dapat mengakibatkan realitas menjadi halus, disfemisme sebaliknya dapat mengakibatkan realitas menjadi kasar. Ketiga,
Libelisasi. Libeling merupakan perangkat bahasa yang digunakan oleh mereka yang berada di kelas atas untuk
menundukkan lawan-lawan. Keempat, steriotipe. Steriotipe adalah penyamaan sebuah kata yang menunjukkan sifat-sifat
negatif atau positif tapi umumnya negatif dengan orang, kekas atau perangkat tindakan. Di sini steriotipe adalah praktik
respresentasi yang menggambarkan sesuatu dengan penuh prasangka, konotasi yang negative dan bersifat subjektif.
d. Delegitimasi
Kalau marjinalisasi berhubungan dengan bagaimana seseorang atau suatu kelompok digambarkan secara buruk, dikecilkan
perannya, maka delegitimasi berhubungan dengan bagaimana seseorang atau suatu kelompok dianggap tidak absah, benar
dan mempunyai dasar pembenaran tertentu ketika melakukan suatu tindakan. Praktik delegitimasi itu menekankan bahwa
hanya kelompok sendiri kami yang benar, sedangkan kelompok lain tidaak benar, tidak layak dan tidak absah.
II.4 Ideologi
Menurut Sukarna Sobur : 64 secara etimologis, ideology berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang
berarti melihat. Idea dalam Webster’s New Colligiate Dictionary berarti
Universitas Sumatera Utara
“something existing in the mind as the result of the formulation on an opinion, plan or like” sesuatu yang ada dalam pikiran atau rencana. Sedangkan logis
berasal dari kata logos yang berarti word. Kata ini berasal dari kata legein berarti science atau pengetahuanteori. Jadi ideologi menurut kata adalah pencakupan
dari yang terlihat atau mengutarakan apa yang terumus dalam pikiran sebagai hasil dari pemikiran.
Menurut Aart Van Zoest, dalam teks tidak akan pernah luput dari sebuah ideologi dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca kearah suatu
ideologi Sobur, 2004:60. Setiap makna yang di kontruksikan selayaknya memiliki suatu kecendrungan ideologi tertentu. Ideologi sebagai kerangka
berfikir atau kerangka referensi tertentu yang di pakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya Sudibyo, 2001:12.
Dalam pengertian yang paling umum, ideologi adalah pikiran yang terorganisir yakni nilai, orientasi dan kecendrungan yang saling melengkapi
sehingga membentuk perspektif-perspektif ide yang di ungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antar pribadi. Ideologi
dipengaruhi oleh asal-usulnya, asosiasi kelembagaannya dan tujuan nya, meskipun sejarah dan hubungan-hubungannya ini tidak pernah jelas seluruhnyab
Lull, 1998:1. Raymond William Eriyanto, 2001:87 mengklarifikasikan penggunaan
ideology dalam tiga ranah. Pertama, suatu system kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat atau kelompok atas stratifikasi kelas tertentu. Definisi dalam ranah ini
biasanya di gunakan oleh para psikologi yang melihat ideology sebagai suatu perangkat sikap yang di bentuk dan diorganisasikan ndalam bentuk yang koheren.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah ideology dipahami sebagai sesuatu yang berlaku di masyarakat dan tidak berasal dari dalam diri individu itu sendiri.
Kedua adalah system kepercayaan yang dibuat, dalam ranah ini ideologi merupakan ide palsu atau kesadaran palsu yamh akan hancur ketika dihadapkan
dengan pengetahuan ilmiah. Jika diartikan, Ideologi adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau yang
menempatkan sebagai posisi dominan yang menggunakan kekuasaannya untuk mendominasi kelompok yang tidak dominant. Ideologi digambarkan bekerja
dengan membuat hubungan-hubungan sosial yang tampak nyata, wajar dan alamiah. Dengan sadar ataupun tidak kita dibuat untuk menerima ideologi tersebut
sebagai suatu kebenaran. Ranah yang ketiga, merupakan suatu proses umum produksi makna dan ide. Ideologi diartikan sebagai istilah yang digunakan untuk
menggambarkan produksi makna. Berita yang di sajikan secara tidak sengaja merupakan gambaran dari ideology tertentu.
Asal mula ideologi sebagai sebuah konsep kritis dalam teori sosial dapat ditelusuri ke Perancis pada akhir abad ke-18. Sejak saat itu ideologi menurut
definisi manapun menjadi perhatian utamma para sejarahwan, filsuf, kritikus, sastra ahli semiotika, ahli rethorika yang dapat mewakili semua bidang ilmu
humaniora dan sosial Lull, 1998:2. Sejumlah perangkat ideologi yang diangkat atau di bentuk dan di perkuat oleh media massa diberikan suatu legitimasi oleh
mereka dan didistribusikan secara persuasif, sering menyolok kepada sejumlah khalayak yang besar dalam kategori jumlahnya Lull, 1998:4
Dalam konsep Marx, ideology adalah bentuk kesadaran palsu. Kesadaran seseorang, siapa mereka dan bagaimana mereka menghubungkan
Universitas Sumatera Utara
dirinya dengan masyarakat dibentuk dan diproduksi oleh masyarakat, tidak oleh biologi yang ilmiah. Kesadaran kita tentang realitas sosial ditentukan oleh
masyarakat, tidak oleh psikologis individu. Menurut Hall Eriyanto, 2001:94. Ada tiga bentuk hubungan pembaca dan penulisan dan bagaimana pesan itu
dibaca oleh keduanya. Pertama, posisi pembaca dominan. Terjadi ketika penulis menggunakan kode-kode yang diterima oleh umum, sehinga akan menafsirkan
dan membaca pesantanda itu dengan pesan yang sudah diterima umum tersebut. Tidak tarjadi perbedaan penafsiran antara penulis dan pembaca disebabkan
keduanya mempunyai ideology yang sama. Kedua, pembaca yang dinegosiasikan. Tidak ada pembacaan dominant.
Yang terjadi adalah kode apa yang disampaikan penulis ditafsirkan secara terus menerus diantara kedua belah pihak. Ketiga, pembacaan oposisi. Pembaca akan
menandakan secara berbeda atau membaca secara berseberangan dengan apa yang disampaikan oleh khalayak tersebut, arena keduanya memiliki ideologi yang
berbeda. Konsep ideologi yang penting diantaranya adalah pemikiran Althusser.
Ideologi atau suprastruktur dalam konsep Althusser adalah dialektika yang dikarateristikkan dengan kekuasaan yang tidak seimbang atau dominasi. Salah
satu hal yang paling penting dalam teori Althusser adalah konsepnya mengenai subjek dan ideology. Pada intinya, seperti yang ditulis oleh Hari Cahyadi
Eriyanto, 2001:99, ideologi dalam pengertian Althusser selalu memerlukan ideologi. Selain itu ideologi juga menciptakan subjek. Ideologi menempatkan
seseorang bukan hanya dalam posisi tertentu dalam relasi sosial tetapi juga hubungan individu dengan relasi sosial tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Semantara itu, teori Antonio Gramsci tentang hemegoni membangun teori yang menekankan bagaimana penerimaan suatu kelompok yang didominasi
terhadap kehadiran kelompok dominant berlangsung dalam suatu proses yang damai, tanpa tindakan kekerasan. Media menjadi sasaran dimana suatu kelompok
mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain. Seperti yang dikatakan Raymond William Eriyanto, 2001:104 hemegoni bekerja melalui dua saluran:
ideology dan budaya melalui bagaimana nilai-nilai itu bekerja. Melalui hemegoni, ideologi kelompok dominan dapat disebarkan, nilai dan kepercayaannya dapat
ditukarkan. Ada beberapa pendekatan dalam mengkaji ideologi:
1. Orang dapat melihat ideology sebagai menifestasi popular filsafat atau
tradisi politik tertentu suatu kumpulan, pandangan, ide-ide atau dogma yang cukup koheren yang dianut oleh suatu kelompok.
2. Menelaah ideology yang menyatakan “ Apakah factor-faktor
pentingnya?”. Apakah kelas, kedudukan sosial atau afiliasi etnis atau agama.
3. Pengujian idelogi dengan melihat kebutuhan-kebutuhan individu
maupun kebutuhan masyarakat yang dipenuhi. 4.
Ideologi tidak hanya menghubungkan masyarakat secara prinsipil, tapi juga penguasa dengan rakyat. Ideologi merupakan bisnis legitimasi
pemakaian kekuasaan yang sah. David D. Apter melukiskan ideology itu berada pada perpotongan
antarprinsip atau tujuan filosofis. Pilihan dan keyakinan individual serta nilai-nilai umum dan khusus.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Teun A. Van Dijk Eriyanto, 2001:13-14, ideology terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota
suatu kelompok. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, dan
memberikan kontribusi dalam bentuk solidaritas dan kohesi di dalam kelompok. Dalam perspektif ini, ideology mempunyai beberapa implikasi penting. Pertama,
ideology secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau individual: ia membutuhkan shere di antara anggota kelompok, organisasi atau kolektifitas
dengan orang lainnya: Hal yang di-share-kan tersebut oleh anggota kelompok digunakan untuk membentuk solidaritas dan kesatuan langkah dalam bertindak
dan bersikap. Sejumlah perangkat ideology yang diangkat dan diperkuat oleh media
massa, diberikan legitimasi oleh mereka dan didistribusikan secara persuasif, sering dengan menyolok, kepada khalayak yang besar jumlahnya. Dalam proses
itu, konstalasi-konstalasi ide yang memperoleh arti pentingdan terus menerus meningkat, dengan memperkuat makna semula dan memperluas dampak
sosialnya Lull, 1998:4
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Deskripsi Objek Penelitian
Novel “ Eat, Pray, Love “ karya Elizabeth Gilbert, yang terdiri dari 372 halaman. Penelitian ini menggunakan novel cetakan keenam tahun 2006 dan
di terjemahkan oleh Silamurti Nugroho, di terbitkan pertama sekali oleh Penerbit Abdi Tandur. Novel ini berjudul “Eat, Pray, Love” . Dalam novel ini di ceritakan
Sebuah riwayat hidup yang disajikan dengan gamblang, bijaksana, menggetarkan dan lucu mengenai pencarian jati diri. “ Eat, Pray, Love “ menggambarkan sesuatu
yang dapat terjadi ketika ia mengklaim bertanggung jawab atas kebahagiaan hidup kita. Buku ini juga menggambarkan sebuah perjalanan hidup yang dapat terjadi
ketika seorang wanita tidak hidup sesuai dengan aturan yang ada dalam masyarakatnya. Ini merupakan kisah yang menyentuh siapa pun yang sadar akan
perlunya perubahan.
Elizabeth Gilbert seorang wanita berumur 30-an tahun, dia sudah mempunyai segalanya. Pendidikan, karir, rumah uang dan juga suami sudah ia
punya. Bisa dibilang, hidupnya sempurna. Namun di tengah kondisi “zona nyaman”-nya ini, dia merasa ada yang hilang, tepatnya ada yang kosong dalam
dirinya. Ada keresahan yang membayanginya yang dia sendiri kurang jelas apa penyebabnya.
Iya, Liz sendiri memang kurang jelas apa yang dia resahkan. Mungkin, yang paling jelas baginya adalah dia tidak merasa bahagia dengan hidupnya. Dan
48
Universitas Sumatera Utara
dia rela melepas semua yang sudah ada di tangannya, demi mencapai apa yang membuat dia resah itu. Hal ini bisa dilihat ketika dia memutuskan untuk pergi dari
negaranya untuk berkelana ke 3 negara. Bahkan ketika dia harus memutuskan untuk bercerai dengan suaminya, dia juga rela semua hartanya menjadi hak bagi
suaminya.
Liz memutuskan untuk menghabiskan satu tahun ke depan untuk berkunjung ke 3 negara masing-masing 4 bulan yaitu ke Italia, India dan
Indonesia Bali. Ketiga negara ini dipilih tentu juga ada alasannya. Italia, dipilih karena alasan kuliner. Perlu diketahui bahwa salah satu yang Liz resahkan tentang
dia sendiri adalah hilangnya nafsu makan, makanya dia ingin mengembalikan nafsu makannya. India, dipilih karena dia tertarik dengan cerita salah satu teman
prianya David yang bercerita tentang guru spiritualnya di India. Sedangkan Bali, dipilih karena ketika dulu dia pernah ke sana, dia pernah diramal oleh seorang
dukun . Nah ternyata, sedikit banyak, ramalannya itu terbukti, makanya dia ingin kembali ke Bali.
Empat bulan di Italia, Liz benar-benar menikmati hidup di sana, terutama makanannya. Dia tidak mau terpenjara oleh ketakutan akan gemuk atau
sejenisnya. Yang penting menikmati makanan yang ada. Bahkan di Italia ini, dia tidak sekadar belajar menikmati makanan, namun dia juga belajar bagaimana
menikmati hidup, menikmati waktu dan memanjakan diri. Dia baru sadar bahwa orang Italia lebih tahu tentang ini semua cara menikmati hidup.
Belajar bahasa Italia dan berkenalan dengan banyak teman adalah hal lain yang Liz lakukan di Italia. Semua ini memberikan dia banyak pengalaman
Universitas Sumatera Utara
dan pelajaran hidup. Terutama ketika dia bisa berada di dalam sebuah keluarga, dia benar-benar bisa menikmatinya.
India, negara kedua yang dia kunjungi. Kondisi negara yang jauh dari kata nyaman harus dihadapi oleh Liz. Namun dia sadar bahwa tujuannya ke India
adalah menata diri untuk masalah spiritual. Dia menuju sebuah ashram atau padepokan agama Hindu. Ashram adalah tempat menuntut ilmu bagi agama
Hindu seperti halnya pondok pesantren di agama Islam. Dan perlu diketahui bahwa kata ashram inilah yang akhirnya dalam bahasa Indonesia disebut asrama.
Di sini, dia bertemu dengan sesama warga Amerika yang bernama Richard . Richard yang berasal dari Texas ini ternyata mempunyai masalah yang
lebih parah dari pada Liz. Kondisi terpuruknya itulah yang akhirnya membawa Richard ke ashram ini. Dan karena keduanya sama-sama mencari ketenangan jiwa
di sini, akhirnya Liz dan Richard bisa saling berbagi.
Terakhir, Liz pun kembali ke Bali. Dia langsung menemui sang dukun yang dulu pernah meramalnya. Dukun itu adalah Ketut Liyer. Dan mungkin
karena terlalu banyak yang menjadi pasien Ketut, maka Ketut sempat lupa sama Liz. Namun setelah Liz menceritakan kembali tentang dirinya, akhirnya Ketut
kembali ingat tentang Liz.
Di Bali, Liz mencari tempat tinggal di mana ia bisa melakukan meditasi seperti yang ia pelajari di India. Dan meski tujuan utamanya di Bali adalah
bertemu Ketut, namun di sini dia juga berkenalan dengan orang-orang lain yang di
Universitas Sumatera Utara
antaranya adalah seorang tabib wanita healer dan seseorang asal Brasil yang kemudian jadi kekasihnya.
Tabib wanita yang dikenalnya ini bernama Wayan Nuriyasih . Dari Wayan inilah akhirnya dia mengenal lebih banyak orang di Bali sekaligus banyak
mengerti tentang budaya Indonesia khususnya Bali.
Lalu ada juga kejadian yang tak disangka yang akhirnya mengenalkan Liz dengan pengusaha dari Brasil yang bernama Felipe .Felipe mempunyai bisnis
di Bali dan sudah lama tinggal di Bali. Dan meski Felipe berstatus duda dan jauh lebih tua dari Liz, tapi akhirnya mereka saling jatuh cinta. Liz pun menemukan
cintanya di Bali.
III.2 Tipe Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis wacana dengan menggunakan analisis
Teun A. Van Dijk
lebih menekankan bagaimana perempuan dicitrakan dalam teks berita. Dengan konsep bagaimana posisi aktor-aktor dalam
teks berita, akan didapatkan siapa yang dominan menceritakan kejadian sebagai subjek serta posisi yang ditarik ke dalam berita yang melatarbelakangi di buatnya
Novel “Eat, Pray, Love” yang mengangkat wacana gender dan representasi perempuan dengan konsep makna pesan yang tersirat.
Dalam analisis wacana Teun Van Djik, peneliti dapat melihat secara spesifik faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu wacana. Teun Van
Djik melihat ada faktor kognisi sosial atau kognisi individu yang membut suatu wacana tersebut. Kemudian secara lebih lanjut, kognisi sosial tersebut merupakan
Universitas Sumatera Utara
hasil dari adanya analisis sosial yang berkembang yang diyakini bersama. Dengan melihat faktor-faktor struktural tersebut, proses pembentukan suatu wacana
menjadi sangat jelas dan terstruktur.
III.3 Subjek Penelitian
Yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh isi cerita yang yang terdapat dalam Novel “ Eat, Pray, Love “ karya Elizabeth Gilbert, yang dibagi
atass 3 bagian cerita dan terdiri dari 372 halaman. Penelitian ini menggunakan novel cetakan keenam tahun 2006 dan di terjemahkan oleh Silamurti Nugroho, di
terbitkan pertama sekali oleh Penerbit Abdi Tandur.
III.4 Unit dan Level Analisis
Unit yang dianalisis adalah langsung Novel “ Eat, Pray, Love”. yang dilihat dari teks atas keseluruhan isi cerita dalam Novel. Analisis dilakukan dalam
tahap teks, kognisi sosial dan analisis sosial yang disajikan dalam isi cerita novel tersebut. Sedangkan tingkat analisisnya adalah wacana pada makna pesan yang
disampaikan secara tersirat dan representasi gaya hidup perempuan dalam cerita novel terebut.
III.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitisn ini adalah :
1. Data Primer, yaitu dimana data unit analisis dari teks-teks yang tertulis
pada Novel “ Eat, Pray, Love “.
Universitas Sumatera Utara
2. Data Sekunder. Yaitu melalui penelitian kepustakaan Library
Research, dengan mengumpulkan literature serta berbagai sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.
III.6 Teknik Analisis Data
Analisis data menunjukkan kegiatan yang penyederhanaan data kedalam susunan tertentu yang lebih dibaca dan diinterpretasikan. Penelitian ini
menganalisis struktur teks, kognisi sosial dan analisis sosial yang berkaitan dengan proses penciptaan novel ini. Klasifikasi analisis ini menggunakan
kerangka analisis wacana Teun A. Van Dik, yang kemudian disederhanakan dalam tabel berikut :
Tabel III.1 Struktur Wacana Van Djik
STRUKTUR METODE
Teks
Critical Linguistics
menganalisis bagaimana
STRUKTUR HAL YANG
ELEMEN
strategi wacana yang dipakai WACANA
DIAMATI
untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa
Struktur Makro Tematik
Topik
Tertentu. Bagaimana strategi Tema atau topik
tekstual yang dipakai untuk yang dikedepankan
menyingkirkan atau memarji- dalam suatu berita
nalkan suatu kelompok gaga- san atau peritiwa tertentu.
Super Struktur Skematik
Skema Bagaimana bagian
dan urutan teks
Universitas Sumatera Utara
dikemaskan dalam utuh teks
Struktur Makro Semantik
Latar, detail Makna yang ingin
maksud,
ditekankan dalam teks peranggapan
,
misalnya dengan nominalisasi
. memberikan detail
pada suatu sisi atau membuat eksplisit
pada suatu sisi dan mengurangi detail pada
sisi lain.
Sintaksis
Bentuk kalimat
Bagaimana kalimat koherensi,
dibentuk susunan kata ganti
yang dipilih
Stilistik Leksikon
Pilihan kata dalam teks
Retoris
Grafis, Bagaimana dan
metafora, dengan cara apa
ekspresi penekanan dilakukan
Kognisi sosial Wawancara Mendalam
Menganalisis kognisi dari sipembuat berita
dalam memahami suatu peristiwa yang
ditulisnya
Universitas Sumatera Utara
Analisis Sosial Studipustaka,
Penelususran Sejarah Menganalisis bagaiman
Wacana yang berkembang dimasyarakat, proses
produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa
digambarkan
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan analisis wacana yang dikembangkan melalui pendekatan Teun A. Van Djik melihat suatu teks terdiri dari beberapa
strukturtingkatan yang masing-masing saling mendukung. Van Djik membaginya dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro yang merupakan makna global dari
suatu teks yang diamati dengan melihat topic atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu
peristiwa. Kedua, superstruktur, ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagaian-bagian teks
tersusun kedalam berita secara utuh. Ketiga, strukturmikro, adalah makna yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, para
frase yang dipakai dan sebagainya. Meskipun terdiri dari berbagai elemen, semua elemen yang berkaitan
merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain. Dengan melakukan pembedahan satu persatu berdasarkan bahasa yang
digunakan dan bentuk teks yang digunakan maka akan tampak wacana apa yang akan ditonjolkan dan yang ingin dibentuk ataupun wacana apa yang ingin
disampaikan dalam suatu pemberitaan ataupun penyajian teks tersebut
56
Universitas Sumatera Utara
IV.1. Analisis Data Tema 1