhadap kehadiran kelompok dominant berlangsung dalam suatu proses yang damai, tanpa tindakan kekerasan. Media menjadi sasaran dimana suatu kelompok mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain. Seperti yang dikatakan Raymond William Eriyanto, 2001:104 hemegoni bekerja melalui dua saluran: ideology dan budaya melalui bagaimana nilai-nilai itu bekerja. Melalui hemegoni, ideologi kelompok dominan dapat disebarkan, nilai dan kepercayaannya dapat ditukarkan. Ada beberapa pendekatan dalam mengkaji ideologi: 1. Orang dapat melihat ideology sebagai menifestasi popular filsafat atau tradisi politik tertentu suatu kumpulan, pandangan, ide-ide atau dogma yang cukup koheren yang dianut oleh suatu kelompok. 2. Menelaah ideology yang menyatakan “ Apakah factor-faktor pentingnya?”. Apakah kelas, kedudukan sosial atau afiliasi etnis atau agama. 3. Pengujian idelogi dengan melihat kebutuhan-kebutuhan individu maupun kebutuhan masyarakat yang dipenuhi. 4. Ideologi tidak hanya menghubungkan masyarakat secara prinsipil, tapi juga penguasa dengan rakyat. Ideologi merupakan bisnis legitimasi pemakaian kekuasaan yang sah. David D. Apter melukiskan ideology itu berada pada perpotongan antarprinsip atau tujuan filosofis. Pilihan dan keyakinan individual serta nilai-nilai umum dan khusus. Universitas Sumatera Utara Menurut Teun A. Van Dijk Eriyanto, 2001:13-14, ideology terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, dan memberikan kontribusi dalam bentuk solidaritas dan kohesi di dalam kelompok. Dalam perspektif ini, ideology mempunyai beberapa implikasi penting. Pertama, ideology secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau individual: ia membutuhkan shere di antara anggota kelompok, organisasi atau kolektifitas dengan orang lainnya: Hal yang di-share-kan tersebut oleh anggota kelompok digunakan untuk membentuk solidaritas dan kesatuan langkah dalam bertindak dan bersikap. Sejumlah perangkat ideology yang diangkat dan diperkuat oleh media massa, diberikan legitimasi oleh mereka dan didistribusikan secara persuasif, sering dengan menyolok, kepada khalayak yang besar jumlahnya. Dalam proses itu, konstalasi-konstalasi ide yang memperoleh arti pentingdan terus menerus meningkat, dengan memperkuat makna semula dan memperluas dampak sosialnya Lull, 1998:4 Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Objek Penelitian Novel “ Eat, Pray, Love “ karya Elizabeth Gilbert, yang terdiri dari 372 halaman. Penelitian ini menggunakan novel cetakan keenam tahun 2006 dan di terjemahkan oleh Silamurti Nugroho, di terbitkan pertama sekali oleh Penerbit Abdi Tandur. Novel ini berjudul “Eat, Pray, Love” . Dalam novel ini di ceritakan Sebuah riwayat hidup yang disajikan dengan gamblang, bijaksana, menggetarkan dan lucu mengenai pencarian jati diri. “ Eat, Pray, Love “ menggambarkan sesuatu yang dapat terjadi ketika ia mengklaim bertanggung jawab atas kebahagiaan hidup kita. Buku ini juga menggambarkan sebuah perjalanan hidup yang dapat terjadi ketika seorang wanita tidak hidup sesuai dengan aturan yang ada dalam masyarakatnya. Ini merupakan kisah yang menyentuh siapa pun yang sadar akan perlunya perubahan. Elizabeth Gilbert seorang wanita berumur 30-an tahun, dia sudah mempunyai segalanya. Pendidikan, karir, rumah uang dan juga suami sudah ia punya. Bisa dibilang, hidupnya sempurna. Namun di tengah kondisi “zona nyaman”-nya ini, dia merasa ada yang hilang, tepatnya ada yang kosong dalam dirinya. Ada keresahan yang membayanginya yang dia sendiri kurang jelas apa penyebabnya. Iya, Liz sendiri memang kurang jelas apa yang dia resahkan. Mungkin, yang paling jelas baginya adalah dia tidak merasa bahagia dengan hidupnya. Dan 48 Universitas Sumatera Utara dia rela melepas semua yang sudah ada di tangannya, demi mencapai apa yang membuat dia resah itu. Hal ini bisa dilihat ketika dia memutuskan untuk pergi dari negaranya untuk berkelana ke 3 negara. Bahkan ketika dia harus memutuskan untuk bercerai dengan suaminya, dia juga rela semua hartanya menjadi hak bagi suaminya. Liz memutuskan untuk menghabiskan satu tahun ke depan untuk berkunjung ke 3 negara masing-masing 4 bulan yaitu ke Italia, India dan Indonesia Bali. Ketiga negara ini dipilih tentu juga ada alasannya. Italia, dipilih karena alasan kuliner. Perlu diketahui bahwa salah satu yang Liz resahkan tentang dia sendiri adalah hilangnya nafsu makan, makanya dia ingin mengembalikan nafsu makannya. India, dipilih karena dia tertarik dengan cerita salah satu teman prianya David yang bercerita tentang guru spiritualnya di India. Sedangkan Bali, dipilih karena ketika dulu dia pernah ke sana, dia pernah diramal oleh seorang dukun . Nah ternyata, sedikit banyak, ramalannya itu terbukti, makanya dia ingin kembali ke Bali. Empat bulan di Italia, Liz benar-benar menikmati hidup di sana, terutama makanannya. Dia tidak mau terpenjara oleh ketakutan akan gemuk atau sejenisnya. Yang penting menikmati makanan yang ada. Bahkan di Italia ini, dia tidak sekadar belajar menikmati makanan, namun dia juga belajar bagaimana menikmati hidup, menikmati waktu dan memanjakan diri. Dia baru sadar bahwa orang Italia lebih tahu tentang ini semua cara menikmati hidup. Belajar bahasa Italia dan berkenalan dengan banyak teman adalah hal lain yang Liz lakukan di Italia. Semua ini memberikan dia banyak pengalaman Universitas Sumatera Utara dan pelajaran hidup. Terutama ketika dia bisa berada di dalam sebuah keluarga, dia benar-benar bisa menikmatinya. India, negara kedua yang dia kunjungi. Kondisi negara yang jauh dari kata nyaman harus dihadapi oleh Liz. Namun dia sadar bahwa tujuannya ke India adalah menata diri untuk masalah spiritual. Dia menuju sebuah ashram atau padepokan agama Hindu. Ashram adalah tempat menuntut ilmu bagi agama Hindu seperti halnya pondok pesantren di agama Islam. Dan perlu diketahui bahwa kata ashram inilah yang akhirnya dalam bahasa Indonesia disebut asrama. Di sini, dia bertemu dengan sesama warga Amerika yang bernama Richard . Richard yang berasal dari Texas ini ternyata mempunyai masalah yang lebih parah dari pada Liz. Kondisi terpuruknya itulah yang akhirnya membawa Richard ke ashram ini. Dan karena keduanya sama-sama mencari ketenangan jiwa di sini, akhirnya Liz dan Richard bisa saling berbagi. Terakhir, Liz pun kembali ke Bali. Dia langsung menemui sang dukun yang dulu pernah meramalnya. Dukun itu adalah Ketut Liyer. Dan mungkin karena terlalu banyak yang menjadi pasien Ketut, maka Ketut sempat lupa sama Liz. Namun setelah Liz menceritakan kembali tentang dirinya, akhirnya Ketut kembali ingat tentang Liz. Di Bali, Liz mencari tempat tinggal di mana ia bisa melakukan meditasi seperti yang ia pelajari di India. Dan meski tujuan utamanya di Bali adalah bertemu Ketut, namun di sini dia juga berkenalan dengan orang-orang lain yang di Universitas Sumatera Utara antaranya adalah seorang tabib wanita healer dan seseorang asal Brasil yang kemudian jadi kekasihnya. Tabib wanita yang dikenalnya ini bernama Wayan Nuriyasih . Dari Wayan inilah akhirnya dia mengenal lebih banyak orang di Bali sekaligus banyak mengerti tentang budaya Indonesia khususnya Bali. Lalu ada juga kejadian yang tak disangka yang akhirnya mengenalkan Liz dengan pengusaha dari Brasil yang bernama Felipe .Felipe mempunyai bisnis di Bali dan sudah lama tinggal di Bali. Dan meski Felipe berstatus duda dan jauh lebih tua dari Liz, tapi akhirnya mereka saling jatuh cinta. Liz pun menemukan cintanya di Bali. III.2 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah analisis wacana dengan menggunakan analisis Teun A. Van Dijk lebih menekankan bagaimana perempuan dicitrakan dalam teks berita. Dengan konsep bagaimana posisi aktor-aktor dalam teks berita, akan didapatkan siapa yang dominan menceritakan kejadian sebagai subjek serta posisi yang ditarik ke dalam berita yang melatarbelakangi di buatnya Novel “Eat, Pray, Love” yang mengangkat wacana gender dan representasi perempuan dengan konsep makna pesan yang tersirat. Dalam analisis wacana Teun Van Djik, peneliti dapat melihat secara spesifik faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu wacana. Teun Van Djik melihat ada faktor kognisi sosial atau kognisi individu yang membut suatu wacana tersebut. Kemudian secara lebih lanjut, kognisi sosial tersebut merupakan Universitas Sumatera Utara hasil dari adanya analisis sosial yang berkembang yang diyakini bersama. Dengan melihat faktor-faktor struktural tersebut, proses pembentukan suatu wacana menjadi sangat jelas dan terstruktur. III.3 Subjek Penelitian Yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh isi cerita yang yang terdapat dalam Novel “ Eat, Pray, Love “ karya Elizabeth Gilbert, yang dibagi atass 3 bagian cerita dan terdiri dari 372 halaman. Penelitian ini menggunakan novel cetakan keenam tahun 2006 dan di terjemahkan oleh Silamurti Nugroho, di terbitkan pertama sekali oleh Penerbit Abdi Tandur. III.4 Unit dan Level Analisis Unit yang dianalisis adalah langsung Novel “ Eat, Pray, Love”. yang dilihat dari teks atas keseluruhan isi cerita dalam Novel. Analisis dilakukan dalam tahap teks, kognisi sosial dan analisis sosial yang disajikan dalam isi cerita novel tersebut. Sedangkan tingkat analisisnya adalah wacana pada makna pesan yang disampaikan secara tersirat dan representasi gaya hidup perempuan dalam cerita novel terebut. III.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitisn ini adalah : 1. Data Primer, yaitu dimana data unit analisis dari teks-teks yang tertulis pada Novel “ Eat, Pray, Love “. Universitas Sumatera Utara 2. Data Sekunder. Yaitu melalui penelitian kepustakaan Library Research, dengan mengumpulkan literature serta berbagai sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. III.6 Teknik Analisis Data Analisis data menunjukkan kegiatan yang penyederhanaan data kedalam susunan tertentu yang lebih dibaca dan diinterpretasikan. Penelitian ini menganalisis struktur teks, kognisi sosial dan analisis sosial yang berkaitan dengan proses penciptaan novel ini. Klasifikasi analisis ini menggunakan kerangka analisis wacana Teun A. Van Dik, yang kemudian disederhanakan dalam tabel berikut : Tabel III.1 Struktur Wacana Van Djik STRUKTUR METODE Teks Critical Linguistics menganalisis bagaimana STRUKTUR HAL YANG ELEMEN strategi wacana yang dipakai WACANA DIAMATI untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa Struktur Makro Tematik Topik Tertentu. Bagaimana strategi Tema atau topik tekstual yang dipakai untuk yang dikedepankan menyingkirkan atau memarji- dalam suatu berita nalkan suatu kelompok gaga- san atau peritiwa tertentu. Super Struktur Skematik Skema Bagaimana bagian dan urutan teks Universitas Sumatera Utara dikemaskan dalam utuh teks Struktur Makro Semantik Latar, detail Makna yang ingin maksud, ditekankan dalam teks peranggapan , misalnya dengan nominalisasi . memberikan detail pada suatu sisi atau membuat eksplisit pada suatu sisi dan mengurangi detail pada sisi lain. Sintaksis Bentuk kalimat Bagaimana kalimat koherensi, dibentuk susunan kata ganti yang dipilih Stilistik Leksikon Pilihan kata dalam teks Retoris Grafis, Bagaimana dan metafora, dengan cara apa ekspresi penekanan dilakukan Kognisi sosial Wawancara Mendalam Menganalisis kognisi dari sipembuat berita dalam memahami suatu peristiwa yang ditulisnya Universitas Sumatera Utara Analisis Sosial Studipustaka, Penelususran Sejarah Menganalisis bagaiman Wacana yang berkembang dimasyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan analisis wacana yang dikembangkan melalui pendekatan Teun A. Van Djik melihat suatu teks terdiri dari beberapa strukturtingkatan yang masing-masing saling mendukung. Van Djik membaginya dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro yang merupakan makna global dari suatu teks yang diamati dengan melihat topic atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa. Kedua, superstruktur, ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagaian-bagian teks tersusun kedalam berita secara utuh. Ketiga, strukturmikro, adalah makna yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, para frase yang dipakai dan sebagainya. Meskipun terdiri dari berbagai elemen, semua elemen yang berkaitan merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain. Dengan melakukan pembedahan satu persatu berdasarkan bahasa yang digunakan dan bentuk teks yang digunakan maka akan tampak wacana apa yang akan ditonjolkan dan yang ingin dibentuk ataupun wacana apa yang ingin disampaikan dalam suatu pemberitaan ataupun penyajian teks tersebut 56 Universitas Sumatera Utara

IV.1. Analisis Data Tema 1